• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Penelitian

5. Subjek V

a. Deskripsi subjek AM

Subjek AM laki-laki yang berasal dari Jawa berusia 34 tahun. AM berprofesi sebagai seorang Pegawai Negri Sipil. AM mengajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negri di Yogyakarta. Pendidikan terakhir AM adalah Strata 1. AM berstatus menikah dengan istri yang juga bekerja. Istri AM juga berprofesi sebagai Pegawai Negri Sipil di Dinas PU. Pendidikan terakhir istri AM adalah Strata 1. Subjek berdomisil di daerah Muntilan, Yogyakarta. AM beragama Islam.

Sebelum bertemu dengan AM, istri sudah bekerja. AM mengatakan bahwa istri itu bekerja karena sudah menempuh pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Ilmu yang sudah dimiliki oleh istri ini perlu diterapkan, hal ini lah yang menjadi alasan istri AM bekerja.

“Ya mungkin karena istri saya itu sudah kuliah, dia juga manusia punya ilmu pengen diterapkan, kan begitu saja” (AM)

b. Pengalaman tentang istri bekerja Tabel 9 Subjek V AM

Peran seorang istri Istri itu berperan sebagai teman hidup Istri itu dijaga dirawat dan diperhatikan Istri itu berharga

istri itu melayani suami istri itu mengasuh anak istri itu orang yang disayangi Pandangan mengenai

peran istri yang bekerja

Istri bekerja itu karena sudah menempuh pendidikan tinggi

Istri bekerja itu perannya kurang menurut ajaran agama

Peran istri bekerja yang kurang bisa digantikan oleh orang lain

Perasaan saat memiliki istri yang bekerja

Merasa bersyukur karena status sosial yang dianggap baik

Merasa bersyukur karena ekonomi keluarga baik Merasa khawatir akan resiko yang dihadapi oleh pasangan

Menghadapi situasi istri bekerja

Membantu istri menemukan jalan keluar permasalahan

Meminta bantuan dari orang lain untuk mengurus rumah tangga

Memberiii toleransi terhadap kondisi istri bekerja

Dari tabel diatas dapat dilihat bagi AM istri itu berperan sebagai teman hidup. Istri itu teman hidup yang harus dijaga, dirawat, dan butuh perhatian. Istri itu berharga. Istri itu melayani AM. Selain itu, istri itu berperan mengasuh anak.

“..yang pasti istri itu teman hidup, itu satu. Teman hidup suka maupun duka. Trus juga istri itu juga, apa ya, mungkin karena rasa memilikinya jadi, karena keterkaitannya dengan rasa memilikinya itu maka bagi saya ya istri itu juga harus dijaga, harus dirawat, butuh perhatian juga” (AM)

“Cuman yang jelas istri itu kalau ini ya memang di dalam hidup saya ya

dalam pikiran, tapi mungkin juga sekarang karena kalau sudah punya anak tinggal 50 gitu, tapi yang jelas berharga” (AM)

“Kalau kaitannya dengan rumah tangga kalau yang di tempat saya ya, kalau di tempat saya itu ya dia yang jelas melayani saya” (AM)

“Ya saya mempercayakan anak saya ya kepada istri saya, misalkan mandi. Ada beberapa hal yang kalau dengan anak itu, ya itu saya serahkan kepada istri saya meskipun tidak terus-terusan” (AM)

AM istri bekerja merasa bahwa ia perlu memaklumi keadaan istri bekerja. Status istri yang bekerja tidak ada masalah bagi AM. Sejak awal ia berusaha untuk memaklumi istrinya yang bekerja. AM berusaha memaklumi karena ia merasa bahwa istrinya adalah manusia yang memiliki ilmu pengetahuan atahu kemampuan yang bisa diterapkan.

“Kalau untuk status istri saya bekerja gak ada masalah. Itu gak ada

masalah sama sekali, gak pernah dipermasalahkan atahu jadi repot gimana. Dan mungkin saya juga, kalau saya sih berusaha memaklumi saja. Ya mungkin karena istri saya itu sudah kuliah, dia juga manusia punya ilmu

pengen diterapkan, kan begitu saja” (AM)

Pemikiran awal subjek AM ketika istri bekerja adalah akan menerima kondisi istri yang bekerja karena alasan pendidikan. Subjek berpendapat bahwa istri sudah menempuh pendidikan yang tinggi, sehingga istri layak untuk menerapkan ilmu yang dimiliki. Selain itu, subjek juga berpandangan bahwa istri adalah sama halnya dengan dirinya adalah manusia, sehingga ia memiliki hak yang sama juga.

“Ya saya maklum, maklum istri saya itu artinya saya membolehkan dia

kerja. Saya juga melihat bahwa istri saya itu juga manusia. Dia punya hak mendapat pendidikan, dan dia sudah mendapat pendidikan to. Nah kalau

sudah punya ilmu ya mestinya diamalkan..” (AM)

Meskipun istri mengambil peran bekerja, hal ini tidak sesuai dengan ajaran agama AM. AM menyatakan bahwa jika dilihat dari sisi

ajaran agama istrinya berkurang peran di dalam hidup berkeluarga. Karena dalam ajaran agama istri itu tidak bekerja melainkan mengurus rumah dan keluarga.

