• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

H. Instrumen Penelitian

I. Tata Cara Penelitian

Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh dengan mewawancarai dukuh dan melihat data dukuh untuk diteliti prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Sambisari Kabupaten Sleman (Lampiran 1). Permohonan pengajuan diproses di Kantor Kesatuan Bangsa dan Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sleman Yogyakarta untuk memperoleh izin yang ditujukan kepada Kepala Dukuh Sambisari. Permohonan izin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance(Lampiran 2 ). Permohonan ijin dilakukan untuk

memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

3. Penyusunan informed consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian. Inform consent dan leaflet terlampir (lampiran 3)

4. Penetapan calon responden

Pencarian responden penelitian dilakukan setelah mendapat ijin Kepala Dukuh Sambisari, Kabupaten Sleman. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinyainformed consent (lampiran 4).

5. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian

Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur sedangkan dikatakan reliabel jika penilaian atas apa yang diukur bersifat konsisten. Apabila hasil penilaian tersebut konsisten maka instrumen yang digunakan dapat dipercaya (Ronny, 2003). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan derajat instrumen dapat dipercaya yaitu bila hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan sebanyak dua kali atau lebih (Notoatmodjo, 2002).Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau

kesahihan suatu instrument (Sugiyono, 2007). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), alat kesehatan dikatakan baik bila CV (coefficient of variation) 5%. Reliabilitas dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut.

Instrumen yang akan digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometerdigital terhadap sphygmomanometerraksa yang biasa digunakan pada pos kesehatan. Uji reabilitas dilakukan dengan mengukur tekanan darah menggunakan

sphygmomanometerdigital pada beberapa probandus berkali-kali. Pengukuran tekanan darah pada responden hipertensi menggunakan sphygmomanometerdigital dengan merk Omron, MX3, Plus, Kyoto, Jepang yang telah divalidasi oleh protokol internasional ESH (Babiker, Elkhalifa, and Moukhyer, 2013).

Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing

sphygmomanometerdigital dan raksa dengan probandus masing-masing 3 dengan tekanan darah tinggi dan normal. Selang waktu pengukuran tekanan darah selama 5 menit maka instrumen penelitian yang digunakan memiliki validitas yang baik. Pengukuran reabilitas dilakukan pada 3 probandus dengan 5 kali pengukuran

sphygmomanometerdigital dan raksa setiap 5 menit dan hasilnya menunjukkan instrumen yang digunakan memiliki reabilitas yang baik.

6. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani

Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda 2-5 menit sesuai SO (lampiran 5 ).

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

8. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari wawancara terstruktur dengan responden. Hasil wawancara ditulis pada lembar CRF (lampiran 6). Daftar pengajuan pertanyaan penelitian terlampir (lampiran7). Data pengukuran tekanan darah diperoleh dengan cara mengukur tekanan darah sesuai SOP . Data pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan juga ditulis pada lembar CRF. Selanjutnya dipindahkan ke file Microsoft Ecxel, lalu diolah lebih lanjut untuk mendapatkan hasil analisis terkait. Pengumpulan data disesuaikan dengan uji yang dilakukan.

Data-data yang diperoleh kemudian diproses cleaning dan editing. Pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan data berdasarkan kriteria inklusi penelitian. Data yang tidak masuk kriteria inklusi maka dilakukan eklusi (eliminasi). Data responden awal ada 205 responden seteleh dilakukan eklusi menjadi 200 responden. Proses berikutnya dilakukan analisis data melalui tahapuji

normalitas, analisis univariat, uji ONE WAY ANOVA dan uji T Independent, dan uji Chi-Square.

9. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan program komputer. Langkah pertama dilakukan uji normalitas Q-Q plotuntuk mengetahui distribusi normal suatu data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan selanjutnya dengan uji Chi-Square(Dahlan, 2009). Uji normalitas Q-Q plot dilakukan terhadap variabel usia. Distribusi ini menggambarkan data penelitian. Hasil dari uji normalitas Q-Q plot menunjukkan bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal. Berdasarkan pengalaman empiris ahli statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 (n > 30), sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal (Jihadi, 2013).

Uji yang dilakukan selanjutnya uji analisis univariant untuk mendapatkan gambaran frekuensi variabel yang diteliti di Dukuh Sambisari. Variabel yang dianalisis adalah usia, jenis kelamin, dan faktor risiko kesehatan. Usia responden penelitian dengan kategori usia 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, dan ≥ 80 tahun. Variabel faktor resiko kesehatan meliputi BMI (≤ 25 kg/m2, 25 kg/m2), pola makanan (teratur, tidak teratur), aktifitas fisik (melakukan aktivitas ya, tidak), merokok (ya ,tidak), dan penyakit penyerta (ada,tidak). Pada penelitian ini, data untuk faktor alkohol tidak dapat dianalisis karena di Dukuh Sambisari tidak ditemukan responden yang memiliki gaya hidup mengonsumsi alkohol.

Penelitian ini juga dilakukan uji ONE WAY-ANOVA untuk menguji perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang dihubungkan dengan usia responden berdasarkan kategori. Pada hasil uji Anova, jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah menganalisis kelompok mana yang berbeda secara signifikan menggunakan analisis Post Hoc (Dahlan, 2009).

Setelah uji ONE WAY-ANOVA, dilanjutkan dengan Uji T Independent

untuk menganalisis perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang dihubungkan dengan jenis kelamin dan faktor risiko kesehatan yaitu BMI, pola makan, aktivitas fisik, merokok, dan penyakit penyerta. Uji yang dilakukan selanjutnya uji Chi-Squareuntuk membandingkan dua distribusi data, yakni yang teoritis (frekuensi harapan) dan yang sesuai kenyataan (frekuensi observasi) (Santoso, 2010). Uji dilakukan untuk mengalisis korelasi antara faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sambisari. Hasil uji tiap faktor risiko berupa nilai p dan Odds Ratio (OR), dan interval kepercayaan sebesar 95%. Nilai p <0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbeda bermaknaantara faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Nilai OR menunjukkan seberapa besar risiko yang dapat terjadi secara bermakna antara kategori dalam analisis satu faktor risiko Nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan prevalensi hipertensi, kesadaran hipertensi, dan terapi hipertensi. Selanjutnya dilakukan uji mengalisis hipotesis. Uji hipotesis one-tailed menunjukkan Ho tidak ada perbedaan atau hubungan antara varibel.

Perumusan hipotesis

Ho : P1 ≤ P2

H1,2,3 : P1>P2 ; p<0.05

Gambar 3. Rumusan Hipotesis Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi

Keterangan :

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden merokok; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan; BMI>25; adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang tidak merokok; berolah raga; mengatur pola makan; BMI<25; tidak ada penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.

Dokumen terkait