• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam dokumen Manajemen Obat Di Puskesmas (Halaman 34-51)

Analisis data disajikan dalam bentuk naskah (content analysis). Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini guna membahas permasalahan yang dirumuskan digunakan tehnik analisis kualitatif. Dalam teknik analisis kualitatif, untuk menganalisis peramasalahannya dilakukan secara deskriptif (Cunselo, 1997).

Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan pengolahan data primer yang dikumpulkan sebagai berikut:

1. Pengolahan data/informasi a. Membuat matriks data

Matriks data dilakukan pengelompokan data/informasi berdasarkan fenomena.

b. Pengumpulan informasi 2. Analisis data/informasi

Analisis data dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan memperoleh data/informasi dari informan kunci.

1V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Puskesmas Ahuhu a. Keadaan Geografis

Puskesmas Ahuhu merupakan salah satu Puskesmas induk yang berada di Kabupaten Konawe, tepatnya berada di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu dengan luas wilayah kerja 22.882 Ha, terdiri dari 7 desa dan 1 kelurahan yaitu: Desa Ahuloa, Larowiu, Tudameaso, Woerahi, Lamelay, Ahuloa, Sambasule dan Kelurahan Meluhu. Letak Puskesmas Ahuhu berjarak 25 km dari sebelah timur ibu kota Kabupaten Konawe di Unaaha dan 70 km dari ibu kota propinsi di Kendari, dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :

1). Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lasolo

2). Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Amonggedo Baru

3). Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi

4). Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Unaaha b). Demografi

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Ahuhu berdasarkan data yang dikumpulkan dari tiap-tiap desa adalah 4923 jiwa.

Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.202 KK dan jumlah KK miskin 960 jiwa dan jumlah gakin sebanyak 4101 jiwa.

c). Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ahuhu terdiri dari sarana kesehatan yang bersumber daya masyarakat. Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ahuhu antara lain:

1). Polindes : 1 buah 2). Puskesmas Pembantu : 1 buah 3). Posyandu : 8 buah 4). Posyandu Lansia : 1 buah

2. Gambaran Umum Tentang Informan

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ahuhu Kabupaten Konawe terhitung sejak tanggal 25 April – 25 Mei 2009. Adapun yang menjadi informan kunci adalah mereka yang mengetahui langsung dan turut terlibat dalam manajemen pengelolaan obat, yang terdiri dari 3 orang dan informan biasa adalah mereka yang mengetahui tetapi tidak terlibat secara langsung, yang terdiri dari 2 orang petugas kesehatan (distribusi informan kunci dan informan biasa terlampir)

3. Variabel yang diteliti a). Perencanaan

Perencanaan obat di Puskesmas dilakukan untuk menentukan jenis obat dan jumlah kebutuhan obat. Kebutuhan obat Puskesmas direncanakan oleh petugas pengelola obat secara berkala setiap periode kebutuhan yaitu dalam setahun 4 kali dilaksanakan pengamprahan obat, yakni setiap 3 (tiga) bulan. Perencanaan obat di Puskesmas didasarkan pada kebutuhan obat tahun sebelumnya (metode komsumsi) dan berdasarkan pola penyakit, jumlah kunjungan dan waktu tunggu obat (metode epidemiologi). Hal ini di dukung oleh hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 27 April 2009 seperti yang diungkapkan berikut ini,

“ bahwa perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Ahuhu dilakukan berdasarkan pola komsumsi dan pola penyakit yang kami susun berdasarkan pemakaian obat dalam setahun dan setiap 3 (tiga) bulan kami mengamprah ke GFK ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Penanggungjawab gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 1 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ bahwa dalam setahun perencanaan obat diPuskesmas Ahuhu kita menggunakan 2 (dua) pola yaitu pola penyakit dan pola komsumsi yang saya kumpulkan dari data berbagai unit dan sub unit pelayanan setiap bulannya dan setiap 3 (tiga) bulan kita mengamprah obat ke Dinas Kesehatan dan GFK ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 6 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ bahwa setiap 3 (tiga) bulan dilakukan perencanaan obat berdasarkan pola penyakit dan pemakaian obat (komsumsi obat) ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 11 Mei 2009 pula mengatakan bahwa,

“ perencanaan obat setiap 3 (tiga) bulan. Untuk unit pelayanan kita mengamprah setiap bulan kegudang obat puskesmas ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan petugas polindes Puskesmas Ahuhu, 15 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kita disini mengamprah obat setiap bulan ke Gudang Obat Puskesmas berdasarkan data pemakaian obat ” Informan NN Selanjutnya hasil wawancara penanggungjawab gudang obat puskesmas ahuhu, 1 Mei 2009 berapa orang yang terlibat dalam perencanaan obat.

