• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Tumbuhan Pangan

5.2.8 Sumber vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kebutuhan akan vitamin dan mineral oleh warga masyarakat yang tinggal di Desa Jeruk Manis berasal buah-buahan dan sayur-sayuran. Melimpahnya buah dan sayur, baik liar maupun hasil budidaya membuat masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran setiap harinya. Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) asupan vitamin dan mineral dapat terpenuhi dari konsumsi buah dan sayur.

Vitamin dan mineral kadang-kadang disebut bahan gizi mikro. Vitamin dan mineral dibutuhkan untuk mendukung kinerja sistem metabolisme tubuh (Putri 2012). Tubuh manusia hanya membutuhkan bahan gizi mikro dalam jumlah sedikit, untuk mendukung reaksi kimia yang diperlukan oleh sel agar dapat hidup. Manusia memperoleh vitamin dan mineral ini dari makanan atau suplemen, karena tubuh manusia tidak mampu membuatnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang tumbuhan penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.

5.2.8.1 Penghasil buah-buahan

Tumbuhan di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR banyak menyimpan hasil hutan non kayu berupa buah-buahan. Beberapa buah-buahan liar di kawasan hutan tersebut pun menjadi konsumsi masyarakat di Desa Jeruk Manis. Beberapa buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tersaji pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis*

No. Spesies Tipe habitat

1. Durian (Durio zibethinus) hutan, kebun, pekarangan (budidaya) 2. Gumitri (Elaeocarpus sp.) hutan (liar)

3. Klekes udang (Syzygium sp.) hutan (liar)

4. Nangka (Artocarpus heterophyllus) hutan, kebun, pekarangan (budidaya) 5. Nyambu batu (Psidium guajava) hutan, kebun, pekarangan (budidaya) 6. Pokat (Persea americana) hutan, kebun, pekarangan, sawah (budidaya) *Catatan: Buah selengkapnya tersaji pada Lampiran 3

Buah durian (Durio zibethinus), nangka (Artocarpus heterophyllus), nyambu batu (Psidium guajava) dan pokat (Persea americana) cukup dominan ditemukan. Dominannya buah-buahan ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu yakni krisis multi dimensi yang terjadi pada tahun 1998.

Krisis ini dirasakan oleh masyarakat pinggiran hutan sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani. Salah satunya masyarakat di Desa Jeruk Manis. Berawal dari permasalahan inilah kemudian Departemen Kehutanan memberikan kebijaksanaan kepada masyarakat di sekitar kawasan TNGR dalam membantu menangani krisis ekonominya, masyarakat diperbolehkan mengelola jalur hijau selebar 20 m dari batas luar kawasan dengan menanam tanaman buah-buahan seperti mangga, durian, alpukat, nangka, jambu dan kepundung.

Buah-buahan yang disebut di atas selain berada di hutan juga di kebun. Pada saat musim panen tiba, beberapa warga memperoleh untung besar dari penjualan durian dan manggis yang mereka tanam. Sepanjang jalan menuju kantor Resort Kembang Kuning, TNGR durian dan manggis melimpah ditemukan.

Kebanyakan dari pemilik kebun menjual durian dan manggisnya pada saat masih di pohon. Sistem ini dikenal oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis dengan

sebutan “lolo”. Artinya total buah yang ada dalam satu pohon tersebut dinilai satu lolo. Satu lolo pohon durian (Gambar 20) atau manggis dapat laku terjual jutaan rupiah, tergantung pada produktifitas buah dan hasil negosiasi dengan pembeli.

Gambar 20 Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan sistem lolo.

Sebelum masa panen tiba, pohon durian dan manggis di Desa Jeruk Manis ini biasanya telah laku terjual, atau dengan kata lain dipesan lebih dulu oleh para tengkulak. Tengkulak ini berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya dari sekitar Lombok Timur namun ada juga yang berasal dari Kota Mataram. Biasanya warga masyarakat di desa ini memiliki langganan setiap musim panennya, sehingga mereka tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku.

Buah lainnya yang banyak dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis adalah pisang (Musa spp.). Masyarakat di Desa ini gemar mengkonsumsi buah pisang. Hal ini terlihat dari beragamnya varietas pisang yang ditanam oleh warga. Setidaknya ada 9 spesies pisang atau dalam bahasa lokalnya punti yang ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari punti tembaga, punti ketip, punti kredi, punti lumut, punti gedang, punti mas, punti raja, punti birah dan punti susu. Serupa dengan buah durian dan manggis, selain untuk dikonsumsi sendiri, hasil dari panen pisang ini pun dijual ke tengkulak atau ke pasar.

