• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat penandaan

Syarat penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang label dan iklan pangan.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

Lampiran A

(normatif)

Cara uji susu bubuk

A.1 Persiapan contoh

Persiapan contoh terdiri atas persiapan contoh untuk uji mikrobiologi, uji organoleptik, dan uji kimia. Pengambilan contoh untuk uji mikrobiologi dilakukan pertama, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan contoh untuk uji organoleptik dan uji kimia.

A.1.1 Persiapan contoh untuk uji mikrobiologi

Buka kemasan contoh susu bubuk dan ambil contoh secara aseptik sebanyak 400 g, kemudian tempatkan dalam botol contoh steril.

A.1.2 Persiapan contoh untuk uji organoleptik

Buka kemasan contoh susu bubuk dan ambil contoh secukupnya, kemudian tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.

A.1.3 Persiapan contoh untuk uji kimia

Buka kemasan contoh susu bubuk dan ambil contoh sebanyak 400 g, kemudian tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.

A.2 Keadaan A.2.1 Bau

A.2.1.1 Prinsip

Pengamatan contoh uji dengan indera penciuman yang dilakukan oleh panelis yang terlatih atau kompeten untuk pengujian organoleptik.

A.2.1.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji secukupnya dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; b) cium contoh uji untuk mengetahui baunya; dan

c) lakukan pengerjaan minimum oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1 orang tenaga ahli.

A.2.1.3 Cara menyatakan hasil

a) Jika tidak tercium bau asing, maka hasil dinyatakan “normal”; dan b) jika tercium bau asing, maka hasil dinyatakan “tidak normal”.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.2.2 Rasa

A.2.2.1 Prinsip

Pengamatan contoh uji dengan indera perasa yang dilakukan oleh panelis yang terlatih atau kompeten untuk pengujian organoleptik.

A.2.2.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji secukupnya dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; b) rasakan dengan indera pengecap (lidah); dan

c) lakukan pengerjaan minimum oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1 orang tenaga ahli.

A.2.2.3 Cara menyatakan hasil

a) Jika tidak terasa rasa asing, maka hasil dinyatakan “normal”; dan b) jika terasa rasa asing, maka hasil dinyatakan “tidak normal”.

A.2.3 Warna

A.2.3.1 Prinsip

Pengamatan contoh uji dengan indera penglihatan yang dilakukan oleh panelis yang terlatih atau kompeten untuk pengujian organoleptik.

A.2.3.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji secukupnya dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; b) amati dengan indera penglihatan (mata); dan

c) lakukan pengerjaan minimum oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1 orang tenaga ahli.

A.2.3.3 Cara menyatakan hasil

a) Jika tidak terlihat warna asing, maka hasil dinyatakan “normal”; dan b) jika terlihat warna asing, maka hasil dinyatakan “tidak normal”.

A.3 Kadar air

A.3.1 Prinsip

Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada temperatur (102 ± 2) °C selama 2 jam .

A.3.2 Peralatan

a) Desikator yang berisi desikan; b) Botol timbang dengan penutup;

c) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C; dan

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.3.3 Cara kerja

a) Panaskan botol timbang beserta tutupnya dalam oven pada temperatur (102 ± 2) °C selama lebih kurang satu jam dan dinginkan dalam desikator selama 45 menit kemudian timbang dengan neraca analitik (botol timbang dan tutupnya) (W0);

b) masukkan 1 g sampai dengan 3 g contoh ke dalam botol, tutup, dan timbang (W1);

c) panaskan botol timbang yang berisi contoh tersebut dalam keadaan terbuka dengan meletakkan tutup botol di samping oven di dalam oven pada temperatur (102 ± 2) °C selama dua jam (dua jam setelah temperatur oven mencapai 102 °C;

d) tutup botol timbang ketika masih di dalam oven, pindahkan segera ke dalam desikator dan dinginkan selama 45 menit kemudian timbang (W2);

e) lakukan pekerjaan duplo; f) hitung kadar air dalam contoh.