” bahwa seluruh pengelola obat dilibatkan untuk menganalisa data-data tentang pemakaian rata-rata perbulan, sisa stok dan jumlah kunjungan pasien, tapi perlu diingat, pada umumnya perencanaan obat ditentukan oleh setiap unit-unit pelayanan. Dimana kebutuhan unit-unit pelayanan itu berbeda-beda ” Informan RM

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 27 April 2009 mengatakan bahwa,

” bahwa dalam perencanaan obat yang dilibatkan seluruh pengelola obat dimana setiap unit mempunyai kebutuhan akan jenis dan jumlah obat yang bervariasi ” Informan SY

Selanjutnya peneliti mendapat jawaban dari petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 6 Mei 2009 mengatakan,

” kalau saya lihat setiap unit disini terlibat dalam perencanaan obat ” Informa YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 11 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kalau dipustu saya sendiri yang terlibat dalam perencanaan obat disini saya merencanakan sesuai dengan banyaknya obat yang terpakai ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 15 Mei 2009 mengatakan,

” bahwa di Polindes saya sendiri yang terlibat langsung dalam merencanakan obat sesuai dengan kebutuhan ” Informan NN

b). Pengadaan/Permintaan

Pengadaan/permintaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu, pengadaan/ permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang diminta/diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah direncanakan.

Pengadaan/permintaan obat di Puskesmas dilakukan melalui Dinas Kesehatan Kota dan GFK dengan mengajukan LPLPO. Hal ini di

dukung oleh hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 28 April 2009 seperti yang diungkapkan berikut ini,

“ bahwa pengadaan/ permintaan kebutuhan obat di Puskesmas Ahuhu diajukan oleh penanggungjawab obat kami dengan memasukkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang sudah saya setujui sebagai Kepala Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Gudang Farmasi Kota (GFK) ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Penanggungjawab Gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 2 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ bahwa untuk pengadaan/ permintaan obat di Puskesmas Ahuhu dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang telah disetujui Kepala Puskesmas ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 7 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ bahwa pengadaan/permintaan obat di Puskesmas Ahuhu itu penanggungjawab obat membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 12 Mei 2009 pula mengatakan bahwa,

“ pengadaan/ permintaan obat pihak Gudang Farmasi Kabupaten yang mengadakan sesuai LPLPO Puskesmas ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 16 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” Penanggungjawab obat melakukan permintaan ke GFK ” Informan NN

Selanjutnya hasil wawancara berapa lama permintaan obat yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas Ahuhu, 28 April 2009 mengatakan bahwa,

” kurang lebih tujuh hari ini dimulai dari saya merencanakan sampai pada pencatatan dan pelaporan ” Informan SY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan penanggungjawab gudang obat Puskesmas Ahuhu, 2 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” paling lama satn minggu dari kami rencanakan sampai pada pencatatan dan pelaporan ” Informan RM

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 7 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kalau saya meminta / mengamprah obat ke penanggungjawab gudang obat puskesmas biasanya langsung diberikan sesuai dengan akan kebutuhan ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 12 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kalau di Pustu permintaan obat langsung kepenanggungjawab gudang obat puskesmas tidak menunggu beberapa hari lagi misalnya ini hari saya mengamprah langsung diberkan sesuai dengan kebutuhan ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 16 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kalau saya meminta obat langsung diberikan oleh penanggungjawab gudang obat sesuai dengan permintaan ” Informan NN

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara tentang kondisi obat yang diterima. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 28 April 2009 mengatakan bahwa,

” kondisi obat yang saya terima baik dan cukup memuaskan ” Informan SY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Penanggungjawab gudang obat Puskesmas Ahuhu, 2 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kondisi obat yang saya terima selama ini baik karena sebelumnya kami sudah melakukan pengecekan di GFK akan kondisi, jenis dan jumlah obat yang diberikan ” Informan RM

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 7 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kondisi obat yang saya terima di Apotik baik karena sebelum penerimaan oleh penanggungjawab gudang obat sudah dilakukan pengecekan terlabih dahulu di GFK ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 12 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kondisi obat yang saya terima baik ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu,16 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” yang saya terima obat dari penanggungjawab gudang obat kondisinya baik ” Informan NN

c). Pendistribusian

Pendistribusian obat merupakan kegiatan untuk menyalurkan obat dari GFK dan ataupun dari Puskesmas ke unit-unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang dibutuhkan secara ekonomis dan efektif. Hal ini di dukung oleh hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 29 April 2009 seperti yang diungkapkan berikut ini,

