• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap ke 5 adalah penyusunan skenario berdasarkan masukan dari para Pakar Langkah pertama dari tahapan ini adalah menunjukkan kepada Pakar variabel-

17. Lomba yang berkaitan dengan PLH

5.12. Skenario PLH melalui KBK

Untukdapatmengimplementasikan ke tiga faktor tersebut dalam pelaksanaan PLH maka perlu disusun alternatif skenario pelaksanaan. Berdasarkan pendapat Pakar terdapat 3 skenario yang dapat dijalankan dalam pelaksanaan PLH. Skenario- skenario tersebut disusun dan diurutkan dari yang pelaksanaannya optimis dilakukan dan memberikan pengaruh pada peningkatan kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku hingga yang pesimistis untuk dapat dilaksanakann, yaitu sebagai berikut: 1. Skenario ke Satu (Optimis Dilaksanakan dengan efisiensi dan efektifitas yang

tinggi)

MBS yang memperhatikan PLH dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi sekolah juga masyarakat sekitar tanpa meninggalkan issue global tentang lingkungan. Sebagian Program PLH diatur oleh Departemen Pendidikan Nasional dan wajib dilaksanakan dan yang lainnya diserahkan pada sekolah. Kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup dimasukkan dalam program intra dan ekstrakurikuler sekolah. Inovasi Metodologi Pengajaran yang menuntut siswa berperan aktif seperti melalui diskusi, eksperimen, studi lapangan, teknologi informatika, audio visual, membuat karya dalam bentuk tulisan ilmiah, alat peraga maupun teknologi.

Skenario ini optimis dilaksanakan mengingat pelaksanaan MBS di lapangan secara utuh masih menemui kendala. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pemahaman dan perilaku tentang lingkungan hidup dari sumberdaya manusia di sekolah termasuk Kepala Sekolah. Namun pelaksanaannya akan mengalami kesulitan jika tanpa dilengkapi dengan Silabus Mata Pelajaran dan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) yang berkaitan dengan PLH dari Departemen Pendidikan Nasional. Dengan adanya acuan yang ditetapkan dari Departemen Pendidikan Nasional akan memudahkan sekolah untuk mengembangkan PLH sesuai dengan kondisi masyarakat. Disamping itu PLH yang dimasukkan dalam program intrakurikuler dengan diintegrasikan dalam materi pelajaran akan berpengaruh langsung kepada siswa. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa sangat berkepentingan untuk mendapatkan nilai yang dapat mencapai standar kelulusan atau Standar Kompetensi Batas Minimal (SKBM) dengan parameter kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku. Agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik maka guru juga dituntut untuk secara aktif mencari inovasi metodologi pengajaran

dalam PLH. Departemen Pendidikan Nasional hendaknya juga memberikan contoh- contoh metodologi sehingga akan memudahkan guru untuk mengembangkan dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Dalam skenario ini Pendidikan Lingkungan Hidup juga dimasukkan dalam ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah karena intrakurikuler tidak dapat menampung semua kegiatan akibat keterbatasan waktu. Kegiatan ekstrakurikuler dan berkaitan dengan PLH juga akan efektif dalam pencapaian kompetensi. Skenario ini perlu didukung oleh masyarakat melalui Komite Sekolah.

2. Skenario 2 (Sulit Dilaksanakan )

MBS yang memperhatikan PLH sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah serta masyarakat sekitar tanpa meninggalkan issue global tentang lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional tidak berperan dalam PLH. Kegiatan yang mendukung PLH dimasukkan dalam program intra kurikuler sekolah. Dengan demikian seluruh siswa akan mengikuti PLH. Sekolah mengalokasikan waktu untuk PLH yang diintegrasikan dengan mata pelajaran maupun kegiatan-kegiatan intrakurikuler. Inovasi Metodologi Pengajaran yang menuntut siswa berperan aktif seperti melalui diskusi. Skenario ini dapat dilaksanakan jika sumberdaya manusia di sekolah dan Komite Sekolah memiliki komitmen dan kesadaran yang tinggi akan pentingnya PLH pada tingkat SMA.