Beberapa dari buah-buahan yang dikonsumsi warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis mempunyai fungsi sekunder sebagai sayur-sayuran, di antaranya adalah buah dan pucuk daun gedang (Carica papaya), jantung pisang

“kosong” (Musa spp.) dan nangka muda (Artocarpus heterophyllus). Sayur-sayuran tersebut dapat diolah secara langsung menjadi masakan, terutama disantan (kla santan).

5.2.8.2 Penghasil sayur-sayuran

Sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis pada umumnya telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun atau di pekarangan rumah. Selain itu, di antara sayur-sayuran tersebut terdapat juga yang masih tumbuh liar terutama di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Beberapa spesies sayur-sayuran yang digunakan oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tersaji pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis*

No. Spesies Tipe habitat

1. Bilong (Solanum retroflexum) pekarangan, pinggir jalan, sawah (liar) 2. Emat (Daemonorops sp.) hutan (liar)

3. Jamur ekor (Pleurotus ostreatus) hutan (liar) 4. Jamur kuping (Auricularia auricula-judae) hutan, kebun (liar) 5. Pakis (Diplazium esculentum) hutan, pinggir kali (liar)

6. Pepao (Emilia sonchifolia) hutan, kebun, pinggir jalan, sawah (liar) *Catatan: Sayuran selengkapnya tersaji pada Lampiran 4

Pakis/paku bele (Diplazium esculentum) merupakan tumbuhan pangan potensial yang dapat dikembangkan. Spesies ini cukup melimpah dan setiap harinya diburu oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki ataupun perempuan sering terlihat hiruk pikuk memasuki kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR hanya untuk mencari pakis (Gambar 21).

Gambar 21 Warga masyarakat yang mengambil pakis.

Tingginya antusiasme masyarakat Desa Jeruk Manis, memasuki kawasan hutan untuk mencari pakis, bukan tanpa alasan. Pola konsumsi warga yang terbiasa mengkonsumsi pakis merupakan alasan utamanya. Mereka menganggap

bahwa pakis merupakan sayur yang manis. Hal ini pula kemudian yang menjadi penyebab pakis ini juga dinamai pakis manis oleh masyarakat setempat.

Menurut Cakradinata (2006), pakis merupakan salah satu potensi hasil hutan non kayu yang cukup besar dan sampai saat ini belum tersentuh oleh teknologi seperti dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena tumbuhan ini tidak tahan disimpan lama, maksimal hanya 24 jam. Pakis merupakan salah satu bahan pokok makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Pulau Lombok bahkan sampai ke Pulau Sumbawa.

Tingginya tingkat permintaan akan pakis juga membuat beberapa warga menjadikan komoditi ini sebagai sumber pendapatan finansial. Dari hasil

wawancara, beberapa warga masyarakat menjual pakis dengan harga Rp. 1.000/ikat. Harga ini dikenakan untuk jumlah sekitar 20-25 batang pakis

dalam satu ikatan. Masyarakat pun menuturukan bahwa dalam satu hari mereka dapat mendapatkan penghasilan sebesar rata-rata Rp. 20.000,- dari hasil mencari pakis. Dalam perhitungan kasar, bila pengambilan pakis tersebut rutin dilakukan setiap harinya selama satu bulan penuh maka terhitung setidaknya terdapat Rp. 600.000,- uang yang diperoleh dari hutan untuk satu komoditi yakni pakis.

Adapun sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, di antaranya juga terdapat sayuran yang jarang dikonsumsi yaitu jamur dan rotan atau emat (Gambar 22).

(a) (b)

Gambar 22 Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi: (a) jamur ekor (Pleurotus ostreatus); (b) rotan atau emat (Daemonorops sp.).

Penyebab jamur jarang dikonsumsi warga adalah keberadaan jamur yang tidak dapat diperoleh setiap saat. Pada musim-musim tertentu jamur tidak dapat tumbuh. Biasanya pada musim-musim kering atau kemarau produksi jamur relatif kecil dan bahkan tidak tumbuh. Hal ini seperti yang disampaikan Istuti dan Nurbana (2006) bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang menjadi faktor utama dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur ekor (jamur tiram). Salah satunya adalah suhu untuk pertumbuhan miselium berkisar antara 200C-300C dan kelembapan 80%-85% (tidak terkena pancaran sinar matahari langsung).

Faktor yang menyebabkan rotan atau emat jarang dikonsusmi karena ketersediaannya di alam. Keberadaan rotan di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR banyak ditemukan pada tanah yang miring sehingga menyusahkan warga untuk mengambilnya. Menurut Kalima (2008), secara ekologis rotan tumbuh dengan subur di berbagai tempat, terutama di daerah yang lembab seperti pinggiran sungai. Selain itu penyebab rotan sehingga jarang dikonsumsi ialah cara pengolahannya yang sulit. Rotan yang oleh masyarakat digunakan bagian umbutnya (batang muda), tentu tidak mudah diambil karena batang rotan berduri.

Dokumen terkait