• Tidak ada hasil yang ditemukan

88% lulusan SMA tidak

KOMPETENSI Landasan

2.8. Teori Organisasi dan Pendidikan

Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam mengantisipasi perubahan dan globalisasi. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana pembelajaran yang berlangsung secara terus menerus. Pendidikan merupakan suatu bentuk organisasi dan merupakan sistem karena terdiri dari sejumlah komponen yang

PLH: investigasi isu dan training

Sikap peka terhadap lingkungan dan pengetahuan ekologi

Kemampuan menganalisis isu dan respon terhadap lingkungan

Intervensi Pendidikan

Pengetahuan dan ketrampilan yang digunakan dalam langkah strategi permasalahan lingkungan

berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. Kurang berhasilnya suatu organisasi dalam mencapai visi dan misinya merupakan ancaman bagi keberlangsungan suatu organisasi. Organisasi dapat tumbuh jika dapat beradaptasi secara dinamis dengan cara terus berusaha mendapatkan informasi sehingga perubahan dapat diantisipasi. Pendidikan berwawasan global bersifat sistemik organik dengan ciri fleksibel dan kreatif. Sistemik organik adalah sekumpulan proses yang bersifat interaktif dan merupakan interaksi dari keseluruhan interaksi yang ada. Organisasi juga menyerupai makhluk hidup yang eksistensinya ditentukan oleh kemampuannya untuk beradaptasi atas berbagai keterbatasan sumberdaya dan gerak perubahan lingkungan hidupnya (Syafar, 1995).

Upaya yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan jalan memahami, menciptakan pengetahuan, dan membuat keputusan ( Choo, 1998). Memahami yaitu melakukan interpretasi dari data yang diperoleh melalui strategi informasi untuk mendapatkan pengetahuan yang baru melalui pembelajaran organisasi. Pengetahuan dicapai melalui pengenalan pada hubungan yang sinergik antara tacit dan eksplisit. Tacit adalah pengetahuan personal yang bersifat subyektif, simultan, analog, dan berupa pengetahuan yang lahir dari pengalaman. Explisit adalah pengetahuan formal yang mudah ditransfer dengan mudah antar individu dan organisasi yang bersifat pengetahuan, rasional, sistematik, dan kuantitatif. Organisasi membutuhkan kemampuan untuk merubah tacit menjadi explisit agar tercipta inovasi dalam mengembangkan produk baru. Sosialisasi merupakan proses memberikan pengetahuan tacit melalui pengalaman. Externalisasi adalah proses mengubah pengetahuan tacit menjadi konsep eksplisit dengan menggunakan metaphora, analogi, atau model. Kombinasi adalah proses menciptakan pengetahuan eksplisit dari sejumlah sumber. Internalisasi adalah membangun pengetahuan eksplisit ke dalam tacit. Adapun proses konversi pengetahuan organisasi disajikan pada gambar 2.3 .

Gambar 2.3. Proses Konversi Organisasi Pembelajaran Sumber : Nonaka dan Takeuchi (1995)

Tiga model informasi yang digunakan dalam organisasi adalah Sense

Making, Knowledge Creating, dan Decision Making. Sense Making adalah

memahami yaitu aktifitas untuk mengumpulkan informasi dari lingkungan yang kemudian diinterpretasi sehingga terbentuk konstruksi yang berarti. Knowledge

Creating yaitu pembelajaran organisasi dengan cara membuat pengetahuan baru

dengan output yang dicapai adalah pengetahuan explicit dan tacit untuk melahirkan inovasi baru. Proses kreasi pengetahuan adalah hasil dari suatu interaksi yang dinamik diantara pelaku dalam organisasi. Decision making yaitu membuat keputusan dengan meneliti dan melakukan seleksi terhadap alternatif serta informasi untuk dianalisis sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah. Baskerville dan Dulipovici (2006) mengemukakan pentingnya pengelolaan pengetahuan berasarkan informasi ekonomi, strategi manajemen, kultur organisasi, perilaku organisasi, struktur organisasi dan pengukuran kemampuan organisasi. Implikasi dari pendidikan yang berwawasan global

