BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Analisis Penelitian
3. Subjek III
a. Deskripsi subjek HM
Subjek HM laki-laki yang berasal dari Jawa berusia 38 tahun. HM berprofesi sebagai seorang Pegawai Negri Sipil. HM mengajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negri di Yogyakarta. Pendidikan terakhir HM adalah Strata 1. HM berstatus menikah dengan istri yang juga bekerja. Istri HM juga berprofesi sama sebagai seorang guru. Pendidikan terakhir istri HM adalah Strata 1. Subjek berdomisil di daerah Cangkringan, Yogyakarta. HM beragama Islam.
Sebelum bertemu dengan HM, istri HM sudah bekerja. HM dan istri melalui kelulusan tingkat pendidikan tinggi pada waktu yang bersamaan. Ketika itu HM dan istri hampir menikah. Sebelum mereka menikah karena ada lowongan pekerjaan menjadi guru di daerah Kalasan akhirnya istri HM mendaftarkan diri untuk mengisi lowongan pekerjaan tersebut.
“Awalnya gini, ketika saya dulu lulus, kebetulan saya juga gak tahu ini, yudisium sama, diujian skripsi juga sama, lulusnya bareng gitu. Nah di papan pengumuman itukan nada dibutuhkan guru, gitu ya. Harusnya kan saya, tapi ibu saja lah, waktu itu di Kalasan, atahu apa itu lah coba wae. Pada waktu itu belum jadi istri saya, saya masih, hampir ya, hampir jadi istri saya, hampir itukan, yaudah sana”(HM)
Ketika akhirnya HM dan istri sudah menikah, HM tetap memperbolehkan istri untuk bekerja. Hm berpendapat bahwa istrinya sudah menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi, maka sudah selayaknya apabila istri bekerja untuk menerapkan ilmu yang sudah ia peroleh. HM mengatakan bahwa lebih baik istrinya bekerja daripada hanya di rumah dan tidak bekerja.
“Oo saya yang nyuruh, pokoknya ibu kerja saya juga kerja. Man-eman
b. Pengalaman tentang istri bekerja Tabel 7 Subjek III HM
Peran seorang istri Peran istri itu sebagai penyeimbang dan teman berbagi
Peran istri itu mengasuh anak Istri dianggap sebagai teman
Peran istri yang bekerja Peran istri yang bekerja itu membantu memberiii solusi jika ada masalah.
Istri bekerja itu karena sudah memiliki pendidikan tinggi
Perasaan memiliki istri bekerja
Merasa beruntung istri memiliki profesi yang sama Merasa pusing jika ada masalah
Mengetahui resiko istri bekerja sejak awal Merasa senang karena penilaian yang positif dari masyarakat
Merasa bangga karena disegani oleh orang lain Tidak ingin merasa dipaksa melakukan pekerjaan rumah tangga
Menghadapi situasi istri bekerja
Tidak mau mengalah untuk melakukan tugas rumah tangga
Meminta bantuan dari orang lain
Melakukan pembagian tugas rumah tangga
Melakukan tugas rumah tangga atas dasar kemauan diri sendiri
Berdiskusi untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang dialami
Memaksa pasangan untuk mengalah
Peran istri dalam kehidupan HM adalah sebagai penyeimbang dirinya. Penyeimbang di sini diartikan oleh HM istri sebagai tempat untuk mencurahkan permasalahan-permasalahan yang ada. Sehingga istri pun dianggap berperan sebagai teman berbagi. Ketika HM berbagi cerita tentang masalah yang ia hadapi, istri bisa membantu memberiiikan solusi
kepada HM. Selain itu juga Istri juga berperan penting dalam pengasuhan anak-anak.
“nek menurut saya itukan, dia penyeimbang dalam rumah tangga,
misalnya suami baru galau atahu gimana itu perannya sangat dibutuhkan”
(HM)
“Peran istri itu ya sangat penting buat saya, terutama dalam hal ini,
dalam hal mengasuh anak-anak, meskipun saya juga andil” (HM)
Memiliki istri yang bekerja juga memiliki peranan bagi HM. Istri dianggap bisa membantu HM menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan profesi yang jalani HM dan istri itu sama. Istri bisa mengetahui dengan jelas bagaimana situasi yang dimaksud oleh HM karena kesamaan profesi.
“…karena sama-sama pengajar, bisa memberiiikan solusi, wha gini lo pak gini-gini dan seterusnya begitu. Peran istri saya itu, saya bekerja, kebetulan juga sama-sama pengajar itu sangat beruntung karena istri saya tahu oo seorang guru itu kerjanya seperti ini, dia sudah tahu banyak, sehingga jarang sekali ada konflik..” (HM)
HM mengungkapkan bahwa dengan memiliki istri yang bekerja itu membantu dalam penyelesaian masalah. Istri yang juga berprofesi sama yaitu pengajar dengan subjek dianggap memberiii keuntungan tersendiri. Istri menjadi tahu bagaimana posisi menjadi seorang pengajar sehingga memudahkan bagi subjek untuk berbagi cerita dan mencari solusi. Selain itu, antara subjek dan istri saling memahami sehingga masalah yang dialami menjadi berkurang.
Pendidikan tinggi yang sudah ditempuh oleh istri membuat HM memperbolehkan istri bekerja.
