• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

D. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan, penyiapan, dan penyerbukan simplisia rimpang kencur Serbuk rimpang kencur didapat dari Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Serbuk yang dikehendaki adalah serbuk kering berwarna coklat.

2. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk membuktikan kebenaran tanaman kencur yang digunakan. Determinasi tanaman kencur telah dilakukan oleh bagian Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

3. Pembuatan ekstrak rimpang kencur

Ekstrak rimpang kencur diperoleh dengan proses maserasi. Serbuk rimpang kencur ditimbang sebanyak 50 gram, ditempatkan dalam Erlenmeyer 750 mL, ditambahkan 500 mL etanol 95% ke dalam Erlenmeyer yang berisi serbuk rimpang kencur. Kemudian dilakukan maserasi selama 48 jam dengan menggunakan maserator, setelah dilakukan maserasi selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dengan bantuan destilat vakum dan proses diulangi 1 kali lagi (maserasi selama 48 jam) dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

Setelah tahap maserasi selesai maka dilakukan penguapan dengan

rotary evaporator dan waterbath sampai ekstrak tampak pekat atau sedikit kandungan pelarut.

4. Uji kualitatif EPMS dalam ekstrak kencur

Uji kualitatif dilakukan untuk memastikan bahwa ekstrak rimpang kencur yang sudah dibuat mengandung senyawa aktif yang diperlukan. Uji kualitatif EPMS telah dilakukan oleh bagian Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yaitu dengan metode KLT seperti pada lampiran 2.

5. Penentuan nilai SPF

Penyiapan larutan sampel 10 ppm yaitu dengan menimbang 0,04 gram ekstrak kencur dilarutkan dalam 10 mL etanol dan diaduk sampai homogen. Kemudian larutan tersebut diencerkan dengan mengambil 5 mL larutan tersebut yang dilarutkan dalam 10 mL etanol dan diencerkan lagi dengan mengambil 5 mL larutan tersebut yang dilarutkan dalam 10 mL etanol. Lalu dari larutan tersebut diambil lagi 1 mL dilarutkan dalam 10 mL etanol dan diencerkan lagi dengan mengambil 1 mL dilarutkan dalam 10 mL etanol sehingga didapatkan konsentrasi larutan sampel ekstrak kencur 10,0 ppm.

Ekstrak dengan konsentrasi 10 ppm kemudian dilakukan scanning

pada panjang gelombang 290 nm – 330 nm menggunakan spectrophotometer

UV-Vis, lalu diperoleh nilai absorbansi, dan nilai AUC bisa dihitung untuk menentukan nilai SPF seperti tercantum pada lampiran 3.

log��� =

���

23

ΣAUC merupakan total luas area dari peak yang dihasilkan pada masing-masing panjang gelombang yang digunakan dalam scanning, λn merupakan panjang gelombang terbesar dalam penelitian ini yaitu 330 nm, sedangkan λ1

merupakan panjang gelombang terkecil yaitu 290 nm. 6. Optimasi proses pembuatan emulgel

a. Formula

Formula emulgel acuan menurut Formulation and Evaluation of Optimized Clotrimazole Emulgel Formulations (Yassin, 2014) dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Formula emulgel acuan

Formula (% b/b) Jumlah (g) Clotrimazole 1 Carbopol 934 1 Liquid paraffin 7,5 Tween 20 1 Span 20 1,5 Propylene glycol 5 Ethanol 2,5 Methyl paraben 0,03 Propyl paraben 0,01 Purified water to 100

Modifikasi dilakukan dengan mengganti zat aktif dan beberapa eksipiennya. Formula hasil modifikasi seperti pada tabel III.

Tabel III. Formula emulgel ekstrak etanol rimpang kencur Formula F1 (g) Fa (g) Fb (g) Fab (g) Ekstrak rimpang kencur 4 4 4 4 Carbopol® 940 2 3 2 3 Gliserin 40 40 60 60 Span 20 3 3 3 3 Tween 20 2 2 2 2 TEA 3 3 3 3 Parafin Cair 10 10 10 10 Metil Paraben 0,6 0,6 0,6 0,6 Propil Paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 Aquadest 125 125 125 125 Keterangan :

F1 = Formula dengan Carbopol 940 level rendah dan gliserin level rendah

Fa = Formula dengan Carbopol 940 level tinggi dan gliserin level rendah

Fb = Formula dengan Carbopol 940 level rendah dan gliserin level tinggi

Fab = Formula dengan Carbopol 940 level tinggi dan gliserin level tinggi

b. Pembuatan emulgel

Carbopol 940 dikembangkan dengan menggunakan 90 mL

aquadest dari formula selama 24 jam. Fase minyak dibuat dengan mencampur span 20, parafin cair, dan ekstrak kencur, dicampur dahulu di atas waterbath dengan suhu 60-700C. Fase air dibuat dengan mencampur tween 20 dengan gliserin yang sebelumnya telah dicampur metil paraben dan propil paraben di atas waterbath dengan suhu 60-700C. Fase minyak

25

dan fase air dicampur bersama dengan sisa aquadest dari formula, campuran di-mixer pada kecepatan skala 1 selama 5 menit.

Emulsi selanjutnya dicampurkan ke dalam Carbopol 940 yang sebelumnya telah dikembangkan dengan aquadest dari formula dengan kecepatan putar mixer pada skala 1 selama 5 menit. Trietanolamina ditambahkan ke dalam campuran sampai pH 6, kemudian campuran diaduk kembali menggunakan mixer kecepatan skala 1 selama 5 menit.

7. Pengujian organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan homogenitas emulgel ekstrak kencur 48 jam setelah pembuatan dan 1 bulan penyimpanan.

8. Pengujian tipe emulgel dengan metode pengenceran

Emulgel diletakkan di atas gelas arloji kemudian ditambahkan fase air (aquadest) dengan volume dua kali lipat volume emulgel, demikian juga dengan menggunakan fase minyak (parafin cair). Pengamatan dilakukan setelah emulgel selesai dibuat, dengan melihat apakah emulgel bercampur atau tidak.

9. Uji pH emulgel

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal, yaitu dengan memasukkan indikator pH universal (pH strips) ke dalam emulgel ekstrak kencur 48 jam setelah pembuatan dan 1 bulan penyimpanan. Kemudian nilai pH ditentukan dengan cara membandingkan warna yang dihasilkan dengan standar.

10. Uji sifat dan stabilitas fisik emulgel ekstrak etanol rimpang kencur a. Uji viskositas dan pergeseran viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04 dengan cara: sediaan emulgel dimasukkan ke dalam wadah dan dipasang pada portable viscometer. Viskositas emulgel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Viskositas yang dikehendaki pada penelitian ini antara 200 – 300 d.Pa.s. Pengujian viskositas dilakukan pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan setelah pembuatan emulgel untuk mengetahui prosentase pergeseran viskositas.

b. Uji daya sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan emulgel. Pengukuran dilakukan dengan cara: emulgel ditimbang 1 gram kemudian emulgel diletakkan di tengah lempeng kaca bulat berskala. Di atas emulgel diletakkan kaca bulat lain yang transparan dan anak timbang dengan berat total 125 gram. Lalu didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter penyebarannya pada 4 titik (Garg dkk., 2002).

Dokumen terkait