adalah perlu memperhatikan mekanisme pasar disamping aspek sosial. Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003) dalam pasar yang sangat terbuka dan konsumen yang sangat kritis serta mempunyai organisasi yang kuat, produsen dituntut tanggung jawabnya terhadap produk yang dihasilkan. Hanya produsen yang unggul termasuk unggul melayani konsumen yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bisnis. Produsen wajib memberikan informasi yang jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa yang dihasilkan. Salah satu keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang adalah selalu waspada dalam menciptakan customer retension yaitu konsumen yang melakukan pembelian berulang. Sekolah sebaiknya dipandang sebagai suatu perusahaan yang menjual jasa penghasil SDM dengan kompetensi keunggulan tertentu kepada masyarakat. Masyarakat saat ini adalah masyarakat modern yaitu masyarakat pasar atau masyarakat bisnis atau juga masyarakat konsumen. Dengan demikian diperlukan strategi untuk mendapatkan keunggulan yang bertahan lama dengan cara seperti yang dikemukakan oleh Grant (1995) sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sumberdaya yang meliputi kekuatan dan kelemahan pesaing.

2. Mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilakukan.

3. Menilai sumberdaya yang potensial menciptakan, mempertahankan dan menggali keuntungan.

4. Memilih strategi untuk menggali kemampuan.

5. Mengidentifikasi kesenjangan sumberdaya yang perlu ditambahkan.

Tahap persaingan untuk masa depan adalah kepemimpinan intelektual yaitu memperoleh wawasan ke depan, mengembangkan suatu sudut pandang kreatif tentang evolusi potensial dari fungsionalitas, kompetensi diri, dan perhatian terhadap pelanggan (Hamel dan Prahalad, 1995). Perusahaan Jepang yang sukses dan menjadi perusahaan global mampu mengembangkan pengetahuan, secara terus menerus, melakukan inovasi, dan melakukan kompetisi. Organisasi sekolah perlu mengembangkan semangat berkompetisi untuk dapat diterima masyarakat sebagai sekolah yang memiliki keunggulan tertentu. Menurut Nonaka (1995) ketiga hal tersebut dapat memberikan penguatan seperti yang pada Gambar 2.4

Gambar 2.4. Urutan Langkah Kesuksesan Organisasi Sumber: Nonaka (1991)

Blackmore (2007) menjelaskan bahwa dalam pembangunan berkelanjutan diperlukan stakeholder yang dapat mengantisipasi pengetahuan yang selalu berkembang, pembelajaran, dan keinginan untuk mengetahui. Pemahaman yang diperlukan adalah pemikiran yang dapat mengintegrasikan berbagai informasi, membangun kerjasama, pengelolaan yang baik, pemanfaatan sumberaya alam yang efisien, pengetahuan yang baik, dan tanggap terhadap masalah sosial. Collins dkk (2007) menambahkan pendekatan sistem dengan melibatkan berbagai

stakeholder akan memicu proses pembelajaran sehingga proses pengambilan

keputusan dapat dilalui dengan berbagai pertimbangan. Steyaert dan Jiggins (2007) berpendapat bahwa dalam pemerintahan dengan situasi lingkungan yang kompleks diperlukan pembelajaran sosial. Sebagai contoh pemecahan perubaan iklim yang berkaitan dengan siklus Carbon memerlukan pembelajaran yang berkaitan dengan sains, teknologi dan sosial. (Dilling, 2007). Demikian juga aktifitas manusia yang menyebabkan kerusakan tanah ( Thornton dkk, 2007) dan masalah-masalah lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan ( Corburn, 2007). Proses pembelajaran organisasi juga telah dilakukan juga oleh Departemen Pertanian di Colorado dalam pemecahan perubaan iklim seperti pengetahuan lanjutan tentang pertanian, lingkungan, kesehatan, dukungan masyarakat, dan pendidikan (Logar dan Conant, 2007).

Inovasi terus menerus

Kompetisi Kreasi Pengetahuan

Disamping itu dalam pembelajaran organisasi juga perlu memprediksi keadaan ke depan seperti yang dilakukan oleh Lucas dkk (2007) hingga tahun 2100 dalam penelitiannya tentang pengurangan gas-gas yang menimbulkan efek rumah kaca selain CO2 seperti CH4, N2O dan gas Flour seperti

Sulfurhexafloria. Gas-gas tersebut diantaranya dapat berasal dari minyak bumi, kotoran hewan, landfills, pertanian lahan basah, transportasi dan limbah domestik.