“Oo saya yang nyuruh, pokoknya ibu kerja saya juga kerja. Man-eman ijasah e arep nggo ngopo. Kalau pas belum punya anak itu enak, santai saja kan biasa. Saya juga sudah bilang, nanti kalau sudah punya anak, itu kerja, rutinitas kerja agak terganggu, tapi yo gak masalah” (HM)
Memiliki istri yang bekerja memberiiikan rasa beruntung bagi subjek HM. Subjek HM merasa senang saat awal ia memiliki istri bekerja karena berprofesi sama yaitu sebagai pengajar. Memiliki istri yang juga bekerja mengurangi adanya konflik antara subjek dan istri. Hal ini terkait dengan profesi yang dijalani oleh istri sama dengan subjek, sehingga bisa saling memahami posisi masing-masing.
“...Istri saya itu, bekerja, kebetulan juga sama-sama pengajar itu sangat beruntung karena istri saya tahu oo seorang guru itu kerjanya seperti ini, dia sudah tahu banyak, sehingga jarang sekali ada konflik. Begitu saja”
(HM)
Pemikiran awal ketika istri bekerja yang dimiliki oleh subjek HM adalah memikirkan dampak yang akan dihadapi apabila memiliki istri bekerja. Subjek HM, ia akan menerima konsekuensi dengan menerima istri bekerja. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa akan lebih baik apabila istri itu bekerja dibandingkan hanya berada di rumah
“..ketika mau nikah, ya gimana besok kerja, “ya tetep kerja pak, nek di
rumah nganggur.” Nganggur kan gak enak. Tapi saya juga kasitahu kalau
kerja nanti kita misalnya punya anak atahu momongan gitu agak repot, yasudah nanti itu ya. Kebetulan waktu itukan kami masih sama orangtua, mertua saya lah. Karena kan deket gitu”(HM)
Memiliki istri yang bekerja menimbulkan rasa bangga dan senang yang dirasakan HM. HM merasa ketika istri bekerja pandangan dari masyarakat sekitar menjadi lebih baik. Subjek menjadi disegani dan tak
jarang masyarakat sekitar meminta bantuan subjek dalam hal informasi pendidikan.
“Oo ya jadi ketika, ini yang saya rasakan saja ya, saat istri saya dan
saya bekerja itu memang di masyarakat itu penilaiannya berbeda. Sebenernya kan saya gak mau dihormati atahu gimana tapikan di sananya itu ngajenilah, kalau istrilah nya ngajeni, dihormati itu mereka.
Kadang-kadang kita ya juga jadi panutan di sana” (HM)
Permasalahan yang dialami subjek HM ketika berada dalam situasi memiliki istri bekerja adalah kurangnya waktu untuk mengurus urusan rumah tangga, dan kurangnya waktu untuk pengasuhan anak. Tetapi HM tetap merasa berusaha menikmati permasalahan yang timbul karena istri bekerja.
“Ya saya enjoy. Tidak pernah ada terbebani, betul itu. Gak pernah. Istri saya juga gak pernah nyuruh, kalau saya sudah enjoy itu gak usah disuruh saya malah kerja sendiri” (HM)
Untuk mengatasi tugas rumah tangga yang belum terselesaikan, HM ikut ambil bagian dalam menjalankan tugas rumah tangga. Namun ketika melakukan tugas rumah tangga, subjek tidak mau merasa dipaksa melainkan atas dasar kemauan diri sendiri.
“Tapi kadang kalau saya pas diperintah itu malah kadang-kadang sok
males, begitu. Kalau sudah kerja sendiri itu ya usah, santai saja” (HM) Dalam menghadapi masalah subjek HM menerima permasalahan yang ada karena beranggapan istri adalah teman bagi subjek.
“..prinsip saya itu hidup itu untuk dinikmati, tidak untuk dianeh-aneh. Saya memang pernah menjadi kemaren itu ditanya, mereka itu sama-sama
satu pengajar, “pak, njenengan itu kalau di rumah itu sering bantu istri gak?” gak pernah saya bilang, “loh katanya?” gak pernah, saya kerjakan sendiri kok, istri saya gak bisa saya kerjakan. “Saya gak pernah, gak bisa e,
istri saya sering komplain ya?” “njenengan anggep istri itu sebagai apa?”
kalau dia nganggap istri sebagai teman, sebagai penyeimbang, ya perlakukan saja. Kalau dia sebagai pembantu, ya sudah. Saya menempatkan istri bukan sebagai pembantu, tapi teman, itu saja” (HM)
Permasalahan yang dialami oleh subjek HM diselesaikan dengan berbagai macam cara. Subjek HM memaksa istri untuk mengalah dalam hal menjemput anak. Apabila kondisi tersebut tetap tidak bisa diatasi maka subjek memutuskan untuk meminta bantuan orang lain untuk mengurus kebutuhan rumah tangga, atahu pengasuhan anak.
“..saya tanya “bu hari ini jadwal sampai jam berapa?” “oo jam sekian
pak.” “bisa gak njemput anak?” bisa, kalau enggak bisa nanti sms gitu ya.
Cuma kadang-kadang kalau pas kemarin itu, istri saya jaga ujian, saya juga jaga ujian, gak bisa keluar, lha itu. Nah kadang-kadang itu yang bikin galau. Tapi kan karena tempat kerja istri saya dengan sekolah anak saya itukan deket, sehingga saya sedikit agak memaksa. Tapi kalau dia pas jaga sendiri, lah itu, saya hanya minta adek saya yang ada di dekat saya untuk menjemput anak saya. Atahu mungkin istri saya yang nelpon, tolong njemput. Nah komunikasi dulu, mesti itu komunikasi dulu. Entah lewat sms atahu hp atahu telpon atahu gimana yang penting komunikasi dulu” (HM)
Subjek HM berusaha menyelesaikan permasalahan dengan cara melakukan diskusi bersama pasangan untuk mendapatkan pemecahan masalah.