• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretik 1. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 759) persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan langsung dari sesuatu atau sebagai suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Jadi persepsi siswa adalah suatu tanggapan langsung dari seorang siswa tentang sesuatu hal.

Menurut Sugihartono (2007: 8) persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera.

Nursalam (1998: 49) berpendapat persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Sedangkan Daviddof (1981: 232) mendefinisikan persepsi sebagai proses untuk mengorganisir dan menghubungkan data-data indera kita untuk mengembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri.

2. Pengertian Belajar

a. Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan (Nasution, 1974).

b. Lester D. Crow dan Alice Crow (1958), mengartikan belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

c. Gage (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya.

d. Di Vesta dan Thompson (1970), mendefinisikan belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.

e. Cronbach (Sardiman, 1986: 22), mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya).

f. Harold Spears (Sardiman, 1986: 22), mengatakan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan).

g. Geoch (Sardiman, 1986: 22), menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice." (belajar adalah suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).

h. Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman.

i. Moh. Surya (1997) : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

j. Witherington (1952) : belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

k. Hilgard (1962) : belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.

l. Sardiman (1986:22-23) memberikan beberapa pengertian tentang belajar yaitu sebagai berikut:

1) Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan tapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.

2) Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.

3) Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

4) Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, dan perubahan ini bersifat konstan dan berbekas (Winkel dalam Psikologi Pengajaran; 1996: 36). Sementara, Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas, 2003) mendefinisikan “belajar” sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

Dari berbagai pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas maka belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku menuju perkembangan manusia seutuhnya dan suatu proses membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru, baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.

3. Prestasi Belajar

Menurut Purwodarminto (1991: 787) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dihubungkan dengan materi pelajaran. Sedang menurut Sunaryo (1983: 10) prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Tirtonegoro (1984: 43) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalah bentuk angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik berupa pengetahuan dan keterampilan melalui serangkaian tes yang biasanya dilambangkan dengan angka nilai.

Menurut Roestiyah (1982: 159), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu:

a. Faktor internal; misalnya kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal; misalnya kebersihan rumah, lingkungan, udara yang panas, dan sebagainya

4. Pengertian Kompetensi

Menurut Usman (2005), kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan kualitatif maupun yang kuantitatif. Sedangkan Robert Houston W. (Roestiyah N.K; 1989) mengartikan kompetensi sebagai suatu tugas memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.

Piet dan Ida Sahertian (1990) mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan

pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mc Ashan dalam E Mulyasa, 2003). 5. Pengertian Guru

Menurut UU RI No 2 Tahun 1989 Pasal 27 ayat 3 tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia guru adalah orang yag pekerjaannya atau mata pencahariannya atau profesinya mengajar.

UU No 20 Tahun 2003, Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tenaga pendidik merupakan tenaga profesional dengan tugas utama mengajar dan dinilai telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan serta memiliki kelayakan untuk membimbing kegiatan belajar peserta didik di sekolah.

6. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik.

Menurut Mahmudin (2008), kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasannya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Dalam dunia pendidikan dikenal sepuluh kompetensi guru yang telah dikembangkan oleh proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Sepuluh kompetensi guru itu adalah (Sardiman:1996): a. Menguasai bahan

Guru yang menguasai bahan pelajaran memungkinkan untuk menyampaikan pelajaran dengan jelas, tepat dan dinamis sehingga siswa dapat menerima dan mengerti pelajaran yang diberikan guru.

b. Mengelola program belajar mengajar

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan program pengajaran dengan baik, mudah diikuti siswa sehingga menghasilkan hasil belajar yang optimal.

c. Mengelola kelas

Kemampuan guru dalam mengatur, menata kelas dengan serasi dan mengarahkan tingkah laku siswa di kelas sehingga menimbulkan minat belajar.

d. Menggunakan media dan sumber

Kemampuan memilih dan menggunakan media yang tepat sesuai dengan materi pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai.

e. Menguasai landasan pendidikan

Kemampuan guru untuk menguasai dan memiliki wawasan yang luas tentang pendidikan guna kelancaran proses belajar mengajar.

f. Mengelola internet

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

Merupakan kemampuan guru untuk melakukan penilaian perkembangan dan kemajuan siswa setelah mengikuti belajar mengajar untuk kepentingan pengajaran.

h. Mengenal fungsi program bimbingan dan konseling

Merupakan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa serta membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan

Kemampuan guru dalam mengumpulkan data, sehingga informasi tentang siswa terkumpul, terorganisir dengan baik untuk dapat dipakai secara segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam langkah-langkah pembinaan dan pengembangan selanjutnya. j. Menguasai prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil kompetensi

pendidikan guna keperluan pengajaran.

Pengertian persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, mengintrepretasikan komptensi guru melalui panca indera siswa.

7. Kompetensi Keguruan a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi guru di sini dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (teaching skill), serta sikap (karakter) berupa kecerdasan, kreativitas dan komitmen dalam menjalankan tugas sebagai corong pendidikan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru untuk dapat memahami peserta didik baik secara jasmani maupun secara rohani sehingga antara guru dan siswa mempunyai hubungan emosional yang sangat erat sehingga terjalin komunikasi yang harmonis dalam suasana pembelajaran. Inilah model pembelajaran dalam dunia pendidikan masa depan guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan

kepribadian peserta didik agar dapat mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal seorang guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru harus mampu mencerminkan kewibawaan, dewasa, pribadi yang bijaksana, dan mempunyai watak yang terpuji dalam pandangan peserta didik. Kompetensi ini harus melekat pada diri pribadi seorang guru yang akan menjadi panutan bukan hanya dalam lingkungan sekolah tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Muhammad Ikhsan (Solihin: 2009), mengungkapkan bahwa guru selayaknya menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan bukan hanya pendidikan dalam artian yang sempit yaitu hanya dalam lingkungan sekolah saja tetapi secara global yaitu dalam lingkungan keluarga dan masyarakat secara luas guru hendaknya menjadi sosok yang dikagumi.

