• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Usaha Pegelolaan Hutan Pesantren

Dalam dokumen MODEL PENGELOLAAN HUTAN PESANTREN (Halaman 34-39)

BAB IV KONDISI UMUM

4.3. Sejarah Singkat Usaha Pegelolaan Hutan Pesantren

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 593.82/SK.259.S/AGR-DA/225-87, tanggal 24 Februari 1987 Pesantren Darunnah 2 Cipining berdiri di atas tanah wakaf seluas 70 hektar. Berdirinya Pesantren Darunnajah 2 Cipining ini dilatar belakangi karena Pondok Pesantren Darunnajah 1 Ulujami Jakarta Selatan tidak dapat menampung seluruh peminat yang mendaftar, sehingga mendorong pimpinan pesantren untuk mencari lokasi yang lain agar dapat menampung para santri yang mendaftar ke pesantren tersebut. Akhirnya tahun 1986 dimulai pencarian lokasi yang memungkinkan mendirkan pesantren dan ditemukanlah lokasi yang tepat yaitu di Kampung Cipining, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Adapun peresmian pesantren sendiri yaitu pada tanggal 18 Juli 1988. Sejak berdirinya pada tahun 1988, Pesantren Darunnajah 2 Cipining telah berusaha menerapkan model kepemimpinan dan pola manajemen modern. Saat ini, pimpinan pesantren dibantu oleh sembilan biro yaitu biro pendidikan, biro pengasuhan, biro keuangan, biro rumah tangga, biro usaha, biro dakwah dan humas, biro pengkaderan, biro ilmu dan teknologi, serta biro pramuka

dan pengembangan prestasi santri dengan struktur organisasi yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi Pesantren Darunnajah 2 Cipining

Dari Gambar 3 salah satu struktur yang dimasukkan dalam struktur organisasi pesantren adalah biro usaha. Fungsi biro tersebut adalah mencari dana dalam rangka mendukung operasional semua kegiatan pesantren. Adapun usaha yang dijalankan oleh pesantren antara lain peternakan, industri, pertanian dan perkebunan, perikanan, perdagangan, dan kehutanan. Biro usaha memiliki struktur organisasi yang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur organisasi biro usaha pesantren

Usaha-usaha yang ditunjukkan Gambar 4 merupakan sumber pendapatan bagi pesantren untuk menjalankan program dan memenuhi kebutuhan bagi para santri. Berikut adalah penjelasan dri usaha-usaha Pesantren Darunnajah 2 Cipining:

1. Usaha Peternakan

Peternakan merupakan salah satu unit usaha yang dijalankan Pesantren Darunnajah 2 Cipining . Usaha ini dibangun pada 1995, dimana hewan yang diusahakan adalah domba dan ayam. Hanya saja pada 2004, usaha ternak ayam dihentikan, karena harga yang fluktuatif dan tidak terlalu memberikan keuntungan kepada pesantren. selain itu, isu adanya flu burung juga menjadi pertimbangan pesantren untuk menghentikan ternak ayam.

Hewan yang masih dijalankan sebagai usaha pesantren sampai saat ini adalah domba dan kerbau. Adapun model yang dikembangkan dari usaha tersebut adalah usaha penggemukan. Model ini dikembangkan karena waktu pemeliharaan sampai dijual tidak lama hanya sekitar 2 – 4 bulan. Hewan domba biasanya dijual ketika ada acara-acara tertentu, yaitu untuk aqiqah dan qurban. Sedangkan penjualan kerbau momennya tidak tentu, bahkan penentuan harga jual hanya ditaksir tanpa penimbangan yang biasa disebut dengan istilah jogrog. Untuk pemasaran sendiri, Pesantren Darunnajah 2 menjualnya hanya kepada pesantren-pesantren lainnya yaitu Pesantren Darunnajah 1, 2, 3, dan 4, serta Pesantren Darul Muttaqien.

Gambar 5. Peternakan domba Gambar 6. Peternakan kerbau

2. Usaha Pertanian dan Perkebunan

Usaha ini dimulai sejak didirikannya pesantren. Hasil pertanian utama bagi pesantren adalah padi. Berdasarkan hasil wawancara, padi yang dihasilkan merupakan hasil kerja sama dengan para petani masyarakat sekitar pesantren, dimana pengelolaan sawah diserahkan sepenuhnya kepada petani dan hasilnya dibagi dengan sistem paroan. Paroan adalah istilah pembagian hasil dengan

pembagian yang sama antara pengelola dengan yang memiliki lahan. Luas lahan yang digunakan untuk sawah adalah 2,6 hektar, tetapi yang produktif hanya 1,7 hektar. Setiap tahunnya sawah yang dikembangkan mengalami dua kali panen, dimana setiap kali panen padi yang dihasilkan kurang lebih 2 ton, dan dibagi masing-masing 1 ton. Jika diolah menjadi beras, maka dari 1 ton tersebut, maka akan mengahasilkan 7 kwintal.

Beras yang dihasilkan dari sawah pesantren digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi para santri. Kebutuhan pesantren akan nasi sendiri tidak kurang dari 1,5 kwintal per harinya, sehingga hasil panen padi hanya cukup untuk lima hari. Selain ditanami padi, tanaman buah-buahan seperti pisang, kelapa, nangka, dan cempedak dikembangkan di pesantren.

Pisang merupakan salah satu komoditas yang dihasilkan di pesantren. Tanaman pisang senantiasa dipanen setiap minggunya, dimana dalam seminggunya tanaman pisang dipanen dua kali. Dalam seminggu pisang dipanen sebanyak 15 tandan, dimana setiap tandan terdapat 12 sisir. Tanaman pisang di pesantren ditanam tidak pada areal khusus, tetapi tanaman tersebut menyebar di sekitar areal pesantren. Pada 1998 sempat dilaksanakan penanaman tanaman pisang secara massal di lahan seluas 10 hektar. Kemudian tahun 2000-2004 pesantren bekerja sama dengan IPB melakukan penanaman tanaman pisang abaka di lahan seluas 25 hektar.