Dalam bidang pendidikan Kepala Sekolah sebagai manajer senior perlu mengembangkan iklim pembelajaran dan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap arah pelaksanaan kurikulum, disamping efisien dan efektif dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki guna mencapai tujuan. Selain itu perlu adanya penanaman semangat belajar di lingkungan sekolah maupun di masyarakat secara terus menerus. Mardi (2003) menyatakan bahwa sumberdaya dalam organisasi yang paling vital adalah informasi dan pengetahuan. Oleh sebab itu organisasi pendidikan perlu bersifat fleksibel dan adaptif yang berarti pendidikan ditekankan sebagai sesuatu proses pembelajaran. Selain itu juga mengembangkan sikap kreatif demokratis artinya pendidikan menekankan pada sikap mental untuk senantiasa menghadirkan sesuatu yang baru dan orisinil (Zamroni, 2004). Melalui cara ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat belajar. Dengan demikian reformasi kelembagaan pendidikan secara total agar pendidikan nasional memiliki kemampuan untuk melaksanakan peran, fungsi, dan misinya. Menurut Gaffar (2002) fungsi utama Kepala Sekolah adalah sebagai manajer pendidikan tingkat sekolah yang perlu memahami konsep dan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Model manajemen ini sedang dikembangkan dalam era otonomi dengan mengembangkan kemandirian semua unsur di sekolah melalui pemberdayaan yang efisien dan efektif. Pemimpin perlu selalu mengantisipasi perubahan sehingga menjadikan organisasi tersebut mendapat pasar, respon, dan efektif dibandingkan pesaingnya. Empat tahapan yang perlu dilakukan untuk mengelola perubahan yaitu strategi, operasi, kultur, dan penghargaan. Perubahan diawali dari pemicu perubahan, ketidakstabilan situasi bisnis, melakukan perkiraan pemasaran, keputusan untuk perubahan, perencanaan perubahan, dilanjutkan dengan aktifitas (Berger dkk, 1994).

Penanganan masalah lingkungan yang saat ini mengalami penurunan kualitas salah satunya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan membutuhkan pendekatan secara organisasi. Pendekatan melalui organisasi merupakan pendekatan secara sistematis dan memerlukan model yang dapat disimulasi untuk membuat, menganalisis, maupun kontrol terhadap kebijakan. Penerapan kebijakan lapangan tidak dapat dilakukan secara langsung karena membutuhkan proses pembelajaran sehingga ada faktor keterlambatan (delay). Faktor keterlambatan perlu diantisipasi agar pemecahan masalah yang merupakan

issue actual dapat segera dipecahkan. Pentingnya penanganan masalah dengan

segera erat kaitannya dengan cepatnya perubahan yang bergerak secara dinamis. Keterlambatan penanganan menimbulkan masalah baru yang lebih besar, terlebih jika penanganan yang dilakukan hanya bersifat simtomatis. Oleh sebab itu pembelajaran dalam organisasi sangat penting untuk dibangun. Ison dkk (2007) mengemukakan bahwa pembelajaran juga dilakukan pada implementasi managemen keberlanjutan keberadaan air di Eropa, disamping itu beberapa pembelajaran yang dilakukan dengan observasi lainnya sepert keberlanjutan agroekosistem (Toderi dkk, 2007), penggunaan pestisida. Steyaert dkk (2007) juga berpendapat pentingnya organisasi pembelajaran dari stakeholder yang terlibat alam masalah lingkungan seperti pengelolaan lahan basah pesisir Atlantik Perancis.

Proses pembelajaran dalam organisasi adalah mengelola informasi pengetahuan pada organisasi. Pengetahuan dalam organisasi merupakan hal penting dibandingkan sumber lain seperti finansial, posisi pasar, dan asset lain. Pengetahuan adalah nutrisi untuk pertumbuhan organisasi karena organisasi membutuhkan pengetahuan eksternal dan internal untuk pengembangan. Nonaka (1991) mengemukakan sukses suatu organisasi adalah kemampuan organisasi tersebut dalam berkreasi untuk mendapatkan pengetahuan baru. Ada empat subsistem dalam knowledge yaitu Acquisition, Creation, Storage, dan Transfer

Knowledge.

Acquisition adalah mengumpulkan data dan informasi dari dalam dan luar organisasi. Creation adalah kemampuan organisasi untuk mendapatkan pengetahuan baru dan kemampuan memecahkan masalah. Storage adalah menyimpan dengan tertib informasi pengetahuan sehingga mudah diperoleh.