A.3.3.1 Perhitungan

Keterangan:

W0 adalah bobot botol timbang kosong dan tutupnya, dinyatakan dalam gram (g);

W1 adalah bobot botol timbang, tutupnya, dan contoh sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g);

W2 adalah bobot botol timbang, tutupnya, dan contoh setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g).

A.3.3.2 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimum 5% dari nilai rata-rata hasil kadar air atau deviasi (RSD) maksimum 2%. Jika kisaran lebih besar dari 5% atau deviasi lebih besar dari 2%, maka uji harus diulang kembali.

A.4 Kadar lemak susu A.4.1 Prinsip

Lemak susu dalam contoh dihidrolisis dengan amonia dan alkohol kemudian diektraksi dengan eter. Ekstrak eter yang diperoleh kemudian diuapkan sampai kering dalam pinggan aluminium dan kadar lemak susu dihitung secara gravimetri.

A.4.2 Peralatan

a) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; b) Pipet volumetrik 25 mL;

c) Penangas air;

d) Labu ekstraksi / labu Majonnier; e) Sentrifus;

f) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C; g) Desikator yang berisi desikan;

h) Pinggan aluminium atau labu lemak (Majonnier); dan i) Gelas ukur.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.4.3 Pereaksi

a) Amonium hidroksida (NH4OH) pekat; b) Indikator fenolftalein 0,5%;

c) Etil alkohol 95%;

d) Etil eter, bebas peroksida; e) Petroleum eter; dan f) Air suling.

A.4.4 Cara kerja

a) Timbang 1 g contoh susu bubuk ke dalam labu ekstraksi (W), tambahkan 10 mL air suling, aduk sehingga membentuk pasta, dan panaskan jika diperlukan;

b) tambahkan 1 mL sampai dengan 25 mL amonium hidroksida pekat, panaskan dengan penangas air pada temperatur 60 °C sampai dengan 70 °C selama 15 menit, sesekali diaduk dan dinginkan;

c) tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, 10 mL alkohol 95%, tutup labu ekstraksi, dan aduk selama 15 detik;

d) untuk ekstraksi pertama, tambahkan 25 mL etil eter, tutup labu ekstraksi, dan kocok dengan kencang selama 1 menit;

e) longgarkan sesekali tutup labu ekstraksi apabila diperlukan;

f) tambahkan 25 mL petroleum eter, tutup labu ekstraksi, dan kocok dengan kencang selama 1 menit;

g) longgarkan sesekali tutup labu ekstraksi apabila diperlukan;

h) sentrifus labu tersebut pada 600 rpm selama 30 detik sehingga terjadi pemisahan fase air (merah muda terang) dan eter dengan jelas;

i) tuangkan lapisan eter dengan hati-hati ke dalam labu lemak atau pinggan aluminium kosong yang telah diketahui bobotnya (W0);

j) lapisan air digunakan untuk ekstraksi berikutnya;

k) untuk ekstraksi kedua ulangi cara kerja A.4.4.c sampai dengan A.4.4.j dengan penambahan 5 mL alkohol 95%, 15 mL etil eter, dan 15 mL petroleum eter;

l) untuk ekstraksi ketiga ulangi cara kerja A.4.4.c sampai dengan A.4.4.j dengan tanpa penambahan alkohol 95%, 15 mL etil eter, dan 15 mL petroleum eter (ekstraksi ketiga tidak perlu dilakukan pada susu bubuk skim);

m) uapkan pelarut di atas penangas air dan keringkan labu lemak / pinggan aluminium yang berisi ekstrak lemak tersebut dalam oven pada temperatur (100 ± 1) °C selama 30 menit atau oven vakum pada temperatur 70 °C sampai dengan 75 °C dengan tekanan < 50 mmHg (6,7 KPa) ;

n) dinginkan dalam desikator dan timbang sampai dengan bobot tetap (W1).

