• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

C. Saran

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian sosial dan budaya merupakan penelitian yang sangat eksploratif dan tidak terikat, maka diharapkan penelitian selanjutnya mampu menjelaskan dinamika ancaman antar kelompok dengan jumlah partisipan yang memadai.

2. Bagi Pemerhati Sosial (Psikolog Sosial atau Sosiolog)

Pemerhati sosial perlu mencermati bahwa sikap-sikap negatif yang ada di kalangan masyarakat merupakan prediktor dari perasaan terancam sehingga para pemerhati/praktisi sosial perlu memerhatikan konsep dinamika ancaman antar kelompok ini. Pemerhati/praktisi sosial tidak melulu mengupas dan meninjau konflik sosial yang terjadi di sekitar, tetapi dapat memahami konsep penyebab munculnya konflik dan dampak sosial yang akan muncul sehingga dapat memberikan evalausi dan penanganan yang tepat serta mencegah terjadinya gesekan sosial lainnya.

3. Bagi Masyarakat Yogyakarta

Temuan penelitian ini berusaha menjelaskan hubungan yang muncul antar kedua kelompok dan dampak dari hubungan tersebut. Diharapkan masyarakat Yogyakarta bisa memahami dan menyadari fenomena sosial di sekitarnya sehinga dapat bersikap lebih bijak dan terhindar dari sikap-sikap negatif antar kelompok.

4. Bagi Kelompok Papua di Yogyakarta

Temuan dan hasil diskusi penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Yogyakarta menganggap kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dapat membawa ancaman keamanan dan gangguan kenyamanan sehingga persepsi ini yang membuat masyarakat

Yogyakarta bersikap negatif dengan kelompok Papua. Dari penemuan tersebut diharapkan kelompok Papua dapat lebih menghargai nilai-nilai budaya lokal dan menjaga hubungan dengan warga lokal agar terhindar dari persepsi ancaman antar kelompok. Dengan demikian, sikap-sikap negatif yang dialami kelompok Papua dapat terhindarkan dan dapat tercipta kedamaian antar masyarakat lokal dengan pendatang.

64

DAFTAR PUSTAKA

Artharini. (2016). Mahasiswa Papua di Yogyakarta ‘Belum Merasa Aman’. Diunduh

dari:http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160718_indone sia_papua_yogya. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.

Asril. (2016). Ramos Horta: Papua Tak Ingin Lepas. Diunduh dari http://nasional.kompas.com/read/2016/05/08/06060041/Ramos.Horta.Papua.T ak.Ingin.Lepas. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.

Bornstein. (2003). Intergroup Conflict: Individual, Group, and Collective Interests. Personality and Social Psychology Review, 7, (2), 129 – 145. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Branscombe, N R., Spears, R., Ellemers, N., & Doosje, B. (2002, June). Intragroup and Intergroup Evaluation Effect on Group Behavior. Personality and Social Psychology Bulletin, 28, (6), 744 – 753. DOI: 10.1177/0146167202289004 Central Intelligence Agency World Factbook. (2015). Diunduh dari:

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html diakses pada tanggal 10 September 2016.

Cavanagh, S. (1997). Content Analysis: Concepts, Methods, and Applications. Nurse Res, 4, (3), 5 – 16. DOI: 10.7748/nr.4.3.5.s2.

Chauvel & Bhakti. (2004). The Papua Conflict: Jakarta’s Perception and Policies.

East-West Center: Washington.

Cursue, Stoop, & Schalk. (2007). Prejudice toward immigrant workers among Dutch employees: Integrated threat theory revisited. European Journal of Social Psychology, 37, 125 – 140. Wiley Inter Science. DOI: 10.1002/ejsp.331.

Dharmawan. (2006). Konflik-Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis Sosio-Budaya (Dengan Fokus Perhatian Kalimantan Barat). Seminar PERAGI Pontianak. Dovidio, Sagur, & Shnabel. (2009). Cooperation and Conflict within Groups:

Bridging Intragroup and Intergroup Processes. Journal of Social Issues, 65, (2), 429 – 449.

Elo, & Kyngals. (2007). The Qualitative Content Analysis Process. Journal of Advances Nursing, 62, (1), 107 – 115. DOI: 10.1111/j.1365-2648.2007.04569.x

Etikan, Muda & Alkassim. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American Journal of Theoretical and applied Statistics. 5, (1), 1 – 4. DOI: 10.11648/j.ajtas.20160501.11.

