• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Pertanian Perkotaan

2.6. Tinjauan Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian dan kajian terdahulu menunjukkan bahwa pertanian perkotaan secara umum masih terbatas pada penelitian dan kajian secara parsial terhadap komoditas, teknologi dan sumberdaya serta metodenya. Penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian dan kajian terdahulu yang merupakan rujukan dan membandingkan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peneliti dan topik, metode, hasil penelitian/pengkajian terdahulu.

No Peneliti dan Topik Metode Analisis Hasil Penelitian/Kajian 1. Aminah et al.

(2005). Kajian Teknologi Pengembangan Sampah Organik Kota. (Pupuk dan Media Tanam) Metode dan analisis adalah dengan; teknologi pengomposan, teknologi pembuatan pupuk dan media, dan inovasi teknologi efektivitas pupuk dan media tanam.

1.Melalui proses pengomposan sampah organik dapat tereduksi sekitar 18–20%. Kondisi ini merupakan peluang bagi sektor pertanian untuk memanfaatkan hasil daur ulang sampah organik kota sebagai sumber organik bagi tanaman atau pupuk organik dan media tanam.

2.Bahwa kandungan nilai hara pada kompos sampah kota masih tergolong rendah, oleh karena itu dalam pengembangannya harus melalui proses pengkayaan

(enrichment) dengan sumber hara lain seperti cocopeat.

3.Uji efektivitas pupuk dan media kompos sampah kota terhadap tanaman dilakukan pada tanaman sayuran daun (sawi, kangkung dan selada). Media tanam kompos yang ditambahkan cocopeat dan batuan

fosfat memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan tanaman sawi pada komposisi kompos +

cocopeat dengan perbandingan 3 : 1 + 5% batuan fosfat, sedangkan tanaman kangkung diperoleh hasil terbaik pada komposisi kompos +

cocopeat dengan perbandingan 1 : 1 + 5% batuan fosfat dengan umur panen tidak lebih dari 25 hari.

2. Bakrie et al. (2005). Pengembangan Model Kredit Agribisnis Usaha Mikro-Mandiri (KAUM-Mandiri) Untuk Kegiatan Agribisnis Itik Petelur di DKI Jakarta. Metode analisis deskriptif kualitatif, Analisis uji kelayakan, sekeksi (screening) menjadi anggota KAUM- MANDIRI 1.Kelembagaan KAUM-Mamdiri merupakan modifikasi dari kelembagaan Karya Usaha Madiri (KUM) yang berperan sebagai ajang pendampingan penerapan teknologi. 2. Lembaga keuangan mikro dengan

kegiatan sebagai saluran menerima dana, jasa pinjaman kredit serta tabungan kelompok dalam mengelolah usaha tani. 3. Sugiartini et al. (2007). Kajian Teknologi Pemupukan dalam Pengelolaan Tanaman Belimbing di Jakarta Selatan. Metode analisis dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 macam perlakuan

1.Hasil pengkajian ditetapkan jumlah dan kebutuhan terhadap pupuk Urea, KCl dan TSP sesuai rekomendasi. Hasil analisa tanah, menunjukkan bahwa status kesuburan tanah pada masing-masing lokasi pengkajian, rata-rata dalam kondisi rendah. 2.Hasil analisa tanah, dapat

diinformasikan bahwa lokasi kegiatan disarankan untuk pemberian pupuk Urea berkisar 500 s/d 750 kg/ha/thn. Sedangkan Kebutuhan TSP dan KCl, berkisar antara 500 s/d 1000

kg/ha/thn.

3.Kebutuhan pupuk untuk perpohon adalah Urea dan TSP berkisar antara 1.12 - 3.15 kg/phn/thn, sedangkan kebutuhan KCl berkisar antara 2.25 - 3.68 kg/phn/thn. Dengan teknologi pengelolaan yang baik sesuai anjuran dapat meningkatkan produksi

tanaman belimbing yang lebih tinggi sebesar 28,255 kg/pohon/tahun. 4. Sulaiman et al. (2006). Analisis Kebijakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Lahan Sawah di Propinsi DKI Jakarta. Metode analisis deskriptif kualitatif, dan analisis konten.

1. Memperkecil peluang terjadinya konversi lahan pertanian (sawah) dan pengendaliannya serta lahan sawah eksisting dilindungi.