A.4.4 Perhitungan

Keterangan: W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g);

W0 adalah bobot labu lemak/ pinggan aluminium kosong, dinyatakan dalam gram (g);

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.4.5 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimum 10% dari nilai rata-rata hasil lemak atau deviasi (RSD) maksimum 4%. Jika kisaran lebih besar dari 10% atau deviasi lebih besar dari 4%, maka uji harus diulang kembali.

A.5 Kadar protein (dalam padatan susu tanpa lemak)

A.5.1 Total padatan susu

A.5.1.1 Prinsip

Contoh uji dididihkan pada penangas dan air yang tersisa dievaporasi pada oven bertemperatur 102 ± 2 °C.

A.5.1.2 Peralatan

a) Desikator yang berisi desikan; b) Cawan porselen;

c) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C; dan

d) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg.

A.5.1.3 Cara kerja

a) Panaskan cawan porselen beserta tutup di sebelahnya pada oven bertemperatur 102 ± 2 °C selama 1 jam; kemudian tutup cawan porselen dan tempatkan segera ke dalam desikator;

b) diamkan pada temperatur ruang selama 30 menit kemudian timbang dengan ketelitian 0,1 mg (w0);

c) Hangatkan contoh uji pada temperatur 35 °C sampai dengan 40 °C dengan menggunakan penangas air, aduk secara perlahan, dinginkan contoh dengan segera pada temperatur 20 °C sampai dengan 25 °C;

d) untuk mengurangi evaporasi air selama pengadukan, wadah pengaduk harus selalu dalam keadaan tertutup.;

e) timbang 1 sampai dengan 5 g contoh uji yang telah dipreparasi pada cawan porselen (w1), miringkan cawan untuk menyebarkan contoh uji hingga ke dasar cawan;

f) tempatkan cawan porselen tanpa penutup pada air mendidih di dalam penangas air sedemikian rupa hingga bagian dasar cawan terpapar secara maksimum dan secara langsung dipanaskan oleh uap air, biarkan selama 30 menit;

g) keluarkan cawan dari penangas air dan masukkan cawan porselen beserta penutup di sebelahnya ke dalam oven temperatur 102 ± 2 °C selama 2 jam, kemudian tutup cawan porselen dan pindahkan segera ke dalam desikator;

h) dinginkan cawan porselen dan tutupnya pada temperatur ruang setidaknya selama 30 menit dan timbang dengan ketelitian 0,1 mg;

i) panaskan kembali cawan beserta tutup yang diletakkan di sebelahnya dalam oven temperatur 102 ± 2 °C selama 1 jam, kemudian tutup cawan porselen dan pindahkan segera ke dalam desikator;

j) dinginkan cawan porselen dan tutupnya pada temperatur ruang setidaknya selama 30 menit dan timbang dengan ketelitian 0,1 mg;

k) ulangi tahap A.5.4.1.i sampai diperoleh perbedaan bobot tidak lebih dari 1 mg, catat bobot terendah (w2).

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.5.1.4 Perhitungan

Keterangan:

W0 adalah cawan kosong dan tutupnya, dinyatakan dalam gram (g);

W1 adalah bobot cawan, tutupnya, dan contoh sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g); W2 adalah bobot cawan, tutupnya, dan contoh setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g). A.5.1.5 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimum 5% dari nilai rata-rata hasil kadar air atau deviasi (RSD) maksimum 2%. Jika kisaran lebih besar dari 5% atau deviasi lebih besar dari 2%, maka uji harus diulang kembali.

