BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal
5. Teknik/strategi dalam Pelayanan Bimbingan Klasikal
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan klasikal/kelompok
mempunyai banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan
bimbingan klasikal/kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, dapat
juga membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan agar
lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya,
seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001:86) “Bahwa teknik
bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan”.
Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal/kelompok yaitu, antara lain :
a. Teknik pemberian informasi (expository)
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah,
yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada
sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi
mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah :
1) Dapat melayani banyak orang,
2) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,
3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas,
Sedangkan kelemahannya adalah antara lain :
1) Sering dilaksanakan secara monolog,
2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,
3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi
menarik.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara
tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau
untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer & Munro (dalam
Romlah, 2001:89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok
yaitu: (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk
mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan
pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana
pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan
masalah secara sistematis adalah :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3) Mencari alternatif pemecahan masalah
4) Menguji masing-masing alternatif
5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
d. Permainan peranan (role playing)
Bennett dalam Romlah (2001:99) mengemukakan: “bahwa
permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan
keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai
hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang
paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. Di
dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan,
yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar
manusia. Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara
langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari permainan peranan
itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya.
Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang
dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Dengan memerankan suatu
peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya
e. Permainan simulasi (simulation games)
Adams dalam Romlah (2001:109) menyatakan bahwa permainam
simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan
situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan
simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik
diskusi.
f. Home room
Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga
dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas
dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi
yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat
mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kesempatan ini
diadakan tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu
kegiatan, dan sebagainya.
g. Karyawisata/field trip
Kegiatan rekreasi yang dikemas dengan metode mengajar untuk
bimbingan klasikal/kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh
penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh
tanggungjawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk
segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor,
percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung
nilai sejarah/kebudayaan tertentu. Kegiatan karya wisata berkaitan
dengan kegiatan mendapatkan informasi, karena pada kegiatan karya
wisata berlangsung maka secara langsung siswa dapat meninjau objek-
objek menarik dan mereka mendapatkan informasi yang lebih baik dari
objek itu. Selain itu siswa-siswa juga mendapat kesempatan untuk
memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, serta dapat
mengembangkan bakat dan cita-citanya.
h. Pengajaran Remedial
Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu, terutama yang
tidak dapat diatasi secara klasikal.
i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok
Organisasi siswa atau kegiatan kelompok baik dalam lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu cara dalam
bimbingan kelompok, karena melalui organisasi banyak masalah yang
bersifat individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam
organisasi, siswa mendapatkan kesempatan untuk mengenal berbagai
aspek kehidupan sosial, siswa juga dapat mengembangkan bakat
kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.
Berdasarkan beberapa teknik yang telah dipaparkan di atas, dapat
problem solving, permainan simulasi, home room, serta kegiatan
kelompok/organisasi berkaitan erat dengan pembelajaran eksperiensial.
Hal ini dikarenakan siswa/peserta didik mengalami langsung
kegiatan/peristiwa yang dapat membantu mereka memperoleh
pengetahuan baru, dan membantu mereka menjadi pribadi yang dapat
melihat suatu kondisi dari berbagai sisi. Dengan demikian tercapailah
tujuan dari layanan bimbingan klasikal dan pendekatan experiential
learning bahwa peserta didik harus mampu memikul tanggung jawab
sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, dan menyelesaikan semua tugas
yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan, serta mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan dewasa