“Ya mungkin kalau kita merujuk ke peran istri tapi secara konvensional

atahu mungkin secara agama yang saya tahu mungkin peran istri saya sedikit kurang berjalan” (AM)

AM sendiri tidak terlalu mengamalkan ajaran agama tersebut ia melihat bahwa jaman saat ini sudah berubah. Pada jaman yang modern, istri diperbolehkan bekerja seperti halnya laki-laki.

“Bahwa laki-laki dan perempuan itu sama manusia. Kedua

sama-sama punya hak untuk berkembang, untuk berekspresi, untuk maju. Bahwa memang ada kodrat-kodrat tertentu laki-laki dan perempuan itu pasti punya. Tapi yang pasti kalau di dalam rumah tangga apalagi di kehidupan modern seperti ini ya saya pikir sejauh bahwa rumah tangga itu bisa berjalan. Sejauh bahwa hal-hal dari istri saya itu bisa dilaksanakan dengan bantuan, sejauh juga bisa berkembang itu gak masalah” (SW)

Seiring dengan berjalannya kondisi istri yang bekerja, AM merasa dengan status sosial keluarganya menjadi lebih baik. Sehingga subjek merasa bersyukur atas apa yang ia alami.

“Oo ya jadi ketika, ini yang saya rasakan saja ya, saat istri saya dan saya bekerja itu memang di masyarakat itu penilaiannya berbeda. Sebenernya kan saya gak mau dihormati atahu gimana tapikan di sananya itu ngajenilah, kalau istrilah nya ngajeni, dihormati itu mereka. Kadang-kadang kita ya juga jadi panutan di sana” (AM)

Ketika AM menjalani situasi istri bekerja, ia berusaha menerima kondisi tersebut. Subjek menerima situasi tersebut walaupun peran istri berkaitan dengan urusan rumah tangga tidak berjalan sepenuhnya. Selain itu, subjek juga memiliki batasan toleransi terhadap situasi yang dihadapi.

“..saya juga gak tahu jujur saja daya juga gak tahu batas saya itu bisa

bertoleransi saya juga gak tahu… Saya mungkin orang yang termasuk

orangnya konvensional, ya istri itu ya dalam 24jam mesti ada waktu bersama. Bersama suami bersama anak.. Tapi kalau peran dia sebagai ibu saya rasa masih. Sebagai ibu itu masih dan peran dia sebagai istri itu saya

rasa 90 persen itu masih. Jadi ya gak masalah” (AM)

Peran istri yang berkurang itu bisa diatasi dengan meminta bantuan dari orang lain. Sehingga hal ini tidak terlalu menjadi masalah bagi AM.

“Tapi saya rasa sejauh peran-peran itu bisa ditambal sulam. Tambal sulam itu ya artinya saya punya pembantu begitu, sejauh saya bisa melakukan peran itu” (AM)

“Lalu tugas istri saya bisa dicover saya atahu entah pembantu saya, kalau nyuci bisa dengan mesin cuci ya sudah gak masalah. Ya saya rasa begitu” (AM)

Permasalahan yang dialami oleh subjek AM adalah berkaitan dengan pekerjaan yang istrinya jalani. Pekerjaan yang dijalani oleh istri subjek memiliki resiko yang tinggi, sehingga hal tersebut meresahkan subjek.

“istri saya memang kerjanya di PU. Ya kata orang itu lahan basah. Ya

mungkin termasuk orang yang pengennya ya bersih. Kadang-kadang dia harus banyak kontra dengan banyak orang. Selain itu PU itu juga banyak dirong-rong oleh banyak LSM. Ya kemaren itu sampai dipanggil kekejaksaan. Ya itu kalau orang belum pernah berurusan dengn hukum itu, yakan tahu sendiri kan. Ya sampai terlintas, istri saya yang terlintas untuk keluar” (AM)

Pada saat menghadapi permasalahan yang dirasakan oleh subjek AM adalah ia mensyukuri perekonominan keluarga yang menjadi lebih baik walaupun permasalahan tetap dirasakan oleh subjek. Rasa khawatir juga muncul ketika ternyata pekerjaan yang dijalani oleh istri memiliki resiko yang cukup tinggi.

“Saya gak tahu, harus bersyukur atahu tidak. Kadang-kadang ya bersyukur, mungkin kalau masalah ekonomi bisa ya. Kalau dalam, tapi juga mungkin resiko pekerjaan saya itu cukup berat akhirnya saya juga khawatir” (AM)

Subjek AM menghadapi permasalahan dengan memberiii kebebasan dan mendukung keputusan yang dipilih oleh istri.

“Ya sampai terlintas, istri saya yang terlintas untuk keluar. Kalau saya

ya kalau mau keluar ya saya dukung, kalau enggak ya saya dukung” (AM)

Permasalahan yang dialami oleh subjek AM berusaha diselesaikan dengan cara melakukan diskusi bersama pasangan untuk mendapatkan pemecahan masalah.

Dokumen terkait