• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Industri Pengolahan Salak Di Daerah Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Tingkat Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Industri Pengolahan Salak Di Daerah Penelitian

Kesempatan kerja adalah peluang bekerja bagi angkatan kerja dengan adanya luasa lahan yang bertambah, maka petani menambah penggunaan tenaga kerja

untuk mengelolah usahataninya. Kesempatan kerja dapat dilihat dari seberapa besar peluang bekerja bagi tenaga kerja yang akan dipakai oleh petani salak dalam pengolahan usahatani salak di daerah penelitian. Dengan adanya industri pengolahan salak, diharapakan dapat membuka peluang pekerjaan bagi petani sekitar. Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur kerja, yaitu jumlah kerja yang benar-benar dipakai dalam proses produksi (bukan kerja yang tersedia) dan kualitas kerja untuk memudahkan menggolangkannya dalam satu satuan unit kerja, misalnya satu unit setara kerja pria.

Dalam hal ini, kesempatan kerja dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu usahatani dimana tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga petani. Sebaliknya, tenaga kerja luar keluarga adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu usahatani dimana tenaga kerja yang digunakan berasal dari bukan keluarga petani, orang-orang tersebut bisa penduduk sekitar yang bersedia bekerja sebagai pekerja dalam usahatani salak. Dalam tenaga kerja luar keluarga, petani harus mengeluarkan upah tenaga kerja.

Berdasakan hasil penelitian yang didapat bahwa, tenaga kerja yang dipakai oleh petani sesudah ada industri pengolahan salak bertambah dibanding sebelum

ada industri pengolahan salak. Selain itu, industri pengolahan salak juga banyak memperkerjakan tenaga kerja yang berprofesi sebagai petani salak.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa petani di daerah penelitian lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibanding tenaga kerja luar keluarga. Sehingga pengeluaran untuk upah tenaga kerja nya sedikit, karena petani hanya membayar upah tenaga kerja luar keluarga. Tetapi, dalam teori ilmu usahatani dijelaskan bahwa upah tenaga kerja dalam dan luar keluarga juga dihitung secara bersamaan. Sehingga pengeluaran untuk upah tenaga kerja banyak. Selain itu, jumlah tenaga kerja sesudah ada industri pengolahan salak meningkat dibanding jumlah tenaga kerja sebelum ada industri pengolahan salak.

Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini yang menjelaskan jumlah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga per tahapan sebelum dan sesudah industri pengolahan salak.

Tabel 17. Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Sebelum Industri Pengolahan Salak

Sumber: Data diolah dari lampiran 4

Ket : TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKLK = Tenaga Kerja Luar Keluarga Tahapan Sebelum Sesudah TKDK (orang) TKLK (orang) TKA (orang) TKDK (orang) TKLK (orang) TKA (orang) Pengolahan lahan dan penanaman 76 15 5 83 18 6 Pemeliharaan 64 4 0 74 10 0 Panen 60 3 9 74 16 3 Pembersihan 51 10 0 60 11 0 Pemasaran 26 23 0 33 34 0 Total 277 55 14 324 89 9

TKA = Tenaga Kerja Anak

Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah industri pengolahan salak, baik tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga maupun tenaga kerja anak. Hal ini terjadi karena dengan adanya industri pengolahan salak, maka petani memutuskan untuk menambah luas lahan sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga bertambah.

Tabel 18. Penggunaan tenaga kerja sebelum dan sesudah industri pengolahan salak No Sampel TK Sebelum ( orang ) TK Sesudah ( orang ) 1 11 15 2 8 11 3 12 18 4 8 9 5 10 13 6 13 19 7 8 11 8 9 11 9 11 14 10 11 12 11 23 26 12 13 17 13 8 10 14 9 10 15 13 13 16 14 16 17 9 9 18 11 12 19 25 34 20 16 21 21 10 15 22 10 11 23 10 12 24 10 12 25 15 16

26 10 14 27 10 12 28 7 9 29 9 11 30 9 9 Rataan 11 14

Data diolah dari lampiran 4

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja dari seluruh tahapan usahatani salak sebelum industri pengolahan salak sedikit dibanding dengan jumlah tenaga kerja sesudah industri pengolahan salak. Hal ini dikarenakan permintaan terhadap buah salak meningkat sehingga petani menambah luas lahan dan karena itu petani lebih banyak memerlukan tenaga kerja. Alasan lain adalah karena adanya industri pengolahan salak. Dimana permintaan buah salak untuk industri pengolahan salak meningkat, sehingga petani juga memerlukan tenaga kerja yang banyak dalam mengelola usahatani salak. Namun, ada juga tenaga kerja yang sama sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak. Hal ini dikarenakan adanya petani yang tidak mau menambah jumlah tenaga kerja karena untuk meminimalkan biaya tenaga kerja, sehingga pendapatan bertambah.

Untuk mengidentifikasi tenaga kerja petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak digunakan analisis uji beda dengan t-hitung. Tenaga kerja petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 19. Tenaga kerja sebelum dan sesudah industri pengolahan salak

Uraian Sebelum Sesudah

t-hitung t-tabel Ket

Tenaga kerja 11.40 14.067 -7.160 -2.045 Hipotesis diterima

Sumber: Data diolah dari lampiran 8

Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa tenaga kerja petani salak sebelum ada industri pengolahan salak rata-rata adalah 11,40 atau 11 dan sesudah industri pengolahan salak rata-rata adalah 14,067 atau 14.

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata tenaga kerja petani sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak diperoleh bahwa t-hitung = -7.160 dengan demikian berarti t-hitung lebih kecil dari t-tabel = -2.045 (@ ½ 0.05) maka keputusan hipotesis adalah hipotesis diterima pada tingkat kepercayaan 95 % artinya terdapat perbedaan nyata antara jumlah tenaga kerja petani salak sebelum dan sesudah industri pengolahan salak, dimana sesudah industri pengolahan salak tenaga kerja petani salak semakin meningkat dibandingkan dengan sebelum ada industri pengolahan salak. Hal ini menunjukkan bahwa ada dampak Industri Pengolahan Salak terhadap tingkat kesempatan kerja, maka hipotesis 2 diterima.

Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan nyata antara jumlah tenaga kerja dalam usahatani salak sebelum dan sesudah industri pengolahan salak. Dimana hal ini terjadi karena bertambahnya luas lahan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam pengolahan usahatani salak. Selain itu, dikarenakan adanya satu industri pengolahan salak yang berdiri di sekitar daerah penelitian yang dapat memberikan dampak positif kepada petani salak di sekitar daerah penelitian terutama berdampak kepada adanya kesempatan kerja.

Dokumen terkait