Frankfort-Nachimas, C., & Nachmias, D. (1997). Research Methods in Social Sciences Ed. 5. USA: Arnold.

Gregory, R.J. (2000). Psychological Testing: History, Principles and Applications. Boston: Allyn & Bacon

Hogg, M A., & Tindale, R S. (2001). Blackwell Handbook of Social Psychology: Group Processes. USA: Blackwell Publishers.

Kirsch, Stuart. (2007, September). Representations of Violence, Conflict, and Displacement in West Papua. Dynamics of Conflict and Displacement in Papua, Indonesia. University of Oxford.

Levin, Pratto, Matthews, Sidanius & Kteily. (2012). A dual process approach to understanding prejudice toward Americans in Lebanon: An Extension to intergroup threat perceptions and emotions. Group Processes & Intergroup Relations. 1 – 20. Sage Pub. DOI: 10.1177/1368430212443866.

Marshall & Rossman. (1999). Designing Qualitative Research Ed. 3rd. Sage Publications.

Millon, & Lerner. (2003). Personality and Social Psychology. Handbook of Psychology 5th. John Wiley & Sons, Inc.

Musa’ad, M. (2011). Kontekstualisasi Pelaksanaan Otonomi Khusus Di Propvinsi Papua. Kajian, 16, (2).

Ottis, S. (2015). Mengapa Papua Barat Selalu Bergejolak Ingin Merdeka. Diunduh dari: http://www.kompasiana.com/freewestpapua/mengapa-papua-barat-selalu-bergejolak-ingin-merdeka_552ffb7b6ea834297c8b45dd. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2016.

Pigay, D. & Castles, L. (2000). Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua. Indonesia: Pustaka Sinar Harapan.

Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Pratto, Sidanius, & Levin. (2006). Social dominance theory and the dynamics of intergroup relations: Taking stock and looking forward. European Review of Social Psychology, 17, 271 – 320.

Reber, & Reber. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Reja, Manfredam Hlebec & Vehovar. (2003). Open-ended vs. Close-ended Questions in web Questionnaires. Developments in Applied Statistics. Metodoloski zvezki, 19.

Riek B., Mania, E., & Gaertner, S. (2006). Intergroup Threat and Outgroup Attitudes: A Meta-Analytic Review. Personality and Social Psychology Review, 10, (4) 336 – 353.

Riek, B., Mania, E., & Gaertner, S., McDonald, S., & Lamoreaux, M. (2010). Does a common ingroup identity reduce intergroup threat?. Group Processes and Intergroup Relations, 13, (4), 403 – 423. DOI: 10.1177/1368430209346701 Sidanius, J., & Pratto, F. (1999). Social Dominance: An Intergroup Theory of Social

Hierarchy and Oppression. United Kingdom: Cambridge University Press. Stephan, W., Boniecki, K., Ybarra, O., Bettencourt, A., Ervin, K., Jackson, L.,

McNatt, P., & Renfro, C. L. (2002) The Role of Threats in the Racial Attitudes of Black and Whites. Personality and Social Psychology Bulletin, 28 (9), 1242

– 1254, DOI: 10.1177/01461672022812009.

Stephan, W., Ybarra, O., Morrison, K. (2007). Intergroup Threat Theory. Handbook of Prejudice. NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Teipel. (2014). Understanding Adolescence: Seeing Through A Developmental Lens.State Adolescent Health Resource Center.

Ulya, (2016). ‘Mereka Tidak Menerima Kos Untuk Anak Papua’. Diunduh dari

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/07/160714_trensosial_papua#sh are-tools. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.

Wright, Stephan C., & Lubensky, Micah E. (2009). The Struggle for Social Equality: Collective Action versus Prejudice Reduction. Psychology Press.

Zarate, M A., Garicia, B, Garza A A., & Hitlan, R T. (2003). Cultural Threat and Perceived Realistic Group Conflict as Dual Predictors of Prejudice. Journal of Experimental Social Psychology, 40, (2004), 99 – 105. USA: Elsavier Science. DOI: 10.1016/S0022-1031(03)00067-2.

Lampiran 1

Transkrip Jawaban Pertanyaan Nomor 1

Pertanyaan : Menurut anda apa saja ancaman yang muncul atas kehadiran orang

papua di Yogyakarta? Nomor

Angket

Jawaban

1. Mereka cenderung bersifat kasar, memang tidak semua… tapi yang

bekeliaran dan mengancam adalah sebagian yang tak taat aturan dan budaya. Mereka kasar, terkadang kejam bahkan tega. Karena orang Jawa dikenal lembut, mereka juga cenderung semena-mena dan meremehkan.

