• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

Formula yang dipilih sebagai dasar pembuatan krim esktrak tomat menurut Formularium Medicamentorum Selectum oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (1971) memiliki komposisi formula sebagai berikut :

R/ Asam stearat 14,2 g Trietanolamin 1 g

Gliserol 10 g

Boraks 0,25 g

Nipagin 0,1 g

Nipasol 0,05 g

Aquadest ad 100 ml

Pada penelitian dilakukan modifikasi formula untuk 100 gram sehingga diperoleh formula sebagai berikut:

R/ Asam stearat 20 g Trietanolamin 1,35 g Nipagin 0,1 g Tween 80 5 g PEG 6000 4 g Propilen glikol 5 g Aquadest ad 100 ml

Optimasi formula dilakukan pada penggunaan Tween 80 dan PEG 6000. Untuk Tween 80 level rendah sebesar 2,5 gram dan level tingginya sebesar 7,5 gram, sedangkan untuk PEG 6000 level rendah sebesar 2 gram dan level tingginya sebesar 6 gram. Masing-masing jumlah Tween 80 dan PEG 6000 yang digunakan baik untuk level rendah maupun level tinggi dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Desain penelitian

Formula Tween 80(g) PEG 6000 (g)

1 2,5 2

A 7,5 2

B 2,5 6

Tabel III. Optimasi formula krim ekstrak tomat

Komposisi Formula (g)

1 a b ab

Ekstrak kering etil asetat tomat 6 6 6 6

Asam stearat 20 20 20 20 Trietanolamin 1,35 1,35 1,35 1,35 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 Tween 80 2,5 7,5 2,5 7,5 PEG 6000 2 2 6 6 Propilen glikol 5 5 5 5 Aquadest 50 50 50 50

2. Ekstraksi buah tomat segar

Satu kilogram buah tomat segar yang telah dicuci terlebih dahulu diblender hingga halus. Buah tomat yang telah diblender kemudian dimasukkan ke dalam 4 buah erlenmeyer 500 ml masing-masing 250 gram. Pelarut etil asetat ditambahkan sebanyak 250 ml ke dalam masing-masing erlenmeyer. Dilakukan maserasi dengan cara pendiaman selama 7 hari dan dilakukan penggoyangan berkala setiap harinya.

Setelah 7 hari, pisahkan isi erlenmeyer dari endapan dan cairannya dengan saringan. Cairan yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah untuk dihilangkan fase airnya. Hasil pemisahan diuapkan dengan menggunakan

vaccum rotavapor pada tekanan rendah dan suhu tidak lebih dari 60oC hingga terbentuk ekstrak kental.

Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan talkum (ekstrak kental:talkum = 1:5) dan diaduk hingga homogen untuk memperoleh ekstrak kering etil asetat tomat. Kemudian ekstrak kering etil asetat tomat disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari.

3.Uji kualitatif antioksidan ekstrak tomat

Ekstrak kental tomat diteteskan pada bagian tengah kertas whattmann. Berikutnya diteteskan pula larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) 0,2% pada seluruh kertas whattmann. Tunggu beberapa saat dan amati perubahannya. Warna ungu pada bagian tengah kertas whattmann akan memudar menunjukkan bahwa ekstrak kental tomat memiliki aktivitas antioksidan (Elya dkk, 2013).

4. Pembuatan krim ekstrak tomat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi ditimbang sesuai jumlahnya masing-masing. Asam stearat dicairkan dalam cawan porselen menggunakan waterbath pada suhu kurang lebih 70oC. Campuran diaduk hingga larut. Pada cawan porselen yang lain, PEG 6000 dicairkan pada suhu kurang lebih 70oC. Propilen glikol, nipagin, TEA, dan Tween 80 ditambahkan ke dalam cairan PEG 6000 tersebut. Campuran diaduk hingga larut. Kedua campuran fase minyak dan fase air dari kedua cawan porselen dicampur di dalam satu wadah yang sudah dihangatkan. Campuran diaduk menggunakan mixer hingga homogen dan terbentuk masa krim. Ekstrak etil asetat tomat ditambahkan ke dalam krim tersebut dan dihomogenkan menggunakan mixer selama 1 menit. Krim dimasukkan ke dalam kemasan.

