• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritik

1. Definisi Minat

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan orang. Minat pada hakekatnya merupakan perhatian, keinginan, rasa suka dan rasa terikat dengan suatu obyek walaupun tidak ada yang menyuruh

(Kartono, 1980:109). Secara sederhana minat (interest) merupakan

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada objek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung pada bidang itu (Winkel, 1983:30). Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat sebelumnya.

Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman dari individu. Pernyataan tersebut didukung oleh Walgito (1997:38) yang mengatakan, bahwa minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu objek disertai dengan adanya adanya keinginan untuk berhubungan lebih aktif dengan objek tersebut.

Menurut pendapat Witherington (Buchori, 1978:125), minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Di sini minat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Minat primitif (biologis), timbul karena jaringan-jaringan tubuh. Ini

berkisar pada soal makan dan kebebasan aktivitas.

b. Minat kultural (sosial), berasal dari perbuatan belajar yang tarafnya

lebih tinggi. Minat ini merupakan hasil pendidikan.

Sedangkan menurut Mappiare (1982:64), minat dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman. Selanjutnya Mappiare (1982:78) menjelaskan bahwa minat remaja dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Minat pribadi, yaitu kecenderungan untuk mengajar hal-hal yang

menjadi keinginannya. Minat yang timbul dari individu dapat menimbulkan kepuasan. Minat pribadi meliputi minat memperoleh pengakuan, penghargaan, minat mengembangkan diri, minat untuk sukses, minat untuk sekolah, minat untuk jabatan dan sebagainya.

b. Minat terhadap reaksi, yaitu kecenderungan yang ada pada diri

individu terhadap hal-hal yang dapat mengembangkan individu pada kondisi semula, dari ketegangan-ketegangan setelah individu melakukan aktivitas sehingga pikiran, jiwa serta jasmaninya menjadi segar kembali.

c. Minat terhadap kelanjutan studi dan jabatan. Dengan tercapainya suatu tingkat pendidikan tinggi bagi individu, maka terbuka peluang untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi, memperoleh pekerjaan elit dan pada gilirannya memudahkan bagi individu untuk meningkatkan statusnya.

Minat seseorang dapat di ukur melalui kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan dan melalui pertanyaan mengenai senang atau tidak senang terhadap suatu obyek. Super dan Crites (Yahny Kils, 1988:33) mengemukakan bahwa ada 4 cara untuk mengetahui minat seseorang, yaitu:

a. Melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang disenangi

dan yang tidak disenangi.

b. Melalui pengamatan mengenai hal-hal yang sering dilakukan.

c. Melalui tes obyektif.

d. Melalui tes minat yang telah dipersiapkan secara baku.

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat (Sukardi, (1998:63):

a. Minat yang diekspresikan / Expressed Interest

Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Contoh: seseorang mengatakan bahwa dirinya suka dengan profesi guru.

b. Minat yang diwujudkan / Manifest Interest

Seseorang yang mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu. Contoh: siswa yang aktif dalam kegiatan drama.

c. Minat yang diinvestasikan / Inventoried Interest

Seseorang dapat di ukur minatnya dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.

Guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat peserta didiknya. Adapun tujuan mengadakan pengukuran terhadap minat peserta didik (Nurkancana, 1983:225) sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan minat peserta didik

Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat peserta didiknya. Minat merupakan komponen yang paling penting dalam kehidupan pada umumnya, dan dalam dunia pendidikan khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil dalam pekerjaan mengajar.

b. Memelihara minat yang baru timbul

Apabila peserta didik menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas guru untuk membangkitkan dan mengembangkan minat tersebut.

c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik Tugas guru di sini adalah menghindarkan hal-hal yang tidak baik pada peserta didiknya, sehingga diharapkan mereka tidak tertarik terhadap hal-hal yang tidak baik tersebut.

d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak

tentang study atau pekerjaan yang cocok baginya.

Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang

atau dalam jabatan, namun interest merupakan pertimbangan yang

cukup berarti kalau dihubungkan dengan data-data lain.

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat berbeda dengan kesenangan. Bila orang melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, biasanya orang merasa berminat untuk memperolehnya. Minat lebih bersifat menetap, tetapi minat bisa padam bila tidak disalurkan karena berbagai hambatan, sedangkan kesenangan merupakan minat yang bersifat sementara atau tidak menetap (Hurlock, 1978:114). Minat dipengaruhi oleh jenis kelamin, kesempatan, lingkungan, dan apa saja yang menjadi minat teman sebayanya (Surachmad, 1978:84).

