• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun beberapa saran yang dapat bermanfaat sebagai acuan dan membangun pada praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut :

 Pada saat Pelaksanaa proses operasi sebaiknya mengurangi proses kegiatan yang tidak diperlukan, seperti keadaan menganggur,agar produk dapat di hasilkan dengan baik dan dapat memanfaatkan waktu seefisien mungkin.

 Pada saat pembuatan peta kerja lebih memperhatikan detail sehingga tidak ada proses yang kurang atau terlewat

44

DAFTAR PUSTAKA

https://informasains.com/edu/post/2021/03/peta-kerja-pengertian-simbol-dan-jenis-peta- kerja/

Maryana (1) & Sri Meutia (2)-2015-PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN MAN AND MACHINE CHART-Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Ade Suhara-2021-UPAYA PERBAIKAN WAKTU KERJA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA ( STUDI KASUS DI PERUSAHAAN OTOMOTIF) KARAWANG- Karawang.

45

1

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI 2 MODUL II

PENGUKURAN WAKTU KERJA

Disusun Oleh : Kelompok XII LABORATORIUM

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA JAKARTA

2022

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Pratikum Sistem Produksi program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana Nama :

Jakarta, 24 Mei 2022 Menyetujui,

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur bagi Allah SWT. Atas berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan Praktikum Sistem Produksi.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu praktikum mata kuliah Sistem Produksi, Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana.

Pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan, bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh:

1.

Ibu Ir. Florida Butarbutar, MT selaku Kepala Prodi, dan Dosen Sistem Produksi, Teknik Industri Universitas Krisnadwipayana, Jakarta.

2.

Kepada seluruh Asisten Laboratorium Sistem Produksi Teknik Industri Universitas Krisnadwipayana, Jakarta.

Di dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan dan juga tidak terlepas dari segala kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang berisi membangun, sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Jakarta, 29 Mei 2022

Kelompok 12

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...ii KATA PENGANTAR ...iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR TABEL ... ix BAB I... 10 PENDAHULUAN ... 10

1.1 Latar Belakang Masalah ... 10 1.2 Perumusan Masalah ... 11 1.3 Maksud dan Tujuan ... 11 1.1 Batasan masalah ... 11 1.2 Metodeologi Penelitian ... 12 1.3 Sistematika Penulisan ... 13

Bab II ... 14 Landasan Teori... 14

2.1 Pengukuran Waktu Kerja ... 14 Perhitungan Statistik Tentang Pengukuran Waktu ... 15

2.2.2 Nilai rata-rata ... 15 2.2.3 Standar Deviasi ... 15 2.2.4 Standar Deviasi rata-rata sub grup ... 16 2.2.5 Pengujian Keseragaman Data ... 16 2.2.6 Pengujian Kecukupan Data... 17

Penyesuaian dan Kelonggaran ... 18

2.3.2 Metode Persentase... 19

Pengukuran Waktu Normal ... 25 Pengukuran Waktu Baku ... 25

v

BAB III... 27 Pengumpulan data dan pengolahan data ... 27

pengumpulan data ... 27 3.1.1 stasiun pemotongan ... 27 3.1.2 Stasiun drill ... 38 3.1.3 Stasiun bending ... 45 3.1.4 Stasiun pengelasan ... 47 3.1.5 Stasiun pengecatan ... 48 3.1.6 Stasiun finishing cover (pelapis HPL) ... 49 3.1.7 Stasiun perakitan (assembling pengecekan PLC) ... 50 Pengolahan data ... 51 3.2.1 Pengujian keseragaman data ... 51 3.2.6 Waktu baku dari keseluruhan stasiun kerja hingga menjadi 1 produk PLC