2. Adanya kerusuhan dan perkelahian.

3. Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua karena perbedaan budaya

(contoh: orang Papua yang mabuk bentrok dengan warga).

4. Kekerasan, mabuk-mabukan, kemungkinan peningkatan jumlah aborsi

akibat seks bebas di Yogyakarta.

5. Saya rasa, mungkin hanya sedikit ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh

mereka yang kurang terpelajar/urak-urakan.

6. Ancaman tidak akan muncul apabila orang-orang tidak mencari masalah.

Tapi kalau orang-orang tersebut mencari masalah, akan membuat kenyamanan terganggu.

7. Pembacokan, perampokan, penyiksaan.

8. Ancaman terjadi perkelahian dan mereka sangat anarkis ketika saat berkelahi, ancaman yang lain ialah ketika mereka tidak mematuhi aturan lalu lintas dan berdampak pada pengemudi lain dan lalu lintas.

9. Keamanan serta kenyamanan ketika malam hari kurang sebab anak-anak

papua sering keluar pada malam hari dan membuat onar/brutal apalagi jika bertemu suku lain seperti batak, agresivitas tinggi.

10. Beberapa mampu memberikan sumbangan prestasinya, namun ada juga

yang memberi ancaman, karena komplotan preman di Indonesia rata-rata dikuasi orang timur. Mereka terkenal dengan tingkat emosi/amarah yang tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan.

11. Ketidaknyamanan yang dirasakan karena beberapa orang Papua terkadang

suka memaksakan kehendak bahkan ketika orang lain sudah menolak dengan halus.

12. Penguasaan wilayah tertentu yang terdapat banyak orang Papua (menjadi

tempat yang rawan kekerasan). Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa karena orang Jawa mereka anggap lemah.

13. Rawan terjadinya bentrok karena kesalah pahaman, terkadang mereka

terpicu untuk melakukan aksi brutal, adanya aksi geng yang rusuh.

14. Mabuk-mabukan, marah-marah sendiri di kampung.

16. Sedikit keributan di masyarakat.

17. Jika mereka berkelahi atau ada masalah orang lokal bisa kena imbasnya.

18. Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan warga Yogyakarta.

19. Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal-hal kriminal lainnya, mungkin termasuk bullying juga.

20. Meningkatnya kekerasan/kerusuhan.

21. Preman bertambah, kriminalitas meningkat, rasis karena mereka hanya mau

bergaul dengan sesama rasnya.

22. Ngebut-ngebutan di jalan dan mengendarai motor tanpa mengenakan helm.

Marah-marah di jalan dan kadang memberikan tatapan tajam.

23. Rusuh, konsekuensi kecelakaan, kurang leluasa mendapatkan hak

kenyamanan.

24. Menurut saya, ancaman yang muncul adalah kriminalitas yang semakin

meningkat dan juga diskriminasi ras terjadi.

25. Pemabuk, membuat keributan, tidak tertib dalam berkendara, berbicara yang tidak sopan.

26. Pembuhan, mabuk-mabukan, tawuran, perkelahian.

27. Terganggunya ketentraman dan keamanan di Yogyakarta.

28. Banyaknya pelanggaran lalu lintas.

29. Kekeluargaan mereka erat, apabila ada konflik yang menyangkut antara orang Papua dengan masyarakat lokal kencenderungannya mereka akan menyelesaikannya dengan anarkis.

30. Rusuh, kekerasan, perlakuan semena-mena.

31. Banyak warga Papua yang sering mabuk dan mengacaukan lingkungan

umum. Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan tawuran antar kelompok Papua dan menyebabkan kericuhan di lingkungan sekitar.

32. Mengancam rasa aman dan nyaman kehidupan di Yogyakarta.

33. Pertengkaran dengan orang Papua mungkin bisa sering terjadi. Sulit berdamai ketika terjadi permasalahan. Kurang mengikuti aturan dalam mengendarai sepeda motor di jalan sehingga bisa membahayakan orang lain.

34. Dapat menjadi pemicu adanya tindak anarkis di masyarakat. Respon

diskriminasi dari masyarakat terhadap orang papua tersebut.

35. Ancaman yang ada adalah menjadi was-was karena mereka sering bertikai,

keras kepala dan sukanya berkelompok.