Menurut Giyatama (1990:6), minat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Secara intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.

1) Sikap

Sikap adalah cara bertingkah laku yang khas, yang tertuju terhadap orang-orang, rombongan-rombongan atau persoalan-persoalan (Buchori, 1978:126). Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai ”baik”, maka mempunyai sikap positif dan sebaliknya bila obyek dinilai ”jelek”, maka mempunyai sikap negatif (Winkel, 1987:77).

2) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang sehingga individu mengerti rangsang yang diinderanya (Walgito, 1993:53).

3) Prestasi Belajar

Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang khas, yaitu perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang tercapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes (Winkel, 1986:48).

4) Bakat

Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan/keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.

5) Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah suatu komponen yang kritis dalam identitas seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan.

6) Intelegensi

Menurut pendapat Wechsler (Winkel, 1987:85), intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.

b. Secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara

lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

1) Latar belakang ekonomi

Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau kurang baik karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung mempersempit minat mereka.

2) Minat orang tua

Sikap orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap pekerjaan dalam dua hal. Pertama, orang tua mendesak anak untuk tertarik pada pekerjaan yang mereka anggap bagus dan bergengsi, tanpa mempedulikan minat dan sikap anak, dan kedua, mereka menganjurkan anaknya untuk menghindari pekerjaan tertentu karena dianggap tidak menguntungkan (Elizabeth B. Hurlock, 1978:144).

3) Minat teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh

kelompok. Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa ketertarikan dan keinginan yang mendalam, dan menimbulkan suatu gairah pada individu untuk mengerjakan dan berkecimpung dalam sesuatu bidang tertentu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah faktor intrinsik (bersumber dari diri sendiri) dan faktor ekstrinsik (bersumber dari lingkungan sosial).

Minat sangat berfungsi bagi manusia karena dapat mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, sehingga dapat membawa manusia pada hal-hal yang dianggap tidak perlu menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam dirinya karena timbulnya kesadaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa membebani orang lain. Selain itu minat juga dapat memberikan pandangan hidup seseorang atau seluruh perbendaharaan seseorang (Whitherington, 1999:136).

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat sangat berarti bagi kehidupan manusia karena dapat mengarahkan tujuan hidup seseorang, seseorang tanpa memiliki tujuan dalam hidupnya tidak dapat dikatakan sebagai manusia yang normal.

Minat menjadi guru akuntansi adalah ketertarikan seseorang terhadap profesi guru akuntansi yang ditunjukkan dengan adanya pemusatan pikiran, perasaan senang dan perhatian yang lebih terhadap profesi guru dalam bidang akuntansi. Minat tersebut meliputi: pengetahuan dan informasi mengenai profesi guru akuntansi, perasaan senang dan ketertarikan terhadap profesi guru akuntansi, perhatian yang lebih besar terhadap profesi guru akuntansi serta kemauan dan hasrat untuk menjadi guru akuntansi.

2. Definisi Guru

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mengatakan bahwa “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Sementara itu Ametembun (1973:3), mengemukakan guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan murid, individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah. Guru yang dimaksud di sini mencakup semua guru dan tingkat pra sekolahan (TK) sampai guru besar (Dosen) di perguruan tinggi, baik yang berstatus negeri maupun swasta.

Profesi guru memiliki arti jabatan atau pekerjaan sebagai guru yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan

(Ametembun, 1973:11). Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleks, maka profesi ini tidak bisa dimiliki sembarang orang.

Untuk menjadi seorang guru, mereka harus memiliki pendidikan dan latihan-latihan khusus sebelumnya, sehingga mampu menjalankan profesi mengajar tersebut secara profesional. Seperti yang dijelaskan C. V. Good (Samana, 1987:69) bahwa pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki ciri-ciri tertentu, memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), memiliki kecakapan prasyarat yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang (misal: organisasi profesional ataupun pemerintah) dan jabatan profesional tersebut harus mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara.

a. Tugas guru

Menurut Depdiknas, (2004:8), guru sebagai tenaga profesional bertugas:

1) Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,

2) Menilai hasil pembelajaran,

3) Melakukan bimbingan dan pelatihan,

4) Melakukan penelitian,

5) Membantu pengambangan dan pengelolaan program sekolah serta

b. Hak dan kewajiban guru

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatakan bahwa hak dan kewajiban guru adalah sebagai berikut:

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan

jaminan kesejahteraan sosial,

2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan

prestasi kerja,

3) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas

kekayaan intelektual,

4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi,

5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran

untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan,

6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan,

7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas,

8) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi,

9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan

10)memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi,

11)memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,

2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni,

3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan

jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran,

4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan

kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika,

5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Supriyadi (1993), untuk menjadi seorang guru yang

profesional harus dituntut untuk memiliki lima hal sebagai berikut:

1) Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang

diajarkan serta cara mengajarkannya pada siswa.