132

BAB IV ... 133

ANALISIS ... 133

BAB V ... 134

KESIMPULAN DAN SARAN ... 134

Dalam pengukuran waktu kerja yang telah di laksanakan dengan

dilakukan dengan menghitung waktu siklus, waktu normal, dan

waktu baku yang di dapat dan menggunakan metode westinghouse

... 134

vi

vii

viii

gambar 4. 54 ... 78

gambar 4. 55 ... 79

gambar 4. 56 ... 80

gambar 4. 57 ... 80

gambar 4. 58 ... 80

gambar 4. 59 ... 81

gambar 4. 60 ... 81

gambar 4. 61 ... 82

gambar 4. 62 ... 82

gambar 4. 63 ... 83

gambar 4. 64 ... 83

gambar 4. 65 ... 84

gambar 4. 66 ... 84

gambar 4. 67 ... 85

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 PEMOTONGAN RANGKA COVER SAMPING ... 27 Tabel 3. 2 PEMOTONGAN BESI HOLO RANGKA COVER BAWAH... 28 Tabel 3. 3 BESI PLAT PENYANGGA BAUT RANGKA COVER SAMPING ... 29 Tabel 3. 4 PEMOTONGAN BESI RANGKA COVER DEPAN ... 30 Tabel 3. 5 PEMOTONGAN BESI HOLO RANGKA COVER BELAKANG... 31 Tabel 3. 6 pemotongan kayu multiplek... 32 Tabel 3. 7 PEMOTONGAN KAYU MULTIPLEK COVER DEPAN ... 33 Tabel 3. 8 PEMOTONGAN KAYU MULTIPLEK BELAKANG ... 34 Tabel 3. 9 PEMOTONGAN HPL SAMPING ... 35 Tabel 3. 10 PEMOTONGAN HPL COVER DEPAN... 36 Tabel 3. 11 PEMOTONGAN HPL COVER BELAKANG ... 37 Tabel 3. 12 DRILL LUBANG BAUT BESI SIKU RANGKA COVER SAMPING ... 38 Tabel 3. 13 DRILL BEESI PLAT PENYANGGA BAUT COVER SAMPING ...

39

Tabel 3. 14 DRILL LUBANG BAUT BESI HOLO COVER BELAKANG ... 40 Tabel 3. 15 LUBANG BAUT SIKU RANGKA COVER DEPAN ... 41 Tabel 3. 16 LUBANG KOMPONEN KAYU COVERDEPAN ... 42 Tabel 3. 17 DRILL LUBANG BAUT SAMPING ... 43 Tabel 3. 18 DRILL BAUT SIKU RANGKA COVER SAMPING ... 44 Tabel 3. 19 DRILL LUBANG BAUT

BELAKANG………..……….………45 Tabel 3. 20 BENDING BESI HOLO RANGKA COVER BAWAH ... 46 Tabel 3. 21 BENDINGRANGKA COVER BELAKANG ... 47

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini perkembangan dunia industri manufaktur dan jasa semakin meningkat, karena itu perusahaan dituntut untuk selalu berkembang supaya bisa terus bertahan dalam menjalankan usahanya. Kegiatan produksi maupun operasi menjadi faktor yang sangat penting bagi sebuah perusahaan oleh sebab itu perusahaan harus memiliki manajemen operasi yang efektif dalam menentukan jumlah pekerja dilihat dari faktor kinerja manpower dan faktor efisiensi waktu proses produksi agar tidak terjadi pemborosan waktu dan biaya yang dapat merugikan perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, juga dapat mencapai tingkat produksi yang diharapkan.

Peningkatan produktivitas, kinerja dan kualitas sangat berkaitan erat dengan perencanaan maupun penjadwalan proses produksi melalui perhitungan waktu baku, setelah itu akan diperoleh waktu standar bagi operator atau pekerja sesuai jadwal yang telah ditentukan. Standar waktu inilah yang akan menjadi acuan bagi jumlah produk yang akan di produksi oleh perusahaan.

Dengan praktikum ini menghitung waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku untuk mengetahui waktu proses pembuatan PLC

11

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengukuran kerja pada proses pembuatan PLC?

2. Bagaimana teknik atau metode apa saja yang dipakai pengukuran waktu?

3. Bagaimana cara menghitung waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku?

1.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan akhir ini:

1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui metode yang di pakai pengukuran waktu.