A.5.2. Kadar protein (dalam padatan susu tanpa lemak) A.5.2.1. Prinsip

Contoh didestruksi dengan menggunakan campuran asam sulfat pekat dan kalium sulfat (K2SO4), menggunakan katalis copper (II) sulfat untuk melepaskan nitrogen dari protein sebagai garam amonium. Garam amonium tersebut diuraikan menjadi NH3 pada saat destilasi menggunakan NaOH. NH3 yang dibebaskan dan diikat dengan asam borat menghasilkan ammonium borat yang secara kuantitatif dititrasi dengan larutan baku asam sehingga diperoleh total nitrogen. Kadar protein diperoleh dari hasil kali total nitrogen dengan 6,38 dan dihitung dalam padatan susu tanpa lemak.

A.5.2.2. Peralatan

a) Alat destilasi Kjeldahl konvensional atau otomatis; b) Alat destruksi (blok digesti);

c) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; d) Penangas air;

e) Buret 10 mL terkalibrasi;

f) Labu ukur 500 mL, 100 mL, dan 50 mL; g) Erlenmeyer 500 mL; dan

h) pH meter.

A.5.2.3. Pereaksi

a) Kalium sulfat (K2SO4) bebas nitrogen;

b) Larutan copper (II) sulfat (CuSO4), 5,0 g per 100 mL;

Larutkan 5,0 g copper (II) sulfat perhidrat (CuSO4.5H2O) dalam air pada labu ukur 100 mL.

c) Asam sulfat (H2SO4) dengan fraksi massa sedikitnya 95% hingga 98%, bebas nitrogen; d) Larutan natrium hidroksida (NaOH), bebas nitrogen, mengandung 50 g NaOH per 100 g

larutan;

e) Larutan indikator methyl red (MR)/ bromocresol green (BCG);

larutkan 0,2 g methyl red dengan etanol 95% menjadi 100 mL. Larutkan 1,0 g

bromocresol green dengan etanol 95% menjadi 500 mL. Campurkan 1 bagian larutan

methyl red dan 5 bagian larutan bromocresol green dalam gelas piala lalu pindahkan ke dalam botol bertutup gelas.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

Timbang 4 g H3BO3, larutkan ke dalam air yang mengandung 0,7 mL larutan indikator

methyl red 1% bromocresol green 1%, encerkan hingga 100 mL, aduk, (larutan akan berwarna kuning terang) dan pindahkan ke dalam botol bertutup gelas.

g) Larutan standar asam hidroklorida (HCl) 0,1 ± 0,005 mol/L;

h) Ammonium sulfat [(NH4)2SO4] minimum 99,9% (fraksi massa) pada bahan kering;

Sesaat sebelum digunakan, keringkan [(NH4)2SO4] pada temperatur 102 °C ± 2 °C selama tidak kurang dari 2 jam. Dinginkan pada temperatur ruang di dalam desikator. i) Triptofan (C11H12N2O2) atau lysin hidroklorida (C6H15CIN2O2);

Jangan mengeringkan pereaksi ini dalam oven sebelum digunakan.

j) Sukrosa, dengan kandungan nitrogen tidak lebih dari 0,002% (fraksi massa); dan k) Batu didih.

A.5.2.4. Cara kerja

A.5.2.4.1. Preparasi contoh uji

a) Tambahkan ke dalam tabung digesti 12,0 g K2SO4, 1,0 mL larutan CuSO4, 1 sampai dengan 2 g contoh (W) dan 20 mL H2SO4;

b) gunakan H2SO4 untuk membilas larutan CuSO4, K2SO4 atau contoh uji yang tertinggal di permukaan tabung digesti.