“ bahwa obat kami distribusikan setelah obat-obat yang telah kami ajukan ke Gudang Farmasi Kota (GFK) kami terima maka kami menyalurkan obat-obatan tersebut ke sub-sub unit pelayanan sesuai dengan jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Penanggungjawab gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 4 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

GFK, u“ bahwa pendistribusian obat-obatan setelah kami mengambil dari Gudang Farmasi Kota saya mengecek jumlah dan jenis obat-obatan kemudian disalurkan ke tiap unit dan sub-sub unit pelayanan sesuai dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan (LPLPO) unit dan Sub unit pelayanan seperti Puskesmas Pembantu dan Polindes sedangkan untuk sub-sub unit pelayanan setiap bulan mereka mengampra (mengambil) ke gudang obat Puskesmas. Setiap penerimaan obat dari ntuk setiap jenis obat dibuatkan kartu stok obat agar memudahkan dalam pelaporannya. Kadang-kadang ada beberapa obat yang kami

minta itu tidak ada, hal ini disebabkan stok dari GFK itu sendiri tidak ada atau habis tetapi jika stoknya ada kami diperbolehkan untuk mengambilnya ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 8 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ bahwa pendistribusian obat dilakukan dengan sistem ampra. Kami menyetor kepada penanggungjawab gudang obat Puskesmas Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan (LPLPO) unit dan Sub-sub unit pelayanan setiap bulannya ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 13 Mei 2009 pula mengatakan bahwa,

“ saya mengampra obat kegudang obat Puskesmas sesuai catatan harian pemakaian setiap bulannya ” Informan IN

Hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 18 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

” saya mengampra obat kegudang obat Puskesmas setiap bulan sesuai pemakaian ” Informan NN

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara bagaimana pencatatan obat yang didistribusikan ke unit pelayanan lain, Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 29 April 2009 mengatakan bahwa,

” Puskesmas induk mendistribusikan obat untuk Pustu, Polindes dan unit-unit pelayanan kesehatan harus dicatat dalam kartu stok obat untuk mengetahui berapa jumlah obat yang masuk, obat yang keluar dan sisa stok obat yang ada ” Informan SY

Hasil wawancara dengan penanggungjawab gudang obat,4 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” biasanya kita catat dengan mengisi buku register permintaan maupun pengeluaran obat untuk mengetahui berapa jumlah obat yang masuk, obat yang keluar dan sisa stok obat yang ada ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 8 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kita catat berapa permintaan maupun pengeluaran obat setiap bulannya untuk memperkirakan seberapa besar yang dibutuhkan ” Informan YY

Hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 13 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” dicatat dalam buku register untuk setiap permintaan maupun pengeluaran obat ” Informan IN

Hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 18 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut,

” biasanya dengan mengisi buku register permintaan maupun pengeluaran obat ” Informan NN

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara pembagian obat untuk kegiatan unut-unit di puskesmas perlu diketahui oleh pimpinan Puskesmas, Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 29 April 2009 mengatakan bahwa,

” jelas saya sebagai kepala puskesmas harus mengetahui kegiatan apa saja yang berada dilingkup puskesmas termasuk dalam hal pengelolaan obat ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Penanggungjawab Gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 4 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” mengenai pembagian obat untuk kagiatan diunit-unit pelayanan puskasmas jalas harus diketahui oleh kepala puskesmas ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 8 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” jelas harus diketahui oleh kepala puskesmas ” Informan YY Hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 13 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” jelas perlu diketahui tapi saya dipustu tidak berhubungan langsung dengan kepala puskesmas biasanya kepela gudang obat yang memberikan obat dan dia yang akan melaporkan nanti ” Informan IN

Hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 18 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” harus diketahui oleh kepala puskesmas ” Informan NN d). Penggunaan

Penggunaan obat adalah pemanfaatan obat mulai dari pelayanan yang baik, kemasan dan etiket yang baik serta informasi yang jelas tentang penggunaan obat. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 30 April 2009 seperti yang diungkapkan berikut ini,

“ bahwa penggunaan obat di Puskesmas Ahuhu ini sudah ekonomis dan rasional. Artinya, Kami menggunakan obat generik sesuai dengan aturan dimana setiap pasien yang berkunjung itu diberikan obat sesuai resep serta aturan pakainya ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Penanggungjawab Gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 5 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

” bahwa Penggunaan obat di Puskesmas kami adalah obat generik yang relatif lebih murah dan sama khasiatnya dengan obat paten. Obat digunakan berdasarkan resep dokter yang diberikan kepada pasien yang kemudian petugas Apotik memberikan obat tersebut sesuai resep dan di berikan informasi aturan pemakaian obat ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 9 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