5. Orientasi

Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah Tween 80 berturut-turut 2,5 gram, 5 gram, 7,5 gram, 10 gram, dan 12,5 gram.

Masing-masing krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran dropletnya setelah 48 jam. Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar Tween 80 dari kedua respon yang masih memberikan perubahan yang linear akan menjadi level rendah dan level tinggi pada penelitian ini.

Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah PEG 6000 berturut-turut 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram, dan 10 gram. Masing-masing krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran dropletnya setalah 48 jam. Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar PEG 6000 dari kedua respon yang masih memberikan perubahan yang linear akan menjadi level rendah dan level tinggi pada penelitian ini.

6. Evaluasi sediaan krim ektrak tomat a. Pengujian organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bau, warna, dan homogentias krim ekstrak tomat 48 jam setelah pembuatan.

b. Penentuan tipe emulsi dengan metode pewarnaan.

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek dan ditambahkan satu tetes

methylene blue. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopik untuk menentukan apakah emulsi dari sediaan krim tersebut bertipe M/A atau A/M.

c. Pengujian pH

Sejumlah krim dioleskan pada kertas pH universal dan kemudian ditentukan berapa pH dari krim.

d. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara krim ditimbang seberat satu gram dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama satu menit, dicatat diameter penyebarannya. e. Pengujian viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04 dengan cara krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu setelah 48 jam krim selesai dibuat dan setelah penyimpanan selama satu bulan (Instruction Manual Viscotester VT-03E/VT-04).

f. Pengujian mikromeritik

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek kemudian letakkan pada

mikroskop. Amati ukuran droplet yang terdispersi pada krim. Gunakan

perbesaran lemah untuk menentukan objek yang akan diamati kemudian ganti

dengan perbesaran kuat. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu

mengkalibrasi lensa mikroskop. Catat diameter terjauh dari tiap droplet

sejumlah 500 droplet. Diameter 500 droplet dihitung rata-ratanya. g. Pengujian iritasi (Cazedey dkk, 2009).

Uji iritasi dilakukan dengan metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic

Membrane (HET-CAM). Disiapkan telur ayam berusia 10 hari. Cangkang telur dikupas pada bagian kantong udara dengan hati-hati. Membran dalam dibilas dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% sehingga terlihat

transparan. Membran dalam telur dikupas dan dipisahkan dengan

Chorioallantoic membrane (CAM) dengan amat hati-hati. Dipejankan 0,3 ml larutan NaCl 0,9% pada CAM sebagai kontrol negatif. Dipejankan 0,3 ml larutan NaOH 0,1N pada CAM sebagai kontrol positif. Dipejankan 0,3 ml krim ekstrak tomat masing-masing formula pada CAM sebagai perlakuan. CAM diamati selama 5 menit apakah terjadi perdarahan (hemorrhage), lisis (lysis), dan koagulasi (coagulation). Kemudian

Irritation Score (IS) ditentukan menggunakan rumus: IS =

....(5) IS yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok perlakuan kemudian dicocokan dengan tabel berikut untuk mengetahui iritasi dari senyawa uji:

Tabel IV. Indeks iritasi uji HET-CAM (Cazedey dkk, 2009)

Irritation Score Kategori

0-0,9 Tidak mengiritasi

1-4,9 Sedikit mengiritasi

5-8,9 Cukup mengiritasi

9-21 Sangat mengiritasi

7. Validasi

Dibuat krim ekstrak tomat dengan komposisi Tween 80 dan PEG 6000 yang ada pada area optimum (Tween 80 sebesar 4,5 gram dan PEG 6000 sebesar 5 gram). Krim ekstrak tomat kemudian diukur respon viskositas dan ukuran dropletnya pada 48 jam setelah pembuatan. Hasil data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak R-2.14.1.

Dokumen terkait