2. Diharapkan mahasiswa mampu atau mengetahui menghitung siklus, waktu normal, dan waktu baku.

3. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengukuran waktu pada proses pembuatan PLC.

1.1 Batasan masalah

Batasan masalah sebagai berikut :

1. Data yang digunakan data masa lampau (2020), yang akan digunakan (2023) 2. Rekap data yang di gunakan dibuat sendiri menjadi 40 sample pada data real

hanya 1 sample.

12

1.2 Metodeologi Penelitian

Mulai

Pengambilan Data Referensi Pengkajian

Pembuatan Laporan

Pendahuluan

Asistensi ii

Selesai Responsi Landasan Teori

Pengolahan data

Analisis

Kesimpulan &

Saran Ditolak

Yes

13

1.3 Sistematika Penulisan

Laporan ini terdiri dari 5 bab dan masing masing bab terbagi dalam subbab yang akan dirinci sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Maksud dan tujuan, Batasan Masalah, flowchart, Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini merupakan bagian Landasan Teori yang berisikan teori-teori yang berisi tentang rancang bangun sistem informasi perencanaan produksi.

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisikan tentang metode, instrumen, dan cara pengumpulan data yang dilakukan, serta pengolahan data yang dilakukan dengan metode westinghouse.

BAB IV ANALISIS

Pada bab ini diuraikan mengenai penjelasan lebih lanjut tentang hasil yang diperoleh dari proses pengolahan data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Memaparkan hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan penulisan laporan.

14 Bab II Landasan Teori

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengamatan dengan objek yaitu pekerja hingga memperoleh waktu kerja setiap prosesnya, menghitung waktu siklus dengan memakai peralatan yang sesuai (Ginting, 2009). Data dari hasil pengamatan yang bisa diukur yaitu waktu siklus pekerjaan, dengan waktu penyelesaian keseluruhan pekerjaan mulai bahan awal proses didalam unit proses hingga unit keluar. Pada dasarnya pengukuran waktu tergolong menjadi dua bagian yaitu (Ginting, 2009):

1. Melakukan pengukuran waktu yang dilakukan dalam keadaan langsung dengan pengukuran dilokasi pekerjaan dengan kegiatan pekerjaan tersebut mulai dijalankan,untuk metode pengukuran pengambilan langsung bisa dibagi menjadi dua, diantaranya (Ginting, 2009):

a. Metode sampling pekerjaan

Pengamat tidak harus terus menerus berada di lokasi kerja, tetapi melakukan kegiatan pengamatan sekali kali yang telah ditentukan dengan cara random/acak. Karena dalam satu hari kerja akan dibagi satuan waktu yang besarnya bisa ditentukan pengukur .

b. Metode waktu jam henti/stopwatch

Dalam pengukuran jam henti bisa dilakukan tiga cara (Ginting, 2009):

Dengan metode mengulang (snap back method), merupakan aktivitas pengukuran waktu dengan secara mengulang, stopwatch dapat

dijalankan

hingga akhir bagian kerja diamati dan ditulis. Untuk bagian mengukur proses lainnya stopwatch dikembalikan ketitik nol

15

Metode kontinue (continious method), pada awalnya stopwatch dinyalakan dan pengamatan dari awal proses kerja sampai selesai. pengamat dan pencatatan waktu kumulatif”digunakan dalam proses kerja.

Metode akumulatif (accumurlative method), adalah pengukuran waktu dengan menggunakan dua stopwatch dengan cara digabung, apabila stopwatch pada awalnya disiapkan, maka stopwatch yang kedua terhenti dengan otomatis dan sebaliknya. Pengukuran waktu dengan cara akumulatif kemungkinan dibaca langsung dengan masing-masing bagian kerja.

2. Pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengukuran waktu yang telah tidak harus berada langsung dilokasi kerja. tetapi bisa dilaksanakan dengan cara melihat grafik atau tabel yang tersedia, dengan catatan harus memahami jalannya produksi yang sedang diproses dengan elemen-elemen gerakan, contohnya data waktu baku.