36. Mereka akan berbicara nyolot, mabuk di jalan, mencegat orang-orang di jalan, demo.

37. Kekerasan antar orang Papua dan orang dari daerah timur.

38. Ketertiban lalu lintas terganggu (kadang ada yang berkendara tanpa

helm/bonceng tiga). Kasar, memicu pertengkaran, mengganggu kebersihan

dan ketenangan.

39. Ancaman kekerasan oleh warga Papua terhadap penduduk asli. Tindakan

semena-mena di jalan (tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll). 40. Perusakan/vandalisme, kerusuhan, keresahan masyarakat, ketakutan jika

akan berpergian.

orang Papua itu kalau mengamuk akan kasar atau lainnya, yang intinya mereka jadi berbahaya jika sedang marah, maka perilaku saya menjadi hati-hati jika berhubungan dengan warga Papua di Yogyakarta. Bukan

menghindari tapi lebih hati-hati

42. Menurut saya, ancaman tersebut tidak bisa digeneralisasikan terhadap seluruh orang Papua yang hadir, namun pada oknum tertentu yang melakukan kegiatan yang tidak baik.

43. Menurut saya, tidak ada.

44. Tidak ada, karena menurut saya kata “ancaman”terlalu berlebihan. Menurut saya, konflik dan gesekan anatara kaum minoritas dan mayoritas pasti berpotensi muncul di mana saja.

45. Bagi saya tidak ada, karena sebenarnya mereka tidak akan mengganggu.

Tapi jika mereka di ganggu pasti akan membalas. Meskipun mereka sering membuat kebisingan.

46. Tidak ada selama saling menghargai dan menghormati di dalam masyarakat

yang plural ini.

47. Sebenarnya saya sendiri tidak merasa orang Papua menjadi ancaman karena

saya sendiri belum pernah di ancam atau di ajak berantem dengan orang Papua. Selagi kita baik sepertinya orang Papua akan baik terhadap kita.

48. Tidak ada.

49. Karena saya baru tinggal di Yogyakarta selama satu tahun, saya belum merasakan dampak kemunculan orang Papua di Yogtyakarta. Namun, saya merasa tidak akan ada ancaman apabila orang Papua hadir di Yogyakarta.

50. Ancaman yang muncul atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta menurut

saya tidak ada.

51. Tidak ada.

52. Tidak ada, karena sesungguhnya mereka tidak akan berbuat macam-macam

kalau tidak disinggung lebih dahulu. Mereka hanya ingin menjaga eksistensi kelompoknya.

53. Tidak ada sebenarnya… hanya mungkin beberapa waktu lali ada

demonstrasi dari kelompok etnis Papua di Yogyakarta yang menjadi sorotan. Secara umum, mereka tidak bermaksud buruk dan baik-baik saja. 54. Menurut saya, tidak ada ancaman atas kehadiran orang Papua kecuali jika

mereka melakukan hal-hal yang mencurigakan.

55. Selama saya berada/tinggal di Yogyakarta saya belum pernah merasa

terancam oleh suku Papua. Tetapi, saya merasa tidak nyaman dengan bau badan suku Papua yang berbeda dengan saya.

56. Menurut saya tidak ada. Ancaman hadir karena adanya perasaan terganggu.

Selama kita saling menghargai dan tidak membuat pemisahan, saya rasa itu cukup. Dan yang saya lihat orang Papua cenderung untuk berkumpul dengan orang-orang mereka saja, mungkin itu terjadi karena kita yang membuat sekat duluan, sehingga mereka takut dengan kita.

57. Menurut saya tidak ada ancaman selama kita baik pada sesama kita dari Timur. Dan sesuai pengalamanku orang Manado mereka baik dan dermawan.

Menurut saya mereka malah orang yang asik untuk diajak berbicara berteman dan mau membantu saat kesusahan.

59. Bagi saya pribadi tidak ada ancaman yang muncul akan kehadiran orang

Papua justru mereka memberi “warna” yang baru dalam pergaulan. Gaya mereka yang “blak-blakan” dan energik (kerja fisik lebih ok) akan melengkapi teman-teman yang berbeda kepribadian atau suku Jawa yang kebanyakan penuh basa-basi dan sedikit lamban

60. Menurut saya tidak ada ancaman yang berarti atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta.

61. Tidak ada.

62. Menurut saya, gak ada ancaman.

63. Tidak ada.

64. Sepertinya tidak ada. Karena orang sinilah yang membuat seakan ada jembatan dengan orang Papua. Orang papua disini seperti berada dalam Penjara. Penjara sosial.