2) Guru harus memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

kepentingan siswa. Bagi seorang guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

3) Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai

teknik evaluasi. Mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

4) Guru mampu berpikir secara sistematis tentang apa yang

dilakukan, dan belajar dari pengalamannnya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk mengadakan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruknya pada proses belajar siswa.

5) Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi lainnya. Kematangan profesional guru ditandai dengan perwujudan guru yang memiliki keahlian, rasa tanggungjawab dan rasa kesejawatan yang tinggi (Surya, 2003:30). Selain harus menjalankan tugasnya secara profesional, seorang guru juga harus memiliki kompetensi. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Pendapat di atas sejalan dengan B. J Chandler (Sahertian, 1994:27) yang menjelaskan tentang profesi mengajar. Dikatakannya bahwa profesi mengajar merupakan suatu jabatan yang mempunyai

kekhususan. Memerlukan kelengkapan mengajar dan ketrampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar yaitu membimbing manusia.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi guru merupakan suatu jabatan atau pekerjaan sebagai guru yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan, sehingga mampu mengerjakan tugas mengajarnya secara profesional, dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan negara.

c. Kompetensi guru

Undang-undang no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Bab IV pasal 10 dan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab VI pasal 3 telah menegaskan tentang kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Kompetensi tersebut meliputi :

1) kompetensi pedagogik

Dalam Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan doesn dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

2) kompetensi kepribadian

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.

3) kompetensi profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.

4) kompetensi sosial

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan

kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian belajar

Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-nilai (sikap).

Morgan mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi akibat suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata Hendroyuwono, 1982/1983:3). Moh. Surya (1981:32) menyimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dimyati Mahmud (1989:121-122) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diidentifikasi ciri-ciri belajar sebagai berikut:

1) Dalam belajar ada perubahan tingkah laku, baik tingkah laku yang

dapat diamati maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.

2) Dalam belajar,perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku

kognitif, afektif, psikomotor, dan campuran.

3) Dalam belajar, perubahan terjadi melalui pengalaman atau latihan.

4) Dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang relatif

menetap.

5) Belajar merupakan suatu proses usaha, yang artinya belajar

berlangsung dalam kurun waktu cukup lama.

Menurut Slameto (1988:3), ada enam ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:

1) Perubahan terjadi secara sadar.

Artinya individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya sebagai akibat dari aktivitas belajar itu.

Sebagai hasil dari belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu akan berlangsung terus-menerus dan tidak statis, serta akan berguna untuk belajar selanjutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

Perubahan-perubahan dalam belajar akan berkembang ke arah yang lebih baik dengan usaha individu tersebut.

4) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.

Hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan tau terarah.

Hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Jika seseorang belajar mengenai sesuatu maka sebagai hasilnya dia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

b. Pengertian prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1983:1659) prestasi adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan). Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang khas, yaitu perubahan dalam sikap dan tingkah laku

yang tercapai dan dapat di ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes (Winkel, 1986:48).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan prestasi belajar anatara

lain sebagai berikut (Usman, 1993:9):

1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa:

a) faktor jasmani meliputi seluruh hal yang berkaitan dengan

keadaan jasmani atau fisik siswa, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman.

b) faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang terdiri atas:

i. faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

ii. Faktor non intelektif, yaitu faktor unsur-unsur

kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penguasaan diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis

2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

berpengaruh terhadap perolehan prestasi belajar siswa:

a) faktor lingkungan sosial di mana siswa tinggal, yaitu

lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan teman sebaya.

b) faktor budaya yang ada di sekitar lingkungan hidup siswa seperti adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c) faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas

belajar.

d) faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kecakapan nyata dan dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Prestasi belajar tercermin dalam IPK terakhir yang telah diperoleh mahasiswa.

4. Pengalaman PPL

Program Pengalaman Lapangan (PPL) dirancang untuk melatih calon guru agar memiliki kecakapan keguruan secara lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi latihan mengajar dan latihan

Dokumen terkait