• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI : PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diambil, maka saran – saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Credit union Bonaventura Nya rumkop sebaiknya bisa mempertahankan serta meningkatkan rasio keuangannya.

2. Perlu adanya peningkatan kesadaran pada para anggota untuk memanfaatkan pinjaman, karena dengan banyaknya pinjaman akan meningkatkan keuntungan bagi credit union Bonaventura Nyarumkop.

83 Daftar Pustaka

Atje Partadiredja, Dr., Prof., 1985, Manajemen Koperasi, Bhratara Karya Aksara , Jakarta.

Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia ( Bk3 – I ), 1991, Mari berkoperasi “ Credit Union tidak susah “, Jakarta

Charles J. Woelfel, 1995, Memantau Kesehatan Perusahaan Melalui Laporan Keuangan, Abdul Tandur, Jakarta.

Darwin Bangun, 1989, Manajemen Keuangan, Jakarta.

CUCO, Bahan Kursus Dasar Koperasi Kredit ( Credit Union ), Jakarta.

CUCO – INDONESIA, 1992, Manajemen Pengawasan dalam Koperasi Kredit, Jakarta.

I.A.I., 1994, Standar Akuntansi keuangan, salemba empat, Jakarta.

Undang – Undang No. 25 tahun 1992, Pokok – Pokok Perkoperasian, Warta Perundang – undangan, Jakarta.

84

BADAN KOORDINASI KOPERASI KREDIT

( BK3- INDONESIA )

CREDIT UNION COORDINATION OF INDONESIA ( CUCO – INDONESIA )

MANAJEMEN PENGAWASAN DALAM KOPERASI KREDIT

Manajemen pengawasan adalah salah satu unsure manajemen yang berperan sebagai katalisator dan sekaligus sebagai pengarah agar proses manajemen dapat mencapai sasaran secara proporsional. Dalam arti pengawasan merupakan suatu system yang dapat membantu unsur – unsur manajemen lainnya dapat berfungsi serta berjalan secara konsisten dalam upaya mencapai sasaran organisasi atau perusahaan secara efektif dan efisien.

Dalam hal koperasi kredit fungsi manajemen pengawasan dipercayakan kepada Badan Pemeriksa, yang secara demokrasi melalui forum Rapat Anggota. Jadi dengan demikian Badan Pemeriksa memperoleh wewenang dari anggota untuk melaksanakan tugas pengawasan dan membantu pengurus ( DP & PK ) agar senantiasa dapat melaksanakan tugas pengelola koperasi kredit sesuai dengan landasan konstitusi yang telah disepakati bersama dan berdassarkan prinsip – prinsip manajemen yang telah berlaku demi tercapainya sasaran organisasi usaha ekonomi yang berwatak sosial secara efektif dan efisien.

Makin jelaslah bahwa tugas Badan Pemeriksa tidak hanya sekedar melaksanakan pemeriksaan yang menyangkut tekhnik administrasi pembukuan, namun juga harus mampu menjaga serta merawat koperasi kredit. Tiga sehat koperasi kredit harus senantiasa terkondisi didalam tubuh koperasi kredit, yaitu sehat mental, sehat organisasi, dan sehat usaha.

85

Sehat mental tidak lain yang dimaksud adalah sikap perilaku para anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pemanfaat koperasi. Suatu dapat dikatakan sehat bila para anggotanya sungguh – sungguh berperilaku sebagai insane koperasi, artinya memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya secara proporsional. Memilki disiplin diri dan secara tanggung jawab dan secara optimal mampu memanfaatkan pelayanan yang tersedia pada koperasi dimana dia sebagai anggota koperasi. Sebagi ukuran ideal jangan kurang dari 60 %. Bilamana terjadi dibawah 50 % anggota beperilaku belum sebagai insane koperasi, seperti disebut diatas, Badan Pemeriksa sudah harus megkonsultasikan masalah ini bersama pengurus untuk berusaha mencrikan pemecahan bagi gejala yang tidak sehat itu.