” bahwa pasien yang datang berobat setelah diberikan resep kami memberikan obat sesuai dengan jenis dan jumlahnya serta informasi penggunaan kemudian kami kemas dalam sak obat yang didalamnya berisi aturan pakai obat tersebut ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 14 Mei 2009 pula mengatakan bahwa,

“ pasien diberikan resep obat sesuai dengan penyakit yang dideritanya dimana obat-obatan tersebut disimpan dalam sak obat yang didalam sak obat tersebut terdapat aturan pakai obat ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut di atas hasil wawancara Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 19 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” pasien diberikan resep sesuai penyakit yang dideritanya dan diberikan obat sesuai aturan pakainya ” Informan NN

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara bagaimana langkah-langkah puskesmas ahuhu dalam melakukan pelayanan secara baik. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 30 April 2009 mengatakan bahwa,

” langkah-langkah yang dilakukan puskesmas khususnya dalam pelayanan penggunaan obat yaitu harus tepat diagnosis, tepat

pemberian dosis, tepat indikasi penggunaan obat dan tepat dalam pemberian informasi ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 9 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” resep yang duluan masuk itu yang duluan kami layani selanjutnya untuk setiap jenis obat dimasukkan dalam etiket sesuai yang tertera dalam resep misalnya paracetamol 3x1 artinya diminum tiga kali dalam sehari sebanyak satu biji yaitu pagi, siang dan malam kemudian kita panggil pasien tersebut selanjutnya kita jelaskan bagaimana cara mengkonsumsinya ” Informan YY

Hasil wawancara dengan penanggungjawab Gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 5 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” puskesmas ahuhu melakukan langkah-langkah dengan cara ke ruang kartu dan menuju keruang pemeriksaan sesuai dengan yang diinginkan pasiaen dan terakhir ke ruang obat untuk mendapatkan obat sesuai resep yang telah diterima sebelumnya ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 14 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” kalau ada yang sakit terus berobat kepustu saya sendiri yang memeriksa setelah itu saya memberikan obat kemudian saya menjelaskan bagaimana cara mengkonsumsinya ” Informan IN Hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 19 Mei 2009 mengatakan bahwa,

” biasanya pasien yang berobat ke polindes saya sendiri yang memeriksa dan memberikan obat kemudian menjelaskan bagaimana cara mengkonsumsinya ” Informan NN

e). Penghapusan

Penghapusan obat-obatan yang rusak atau kadaluarsa dilakukan oleh pihak Puskesmas dengan cara membuat berita acara Penghapusan yang tembusannya dikirim ke Instansi terkait. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Ahuhu, 30 April 2009 seperti yang diungkapkan berikut ini,

“ bahwa Penghapusan obat yang rusak atau kadaluarsa itu kami melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dengan mengirim berita acara obat rusak/kadalursa ” Informan SY

Hasil wawancara dengan Penanggungjawab Gudang Obat Puskesmas Ahuhu, 5 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ bahwa obat yang rusak atau kadaluarsa kami laporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dengan mengirim berita acara obat yang rusak. Terkadang pihak Dinas Kesehatan Kabupaten memberikan wewenang kepada pihak Puskesmas untuk memusnahkan obat yang rusak/kadaluarsa dengan cara membakar atau menanam obat tersebut. Jadi, kami hanya mengirim berita acaranya saja ” Informan RM

Hasil wawancara dengan Petugas Apotik Puskesmas Ahuhu, 9 Mei 2009 mengatakan sebagai berikut ini,

“ segera kita laporkan kepenanggungjawab gudang obat untuk dimusnahkan dan penanggungjawab gudang obat mengirim berita acara obat rusak/ kadaluarsa ” Informan YY

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Pustu Puskesmas Ahuhu, 14 Mei 2009 pula mengatakan bahwa,

“ obat yang mengalami kerusakan/kadalualuarsa kami laporkan ke penanggungjawab gudang obat agar tidak digunakan ” Informan IN

Senada dengan keterangan tersebut diatas hasil wawancara dengan Petugas Polindes Puskesmas Ahuhu, 19 Mei 2008 mengatakan bahwa,

obat rusak/kadaluarsa segera kami laporkan

kepenanggungjawab gudang obat untuk ditindak lanjuti agar obat tersebut tidak digunakan ” Informan NN

Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Ahuhu tidak ditemukan kekurangan/kekosongan persediaan obat tetapi ada beberapa jenis item obat yang berlebih karena jarang digunakan seperti Gliben Klamida, Diazepam, Cairan Infus, Abbocath, Gameksan, Antihemoroid serta ditemukan beberapa item obat yang mengalami kerusakan/kadaluarsa (expire).

B. Pembahasan

Dalam dokumen Manajemen Obat Di Puskesmas (Halaman 34-51)

Dokumen terkait