2. Revisi Perda tentang RTRW sesuai dengan Undang-undang berlaku. 3. Instrumen insentif dan disinsentif

bagi pemilik lahan pertanian. 5. Sampeliling et al. (2007). Kajian Sumberdaya dan Kesesuaian Pengembangan Pertanian Perkotaan Metode Analisis Zona Agro Ekosistem(AEZ) Metode analisis EKL dengan “sistem matriks”

dan macthing serta interpretasi.

1.Peta arahan pengembangan

komoditas pertanian Skala 1 : 10.000 pada wilayah Kecamatan Cilincing Jakarta Utara.

2.Kesesuaian lahan usaha tani rata-rata pada kategori S3, sehingga perlu input inovasi teknologi yang tepat guna berbasis agribisnis dan berwawasan lingkungan.

3.Usaha tani diarahkan pada komoditas varietas ciherang untuk padi sawah, sedangkan komoditas mangga, jambu air, itik petelur untuk dipekarangan penduduk, ikan mas di sawah dan kolam, kambing di tegalan, bakau api-api untuk konservasi mengrove pesisir, sayuran daun/buah di tegalan dan pekarangan rumah, tanaman perhutanan fisiografi berdaun rimbun dan lebar seperti cemara untuk jalur hijau jalan-jalan utama serta tanaman hias berdaun indah.

6. Sampeliling et al. (2008). Kajian Mengenai Kesesuaian Pengembangan Sumberdaya Pertanian Perkotaan di DKI Jakarta (Agro Ekosistem Wilayah Kecamatan Kembangan) Metode analisis EKL dengan “sistem matriks”

dan macthing serta interpretasi.

1.Peta arahan pengembangan komoditas pertanian Skala 1 : 10.000 pada wilayah Kecamatan Kermbangan Jakarta Barat.

2.Penerapan teknologi oleh para petani masih pada kategori sedang, untuk pengembangan tanaman hias, modal usaha dan unsur pembinaan.

dilapangan masih relatif kurang. 3.Wilayah Kecamatan Kembangan

Jakarta barat memiliki potensi lahan sistem pertanian pengembangan agribisnis tanaman hias, anggrek dan merupakan basis tanaman hias untuk wilayah DKI Jakarta.

7. Indrasti et al.(2007). Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran dan Buah-buahan Sebagai Pupuk Organik Cair dan Pakan Ternak. Metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis ekonomi secara finansial guna indikator R/C ratio

1. Secara teknis dan finansial, limbah sayuran dan buah-buahan layak untuk dijadikan sebagai pupuk organik cair dan bahan padatan pakan ternak. 2.Teknologi pengolahan limbah sayuran

dan buah-buahan tersebut dapat menjadi salah satu pilihan dalam mendukung program pengembangan pertanian organik, khususnya sayur- sayuran, dan pengembangan peternakan di DKI Jakarta 8. Sulaiman et al. (2007). Pengembangan Lembaga Pembiayaan dalam Mendukung Kegiatan Agribisnis Agribisnis Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta Metode analisis dengan deskriftif kualitatif melalui pengungkapan keragaman, permasalahan dan persepsi responden terhadap berbagai aspek yang dikaji.

1.Mayoritas petani (88,9%) menyatakan kelompok tani mempunyai peran dalam pengembangan usahanya. 2.Semua (100%) anggota kelompok tani

menyatakan membutuhkan penambahan modal dari lembaga pembiayaan dalam upaya

pengembangan usahanya. 3.Hampir semua (100%) anggota

kelompok tani menyatakan setuju untuk mendirikan dan

9. Bakrie et al. (2007). Upaya Peningkatan Produktivitas Usaha Tani Tanaman Hias Dalam Mendukung Agrowisata (Prima Tani Kecamatan Kembangan Jakarta Barat) Metode analisis dengan deskriftif kualitatif dan Baseline Survey dan pembinaan Gapoktan.