15

Perhitungan Statistik Tentang Pengukuran Waktu

2.2.1 Sub Grup

Sub grup berfungsi untuk menentukan dan memperlihatkan Batas Kontror Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB), sub grup adalah hasil dari pengumpulan data-data hasil pengamatan (Ginting, 2009).

2.2.2 Nilai rata-rata

Nilai rata-rata merupakan nilai yang menunjukan bagaimana suatu data itu ke suatu ukuran atau nilai tertentu. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):

2.2.3 Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan nilai yang mengetahui besar perbedaan dari nilai sekumpulan data terhadap nilai rata-ratanya. Rumus yang

digunakan sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):

σ = (𝑘/𝑠√Ʃ(𝑥𝑖 − 𝑥=) 𝑁 − 1 )2

Dimana:

𝜎 : standar deviasi 𝑋̿ : rata-rata subgroup Xi : nilai dari data N : populasi dari data

16

2.2.4 Standar Deviasi rata-rata sub grup

Standar deviasi rata-rata sub grup didapatkan dari standar deviasi dibagi dengan subgrup yang terbentuk. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):

σ 𝑥 = σ

√𝑛

Dimana:

: standar deviasi subgroup 𝜎 : standar deviasi

n : jumlah subgroup yang terbentuk

2.2.5 Pengujian Keseragaman Data

Bertujuan guna memastikan datanya seragam agar tidak muncul dan tidak disadari, jadi diperlukan sistem untuk mengetahui

ketidakseragaman data-data yang didapatkan menggunakan peta kontrol (Sutalaksana, 2006). Pada umumnya seluruh data yang diperoleh dimasukkan pada peta lalu dibuat batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Data bias dikatakan seragam apabila data harus berada dalam batas kedua control, dikatan tidak seragam jika diluar batas kontrol.

17

kontrol bawah

2.2.6 Pengujian Kecukupan Data

Uji kecukupan data adalah guna menentukan semua data yang akan didapatkan dan diperlihatkan dalam catatan akhir bisa dikatakan sesuai dan cukup secara obyektif (Ginting, 2009). Namun uji kecukupan data digunakan untuk menjamin agar karakteristik populasi sudah

digambarkan oleh karakteristik yang digunakan, tetapi idealnya semakin banyak jumlah pengamatan maka hasil yang diinginkan akan lebih terlihat dan juga usaha/biaya yang dibutuhkan tentu semakin banyak.

Rumus yang diigunakan yaitu:

𝑁 = (𝑘/𝑠√𝑁 ∑ 2 − (∑ 𝑥𝑋 )2

Jumlah data teoritis X = data pengamatan

18

Penyesuaian dan Kelonggaran 2.3.1 Faktor Penyesuaian

Faktor penyesuaian adalah untuk menjaga dan menormalkan kerja yamg ditunjukan oleh operator. Setelah pengukuran berlangsung, jika tidak wajar dapat terjadi contohnya bekerja tidak ada keseriusan yang ditunjukan oleh operator (sutalaksana, 2006). Faktor penyesuaian pada pengukuran waktu kerja digunakan dengan menentukan waktu normal hingga operator yang berada dalam proses tertentu .

Apabila terjadi hal yang tidak wajar pengukur perlu mengetahui serta memberi nilai dengan kondisi yang terjadi. sehingga berdasarkan hal tersebut perlu penyesuaian dilakukan. Biasanya penyesuaian tentukan apabila pengukur memperoleh waktu rata- rata siklus yang kerjakan dengan cepat dan tidak wajar oleh operator, sehingga harga rata-rata siklus menjadi wajar, pengukur disarankan untuk menormalkan dengan adanya

penyesuaian.