Transfer dan utilization adalah penyebaran dan penggunaan pengetahuan. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses belajar organisasi dengan pembelajaran yang kuat dan kolektif yang dilanjutkan dengan transformasi. Pembelajaran organisasi menjelaskan sistem prinsip dan karakter dari organisasi belajar dan secara kolektif. Menurut Marquardt (1996) anggota organisasi perlu selalu melakukan pembelajaran sehingga sukses di masa depan, belajar berkelanjutan, fokus pada kreativitas, berpikir sistem, dapat informasi dan data diakses oleh masyarakat, penghargaan, dan akselerasi individu, bekerja sama dan inovasi, fleksibel, semua bergerak dengan keiginan kualitas dan melanjutkan pengembangan, mengembangkan kompetensi, beradaptasiterhadap pembaharuan, revitalisasi, dan respon terhadap perubahan lingkungan. Pembelajaran terdiri dari beberapa tingkatan yaitu tingkat individual, kelompok, dan organisasi seperti yang disajikan pada gambar 2.3. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog, diskusi, dan berbagi pengalaman. Sedangkan tipe pembelajaran adalah adaptasi, antisipasi, dan umum. Pembelajaran adaptif adalah pembelajaran dari pengalaman dan refleksi. Pembelajaran antisipasi adalah proses mendapatkan pengetahuan untuk mengharapkan masa yang akan datang. Pembelajaran umum adalah pembelajaran kreatifitas. Enam kunci pembelajaran organisasi yang memberikan dampak maksimal yaitu:

1. Berpikir sistem yaitu menunjukkan konsep suatu susunan kerja yang digunakan untuk membuat pola yang jelas, dan membantu untuk melihat sejauh mana langkah yang diambil memberikan perubahan efektif.

2. Mental model yaitu asumsi mendalam yang dipengaruhi bagaimana mengerti.

3. Kemampuan individu menunjukkan tingginya tingkat kepandaian dan keahlian.

4. Pembelajaran kelompok adalah kapasitas suatu kelompok untuk belajar dan dapat mencapai yang diinginkan.

5. Berbagi visi yaitu mau mendengar, memberikan gambaran masa depan yang akan dicapai.

Gambar 2.5. Dua Dimensi Kreasi Pengetahuan Sumber: Nonaka (1991)

Berdasarkan gambar 2.5. pengembangan kerangka teori dengan menjelaskan pada dua dimensi yaiu epistemology dan ontology mengenai kreasi pengetahuan organisasi. Dimensi epistemology menunjukkan konversi pengetahuan tacit menjadi eksplisit. Sedangkan dimensi ontology yang diwakili oleh garis horizontal memperlihatkan pengetahuan diciptakan melalui individu- individu yang kemudian ditransformasikan pada kelompok secara terus menerus dan saling ketergantungan. Konversi pengetahuan secara terus menerus membentuk spiral. Pemimpin harus berani menghidupkan suatu perubahan dan merupakan tantangan yang harus dihadapi. Tiga macam tacit knowledge yang

Individual Group Organization

Ontological dimension Epistological dimension Explicit knowledge Tacit knowledge Knowledge level Inter-Organization

dimiliki pemimpin yang sukses menurut White (1996) dalam Fransisca (1997) yaitu :

1. Tacit knowledge berupa cara mengatur diri dan menunjukkan motivasi diri, organisasi serta aspek wawasan seorang Manajer.

2. Tacit knowledge berupa pengetahuan yang ditunjukkan dengan cara mengatur orang lain.

3. Tacit knowledge berupa pengetahuan yang ditunjukkan dengan kemampuan melakukan tugas–tugas manajemen dan menspesifikasikan dengan baik. Senge (1990) juga mengemukakan terdapat lima dimensi penting dalam

organisasi yang ingin membangun yaitu berpikir sistem, penguasaan pribadi, mental model, membangun wawasan bersama, dan belajar dalam tim. Selain itu membangun organisasi berarti mengelola kultur sehingga dapat mengantisipasi perubahan, beberapa hal yang dibutuhkan menurut Clarke (1994) adalah sebagai berikut :

1. Organisasi struktur rancangan prosedur, filosofi, pemikiran. 2. Membuat kriteria penghargaan dan status.

3. Membina masalah dan kegagalan.

4. Mempertimbangkan pengaruh model, pengajaran, dan pelatihan. 5. Kriteria untuk rekruitmen, promosi, pensiun, dan pemberhentian. 6. Pengukuran, kontrol, dan perhatian.