65. Tidak ada.

66. Tidak ada.

67. Orang-orang di Yogyakarta jadi semakin takut terhadap orang yang berasal Papua/merasa gelisah. Dengan adanya isu-isu bahwa sering muncul tawuran antar ras terutama ras Papua menjadi berpikir yang negatif terhadap kaum Papua.

68. Tidak banyak. Saya tidak mengeneralisasikan semua orang Papua, tapi

kadang saya takut karena mereka identik dengan sesuatu hal yang mengerikan, contohnya mabuk.

69. Menurut saya bukan ancaman tetapi hanya ketidak sesuaian saja, seperti pelanggaran tata tertib, karena tidak semua orang Papua menimbulkan ancaman. Hanya segelintir pihak saja yang memang perilakunya tidak bisa dibenarkan.

70. Keamanan, terjadinya pengrusakan

71. Ancaman munculnya tindak kekerasan. Merasa tidak nyaman. Mengubah

situasi di sekitar lingkungan. Bahaya.

72. Menurut saya, ancaman yang bisa muncul adalah meningkatnya jumlah

kekerasan, khususnya pada anggota polisi yang sedang bertugas di jalan. 73. Ricuh, nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi.

74. Tidak sepenuhnya merupakan anacaman. Namun, kebudayaan dan

kebiasaan yang mereka bawa, misalnya minum minuman keras, berkumpul dan membuat keributan di malam hari bisa menggangu ketentraman. 75. Mabuk, keras, jorok, tidak tertib, suka teriak-teriak.

76. Kriminalitas. Pertentangan antar etnis/suku/agama

77. Mabuk-mabukan. Teriak-teriak. Nggak tertib (contoh: naik motor tidak pakai helm). Kurang bisa menjaga sopan santun.

78. Kerusuhan, perkelahian, rasial.

79. Ancaman kerusuhan dan ketidaknyamanan dalam lingkungan, seperti tindak

kekerasan.

perantauan di Yogyakarta. Tidak ada perbedaan ancaman dari dari setiap pendatang. Bisa pelaku terorisme, ancaman ketertiban, dan kriminalitas.

81. Kehadiran orang Papuan di Yogyakarta memang sedikit pro dan kontra.

Adaptasi keberadaan suku Papua yang dikenal rusuh ini menjadi salah satu penyebab keberadaan mereka juga yang sering membuat orang lain merasa tidak nyaman di dekat mereka.

82. Menurut saya bukan ancaman melainkan sedikit perubahan karena

perbedaan kebiasaan yang dilakukan di daerahnya. Perbedaan pendapat juga dapat terjadi.

83. Orang Papua sangat bersahabat, kecuali kita mengganggu mereka atau

merendahkan. Jadi selama bisa saling menghargai tetap akan baik-baik saja.

84. -

85. Menurut saya ancaman atas munculnya kehadiran orang Papua di

Yogyakarta adalah tingkah laku mereka yang kasar terutama saat mereka mabuk-mabukan. Walaupun tidak semua memiliki tingkah laku kasar. 86. Tidak ada ancaman sama sekali dan walaupun suatu hari nanti ada yang

berbuat tidak baik atau melanggar hukum kita tidak boleh mengatakan bahwa orang Papua berbahaya dan harus dijauhkan. Kita Indonesia!

87. Ancaman kekerasan yang bisa dilakukan orang Papua.

88. Keributan

89. Tidak tahu, dan tidak begitu tahu, ancaman apa yang muncul atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta. Karena saya belum pernah mengalami sendiri diancam oleh orang Papua secara langsung. Biasanya hanya tahu dan lihat lewat medsos ataupun televisi.

90. Tidak tahu, tidak begitu tahu ancaman apa saja yang dilakukan orang Papua. 91. Tidak bisa diprediksi karena meskipun dari ras yang sama. Setiap

orangpunya sifat yang berbeda-beda.

92. Menurut saya, ancaman yang dapat muncul tergantung dari orang perorang.

Jika orang Papua tersebut tidak ingin mengacau, maka ancaman itu tidak akan terjadi.

93. Sebenarnya tidak ada masalah dengan orang Papua. Tetapi, saya sebenarnya agak takut dengan orang Papua yang fanatik. Biasanya mereka

menimbulkankerusuhan dan hal-hal yang tidak diinginkan jika merasa terggangu.