Untuk mendapatkan hasil yang tepat dalam pengukuran, pengukur dapat melihat bagaimana proses kerja operator yang bisa dikatakan normal, contohnya apabila pengalaman operator memiliki pengalaman semakin terbuka fokusnya dalam proses bekerja. Sehingga akan memudahkan konsep wajar tanpa bekerja berlebihan sepanjang hari, mengetahui dan memahami proses kerja sesuai prosedur, dan memperlihatkan keseriusan dalam kegiatan bekerja

Menurut iftikar z.sutalaksana (2006)”Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya

sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu

19

yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga p nya akan lebih besar dari satu (p>1);

sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p<1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu (p=1).”

2.3.2 Metode Persentase

Metode persentase adalah proses awal yang sering dilakukan untuk

melangsungkan penyesuian. Tingginya faktor penyesuaian akan diketahui oleh pengukur saat berlangsungnya kegiatan pengukuran (Sutalaksana, 2006).

Sehingga sesuai dengan adanay hasil pengukuran untuk menentukan harga p, maka hasil pengukuran waktu normal dikalikan dengan waktu siklus..

2.3.3 Metode Shumard

Metode shumard adalah memberikan cara untuk mendapatkan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja yang memiliki nilai masing-masing (Sutalaksana, 2006). Dalam pengukuran ini, pengukur diberi standar untuk menilai kegiatan kerja operator menurut kelas-kelas seperti, super fast, fast +, fast , fast – , excelent, good +, good, good -, normal, fair+, fair, fair -, poor.

2.3.4 Metode Westinghouse

Metode westinghouse adalah untuk mempertimbangkan emapt faktor untuk mengevaluasi kemampuan kerja operator dengan keterampilan dan

kesetabilan. Yaitu kemampuan atau skill dapat diartikan sebagai kesigapan dalam melakukan metode

yang telah ditentukan, usaha, kondisi kerja, dan konsentrasi. faktor terbagi

20

dalam level berbeda dan nilai secara satu persatu. (Sutalaksana, 2006).

Berlatih seamkin menambah kemampuan, tetapi hanya sebatas level tertentu.

Untuk mendapatkan hasil maksimal yang diperoleh dan diberikan pada pekerja yang bersangkutan. kemampuan dapat menurun jika sudah terlalu sering tidak melakukan kegiatan kerja dan kelelahan yang sangat berlebihan serta faktor lingkungan. Untuk keperluan penyesuaian, kemampuan terdiri enam level, diantaranya sebagai berikut (Sutalaksana,2006):

Super skill:

a. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.

b. Bekerja dengan sempurna.

c. Tampak seperti telah terlatih dengan baik.

d. Gerakannya halus tapi sangat cepat sehingga sulit sekali untuk diikuti.

e. Kadang-kadang terkesan tidak’berbeda”dengan “gerakan”mesin.

f. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan keelemen pekerjaan lainnya tidak terlampau terlihat karena lancar.

g. Tidak terkesan adanya gerakan•gerakan berpikir dan

merencanakan tentang apa yang akan dikerjakan (sudah sangat otomatis).

h. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.

Excellent skill:

a. Percaya diri.

b. Kelihatan cocok sama pekerjaannya.

c. Kelihatan dangat terlatih

d. Melakukan pekerjaan dengan teliti dan detail.

e. Mengerjakan sesuai prosedur .

21

f. Memakai alat dengan baik.

g. Melakukan pekerjaan dengan sangat cepat.

h. Bekerja cepat dengan rapih.

Good skill:

a. Kualitas hasil baik.

b. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.

a. Dapat memberi petunjuk•petunjuk pada pekerjaan lain yang keterampilannya lebih rendah.

c. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

d. Tidak memerlukan banyak pengawasan.

e. Tiada keragu-raguan.

f. Bekernya stabil

g. Gerakan terkoordinasi dengan baik.

h. Gerakannya cepat.

