BAB V. PENUTUP
B. Saran
Dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian diatas maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih menggali lagi informasi yang ada dengan memperhatikan persiapan penelitian dan waktu pengambilan data dengan lebih detil. Banyak sekali topik menarik yang bisa diangkat mengenai anak indigo selain regulasi emosi negatif sehingga dapat memperkaya kasanah ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan anak.
2. Bagi anak indigo
Anak indigo disarankan belajar untuk tidak tergantung kepada ibunya dalam meregulasi emosinya. Anak dapat mengambil alih apa yang biasa dilakukan ibunya dalam membantu memonitor dan mengevaluasi emosi negatifnya untuk mencoba meregulasi sendiri. Subjek I disarankan mampu belajar untuk memodifikasi emosi negatif sehingga lebih memotifasi hidupnya, sedangkan subjek II disarankan melihat lagi monitor dan evaluasi emosi negatifnya agar lebih baik lagi.
3. Bagi orang tua
membantu anak untuk merasa dipahami sehingga dapat mengembangkan kemampuan diri lebih optimal.
4. Bagi lembaga yang menangani anak indigo
Lembaga disarankan bekerjasama dengan orang tua anak indigo untuk mendampingi dan membantu anak indigo memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi emosi negatifnya dengan lebih tepat. Misalnya dengan mengajak anak memiliki buku catatan tentang emosi negatif yang dirasakan dan direaksi dalam setiap hari dan dapat didiskusikan setiap minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., dan Umar, M. (1992). Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya: Bina Ilmu.
Andayani, S. (1990). Efektifitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian
Kemarahan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.
Audifax. (2008). Re-search: Sebuah Pengantar untuk “Mencari Ulang” Metode
Penelitian dalam Psikologi. Yogyakarta: Jalasutra.
Berk, L. E. (2008). Infants and Children (sixth ed.). Boston: Pearson Education. Bridge, L.J., Denham, S.A., dan Ganiban, J.M. (2004, March/April). Definitional
Issues in Emotion Regulation Research. Diunduh 20 Juli 2010, dari
http://dionysus.psych.wisc.edu/lit/articles/BridgesL2004a.pdf.
Carroll, L. dan Tober, J. (2006). The Indigo Children. Terjemahan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular, Kelompok Gramedia.
Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Penterjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Chapman, W. (2005). Indigo Child Cakra Mata Ketiga Pembawa Harapan Baru,
Terj. Oleh Yoyo. Yogyakarta: Jaka Pring (Nuqthoh Group).
Dachrud, M. (2005). Efektifitas Pelatihan Pesantern Kilat terhadap Kemampuan Regulasi Diri Ditinjau dari Kecerdasan Emosi dan Kematangan Sosial pada
Remaja. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Dosick, W. dan Dosick, E. K. (2004). Pengalih bahasa: Tanto Hendy. 17 Emosi
Negatif Anak Indigo. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia.
Dosick, W. dan Dosick, E. K. (2002, April). Who am I?. Diunduh 10 Agustus 2010, dari http://www.soulbysoul.com/articles/pointofessence.pdf.
Garnefski, N., Kraaij, V., dan Spinhoven, P. (2001). Negative Life Events,
Cognitive Emotion Regulation and Emotional Problem. Diunduh 17 Juli 2010,
dari http://media.leidenuniv.nl/legacy/garnefski___kraai_j__spinhoven_2001.pdf. Giles, B. (2005). Developmental Psychology. London: Grange Books.
Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional): Mengapa
Gunarsa, S.D. (1997). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Juanita, V. (2003). Anak Indigo. Disarikan dari Narasumber dr. Riko Rahardian, Praktisi Inti Reiki. Kolom Preview PasFM Healthcare. Diunduh 20 Mei 2006. http://www.google.com.
Kusuma, E. (2000). Pembinaan Buanaputra (Children of The Earth), Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta.
Kusuma, E. (2005). Mengenal Generasi Indigo dalam perkuliahan Psikiatri
FK-UI, Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta.
Lazarus. (1991). The Self-Regulation of Emotion. Edited by Lennart Levi.
Emotions : Their Parameters and Measurement. New York: Raven Press.
McDevitt, T.M. dan Ormord, J.E. (2002). Child Development, Educating and
Working with Children and Adolescents (second ed.). New Jersey: Pearson
Education.
MH. (2004, 27 Juni). Berbeda Tapi Bukan Anak “Aneh”. Diunduh 20 Mei 2006 dari http://www.kompas.com./kompas-cetak/0406/27/keluarga/1111602.htm. Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (ed. rev.). Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nimas. (2007, 28 Januari). Anak Indigo Dari Sixth Sense Sampai Mampu Melihat Dimensi Lain. Diunduh pada 26 Juni 2008 dari http://www.pro- vclinic.web.id/articles/dari-sixth-sense-sampai-mampu-melihat-dimensi-lain.html.
Papalia, D. E. (2009). Human Developman Perkembangan Manusia (ed. Ke-10,
buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.
Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2007). Human Development
(tenth edition). New York: The McGraw Hill Companies.
Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.