3. Skenario 3 (Sangat Sulit Dilaksanakan)

MBS yang memperhatikan PLH sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah serta masyarakat sekitar tanpa meninggalkan issue global tentang lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional tidak berperan dalam PLH. Kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup dimasukkan dalam program intra dan ekstra kurikuler sekolah. Inovasi Metodologi Pengajaran yang menuntut siswa berperan aktif seperti melalui diskusi, eksperimen, studi lapangan, teknologi informatika, audio visual, membuat karya dalam bentuk tulisan ilmiah, alat peraga maupun teknologi. Berdasarkan skenario ini sekolah mendapat otonomi secara utuh dalam membuat Silabus Mata Pelajaran yang berkaitan dengan PLH tanpa intervensi Departemen Pendidikan Nasional. Semua materi PLH disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan lokal yang diintegrasikan dalam mata pelajaran, disamping itu PLH juga dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan dalam Evaluasi dan Monitoring pelaksanaan.

Skenario ini dapat dilaksanakan jika semua komponen sekolah terutama sumberdaya manusia telah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidup yang baik. Komite Sekolah secara aktif memberikan masukan kepada sekolah mengenai masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat sehingga

issue lokal dapat diangkat dalam materi pelajaran. Selain itu Komite Sekolah dapat

memfasilitasi kebutuhan sekolah dalam penyelenggaraan PLH. Kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung PLH diselenggarakan sesuai dengan potensi dan kondisi setempat.

6.1. Kesimpulan

1 Hasil Analisis Kebijakan menunjukkan bahwa KBK belum dapat memberikan kompetensi siswa SMA tentang lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena faktor-faktor pendukung PLH dalam KBK belum dilaksanakan sepenuhnya. Variabel yang menentukan kompetensi LH adalah Kondisi Sekolah.

2. Model Kurikulum Berwawasan Lingkungan SMA desain dengan memperhatikan kendala utama, langkah strategis dan tiga faktor penting dalam PLH. Faktor kendala utama PLH dalam KBK adalah kebijakan Pemerintah yang dirasakan masih top down, MBS yang mendukung PLH belum sepenuhnya dilaksanakan, lemahnya Tim Monitoring dan Evaluasi khususnya untuk PLH. Sedangkan faktor kendala lainnya adalah kurangnya atau lemahnya faktor-faktor berikut: sangsi terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan PLH, materi PLH yang terintegrasi dengan mata pelajaran, alokasi waktu PLH, tingginya beban belajar, sarana prasarana, pendanaan, rasio guru dan siswa yang ideal, kerja sama dengan Instansi, kerjasama dengan Komite Sekolah, akses informasi, kompetensi guru dalam pengembangan silabus mata pelajaran, penghargaan terhadap prestasi yang berkaitan dengan PLH, pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan, partisipasi masyarakat, serta peranan keluarga dalam PLH.. Langkah strategis yang dapat meningkatkan PLH adalah mengadakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dalam bentuk diskusi tentang lingkungan. Faktor penting yang dapat meningkatkan kompetensi lingkungan adalah Manajemen Berbasis Sekolah yang mendukung PLH, inovasi dalam metodologi mengajar PLH, serta program kegiatan yang mendukung PLH.

3. Implementasi Model Kurikulum Berwawasan Lingkungan di SMA dapat dilaksanakan melalui tiga skenario

6.2. Saran

Dalam rangka meningkatkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMA tentang lingkungan hidup, Pemerintah perlu melakukan upaya peningkatan kompetensi Kepala Sekolah tentang lingkungan hidup sehingga memahami pentingnya PLH untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, dalam menentukan kebijakan Kepala Sekolah akan selalu berorientasi

pada aspek lingkungan hidup. Selain itu dalam pelaksanaan MBS diperlukan Tim Monitoring dan Evaluasi yang berkaitan dengan PLH termasuk faktor-faktor yang mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar PLH seperti sarana dan prasarana, pendanaan, kurikulum, sumberdaya manusia, program kegiatan lingkungan hidup, kerjasama kelembagaan, dan ketahanan sekolah tanpa meninggalkan aspek akademis.

Peningkatan mutu sekolah khususnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup perlu dilakukan dengan upaya percepatan, mengingat kondisi kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menciptakan iklim kompetisi antar sekolah yang berkaitan dengan PLH tanpa meninggalkan aspek akademis. Dengan demikian masyarakat dapat menilai serta memilih sekolah sesuai dengan indikator dan output yang dihasilkan.

Perlu langkah strategis untuk mengantisipasi tingginya lulusan SMA yang yang tidak melanjutkan pendidikan dengan cara membatasi jumlah SMA dan mengalihkan menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini mengingat sulitnya memberi muatan kecakapan hidup dalam bentuk ketrampilan dan perilaku secara bersamaan dengan target kompetensi pengetahuan untuk menyiapkan siswa SMA melanjutkan ke perguruan tinggi.

Alkarhami, S. K. 2000. Program PKLH Jalur Sekolah Kajian dari Perspektif