• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KONDISI PERIKANAN TANGKAP CAKALANG DI KAWASAN TELUK BONE DI KAWASAN TELUK BONE

4.2 Tujuan Spesifik

4.3.2 Tingkat pemanfaatan cakalang

Data tentang jumlah produksi hasil tangkapan, jumlah unit dan trip alat tangkap pole and line, purse seine, jaring insang hanyut dan pancing tonda diperoleh dari statistik perikanan propinsi Sulawesi Selatan pada 7 Kabupaten/Kota yang berada disepanjang pesisir kawasan Teluk Bone yaitu : Kabupaten Luwu, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Wajo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur dan Kota Palopo.dari tahun 1996 -2006. Untuk keperluan analisis selanjutnya data dari 7 kabupaten dikelompokkan menjadi 3 zona yaitu zona Utara mencakup kabupaten Luwu, Wajo, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo ; zona Tengah yaitu kabupaten Bone dan zona Selatan yaitu kabupaten Sinjai. Selain ditentukan berdasarkan zona, tingkat pemanfaatan cakalang dihitung juga dalam satu kawasan Teluk Bone. Produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan (trip) dijumlahkan dari keseluruhan zona yang ada dalam kawasan Teluk Bone.

Produksi hasil tangkapan dihitung berdasarkan proporsi produksi hasil tangkapan ikan cakalang yang dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

1. Menghitung proporsi berdasarkan produksi total masing-masing alat tangkap dalam kawasan teluk, sebagai berikut:

Ck = 4 1 k k P P di mana, C : proporsi produksi k : unit penangkapan

P : produksi berdasarkan data statistik;

2. Menghitung produksi cakalang dari masing-masing unit penangkapan dalam kawasan sebagai berikut :

Ik CkxIS

di mana,

I : produksi proporsi cakalang C : proporsi produksi

IS : produksi ikan cakalang berdasarkan data statistik.

3. Produksi tahunan (P) setiap unit penangkapan cakalang pada masing- masing zona dalam kawasan Teluk Bone dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Pk = 4 1 i k I

Jumlah alat tangkap yang dianalisis untuk zona Utara dan Selatan ada 4 jenis yaitu pole and line, purse seine, jaring insang hanyut dan pancing tonda, sedangkan untuk Zona Tengah hanya 3 jenis yaitu pole and line, jaring insang hanyut dan pancing tonda. Selanjutnya dilakukan standarisasi terhadap alat tangkap dengan tujuan untuk menyeragamkan satuan-satuan upaya yang berbeda sehingga dapat dianggap upaya penangkapan suatu jenis alat tangkap diasumsikan menghasilkan tangkapan yang sama dengan alat tangkap standar. Untuk melakukan standarisasi upaya penangkapan terlebih dahulu mengestimasi nilai Fishing Power Index (FPI). Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standar mempunyai FPI = 1 sedangkan jenis alat tangkap lainnya dapat dihitung nilai FPI dengan membagi nilai CPUE dengan CPUE alat standar. Tahapan standarisasi adalah sebagai berikut :

(1) menghitung CPUE masing-masing alat tangkap yang akan distandarisasi,

i

CPUE

= i i FE HT di mana ,

HTi : Jumlah hasil tangkapan setiap jenis unit penangkapan ikan yang

akan distandarisasi pada tahun ke-i

FEi : Jumlah upaya penangkapan ikan setiap jenis unit alat penagkapan

ikan yang akan distandarisasi pada tahun ke-i

(2) Menentukan alat standar, kemudian menghitung FPI dengan cara sebagai berikut : FPI = s i CPUE CPUE di mana :

CPUE

i : Catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan

upaya jenis penangkapan yang akan distandarisasi pada tahun ke-i

CPUE

s : Catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan

upaya jenis penangkapan standar

(3) Upaya penangkapan standar diperoleh dengan menggunakan persamaan (Gulland 1983) yaitu :

SEi FPIxFEi

SE

i : Upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi pada tahun ke-i

FPI : Fishing power index atau daya tangkap jenis unit penangkapan yang akan distandarisasi pada tahun ke-i

FEi : Jumlah upaya penangkapan (effort) jenis unit penangkapan ikan

yang akan distandarisasi pada tahun ke-i

(4) Menghitung ulang CPUE dengan membagi jumlah hasil tangkapan dengan upaya standar

CPUE

i= s i FE HT di mana ,

HTi : Jumlah hasil tangkapan total setiap jenis unit penangkapan

ikan pada tahun ke-i

FE

s : Jumlah upaya penangkapan ikan setiap jenis unit alat

penangkapan ikan yang telah distandar

(5) Untuk menghitung nilai MSY digunakan metode surplus produksi. Pada metode ini digunakan data hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) dan jumlah upaya sebagai masukan. Dalam metode ini, digunakan analisis regresi linier dengan 2 (dua) variabel , yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel tak bebas (dependent variable).