A.5.2.4.2. Penetapan A.5.2.4.2.1 Digesti

a) Atur blok digesti pada temperatur awal rendah untuk mengendalikan busa (antara temperatur 180 °C dan 230 °C), pindahkan tabung digesti ke dalam alat destruksi, digestikan contoh uji selama 30 menit hingga terbentuk asap, kemudian naikkan temperatur blok digesti hingga bertemperatur 410 °C sampai dengan 430 °C, lanjutkan proses digesti sampai larutan menjadi jernih. Lakukan dalam lemari asap atau lengkapi alat pengisapan asap;

b) setelah larutan berwarna jernih kehijau-hijauan, lanjutkan proses digesti pada temperatur 410 °C sampai dengan 430 °C selama 1 jam, pada saat itu H2SO4 akan mendidih. Bila didihan dari larutan jernih tidak terlihat menandakan temperatur dari blok digesti terlalu rendah, bila demikian proses digesti dilakukan selama 1,75 sampai dengan 2,5 jam; c) untuk menetapkan waktu pendidihan spesifik yang dibutuhkan untuk kondisi analisis

menggunakan alat yang ada, gunakan contoh uji susu yang berprotein tinggi dan berlemak tinggi dan tetapkan kadar proteinnya dengan meningkatkan waktu pendidihan (1 jam sampai dengan 1,5 jam) setelah terbentuk cairan berwarna jernih kehijau-hijauan. Rata-rata hasil protein akan meningkat dengan meningkatnya waktu didih, menjadi konsisten, dan kemudian akan menurun bila waktu didih terlalu lama;

d) pada akhir tahap digesti, larutan harus jernih dan bebas dari bahan-bahan tak terdestruksi. Keluarkan tabung digesti dari blok digesti;

e) diamkan hasil digesti menjadi dingin pada temperatur ruang selama 25 menit. Hasil digesti yang telah dingin berbentuk cair atau cair dengan sedikit endapan kristal di bagian bawah tabung. Jangan biarkan hasil digesti tak larut berada dalam tabung semalaman karena akan terus mengkristal selama waktu tersebut dan akan sangat sulit mendestruksi kembali kristal tersebut menjadi larutan.

CATATAN kristalisasi berlebihan setelah 25 menit dapat menyebabkan kehilangan asam yang tidak diinginkan dan dapat menyebabkan hasil uji yang rendah. Kehilangan asam yang tidak diinginkan juga dapat disebabkan pengeluaran asap yang berlebihan atau proses digesti yang terlalu lama akibat temperatur digesti yang terlalu rendah. Untuk mereduksi laju penurunan asam, turunkan laju pengeluaran asap.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.5.2.4.2.2 Destilasi

a) Nyalakan kondensor air pada alat destilasi. Pasang tabung digesti yang mengandung larutan hasil digesti pada unit destilasi, tempatkan erlenmeyer yang berisi 50 mL larutan asam borat di bagian bawah kondensor tepat di bawah bagian outlet. Atur unit destilasi untuk mengeluarkan 55 mL larutan NaOH;

b) jika larutan NaOH telah digunakan 40%, maka volume NaOH yang dikeluarkan diatur menjadi 65 mL;

c) operasikan unit destilasi sedemikian rupa untuk mendestilasi uap kan amonia yang dibebaskan melalui penambahan larutan NaOH, kumpulkan destilat yang terdapat pada larutan asam borat;

d) lanjutkan proses destilasi hingga diperoleh sedikitnya 150 mL destilat. Pindahkan erlenmeyer dari unit destilasi, kuras tip destilasi, bilas bagian luar dan dalam tip dengan air, tampung air bilasan pada erlenmeyer. Tip harus selalu dibilas pada tiap analisis contoh uji yang berbeda. Efisiensi kondensor harus dapat menghasilkan temperatur larutan dalam erlenmeyer tidak lebih dari 35 °C selama proses destilasi.

A.5.2.4.2.3 Titrasi

a) Titar larutan campuran destilat pada erlenmeyer dengan HCl dengan menggunakan buret. Titik akhir titrasi diperoleh pada saat terjadi perubahan warna titer menjadi merah muda. Estimasikan pembacaan buret dengan ketelitian 0,05 mL. Bantuan pengaduk magnetik dapat membantu dalam penampakan titik akhir titrasi;

b) alternatif proses, titar larutan campuran destilat pada erlenmeyer dengan HCl menggunakan alat titrasi otomatis yang dilengkapi dengan pH meter. Titik akhir titrasi diperoleh pada saat pH mencapai 4,6 yang menjadi titik tercuram pada kurva titrasi. Hitung jumlah titran yang digunakan.