Keberhasilan KBK dalam memberikan pemahaman aspek lingkungan kepada siswa erat kaitannya dengan tuntutan ISO 140001. Jika SDM tidak dipersiapkan sejak dini tentunya Indonesia tidak dapat bersaing dalam perdagangan global karena melalui pembelajaran yang berkelanjutan perubahan cepat dipahami, diantisipasi, dan dijadikan peluang inovasi baru. Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan KBK sehingga perlu memperhatikan pengelolaan organisasi modern yang berbasis pada pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan misi pemberdayaan dalam MBS yang meliputi:

1. Pemberdayaan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan masyarakat untuk memegang kontrol dengan memperhatikan pembangunan yang bersifat lokal, mengutamakan aksi sosial, dan menggunakan pendekatan organisasi masyarakat setempat.

2. Adanya kesamaan dan kesepadanan kedudukan dalam hubungan kerja. Upaya yang dilakukan adalah manajemen swakelola oleh para guru dan Kepala Sekolah, tumbuhnya rasa memiliki pada masyarakat terhadap program sekolah, pemantauan dari pemerintah daerah, dan rasa kebersamaan. 3. Menggunakan pendekatan partisipatif dengan cara merumuskan tujuan bersama antara sekolah dan masyarakat, serta menyikapi program dengan dialog.

4. Pendidikan untuk keadilan adalah konsepsi yang diimplementasikan dengan cara mengembangkan kesadaran yang kritis, menggunakan metode diskusi, menggunakan sarana untuk simulasi, memusatkan perhatian pada sistem sosial, menyelesaikan konflik dengan win-win solution, dan menjalin hubungan antar manusia.

2.9. Analisis Kebijakan

Pemerintah mempunyai peran yang besar dalam melaksanakan keadilan, penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi, mengatur perekonomian, menjaga keamanan dan persatuan, memelihara lingkungan, melindungi hak asasi manusia, serta meningkatkan kemampuan dan moral masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan suatu kebijakan. Menurut Partowidagdo (1999) dalam menyusun kebijakan diperlukan suatu proses, yaitu: 1. Perumusan permasalahan, yaitu berupa permasalahan yang berasal dari

publik.

2. Formulasi, yaitu membuat alternatif-alternatif yang berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan.

3. Adopsi, yaitu upaya agar suatu alternatif kebijakan dapat diterima dan disahkan.

3. Implementasi, hal ini berkaitan dengan stakeholder yang terlibat, pemilihan metode agar kebijakan dapat terlaksana, serta mengantisipasi dampak akibat pelaksanaan kebijakan.

4. Evaluasi, yaitu untuk mengukur efektifitas pelaksanaan suatu kebijakan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi kebijakan adalah peraturan yang logis, pihak yang berperan berkepentingan dalam implementasi, dan organisasi atau lembaga yang menyusun dan mengkoordinasikan terwujudnya kebijakan. Melalui kebijakan peranan

pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan diharapkan dapat berfungsi secara optimal.

Berdasarkan adanya masalah dalam penyelenggaraan pemerintahan maka peranan analisis kebijakan dalam pemecahan persoalan dinilai sangat besar. Berbagai fenomena dan persoalan akibat dijalankannya suatu kebijakan dapat dikoreksi dan disempurnakan melalui analisis kebijakan. Sehingga analisis kebijakan didefinisikan sebagai nasehat yang relevan dengan keputusan publik yang dipengaruhi oleh nilai sosial (Weimer dan Vining, 1999). Hal ini sesuai dengan pendapat Parto (1999) yang mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah penasehat kebijakan dan bukan penentu kebijakan. Analisis kebijakan bertujuan untuk menganalisis dan mempresentasikan alternatif yang tersedia bagi penyelenggara pemerintahan untuk menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Sintesis penelitian dan teori yang tersedia dapat digunakan untuk memperkirakan konsekuensi dari beberapa alternatif keputusan. Penyelesaian analisis kebijakan berhubungan dengan keputusan yang spesifik, akan tetapi kelemahannya adalah sempitnya pandangan yang diakibatkan oleh orientasi penyelenggara pemerintahan dan tekanan waktu. Ma’arif (2004) mengemukakan bahwa dalam analisis kebijakan diperlukan proses perumusan permasalahan, pembuatan model hubungan sebab akibat, pengembangan model dinamis, pengembangan perencanaan skenario, pembelajaran organisasi, dan implementasi.