• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang dilakukan oleh Syaraf (1985) bertujuan untuk memperoleh perkiraan fungsi penawaran ekspor karet rakyat Indonesia ke negara-negara konsumen. Untuk mendapatkan perkiraan fungsi tersebut dilakukan analisis keeratan hubungan pengaruh peubah-peubah terhadap variasi volume penawaran ekspor karet rakyat Indonesia dengan eksportir produsen karet rakyat. Analisis ini diharapkan dapat menemukan peubah-peubah mana yang dominan pengaruhnya bagi eksportir dalam memilih daerah pemasaran hasil yang menguntungkan.

Dalam analisis, dilakukan pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda. Pengujian dilakukan dengan dua tahap yakni, dengan menggunakan data urut waktu untuk menguji peubah-peubah yang berpengaruh secara umum dan menggunakan data seksi silang (cross section) untuk menguji peubah-peubah yang bersifat khusus. Peubah bersifat khusus yang dimaksud adalah peubah- peubah yang mempengaruhi volume penawaran ekspor oleh eksportir yang berhubungan dengan lokasi dan fasilitas pelabuhan ekspornya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa jumlah produksi bahan olahan karet rakyat, harga karet alam beda kala, harga karet sintetis, dan nilai tukar memiliki pengaruh positif terhadap

ekspor Indonesia. Sedangkan tingkat bunga berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Indonesia ke Singapura, tetapi berpengaruh negatif terhadap ekspor ke Amerika Serikat.

Hendratno (1989) melakukan penelitian terhadap perdagangan karet alam TSR dan RSS+ Indonesia di dunia dengan membangun sistem pasar dunia yang terdiri dari empat kelompok persamaan yaitu persamaan permintaan, penawaran, harga, dan keseimbangan pasar. Pendekatan linear model AIDS (Almost Ideal Demand System) digunakan untuk menentukan permintaan karet alam Indonesia. Secara rinci, elastisitas share permintaan karet alam dari berbagai wilayah pasar dihitung dengan menggunakan rumus elastisitas dari sistem permintaan model Armington. Sedangkan formulasi penawaran karet alam Indonesia menggunakan model autoregresif. Pengujian model dilakukan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dan GLS (Generalized Least Square). Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa harga karet alam di pasar domestik, peubah trend, dan jumlah penawaran atau produksi bedakala dapat menjelaskan 74 persen dari variasi produksi karet alam di pasar domestik dan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 10 persen.

Penelitian yang dilakukan Limbong (1994) adalah mengenai keragaan karet alam Indonesia ditinjau dari jenis pengusahaan dan wilayah produksi. Penjelasan mengenai keragaan ini dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari lima kelompok persamaan yaitu persamaan luas areal karet, produktivitas produksi, ekspor karet, dan harga karet alam. Dari analisis yang dilakukan ternyata bahwa dua peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap ekspor karet adalah peubah impor karet

alam dunia dan nilai tukar. Selanjutnya pada pendugaan persamaan harga karet alam di pasar domestik, yang mempunyai pengaruh nyata adalah nilai tukar dan harga karet alam bedakala di pasar domestik. Elastisitas harga karet alam di pasar domestik terhadap stok karet alam Indonesia untuk jangka pendek inelastis tetapi untuk jangka panjang elastis.

Elwamendri (2000) melakukan penelitian mengenai perdagangan karet alam antara negara produsen utama dan Amerika Serikat. Analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari tiga kelompok persamaan yaitu persamaan penawaran ekspor karet alam spesifikasi teknis, permintaan impor karet spesifikasi teknis Amerika Serikat dan harga ekspor karet spesifikasi teknis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurva penawaran ekspor ketiga negara produsen utama ke Amerika Serikat mempunyai kemiringan positif dengan elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis. Kurva permintaan impor karet spesifikasi teknis Amerika Serikat bersifat inelastis. Sedangkan harga ekspor karet spesifikasi teknis di negara produsen utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak responsif terhadap perubahan harga di pasar Amerika Serikat. Dari angka-angka elastisitas dapat diketahui bahwa harga ekspor karet spesifikasi teknis Indonesia lebih responsif terhadap perubahan harga di Amerika Serikat dibandingkan dengan dua negara produsen lainnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ermi Tety (2002) tentang penawaran dan permintaan karet alam Indonesia di pasar domestik dan internasional, analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peubah-peubah yang

berpengaruh terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor (AS, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan) adalah harga ekspor karet alam Indonesia, produksi, nilai tukar Rupiah terhadap US$, pajak ekspor, dan jumlah ekspor karet alam bedakala ke masing-masing negara. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penawaran karet alam negara-negara pesaing Indonesia yaitu Thailand dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, produksi, dan nilai tukar mata uang negara pengekspor. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku impor dari ke empat negara utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan adalah harga impor karet alam, harga impor karet sintetis, nilai tukar, pendapatan perkapita masing-masing negara, dan jumlah impor bedakala masing-masing negara. Untuk harga karet alam internasional dipengaruhi oleh rasio total permintaan impor dan total penawaran ekspor serta harga karet internasional bedakala

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terhadap komoditas karet alam memberikan gambaran mengenai faktor-faktor atau peubah-peubah yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga karet alam. Pada penelitian-penelitian tersebut terdapat perbedaan dalam model yang digunakan, peubah dalam setiap persamaan, metode pendugaan parameter yang digunakan, dan data yang dianalisis. Hal tersebut menyebabkan penelitian satu dengan penelitian lainnya memiliki perbedaan dalam hasil analisis.