Average skill:

a. Terlihat adanya kepercayaan pada diri sendiri.

b. Gerakannya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

c. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

d. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.

e. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.

f. Gerakannya cukup menunjukan tidak ada keragu-raguan.

g. Bekerjanya secara teliti.

h. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

22

Fair skill:

a. Memahami tetapi belum terlatih sempurna.

b. Tidak terlalu mengenal peralatan.

c. Adanya perencanaan seblm mulai kerja.

d. Tidak percaya diri terhadap kemampuan sendiri.

e. Mengetahui apa yang harus dilakukannya tetapi tampak tidak selalu yakin.

f. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan•kesalahan sendiri.

g. Kurang memahmi pekerjaan, tetapi ditempatkan dibagian yagn kurang dipahami.

h. Bilamana bekerja kurang serius dan focus ouput yang dihasilkan tidak baik.

i. Tidak memikirkan lebih jauh untuk menjalankan sesuatu alat.

Poor skill:

a. Kurang bisa focus terhadap pekerjaan.

b. Pergerakan cenderung kaku.

c. Merasa kurang yakin terhadap gerakannya.

d. Kurang terlatih terhadap bagian yang diberikan.

e. Merasa tidak cocok dalam melakukan gerakan kerja.

f. perlihatkan kebingungan saat melakukan kegiatan kerja.

g. Kurang merasa percaya diri.

h. Terlalu banyak melakukan kesalahan.

i. Belum bisa mengambil keputusan sendiri.

Berusaha atau effort menampilkan keterampilan dengan kelebihan berbeda-beda. Hal yang perkirakan akan ditunjukkan tentang usaha pada tingkat keuletan yang dimiliki atau diberikan oleh operator saat melaksanakn

pekerjaan. Untuk berusaha atau effort, metode westinghouse membagi dengan beberapa tingakan dengan ciri-ciri, yaitu:

23

Excessive effort:

a. Melakukan sangat berlebihan.

b. Terlalu bersungguh-sungguh, tetapi tidak memperhatikan kesehatan.

c. Pergerakan yang ditimbulkan tidak bisa dipertahankan dengan waktu panjang.

Excellent effort:

a. Sangat memperlihatkan kecepatan kerjanya yang tinggi.

b. pergerakan yang lebih “ekonomis” dari operator yang lain.

c. selalu mementingkan pekerjaan.

d. Bayak memberi masukan.

e. Menerima kritikan dan pentunjuk seseorang.

f. Mempercayai kelebihan pengukran waktu..

Good effort:

a. Bekerja dengan sesuai prosedur.

b. Waktu untuk santai sangat sedikit.

c. Focus terhadap apa yang dikerjakan.

d. Bekerja dengan rasa bagga.

e. Kecepatan membaik dan stabil sepanjang hari.

f. Percaya pada kebaikan waktu pengukuran waktu

Average effort:

a. Melakukan pekerjaan selalu staabil.

b. Mendengarkan saran tetapi tidak dipatuhi.

c. Persiapan dilakukan dengan saip.

d. Membuat perencanaan sebelum bekerja.

24

Fair effort:

a. Kesal ketika diberi saran.

b. Sering melamun dan tidak focus saat bekerja.

c. Tidak ada keseriusan untuk bekerja.

d. Kelihatan lemas dan asal-asalan.

e. Selalu menyimpang dari prosedur yang ditetapkan.

f. Menggunakan alat kerja dengan kurang baik.

g. Memperlihatkan kurang yakin dalam bekerja.

Poor effort:

a. Selalu membuang waktu kerja.

b. Tidak ada niat untuk bekerja.

c. Menolak diberi saran.

d. Sering malas dan lemas.

e. Sering melakukan pergerakn tidak perlu untuk menggunakan peralatan.

f. Area kerjanya selalu berantakan.

2.3.1. Faktor Kelonggaran (Allowance)

Faktor kelonggaran berguna untuk memberikan kesempatan pada operator agar melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan , maka waktu baku diperoleh dapat bisa disebut data-data waktu pekerja yang cukup dan memenuhi sistem kerja yang diamati, faktor kelonggaran diantaranya:

a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique) c. Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan

Menentukan faktor kelonggaran dengan meyesuaian dilakukan bersama, sehingga bisa dirasakan seimbang, baik dari pihak operator dan pihak

25

manajemen.

