• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Sistem Imun Sel T CD4 dan Sel T CD8

Sistem yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari unsur-unsur patogen disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari komponen genetik, molekuler dan seluler yang berinteraksi secara luas dalam merespon antigen endogenus dan eksogenus. Salah satu jenis sel yang berfungsi dalam merespon antigen adalah sel darah putih (Baratawidjaja 2000).

Sel limfosit merupakan sel dengan inti yang besar dan bulat serta memiliki sedikit plasma. Pada manusia diperkirakan sekitar 3.5×1010 limfosit setiap hari masuk ke dalam sirkulasi darah. Menurut Guyton (1987), persentase limfosit di dalam darah putih adalah sekitar 30%. Limfosit mampu bertahan hidup selama bertahun-tahun. Menurut Sheeler dan Bianchi (1982), sel limfosit berperan dalam sistem perlindungan tubuh dengan mensintesis dan mensekresi antibodi atau immunoglobulin ke dalam jaringan darah sebagai respon terhadap keberadaan benda asing. Sel limfosit selain dalam darah, terdapat pula pada organ limfoid seperti limpa, kelenjar limfe dan timus (Baratawidjaja 2000).

Sistem imun pada manusia terdapat dalam sel darah putih, tepatnya pada limfosit. Di dalam limfosit terdapat sel T yang berperan penting terhadap kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis sel asing dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar oleh sel asing. Ada beberapa jenis sel T, diantaranya adalah sel T CD4 dan sel T CD8. Sel T CD4 merupakan jenis sel T helper yang disintesis di dalam kelenjar timus, sel ini akan terbawa oleh sirkulasi darah hingga masuk ke dalam limpa dan bermigrasi ke dalam jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah, hingga suatu saat terjadi stimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada molekul MHC kelas II. Sedangkan sel T CD8 merupakan sel T sitotoksik yang dapat menghancurkan sel tumor, dan sel yang terinfeksi virus serta dapat pula menyerang sel dan jaringan yang ditransplantasikan. Sel T CD8

14  

memiliki glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas I (Roitt 2001).

Gambar 4 Letak CD4 dan CD8 dalam sel T Sumber: Roitt 2001

Sel limfosit T atau sel T merupakan 65-80% dari jumlah limfosit yang ada dalam sirkulasi darah. Dalam perkembangannya di timus, sel T mengekspresikan berbagai macam antigen permukaan seperti CD4 dan CD8. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sebagian antigen itu menghilang dan sebagian lagi menetap menandai subset sel T (Kresno 1991).

Sel yang kehilangan antigen CD4 tetapi tetap menunjukkan antigen CD8 akan menjadi sel T suppresor (Ts) dan sel T cytotoxic (Tc). Sedangkan sel yang kehilangan CD8 tetapi tetap menunjukkan CD4 akan menjadi sel T helper (Th). Berdasarkan antigen permukaannya, maka sel Ts dan Tc lebih dikenal sebagai CD8+, sedangkan sel Th lebih dikenal sebagai CD4+ (Kresno 1991). Semua subset sel T ditandai oleh molekul protein CD3 (Roitt 2001).

CD8 merupakan sel Ts (T-suppresor), yaitu sel penekan, yang mengakhiri tanggapan kekebalan atau proses inflamasi. Sel CD8 juga merupakan sel Tc (T-cytotoxic), yaitu sel pembunuh, karena sel tersebut membunuh sel-sel yang telah termutasi (sel kanker) dan sel-sel yang telah terinfeksi virus (Ajani et al. 1998). Mekanisme pembunuhan sel yang terinfeksi virus oleh sel Tc dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Mekanisme pembunuhan sel terinveksi virus oleh sel Tc Sumber: Roitt 2001

Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok (Roitt 2001). CD4 berfungsi sebagai surface reseptor untuk penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV hidup dan berkembangbiak di dalam sel Th dan mengakibatkan hancurnya sel-sel tersebut. Virus dapat mengikat penanda permukaan CD4 sehingga sel tersebut dapat dibunuh dan akibatnya jumlah sel Th berkurang.

CD4 yang merupakan penanda permukaan sel Th adalah rantai protein glikosilat tunggal dengan berat molekul sekitar 55-62 kDA. Ada 2 jenis sel Th yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu sel Th1 yang berfungsi untuk produksi IL-2 dan IFN yang berkaitan dengan fungsi sitotoksisitas (aktivasi makrofag) dan inflamasi lokal. Aktivasi makrofag oleh sel Th dapat dilihat pada Gambar 6. Sel Th yang lainnya adalah sel Th2 yang berfungsi untuk produksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10 yang dapat memberikan sinyal positif pada sel B sehingga sel B dapat menghasilkan antibodi.

16  

Gambar 6 Aktivasi makrofag oleh sel Th Sumber: Roitt 2001

CD4 merupakan protein penanda sel Th yang dapat meningkatkan aktivasi dan maturasi sel B dan sel T sitotoksik serta dapat mengatur reaksi peradangan menahun yang spesifik terhadap antigen melalui stimulasi makrofag. Molekul CD4 membentuk ikatan tambahan dengan MHC kelas II pada antigen.

Kadar normal CD4 dalam darah orang dewasa berkisar 500-1500 sel/mm3 darah atau sekitar 20-40% dari jumlah total limfosit. Ada juga yang menyebutkan jumlahnya sekitar 31-61% dari jumlah total limfosit. Sedangkan kadar normal CD8 dalam darah orang dewasa berkisar 375-1100 sel/mm3 darah atau sekitar 18-39% dari jumlah total limfosit (Kurniati 1995; WHO 2008).

CD4 dan CD8 mempunyai peran yang saling melengkapi satu sama lain. CD4 menghasilkan sitokin yang dapat mengaktifkan makrofag dan meningkatkan IL2 untuk mengaktifkan CD8, yang akhirnya dapat menghancurkan sel yang terinfeksi (Roitt 2001).

Rendahnya konsentrasi vitamin A dan β-karoten dalam serum penderita HIV/AIDS (human immunodeficiency virus/ acquired immunodeficiency syndrome) berkaitan dengan menurunnya kadar limfost CD4 dan dapat meningkatkan kematian (Ajani et al. 1998).

Sebanyak 180 mg (300.000 IU) β-karoten telah diberikan kepada 17 volunter yang mengidap HIV, dan hasilnya dapat meningkatkan jumlah sel CD4 sebanyak 30% setelah hari ke-14 (Alexander et al. 1985). Ini merupakan penelitian pertama yang menduga kemampuan β-karoten untuk dapat meningkatkan sel CD4 dan menjadi pelopor dilakukannya penelitian-penelitian

lebih lanjut tentang suplementasi β-karoten pada pasien pengidap HIV/AIDS (Patrick 1999).

Dokumen terkait