Menurut Sudjana (1998), variabel tak bebas merupakan variabel yang terjadi karena adanya variabel bebas. Variabel bebas (variabel x) yang digunakan yaitu upaya penangkapan (effort = E),sedangkan variabel tak bebasnya (variabel y) adalah hasil tangkap per unit alat tangkap (Catch Per Unit Effort = CPUE). Untuk memudahkan perhitungan digunakan software

SPSS 16. Analisis dilakukan dengan menggunakan perhitungan catch per unit effort (CPUE) yaitu hasil tangkapan (catch) per upaya penangkapan

(effort), untuk memperkirakan jumlah effort optimum penangkapan yang diperbolehkan sesuai dengan potensi sumberdaya cakalang yang ada di masing-masing zona dalam kawasan Teluk Bone.

Menurut Model Schaefer (Pauly 1983) persamaan yang menyatakan hubungan antara hasil tangkapan persatuan upaya (CPUE) sebagai fungsi dari upaya (f) dalam satuan trip, adalah sebagai berikut :

CPUE = a + bf

Hubungan antara effort (f) dengan catch (C) maka : C = af – bf2

kemudian effort optimum (fopt) dapat diperoleh dengan menyamakan turunan pertama catch terhadap effort = 0 , sehingga

C = af - bf2 C = a – 2 bf = 0 Fopt = - b a 2

Untuk mendapatkan nilai maksimum lestari adalah sebagai berikut : MSY = a (a/2b) - b (a2/4b2)

MSY = di mana :

b : slope (kemiringan garis regresi)

a : intersep (titik perpotongan garis regresi dengan sumbu y)

Dalam penggunaan metode ini, maka beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan :

1) Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal dan sama sekali tidak berpedoman atas struktur populasinya.

2) Stok ikan selalu dalam keadaan yang cenderung menuju situasi steady state (setelah mengalami penangkapan ikan pulih kembali) sesuai dengan model pertumbuhan biomas seperti kurva logistic.

3) Hasil tangkapan dan upaya penangkapan merupakan data yang bersifat random

4) Hasil tangkapan yang di daratkan berasal dari perairan di kawasan Teluk Bone dan tidak ada hasil tangkapan yang di daratkan di luar kawasan.

Pengujian terhadap koefisien regresi dan garis trend dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b = 0

H1 : b ≠ 0

a2 4b

Jika b = 0, variabel bebas [upaya tangkap (trip)] tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat (produksi dan CPUE). Jika b ≠ 0, variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat. Keputusan menerima H0 apabila P>0,05,

menolak H0 apabila P<0,05. Analisis uji hipotesis menggunakan software SPSS

ver.16.

Untuk menentukan pengelolaan bersama stok cakalang (shared stock) dalam kawasan Teluk Bone (Gambar 9), maka dilakukan perhitungan dengan cara sebagai berikut :

Menghitung MSY dan Fopt pada masing-masing zona (Utara, Tengah dan Selatan), dengan menggunakan upaya penangkapan yang telah distandariasi.

Menghtiung proporsi masing-masing zona dengan cara sebgai berikut :

Pzi =

3

1

i

MSYzi

MSYzi

untuk Fopt adalah Fzi =

3

1

i

Foptzi

Foptzi

di mana :

Pzi : proporsi MSY pada zona ke i MSYzi : nilai MSY pada zona ke i Fzi

:

proporsi Fopt pada zona ke-i Foptzi : nilai Fopt pada zona kei

Menghitung MSY pada seluruh kawasan Teluk Bone.

Menghitung MSY shared stock untuk masing-masing zona dan Fopt dengan cara sebagai berikut :

MSYzi = Pzi x MSYsk Foptzi = Fzi x Foptsk di mana :

MSYsk : Nilai MSY shared stock untuk seluruh kawasan Teluk Bone.

Foptsk : Fopt dalam MSY shared stock untuk seluruh kawasan Teluk

Bone

MSYzi : Nilai MSY shared stock untuk zona ke-i

Gambar 9 Pendekatan untuk memperoleh MSY per zona dan MSY shared stock.

Dokumen terkait