A.5.2.4.2.4 Uji blanko

a) Titar blanko dengan HCl dengan menggunakan buret atau alat titrasi otomatis yang dilengkapi dengan pH meter sebagaimana yang digunakan pada contoh uji;

b) uji blanko menggunakan prosedur A.5.4.1 sampai dengan A.5.4.2.3 dengan mengganti contoh uji dengan 5 mL air dan sekitar 0,85 g sukrosa;

c) catat nilai blanko, bila nilai blanko berubah segera identifikasi penyebabnya. Jumlah titran yang digunakan pada uji blanko harus lebih besar daripada nol. Nilai blanko biasanya sama dengan atau lebih rendah dari 0,2 mL.

A.5.2.5 Perhitungan

Keterangan:

V1 adalah volume HCl 0,1 N untuk titrasi contoh, dinyatakan dalam mililiter (mL); V2 adalah volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko, dinyatakan dalam mililiter (mL); N adalah normalitas larutan HCl, dinyatakan dalam Normalitas (N);

W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam miligram (mg); 14,007 adalah bobot atom Nitrogen;

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.5.2.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimum 5% dari nilai rata-rata hasil kadar protein atau deviasi (RSD) maksimum 3%. Jika kisaran lebih besar dari 5% atau deviasi lebih dari 3%, maka uji harus diulang kembali.

A.6 Scorched particles A.6.1. Prinsip

Contoh uji dilarutkan dengan akuades pada temperatur 60 ± 1 °C. Larutan yang diperoleh disaring dengan kertas saring kemudian dikeringkan. Kertas saring (disc) kering yang mengandung scorched particles secara visual dibandingkan dengan kertas saring (disc) standar.

A.6.2. Peralatan

a) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; b) Pengaduk / blender;

c) Kertas saring diameter 32 mm dengan ukuran poril 5µm sampai dengan 10 µm; d) Penangas air;

e) Alat penyaring yang dilengkapi dengan aspirator dengan diameter 28,5 mm; f) Pengaduk; dan

g) Scorched particles standard disc.

A.6.3. Pelarut

a) Akuades; dan

b) Oktanol atau diglycol laurat L sebagai anti buih.

A.6.4. Cara kerja

a) Timbang contoh dengan ketelitian 0,1 mg sebesar 32,5 g untuk susu full cream, dan 25,0 g untuk susu skim dan skim sebagian;

b) tuangkan contoh pada gelas pengaduk (blender) kemudian tambahkan 250 mL akuades bertemperatur 60 ± 1 °C;

c) tambahkan 2 sampai dengan 3 tetes bahan anti buih; d) aduk selama 60 detik;

e) saring larutan contoh dengan menggunakan vakum, kemudian bilas permukaan kaca pada blender dengan 50 mL akuades kemudian saring dengan penyaring yang sama; f) biarkan kertas saring mengering selama 2 jam pada temperatur 35 °C.

A.6.5. Evaluasi dan pernyataan hasil

a) Bandingkan kertas saring yang diuji dengan kertas saring standar scorched particles seperti pada Gambar A.1

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

7,5 mg 15 mg 22,5 mg 32,5 mg

Gambar A.1 – Kertas saring standar scorched particles

b) tetapkan kertas saring yang diuji di antara dua kertas saring standar untuk mengklasifikasikan scorched particles yang terdapat pada kertas saring hasil uji;

c) tetapkan kadar scorched particles pada lembar klasifikasi sesuai dengan standar kertas saring A, B, C, dan D.