Prawira, N. A. (2009). Perbedaan Pengendalian Emosi antara Mediator dan Non
Mediator. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi,
Retnowati, S., Widhiarso, W., dan Rohmani, K.W. (2003). Peran Keberfungsian
Keluarga pada Pemahaman dan Pengungkapan Emosi. Diunduh 9 Juni
2010, dari
http://www.widhiarso.staff.ugm.ac./id/files/jurnal_keluarga_dan_pengungkap an_emosi.pdf.
Richards, J.J. dan Gross, J.J. (2000). Emotion Regulation and Memory: The
Cognitive Cost of Keeping One’s Cool, Journal of Personality and Social
Psychology, 79 (3) 410-424.
Rumini, S., dan Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Safaria, T. dan Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta:
Bumi Aksara.
Santrock, J.W. (2002). Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (ed.
Ke-5, jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak (ed. Ke-11, jilid 2). Jakarta: Erlangga. Saptorini, E. (2003, 20 Mei). Disangka Gila karena Indigo. Diunduh 20 Mei 2006,
dari http://www.kompas.com.
Senior. (2005). Indigo Si Anak Old Soul. Diunduh 20 Mei 2006 dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/0506/17/154633.htm.
Shaughnessy, J., Zechmeister, E., dan Zechmeister, J. (2007). Metodologi
Penelitian Psikologi (ed. ke-7). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Silalahi, T. (2009). Konsep Diri Remaja Indigo. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Salovey, P. B. dan Mayer, M.A. (2004). Emotional Intelligence. New York: National Professional Resources, Inc.
Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya
Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya. A. (2008). Tata Tulis Artikel Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Tape, N. A. (1982). Understanding Your Life Through Color. ISBN 0-940399-00-8. Starling Publisher, PO Box 278, Carlsbad, CA 92010-940399-00-8. Buku ini tidak didistribusikan secara luas.
Thompson, R.A. (1994). Emotion Regulation: A Theme in Search of Definition.
Diunduh 23 Juli 2010, dari
http://psychology.ucdavis.edu/labs/Thompson/pubs/article/Thompson1994.pd f
Tim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. (1992). Proyeksi
Kepribadian Tes Grafis. Malang: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
W. (2007, April 11-20). Resonansi Dunia Berubah Anak Super Bermunculan. Liberty, 17-19.
Wade, C. dan Tavris, C. (2007). Psikologi (ed. kesembilan. Alih bahasa: Padang Mursalin, M. Psi dan Dinastuti, M.Psi. Jakarta: Erlangga.
Widyarini, N. (2005). Hubungan antara Strategi Kontrol Primer dan Sekunder dengan Perilaku Sehat dan Emosi Negatif pada Penderita Diabetes Militus
Tipe II di RSU Dr. Soebandi Jember. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada
Ysahnaz. (2009, 23 Juni). Indigo Child “Satrio Wibowo”. Diunduh 7 Juli 2010. http://www.youtube.com/watch?v=yPYtTixIB3wdanfeature=related.
A. Kutipan Wawancara
Sumber : Wawancara peneliti dengan Dr. Tb. Erwin Kusuma SpKJ
Tempat : di ruang praktek Pro V Clinic
Waktu : 12 Maret 2008
T: Apa yang menjadi fenomena khas anak indigo? J: Kriteria khas untuk anak indigo:
a. Rasional dengan IQ superior, diatas 120. b. Spiritual:
- dapat mengetahui kejadian di tempat lain, masa lalu atau masa depan.
- dapat berkomunikasi dengan mahluk halus.
c. Tanggapan lebih dewasa dari sebayanya sehingga dia tidak terlalu suka bergaul dengan sebayanya.
d. Dapat melakukan sesuatu hanya dengan diajarkan sedikit saja. T: Seperti apa fenomena emosi anak indigo yang khas, cenderung negatif
atau positif?
J: Emosinya perlu dibina karena sopan santun sifatnya untuk tempat, saat dan masyarakat tertentu saja. Bila tidak masuk akal dan tidak spiritual, anak indigo bisa melawan.
T: Bagaimanakah konflik yang dialami anak indigo dalam kehidupannya, apakah itu mengganggu?
J: Akan terjadi konflik dengan lingkungan yang kurang rasional dan kurang spiritual. Bila orang tua dapat menerima dan cukup rasional dan spiritual, tidak ada konflik. Biasanya di sekolah dengan guru yang otoriter berdisiplin mati (yang tidak masuk akal) misalnya cara mengerjakan soal harus tepat dengan cara guru dan cara lain salah. T: Apakah anak indigo memiliki permasalahan dalam pengelolaan
amarahnya?
perlu meluruskannya. Seperti generasi biru sebelum indigo yang meluruskan cara berpikir dengan berbagai penemuan di bidang teknologi (nalar).
T: Kalau anak yang ditangani klinik memiliki pengelolaan diri dalam taraf apa?
J: Pembinaan anak indigo di Pro V Clinic sangat individual, tergantung apa yang kurang berkembang dari mereka. Anak indigo seperti juga anak non-indigo bisa saja sehat atau sakit, atau punya keterbatasan tertentu. Terutama penyesuaian diri (EQ: Emotional Quotient, daya penyesuaian diri). Bila orang tua mereka setuju maka dilakukan pembinaan untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada mereka. Tetapi tidak semua orang tua setuju.
B. Surat Ijin1
1