Pengukuran Waktu Normal

Waktu normal didapatkan dari mengalikan waktu rata-rata dengan perfomance rating. menggunakan Rumus tersebut:

Waktu Normal = Waktu rata-rata (Ws) x (1+ P)

Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar sehingga hasil perhitunggan waktu perlu disesuaikan. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika perkerja bekerja dengan wajar, faktor penyesuaian, p sama dengan 1. Jika bekerjanya terlalu lambat maka untuk menormalkannya pengukur harus memberi harga p < 1, dan sebaliknya p > 1, jika dianggap bekerja cepat

Pengukuran Waktu Baku

Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Waktu baku diperoleh dengan perkalian antara waktu normal dengan persentase kelonggaran. Rumus perhitungan waktu standar yaitu:

WB = WN + (WN × Allowance)

26

Allowance = kelonggaran

Dalam menentukan waktu baku diperlukan suatu kelonggaran waktu, kelonggaran terbagi dalam 3 bagian, yaitu untuk hambatan-hambatan pribadi, menghilangkan rasa

fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya tersebut merupakan hal-hal yang digunakan sebagai tolak ukur yang dibutuhkan oleh pekerja.

27 BAB III

Pengumpulan data dan pengolahan data pengumpulan data

3.1.1 stasiun pemotongan

3.1.1.1 pemotongan komponen besi

A. Pemotongan besi siku rangka cover samping

Tabel 3. 1 PEMOTONGAN RANGKA COVER SAMPING

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 40 122 85

28

B. Pemotongan besi holo rangka cover bawah

Tabel 3. 2 PEMOTONGAN BESI HOLO RANGKA COVER BAWAH

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 42 65 1368

TOTAL 1710 2630 54745

29

C. Pemotongan besi plat penyangga baut rangka cover samping

Tabel 3. 3 BESI PLAT PENYANGGA BAUT RANGKA COVER SAMPING

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 65 82 163

30

D. Pemotongan besi siku rangka cover depan

Tabel 3. 4 PEMOTONGAN BESI RANGKA COVER DEPAN

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 65 60 89

31

E. Pemotongan besi holo rangka cover belakang

Tabel 3. 5 PEMOTONGAN BESI HOLO RANGKA COVER BELAKANG

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 58 62 877

32

3.1.1.2 pemotongan komponen kayu multiplek

A. Pemotongan kayu multiplek cover samping

Tabel 3. 6 pemotongan kayu multiplek

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 688 3246 278

10 683 3248 280

11 682 3249 281

12 683 3250 282

13 684 3251 283

14 685 3252 284

15 686 3251 283

16 687 3250 282

17 688 3249 281

18 689 3248 280

19 690 3247 279

20 691 3246 278

21 692 3245 277

22 691 3244 276

23 690 3243 275

24 689 3242 274

25 688 3241 273

26 687 3240 272

27 686 3241 273

28 685 3242 274

29 684 3243 275

30 683 3244 276

31 682 3245 277

32 683 3246 278

33 684 3247 279

34 685 3248 280

35 686 3249 281

36 687 3250 282

37 688 3251 283

38 689 3252 284

39 690 3251 283

40 691 3250 282

33

B. Pemotongan kayu multiplek cover depan

Tabel 3. 7 PEMOTONGAN KAYU MULTIPLEK COVER DEPAN

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 688 178 208

34

C. Pemotongan kayu multiplek cover belakang

Tabel 3. 8 PEMOTONGAN KAYU MULTIPLEK BELAKANG

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 688 115 175

35

3.1.1.3 pemotongan komponen pelapis cover PLC (HPL) A. pemotongan HPL cover samping