Selain pisang, buah yang menjadi komoditas yang dikembangkan di pesantren adalah kelapa. Buah kelapa dipanen satu minggu sekali. Dalam satu kali panen, tidak kurang dihasilkan kelapa sebanyak 90 – 100 butir. Selain itu, pesantren juga memiliki tanaman nangka untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari santri. Jadi, buah nangka yang dihasilkan tidak dijual. Buah nangka biasa dipanen seminggu sekali, dimana dalam satu kali petik bisa mencapai 18 buah. Sebagian besar nangka yang didapat dijadikan sayur. Selanjutnya, tanaman buah yang ada di pesantren selain yang di atas adalah buah campedak. Buah campedak hampir mirip seperti nangka, tapi bentuknya panjang dan lebih kecil dari buah nangka, dan aromanya harum. Saat ini, pesantren memiliki pohon campedak kurang lebih 40 pohon.

Selain tanaman buah, dikembangkan pula tanaman umbi-umbian. Tanaman yang diusahakan adalah singkong. Tanaman singkong biasa dipanen seminggu sekali dimana dalam satu kali panen menghasilkan 1,2 kwintal singkong.

3. Usaha Perikanan

Usaha perikanan sudah dua tahun tidak berjalan lagi. Berhentinya usaha ini karena pengelolaan yang kurang baik. Sebelumnya, jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila, ikan mas, ikan lele, dan ikan bawal. Berdasarkan hasil wawancara, usaha di bidang perikanan saat ini hanya penyewaan lahan untuk budidaya lobster yang dikembangkan oleh swasta.

4. Usaha Perdagangan

Banyaknya para santriwan dan santriwati di Pesantren Darunnajah 2 memberikan dorongan kepada pengelola pesantren untuk membentuk usaha yang dapat memenuhi kebutuhan para santri mulai dari makanan, alat kebersihan, dll. Akhirnya dibentuklah usaha perdagangan yang harapannya dapat mencukupi kebutuhan para santri tersebut. Adapun usaha yang dijalankan dalam usaha ini antara lain penyediaan kantin di lingkungan pesantren, warung serba ada (waserda), dan jasa seperti barber shop, laundry, dan warnet/wartel.

5. Usaha Industri Penggergajian

Industri gergajian merupakan salah satu usaha yang dijalankan oleh Pesantren Darunnajah 2. Usaha ini berdiri pada tahun 2007. Usaha ini didirikan untuk meningkatkan nilai kayu. Kayu yang dipanen dari hutan pesantren diolah dahulu sehingga kayu yang dihasilkan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Industri penggergajian sendiri baru memiliki satu unit yaitu Bain saw.

Industri penggergajian di Pesantren Darunnajah 2 memproduksi berbagai macam kayu olahan, antara lain balok, kaso, reng, papan, dan racuk (bahan baku

spring bed). Selain itu, industri gergajian juga memproduksi peti telur dari bahan

sisa pembuatan kayu gergajian. 6. Usaha Kehutanan

Salah satu usaha Pesantren Darunnajah 2 yang menjadi andalan dalam pembiayaan operasional pesantren adalah usaha di bidang kehutanan, karena usaha tersebut memberikan konribusi yag cukup besar. Pembangunan hutan

pesantren sendiri didasarkan pada keinginan pesantren untuk membiayai semua kebutuhan pesantren berasal dari hasil alam.

Pembangunan hutan pesantren dimulai setelah berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah 2 tahun 1988. Sebelumnya lahan di lokasi pesantren merupakan lokasi yang dipenuhi semak belukar. Di awal pembangunan hutan, tanaman yang ditanam adalah sengon seluas 30 ha dan hutan bambu seluas 10 ha. Tanaman sengon ini memiliki daur yang cukup pendek yaitu 5 tahun sehingga dari tahun 1993 - 1995 tanaman tersebut sudah dapat dipanen dengan teknik tebang habis. Kemudian setelah pemanen selesai, lahan tersebut ditanami tanaman palawija seperti singkong, sampai akhirnya ditanami sengon kembali.

Pertumbuhan tanaman sengon di hutan pesantren tidak terlalu bagus dimana tanamannya tumbuh kerdil dan ukuran diameternya kecil, sehingga pada tahun 1999 dirubah dengan tanaman mangium melalui kerja sama dengan Perhutani. Pola kerja sama yang dilakukan adalah pola kemitraan dengan kontrak kerja sama selama lima tahun. Sebagai langkah percobaan, ditanami tanaman mangium seluas 10 hektar. Dengan pola kemitraan tersebut, pesantren mendapatkan bantuan berupa pembinaan, dan penyediaan bibit mangium. Adapun hasil dari kegiatan pemanenan sepenuhnya untuk pesantren tanpa ada pembagian kepada Perhutani. Pada dasarnya, kerja sama antara Perhutani dan Pesantren Darunnajah 2 Cipining dimaksudkan agar Pesantren dapat menjaga keamanan hutan milik Perhutani, karena wilayah Perhutani berada di tepi wilayah pesantren. Setelah kontrak dengan Perhutani berakhir tahun 2004, maka pesantren mengelola hutannya secara mandiri. Saat ini, luas hutan yang sedang dikelola pesantren adalah 52 hektar dengan tegakan utama mangium.

Dalam dokumen MODEL PENGELOLAAN HUTAN PESANTREN (Halaman 34-39)

Dokumen terkait