• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik. Tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998).

Besarnya suplai tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara tenaga kerja ini sebagian sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa yang dinamakan dengan golongan yang bekerja (employed persons). Sebagian lainnya tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan yang dinamakan pencari kerja atau pengangguran. Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.

2.3.1. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensuplai untuk ditawarkan (Ananta, 1990). Sedangkan menurut Simanjuntak (1998) penyediaan tenagakerja merupakan sejumlah usaha atau jasa yang tersedia dalam masyarakat untuk mengahasilkan

barang dan jasa. Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) Besarnya jumlah penduduk, (2) Persentase penduduk yang memilih berada

dalam angkatan kerja, dan (3) Jam kerja yang ditawarkan oleh peserta angkatan kerja. Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh upah pasar.

Perusahaan merupakan unit ekonomi yang berkecimpung dalam produksi dimana produksi merupakan transformasi dari input (faktor produksi) ke dalam output. Permintaan perusahaan akan input merupakan suatu permintaan turunan (devired demand) yang diperoleh dari permintaan konsumen terhadap produk perusahaan. Fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan dan memaksimumkan penjualan atau perilaku untuk memberikan kepuasan pada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar dalam menentukan penggunaan tenaga kerja. Pengusaha harus membuat pilihan mengenai input (tenaga kerja dan input lainnya) serta output (jenis dan jumlah) dengan kombinasi yang tepat agar diperoleh keuntungan maksimal.

Besarnya permintaan perusahaan akan tenaga kerja pada dasarnya tergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasarkan pada teori neoklasik mengenai marginal physical product of labor (VMPL). Dengan asumsi perusahaan beroperasi pada sistem persaingan, maka

perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja. VMPL menunjukkan tingkat upah maksimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum.

Berlawanan dengan fungsi penawaran tenaga kerja, maka permintaan terhadap tenaga kerja berkurang bila tingkat upah naik. Besarnya elastisitas permintan tenaga kerja tergantung pada : (1) Kemungkinan subsitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain, (2) Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan, (3) Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi, dan (4) Elastisitas persediaan faktor produksi pelengkap lainnya.

2.3.2. Potret Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

Tenaga kerja di sektor pertanian adalah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani, peternakan, nelayan, petani tambak baik sektor buruh maupun pengelolaan usahatani. Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2000 adalah 40.970.856 orang (BPS, 2000). Berdasarkan bidang usaha, sektor pertanian dibagi atas subsektor tanaman pangan/palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan, mixed farming, jasa pertanian, perikanan, dan kehutanan. Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terlibat, sektor pertanian paling dominan dalam menciptakan kesempatan kerja. Pada tahun 2002, kesempatan kerja yang diciptakan di sektor pertanian sebanyak 40,63 juta orang (44,34%). Sebagian besar tenaga kerja pertanian berada pada sub sektor tanaman pangan/palawija, hortikultura, dan perkebunan, yang jumlahnya

pada tahun 2002 mencapai 34,9 juta orang atau 84,15 persen dari total tenaga kerja pertanian di luar perikanan dan kehutanan (39.173.283 jiwa)

Tabel 4. Potret Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Tahun 2002-2009 3

No Uraian Keterangan

1 Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian a. Tahun 2002

b. Tahun 2009 (perkiraan)

40,634 juta (44,3 %) 42,4 Juta 2 Sebaran TK menurut sub sektor tahun 2002

a. Tan.pangan/palawija/hortikultura/perkebunan b. Peternakan

c. Mixed farming d. Jasa pertanian

Total (tidak termasuk perikanan, kehutanan)

34.921.185 (84,15%) 2.706.135 (6,91%) 601.665 (1,53%) 944.298 (2,41%) 39.173.283 3 Angka produktivitas sektor Pertanian

a. Tahun 2002 b. Tahun 2003

Rp. 1,69 juta/orang Rp. 1,68 juta/orang 4 Sebaran TK menurut umur tahun 2002

a. 10 - 24 b. 25 - 44 tahun c. > 45 th 6.184.551 (16%) 18.128.777 (46%) 14.859.955 (38%) 5 TK Pertanian menurut tingkat pendidikan tahun 2002

a. < SD b. SLTP c. SLTA d. PT 38.210.995 (81,68%) 5.028.849 (12,84%) 2.042.619 (5,21%) 107.226 (0,27%) 6 Curahan jam kerja tahun 2002

a. Kurang 35 jam/mg b. Lebih 35 jam/mg

23.268.178 (59%) 15.905.105 (41%) 7 Peningkatan Jumlah RT pertanian tahun 2002

a. Jawa b. Luar Jawa c. Indonesia 1,97% 2,74% 2,31% 8 Penduduk miskin bekerja di sektor pertanian

a. Tahun 2002 b. Tahun 2003

20.604.600 (57,8%) 22.250.600 (59,6%) 9 Setengah Penganggur di Sektor pertanian Tahun 2002 70,2% Sumber : Rencana Tenaga Kerja Nasional 2004-2009

Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian adalah yang paling rendah dibandingkan dengan sektor lain. Pada tahun 2002 produktivitas sektor pertanian bernilai 1,68 juta rupiah per orang dan pada tahun 2003 nilainya turun menjadi 1.68 juta rupiah per orang. Angka produktivitas sektor pertanian ini sangat rendah

jika dibandingkan dengan sektor pertambangan, listrik, gas dan air yang angka produktivitasnya mencapai Rp 54,94 juta per orang (Soegiharto, 2004). Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa kondisi pekerja di sektor pertanian sangat memprihatinkan dan dapat pula dikatakan bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap kesempatan kerja.

Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian dipengaruhi oleh kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan petani. Sebaran tenaga kerja pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) berdasarkan kelompok umur memperlihatkan bahwa, sebagian besar berada pada umur 25-44 tahun (46%), kemudian kelompok umur diatas 45 tahun (38%), dan kelompok umur kurang dari 25 tahun (16%). Mengamati komposisi umur tenaga kerja tersebut dikhawatirkan di masa depan akan kekurangan tenaga kerja pertanian. Sektor pertanian menunjukan trendaging agriculture , yaitu suatu kondisi dimana tenaga kerja yang berada di pertanian adalah tenaga kerja yang berusia lanjut. Tenaga kerja pertanian sampai saat ini masih didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah, yang jumlahnya mencapai 81 persen dari tenaga kerja pertanian.