1.Kegiatan pembinaan tersebut meliputi pengaktifan kembali 3 kelompok tani lama (Srikandi, Euphorbia dan Villa Meruya), serta penguatan 3 kelompok tani yang baru dibentuk (Tunggal Mulia, Kompakta dan Mawar). 2.Dalam kegiatan pembuatan pupuk

organik cair berasal dari limbah kandang kambing, maka telah berhasil dilakukan pengukuran jumlah urine dan feses dari kambing yang dipelihara di wilayah ini. Diperoleh hasil bahwa rataan jumlah urine yang diproduksi oleh kambing adalah 953,88 ml/ekor/hari, sedangkan jumlah feses segar yang dapat dihasilkan adalah sebanyak 359,7 g/ekor/hari. 10. Suwandi et al. (2008). Analisis Kebijakan Pengembangan Budidaya Sayuran Secara Hidroponik di DKI Jakarta. Metode analisis dengan deskriftif kualitatif dan Analisis konten (Perda Nomor 8 Tahun 2004 dan Perda Nomor 1 Tahun 2008)

a.Pengembangan budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik, sebagaimana diinisiasi dengan pengembangan Hydroponic Center di Cilangkap dan Sukapura dapat dapat menjadi titik tolak pengembangan di tingkat masyarakat. (khususnya Perda Nomor 8 tahun 2004 dan Perda Nomor 1 tahun 2008).

b.Manajemen budidaya meliputi sistem pembibitan, teknik budidaya,

pemilihan komoditas, hingga penanganan panen dan pascapanen yang digunakanuntuk masyarakat, baik masyarakat tani maupun masyarakat umum di DKI Jakarta. 11. Sastro et al. (2009). Peran Pupuk Limbah Cair Peternakan Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi, Selada, dan Kangkung di Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan Metode analisis varian dan dilanjutkan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test pada taraf uji 5%

1.Persentasi pengaruh pemberian pupuk limbah cair peternakan sapi terhadap pengaruh pupuk NPK pada parameter pertumbuhan sawi, selada, dan kangkung berturut-turut mencapai 108, 100, dan 102%, sedangkan parameter hasil tanaman berturut-turut 95, 87, dan 61%

2.Pupuk limbah cair peternakan sapi dapat dijadikan pengganti pupuk NPK dalam sistem budidaya sawi, selada, dan kangkung secara organik dengan kualitas hasil panen serta harga yang kemungkinan lebih baik dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional menggunakan pupuk kimia.

12. Bakrie et al. (2008). Implementasi Teknologi Perbanyakan Bibit, Pemupukan dan Pengendalian HPT pada Tanaman Hias Berdaun Indah di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Metode analisis dengan deskriptif kualitatif dan Analisis finansial usaha tani.

1.Jenis teknologi penyiraman telah diintroduksikan kepada petani tanaman hias, yaitu: a) teknik

penyiraman dengan irigasi tetes yang ditujukan untuk tanaman dewasa dengan maksud untuk menghindari rusaknya bunga. b) penyiraman semprot menggunakan sprinkler

untuk tanaman bibit.

2.Jumlah pendapatan dari petani tanaman hias di lokasi prima tani mengalami peningkatan setiap bulan mulai dari bulan Maret 2008 dan angka tertinggi tercapai pada bulan Juli 2008, akan tetapi mulai bulan Agustus sampai Oktober 2008 terjadi penurunan secara terus menerus. Namun demikian secara umum dampak dari dilaksankannya kegiatan Prima Tani di wilayah ini adalah terjadinya peningkatan pendapatan per bulan bagi petani tanaman hias, yaitu rata-rata sebesar 23,2%, dengan peningkatan terendah sebesar 11,7% (Rp 150.000,-) dan peningkatan pendapatan tertinggi sebesar 66,6% (Rp 500.000,-). 13. Winarto et al. (2010). Aplikasi 2,4-D dan TDZ dalam Pembentukan dan Regenerasi Kalus pada Kultur Anther Anthurium Metode penelitian laboratorium. Analisis dengan Rancangan acak lengkap pola faktorial dengan empat ulangan.

1. Kombinsi konsentrasi TDZ 2,4-D dan berpengaruh terhadap regenerasi kalus.

2. Konsentrasi TDZ 2,4-D 0,5 mg/l dan 2,0 mg/l sesuai untuk pembentukan kalus dengan potensi tumbuh anther mencapai 58%, 38% beregenerasi, dan rerata 2,3 anther membentuk kalus per perlakuan.

3. Konsentrasi TDZ 2,4-D 1,0 mg/l dan 0,5 mg/l merupakan kombinasi terbaik untuk meregenerasi kalus menjadi tunas dan menghasilkan 5,3 tunas per eksplan.

III. METODOLOGI