A.7 Indeks ketidak larutan A.7.1 Prinsip

Volume endapan (residu tak larut) diperoleh pada saat susu bubuk direkonstitusi dan susu rekonstitusi disentrifugasi pada kondisi tertentu. Air bertemperatur 24 °C (untuk susu yang dikeringkan dengan spray dryer) atau bertemperatur 50 °C (untuk susu yang dikeringkan dengan rolling-dryer) ditambahkan pada contoh uji, kemudian diaduk. Setelah beberapa saat, susu rekosntitusi tersebut disentrifugasi. Cairan supernatan dibuang dan endapan disebarkan dengan penambahan air yang bertemperatur sama dengan yang digunakan pada saat rekonstitusi. Campuran tersebut disentrifugasi kembali dan volume endapan (residu tak larut) yang diperoleh dihitung.

A.7.2 Peralatan

a) Termometer,

b) Penangas air, dapat mempertahankan temperatur 24,0 ± 0,2 °C dan/atau 50,0 ± 0,2 °C yang dapat digunakan sebagai tempat meletakkan wadah contoh;

c) Mixing jar terbuat dari kaca dengan kapasitas 500 mL; d) Sendok;

e) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; f) Gelas ukur berukuran 100 mL ± 0,5 mL;

g) Sikat; h) Mixer; i) Interval timer; j) Sendok spatula; k) Tabung sentrifus; l) Sentrifus;

m) Tabung penghisap yang menempel pada pompa air; n) Batang pengaduk; dan

o) Kaca pembesar.

A.7.3 Pereaksi

a) Silicone antifoaming agent; dan b) Akuades.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.7.4 Cara kerja

A.7.4.1 Preparasi contoh uji

a) Sebelum memulai proses penetapan, pastikan bahwa contoh pada laboratorium telah dijaga temperaturnya (20 °C sampai dengan 25 °C) selama 48 jam sehingga hal-hal yang mempengaruhi ketidak larutan yang disebabkan oleh keadaan fisik dari lemak bersifat konstan antar contoh uji;

b) aduk contoh pada laboratorium dengan memutar dan membolak-balikkan wadah;

c) jika wadah terlalu penuh untuk dilakukan pencampuran, pindahkan semua contoh ke wadah yang bersih, kering, tertutup rapat, dan mempunyai kapasitas yang memadai.

A.7.4.2 Preparasi Mixing jar

a) Atur temperatur mixing jar pada temperatur 24 °C atau pada temperatur 50 °C dengan meletakkan mixing jar pada penangas air dengan ketinggian air mendekati bagian atas

jar selama beberapa waktu.

A.7.5 Penetapan

a) Timbang contoh uji dengan ketelitian 0,01 g dengan menggunakan sendok atau pada kertas sampling dengan jumlah sebagai berikut:

- 13,00 g untuk susu bubuk full cream dan susu bubuk skim sebagian; - 10,00 g untuk susu bubuk skim; atau

- 7,00 g untuk whey kering.

b) keluarkan jar dari penangas air, segera keringkan bagian luar jar, dan dengan menggunakan gelas ukur, tambahkan 100 mL ± 0,5 mL air bertemperatur 24,0 °C ± 0,2 °C atau 50,0 °C ± 0,2 °C sesuai dengan jenis contoh uji;

c) tambahkan 3 tetes silicone anti foaming agent pada air di dalam mixing jar dan masukkan contoh uji ke dalam jar dengan menggunakan sikat, jika perlu, sehingga seluruh contoh uji jatuh ke permukaan air;

d) tempatkan mixing jar pada mixer, nyalakan mixer selama 90 detik kemudian matikan; e) lepaskan mixing jar dari mixer, biarkan jar beberapa saat untuk membiarkan cairan yang

terdapat pada putaran mixer masuk ke dalam jar yaitu selama tidak kurang dari 5 menit dan tidak lebih dari 15 menit;

f) tambahkan 3 tetes silicone anti foaming agent pada campuran di dalam mixing jar,

Dokumen terkait