Tabel 3. 9 PEMOTONGAN HPL SAMPING

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 11 16 94

36

B. pemotongan HPL cover depan

Tabel 3. 10 PEMOTONGAN HPL COVER DEPAN

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 739 1711 3198

2 733 1705 3192

3 734 1706 3193

4 735 1707 3194

5 736 1708 3195

6 737 1709 3196

7 738 1710 3197

8 739 1711 3198

9 740 1712 3199

10 741 1713 3200

11 742 1714 3201

12 743 1715 3202

13 744 1716 3203

14 745 1717 3204

15 744 1716 3203

16 743 1715 3202

17 742 1714 3201

18 741 1713 3200

19 740 1712 3199

20 739 1711 3198

21 738 1710 3197

22 737 1709 3196

23 736 1708 3195

24 735 1707 3194

25 734 1706 3193

26 733 1705 3192

27 734 1706 3193

28 735 1707 3194

29 736 1708 3195

30 737 1709 3196

31 738 1710 3197

32 739 1711 3198

33 740 1712 3199

34 741 1713 3200

35 742 1714 3201

36 743 1715 3202

37 744 1716 3203

38 745 1717 3204

39 744 1716 3203

40 743 1715 3202

37

C. pemotongan HPL cover belakang

Tabel 3. 11 PEMOTONGAN HPL COVER BELAKANG

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 1045 1300 2218

2 1039 1294 2212

3 1040 1295 2213

4 1041 1296 2214

5 1042 1297 2215

6 1043 1298 2216

7 1044 1299 2217

8 1045 1300 2218

9 1046 1301 2219

10 1047 1302 2220

11 1048 1303 2221

12 1049 1304 2222

13 1050 1305 2223

14 1051 1306 2224

15 1050 1305 2223

16 1049 1304 2221

17 1048 1303 2220

18 1047 1302 2219

19 1046 1301 2218

20 1045 1300 2217

21 1044 1299 2216

22 1043 1298 2215

23 1042 1297 2214

24 1041 1296 2213

25 1040 1295 2212

26 1039 1294 2213

27 1040 1295 2214

28 1041 1296 2215

29 1042 1297 2216

30 1043 1298 2217

31 1044 1299 2218

32 1045 1300 2219

33 1046 1301 2220

34 1047 1302 2221

35 1048 1303 2222

36 1049 1304 2223

37 1050 1305 2224

38 1051 1306 2223

39 1050 1305 2222

40 1049 1304 2221

38

3.1.2 Stasiun drill

3.1.2.1 Drilling komponen besi

A. Drill lubang baut besi siku rangka cover samping

Tabel 3. 12 DRILL LUBANG BAUT BESI SIKU RANGKA COVER SAMPING

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 100 180 240

39

B. Drill besi plat penyangga baut cover samping

Tabel 3. 13 DRILL BEESI PLAT PENYANGGA BAUT COVER SAMPING

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 113 144 164

40

C. Drill lubang baut besi holo rangka cover belakang

Tabel 3. 14 DRILL LUBANG BAUT BESI HOLO COVER BELAKANG

D. Drill lubang baut besi siku rangka cover depan

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 402 - 894

41

Tabel 3. 15 LUBANG BAUT SIKU RANGKA COVER DEPAN

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 100 180 240

42

3.1.2.2 Drilling komponen kayu multiplek

A. Drill lubang komponen kayu cover depan

Tabel 3. 16 LUBANG KOMPONEN KAYU COVERDEPAN

B. Drill lubang baut cover samping

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 80 - 753

43

Tabel 3. 17 DRILL LUBANG BAUT SAMPING

C. Drill lubang baut siku rangka cover depan

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 224 240 470

44

Tabel 3. 18 DRILL BAUT SIKU RANGKA COVER SAMPING

D. Drill lubang baut belakang

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 195 321 292

45

Tabel 3. 19 DRILL LUBANG BAUT BELAKANG

3.1.3 Stasiun bending

A. Bending besi holo rangka Cover bawah

NO SET UP PENGUKURAN PROSES

1 14 - 296

46

Tabel 3. 20 BENDING BESI HOLO RANGKA COVER BAWAH

B. Bending besi holo rangka cover belakang

B. Bending besi holo rangka cover belakang

Dokumen terkait