Lampiran 2

Transkrip Jawaban Pertanyaan Nomor 2 Nomor Angket : 001-094

Pertanyaan : Apa yang membuat anda berpendapat demikian? No.

Angket

Jawaban

1. Karena pengalaman pribadi, pengalaman teman, dan pengalaman keluarga saya.

2. Karena pandangan bahwa orang Papua atau orang daerah timur adalah orang yang kasar dan keras dan juga tidak peduli pada aturan yang ada.

3. Saya mendengar cerita dari teman saya yang orang Papua kalau di sana minum-minuman keras sudah biasa sedangkan di Jawa minuman keras kurang di terima walaupun sebenarnya banyak orang Jawa yang juga minum-minuman keras.

4. Karena isu/kabar yang beredar mungkin juga kasus yang pernah terjadi bahwa orang Papua suka minum-minum dan kalau sudah minum suka tidak sadar telah mencelakai orang lain akibat mabuk. Saya juga mendengar cerita dari teman yang di kos di luar daerah saya tinggal bahwa orang timur di dekat tempatnya tinggal melakukan hubungan seksual.

5. Karena selama saya sempat tinggal di daerah Babarsari, saya tidak terlalu bermasalah dengan orang Papua. Saya juga sebenarnya pendatang (ke Yogyakarta saat SMA), jadi saya kurang bisa berpendapat.

6. Karena tidak semua orang sana bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Biasanya masih membawa kebiasaan dari sana.

7. Meskipun tidak semua orang Papua melakukan hal demikian, tetapi hal yang membuat saya berpikir demikian karena teman saya pernah disiksa dan dirampok oleh orang Papua. Kakak saya juga pernah bercerita kalau orang Papua di Yogyakarta tidak takut hukum di sini dan suka bertindak semena-mena tapi saya juga punya teman orang Papua dia juga baik dan rendah hati. Jadi saya tidak mau

mengeneralisasikan pikiran saya terhadap semua orang Papua. 8. Pengalaman saya ketika melihat orang Papua selalu tidak menaati

peraturan jika berkendara dan melihat/mendengar dari YouTube dan masyarakat lain mengenai pandangan mereka terhadap orang Papua.

9. Yang membuat saya berpendapat demikian karena mereka sering membuat kerusuhan.

10. Pengalaman saya dalam menghadapi/bertemu dengan mereka. 11. Saat itu saya mendengar cerita kalau ada seorang gadis yang

dipaksa selfie dan memberikan nomor HPnya oleh seorang dari Papua. Saya juga merasa tidak nyaman dengan sifat/perilaku arogan mereka yang suka memaksa.

12. Karena saya merasakannya sendiri dan juga mendengar dari banyak orang.

13. Pernah terdengar kabar bahwa ada bentrok antara orang asli Yogyakarta dengan orang Papua atau dengan suku lainnya. 14. Karena emosi mereka tidak stabil.

15. Karena saya pernah jogging di pagi hari di Embung. Lalu ada segerombolan orang Papua yang sedang mabuk dan mengganggu aktivitas jogging masyarakat sekitar.

16. Karena saya sering mendengar terjadinya keributan antara warga yang mengatasnamakan warga Yogyakarta dengan orang Papua. 17. Sebelumnya pernah terjadi sehingga saya was-was.

18. Karena saya sering mendengar dari warga yang dirugikan dari perilaku mabuk mereka seperti merusak warung warga, naik taksi tidak bayar.

19. Karena kebanyakan orang Papua yang saya kenal itu sulit di atur, seenaknya sendiri, suka mabuk-mabukan, kaya, punya banyak teman (geng) dan bodoh tapi merasa dirinya pintar.

20. Karena sering mendengar kerusuhan yang disebabkan oleh orang Papua, selain itu karena teman saya sendiri pernah dipukuli oleh orang Papua yang tengah mabuk.

21. Karena mungkin dari beberapa pengalaman yang pernah saya lihat, rasakan dan alami.

22. Pengalaman, karena saya sering melihat mereka seperti itu dan menurut saya itu mengganggu dan mengancam keselamatan saya dan orang lain.

23. Karena orang Papua kebanyakan suka mabuk, tidak pakau helm, suka rebut (mau menang sendiri) dan mengerikan kalau bermasalah. 24. Saya berpikir demikian karena sepengetahuan saya orang Papua

memiliki karakter pribadi yang keras dan sering bermain kasar. Selain itu tampilan fisik (kulit) akan mempengaruhi lingkungannya.

Dokumen terkait