Kesimpulan umum yang dapat diambil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai karet alam di atas adalah:

1. Model ekonometrika ekspor karet alam yang dibangun sebagian besar merupakan formulasi dari model persamaan parsial dan model persamaan simultan.

2. Data deret waktu dari variabel yang digunakan untuk perhitungan pendugaan dalam penelitian-penelitian tersebut diasumsikan stasioner.

3. Karet alam yang dianalisis kebanyakan dianggap sebagai satu jenis mutu komoditas, sedangkan harga karet alam didasarkan pada harga jenis lateks.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis perdagangan karet alam dengan menggunakan model ekonometrika dinamis. Bentuk pendekatan ekonometrika dinamis yang dapat mengatasi masalah ketidakstasioneran adalah dengan menggunakan metode kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Kointegrasi digunakan untuk memisahkan spesifikasi dan estimasi dari hubungan ekonomi jangka panjang dan penyesuaian dinamis jangka pendek yang menuju ke keseimbangan jangka panjang. Sedangkan ECM digunakan untuk menyediakan suatu pendekatan dalam menghadapi masalah non stasioner dari time series dan spurious correlation serta mengatasi kelemahan teori ekonomi dalam mengidentifikasi pola waktu dan penyesuaian dinamis (dynamic adjustment) dari proses pencapaian keseimbangan jangka panjang. Sehingga dengan demikian dapat diketahui berapa lama suatu perubahan memberikan dampak terhadap arus perdagangan karet alam Indonesia. Metode ini telah dipakai dalam berbagai penelitian untuk masalah-masalah perdagangan internasional antar negara.

Cantavella et al. (2001) melakukan penelitian mengenai perdagangan negara-negara Uni Eropa dengan MERCOSUR dan NAFTA. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis perbedaan yang sangat signifikan dalam perilaku ekspor negara-negara Uni Eropa ke kawasan kerjasama regional di Amerika (MERCOSUR dan NAFTA). Analisis dilakukan dengan mengestimasi fungsi permintaan ekspor untuk periode 1967-1995. Hasil yang diperoleh menunjukkan pola keseimbangan jangka panjang dari fungsi permintaan ekspor negara-negara Uni Eropa ke kawasan MERCOSUR dan NAFTA. Dalam penelitian ini ECM digunakan untuk menduga penyesuaian atau adjustment variabel-variabel menuju keseimbangan jangka panjang. Ekspor negara-negara Uni Eropa menunjukkan beragam perilaku arus perdagangan ke negara-negara MERCOSUR dan NAFTA yang ditunjukkan oleh perbedaan dalam elastisitas harga dan pendapatan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Niemi (2003) adalah mengenai model ekonometrika untuk peramalan arus perdagangan di pasar negara-negara Uni Eropa untuk ekspor produk pertanian ASEAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun suatu susunan dinamis model ekonometrika berdasarkan teori yang dapat menangkap dampak jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan pendapatan dan harga, serta yang dapat digunakan untuk prediksi dan simulasi kebijakan dalam berbagai kondisi alternatif yang diasumsikan. Pendekatan ekonometrika yang digunakan adalah ECM dengan tujuan untuk menekankan pada fungsi perdagangan dinamis. Model ekonometrik dibangun untuk tujuh komoditas pertanian yaitu ubi kayu, coklat, kelapa, kelapa sawit, lada, karet, dan teh. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep kointegrasi dan ECM tepat untuk mempelajari arus perdagangan yang memiliki data deret waktu non stasioner. Hasil keseluruhan estimasi fungsi permintaan impor untuk komoditas pertanian yang tercakup dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat respon permintaan

yang relatif lemah terhadap perubahan pendapatan di Uni Eropa. Hasil tersebut juga menunjukkan sifat dasar respon harga yang inelastis pada permintaan impor di Uni Eropa. Implikasi kebijakan dalam bentuk tarif dan non tarif ternyata tidak terlalu signifikan di dalam merubah kuantitas impor yang diminta.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2004) mengenai pangsa sektor pertanian jangka panjang dan dinamika ekspor pertanian, digunakan aplikasi ECM dan VECM. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan dari sisi supply berpotensi untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor dari komoditas pertanian tradisional begitu pula dengan non tradisional. Pangsa pertanian jangka panjang adalah sebelas persen, dimana transisi kearah tersebut harus dipersiapkan dengan baik terutama industri agar dapat meningkatkan serapan surplus tenaga kerja dari pedesaan, menampung produk- produk pertanian dan meningkatkan prasarana pemasaran. Berdasarkan penelitian ini ternyata metode yang digunakan potensial untuk peramalan berbagai komoditas dengan sistem berukuran kecil, evaluasi kebijakan, dan untuk meneliti mekanisme transmisi harga.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Dokumen terkait