Sehat organisasi, dicerminka oleh kelengkapan organisasi yang berfungsi secara optimal. Pengurus secara konsisten melaksanakan fungsinya sesuai dengan landasan konstitusi dan pola kebijakan yang telah disepakati bersama. Prinsip – prinsip koperasi kredit senantiasa menjadi pegangan dalam melaksanakan proses manajemen. Setiap keputusan yang diambil selalu memperhatikan kepentingan anggota. Hal ini Badan Pemeriksa dapat melakukan pendekatan dan beradaptasi mengenai kehidupan koperasi kredit serta menyampaikan saran – saran yang dianggap perlu untuk meningkatkan kualitas organisasi. Ukurannya lebih dari formasi pengurus yang ada dapat berfungsi secaa proporsional dalam mengelola organisasi koperasi kredit.

Sehat usaha, dicirikan dari pertumbuhan koperasi kredit dilihat dari kelayakan ekonomis usahanya. Sejauh mana sumber – sumber permodalan dapat digali dan sejauh mana penggunaan/pemanfaatannya oleh anggota sesuai dengantujuan sasaran koperasi kredit. Biaya pengelolaan dapat dikendalikan secara efisien, sehingga akan dapat melayani kebutuhan anggota secara efektif. Untuk dapat memastikan pertumbuhan kualitatif dari usaha koperasi kredit, Badan Pemeriksa dapat mengkaji melalui analisis standar rasio berdasarkan data – data yang dinyatakan dalam neraca dan laporan rugi/laba.

86 1. Ratio Rentabilitas

Untuk mengeahui berapa besar pendapatan yang dapat dihasilkan dari kekayaan dalam kurun waktu satu tahun.

1. Rentabilitas Ekonomi

Modal sendiri dan modal yang berasal dari luar secara bersama – sama menghasilkan keuntungan.tetapi modal dari luar tersebut harus dibayar bunga sebagai balas jasa. Perhitungan rentabilitas ekonomi diperoleh dari laba + bunga bank dibagi modal sendiri + modal luar.

2. Rentabilitas Badan Usaha

Rentabilitas Badan Usaha dihitung berdasarkan besarnya modal sendiri dan sisa hasil usaha ( SHU )

Semakin besar angka rentabilitas semakin baik bagi koperasi tersebut. 2. Ratio Solvabilitas

Solvabilitas ialah kemampuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya jang ka panjang kepada pihak ketiga dengan seluruh harta bendanya bila koperasi tersebut dibubarkan.

Idealnya diatas 100 %

87 3. Rasio Likuiditas

Likuiditas berfungsi untuk mengetahui apakah keuangan koperasi cukup kuat untuk membayar hutang – hutang jangka pendek tepat pada waktunya.

semakin besar angka tersebut maka semakin lebih baik posisi keuangannya.

1. Ratio Modal Produktif

Untuk mengetahui berapa persen modal produktif yang terdapat pada kredit union dibandingkan dengan seluruh kekayaan yang ada.

Modal produktif meliputi : simpanan anggota, pinjaman dari pihak ke tiga.

Idealnya diatas 85 %

Menurut standar Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia ( BK3 – I ) 2. Ratio Distribusi Pinjaman

Untuk mengetahui berapa persen dari anggota yang memanfaatkan pinjaman dalam kurun waktu satu tahun.

Idealnya diatas 60 %

Menurut standar Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia ( BK3 – I ) 3. Ratio Pinjaman terhadap Modal Produktif

Untuk mengetahui berapa persen besarnya modal produktif digunakan untuk modal pinjaman.

Idealnya diatas 85 %

88 4. Ratio Efisiensi

Untuk mengetahui pengendalian biaya terhadap pendapatan koperasi kredit.

Idealnya dibawah 40 %

Menurut standar Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia ( BK3 – I ) Bilamana hasil perhitungan dari rumus tersebut diatas menunjukkan yang mencapai diatas nilai ideal lebih dari 60 %, maka credit union tersbut dapat dikatakan sehat dari kelayakan usaha ekonomisnya.

Hasil kajian ini tentu saja sebaiknya diinformasikan terlebih dahulu dalam rapat gabungan Pengurus dan Badan Pemeriksa guna mencocokan hasil kajian sebelum disampaikan kepada anggota dalam forum Rapat Anggota Tahunan. Agar dapat melakukan analisis dengan tepat dan benar, Badan Pemeriksa harus mendapatkan data yang lengkap, real, serta mutahir.

Dokumen terkait