Kompetensi kepribadian guru, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber indentifikasi bagi subjek (Suharsimi Arikunto, 1990: 239).

Kompetensi kepribadian guru juga dapat diartikan sebagai sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya (Kunandar 2007: 56).

Kemampuan kepribadian mencakup:

1) Penampilan sikap yang posistif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

c. Kompetensi Profesional

Profesional secara esensial memiliki 3 dimensi pokok yaitu keilmuan dan pengetahuan (science and knowledge), keahlian (skill) dan kesejawatan (organisasi profesi). Guru yang profesional paling tidak harus memiliki dan mengembangkan kemampuannya dalam tiga pilar profesional di atas karena sebagai guru bukanlah profesi asal-asalan tetapi profesi sentral yang sangat berpengaruh terhadap wajah pendidikan nasional pada masa yang akan datang. Keterpurukan bangsa ini salah satu indikator penyebabnya adalah rendahnya kualitas pendidikan kita, jangankan secara global di tataran negara berkembang, di Asia saja pendidikan kita masih berada di bawah negara tetangga kita Malaysia. Standar kelulusan di negara Jiran itu sudah mencapai 7, sedangkan di negara kita baru direncanakan standard kelulusan akan ditetapkan sebesar 5 koma semua orang dari berbagai kalangan sudah ribut dan ketakutan. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menguasai materi pembelajaran secara luas

dan mendalam serta mampu mengembangkan materi tersebut dengan konsep keterkaitan secara universal dan menerapkan konsep–konsep keilmuan, metode pengajaran yang koheren dengan materi ajar secara mendalam dan berkualitas. Di samping itu guru juga harus mampu mengeksplorasi konsep dan metode keilmuannya, melakukan penilitian dan kajian–kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ajar sehingga mampu menemukan penemuan baru dalam proses pembelajaran.

Kompetensi profesional guru artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subyek matter (bidang studi) yang diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Suharsimi Arikunto, 1990: 239).

Kompetensi profesional juga dapat diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga guru itu memiliki wibawa akademis (Kunandar 2007: 56).

Kemampuan profesional mencakup:

1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu.

2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan tentang pendidikan dan keguruan.

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

d. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial guru artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan teman sesama guru, dengan kepala sekolah, dengan pegawai tata usaha, dan tidak lupa juga dengan anggota masyarakat di lingkungan (Suharsimi Arikunto, 1990: 239).

Kompetensi sosial juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam berhubungan dalam bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari guru di masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal.

8. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 yang Mengatur tentang Kompetensi Guru dan Dosen

BAB IV GURU Bagian Kesatu

Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Pasal 8

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 9

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Pasal 10

(1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 11

(1) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 12

Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.

Pasal 13

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam

jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V DOSEN Bagian Kesatu

Kualifikasi, Kompetensi, Sertifikasi, dan Jabatan Akademik Pasal 45

Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 46

(1) Kual ifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.

(2) D osen memiliki kualifikasi akademik minimum:

a. lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan b. lulusan program doktor untuk program pascasarjana.

(3) Setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi dosen.

(4) Ketentuan lain mengenai kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dan keahlian dengan prestasi luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan oleh masing-masing senat akademik satuan pendidikan tinggi.

Pasal 47

(1) Ser tifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai berikut:

a. memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

b. memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan

c. lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Pe merintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan.

(3) K etentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 48

(1) Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.

(2) Jenjang jabatan akademik dosen-tetap terdiri atas asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan profesor.

(3) Persyaratan untuk menduduki jabatan akademik profesor harus memiliki kualifikasi akademik doktor.

(4) Pengaturan kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen tidak-tetap ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49

(1) Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan tinggi yang mempunyai kewenangan membimbing calon doktor.

(2) Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.

(3) Profesor yang memiliki karya ilmiah atau karya monumental lainnya yang sangat istimewa dalam bidangnya dan mendapat pengakuan internasional dapat diangkat menjadi profesor paripurna.

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai profesor paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 50

(1) Setiap orang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi dosen.

(2) Setiap orang, yang akan diangkat menjadi dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mengikuti proses seleksi.

(3) Setiap orang dapat diangkat secara langsung menduduki jenjang jabatan akademik tertentu berdasarkan hasil penilaian terhadap kualifikasi akademik, kompetensi, dan pengalaman yang dimiliki.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pengangkatan serta penetapan jenjang jabatan akademik tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan oleh setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Dari penelitian sebelumnya, yang meneliti tentang variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu mengenai kompetensi keguruan (kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial) yang berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik seperti hasil penelitian Dian Maya Sofiana yang berjudul “ Profesionalisme guru dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa di MTS Al-Jamii,ah, Tegalrejo, Cilodog, Sukabumi” menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar, profesionalisme tersebut dapat mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa 50% adapun 50% yang lainnya dipengaruhi faktor lain.

C. Kerangka Berfikir

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena semakin kompeten guru maka akan semakin pandai pula guru tersebut dalam menarik perhatian siswa untuk menyukai mata pelajaran yang diampunya, sehingga siswa akan menjadi lebih semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan belajar sendiri sehingga pada akhirnya prestasi atau hasil belajarnya juga akan semakin meningkat.

D. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi

tuntunan untuk mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berfikir tersebut di atas.

Hipotesis dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik terhadap prestasi belajar akuntansi?

2. Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi profesional terhadap prestasi belajar akuntansi?

3. Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian terhadap prestasi belajar akuntansi?

4. Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi sosial terhadap prestasi belajar akuntansi?

5. Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial terhadap prestasi belajar akuntansi?

Dokumen terkait