• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis kondisi pertanian perkotaan saat ini. 2. Menganalisis status keberlanjutan pertanian perkotaan.

3. Menganalisis produk-produk kebijakan yang terkait dengan pertanian perkotaan. 4. Merumuskan model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan atau pedoman bagi para pengguna dalam pengembangan pertanian perkotaan.

2. Sebagai bahan kebijakan pemerintah pusat dan daerah (lintas sektoral), utamanya dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dalam pembangunan perkotaan berkelanjutan.

3. Sebagai bahan rekomendasi implementasi Pemda (instansi terkait) dalam perencanaan dan pengendalian dampak pembangunan di wilayah perkotaan. 4. Sebagai data bagi pengguna, penelitian lanjut dan pengembangan pertanian

perkotaan serta referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1.5. Kerangka Pemikiran

Pengembangan pertanian perkotaan dapat dibatasi pada sebuah definisi yaitu aktivitas atau kegiatan bidang pertanian yang dilakukan dalam kawasan kota

(intraurban) dan pinggiran kota (periurban) untuk memproduksi/memelihara, mengolah dan mendistribusikan beragan produk pangan dan non pangan, dengan memanfaatkan atau menggunakan kembali sumberdaya manusia dan material, produk serta jasa ke daerah perkotaan tersebut (Smith et al. 1996). Menurut

Sampeliling et al. (2007), pertanian perkotaan adalah segala aspek kegiatan pertanian di wilayah perkotaan yang dicirikan usaha tani lahan sempit, intensif, akses informasi pasar dan teknologi terjamin dengan optimalisasi produksi dan produktivitas lahan dan ruang secara lestari. Adiyoga et al. (2002), bahwa pertanian perkotaan mempunyai peluang dan prospek untuk pengembangan usaha tani berbasis agribisnis dan berkelanjutan. Menurut Deptan (2002), pembangunan sistem dan usaha agribisnis Indonesia dapat diwujudkan melalui perekonomian nasional yang sehat, berdaya saing berkerakyatan, desentralisasi dan berkelanjutan pada sub sistem agribisnis, agribisnis hulu, usaha tani, pengolahan, pemasaran dan sub sistem jasa dan penunjang.

Keberlanjutan pengembangan pertanian perkotaan dapat ditempuh dengan berbagai inovasi seperti inovasi teknologi, inovasi kelembagaan dan inovasi sosial- ekonomi. Menurut Adiyoga et al. (2002), peluang yang dimiliki pertanian perkotaan dalam pengembangan adalah (a) tidak terlalu membutuhkan pengepakan, penyimpanan dan transportasi, (b) berpotensi menciptakan lapangan kerja serta sumber pendapatan, (c) memberikan aspek pangan yang lebih luas bagi konsumen miskin, (d) menjamin ketersediaan pangan yang lebih segar, dan (e) akses yang lebih luas terhadap pelayanan-pelayanan menyangkut pengelolaan limbah serta kemungkinan daur ulang.

Menurut Purnomohadi (2000), mengacu pada kondisi spesifik perkotaan, pengembangan atau perancangan model sistem produksi pertanian perkotaan paling tidak harus memperhatikan dua kriteria yaitu “hemat lahan” dan produk relatif bersih. Sistem produksi pertanian perkotaan mengimplikasikan suatu keharusan untuk mengidentifikasi ruang atau lahan yang masih bersifat underutilized dan memaksimalkan potensi untuk mengakomodasi aktivitas pertanian. Diversitas dari bermacam ruang dan pendekatan dapat memaksimalkan efisiensi skala mikro produksi pangan di daerah perkotaan. Sebagai syarat usaha pertanian perkotaan dan merupakan dukungan terhadap tata lingkungan dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan, sebagai berikut; (a) sesuai dengan tata ruang kota dan tata ruang wilayah, (b) tidak merusak keindahan atau estetika, (c) tidak menimbulkan dampak sosial akibat penggunaan lahan, (d) tidak mengganggu serapan air dan tidak menghambat aliran air baik selokan, sungai sebagai sarana pembuangan kelebihan air, (e) tidak menggunakan input kimiawi berlebih yang dapat mencemari air dan lingkungan serta

menghadapakan konsumen kepada resiko kesehatan, dan (f) tidak mengaplikasikan budidaya pertanian yang dapat mendorong peningkatan erosi dan mempercepat degradasi lingkungan.

Menurut Sudirja (2008), pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis sistem pertanian organik, karena pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial tinggi dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya: (1) sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan, (2) penggalakan konsumsi produk hasil pertanian organik, (3) diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan orgnik. Usaha tani yang berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga bersaing.

Pengembangan pertanian perkotaan dengan model atau bentuk pertanian perkotaan di arahkan berbasis ruang dan masyarakat, pertanian organik serta sistem insentif, melalui model-model pertanian spesifik lokasi seperti; (1) pertanian intensif lahan sempit adalah pemanfaatan/mengoptimalkan lahan terbuka, baik lahan sawah, lahan terlantar atau tegalan dengan inovasi teknologi sebagai kebun komoditas, (2) RTH produktif adalah memanfaatkan/mengoptimalkan daya hasil pekarangan pemukiman baik komoditas pangan maupun komoditas non pangan, (3) pertanian kebun atap/bangunan adalah pengembangan komoditas sayuran dan tanaman hias pada atap/bangunan, (4) pertanian vertikultur adalah memelihara tanaman sistem media bersusun vertikal dan (5) pertanian hidroponik adalah memelihara tanaman sistem media aliran air.

Menurut Barus dan Syukri (2008), pertanian hortikultura adalah ilmu dan seni bercocok tanam yang memerlukan pemeliharaan khusus, serta bercocok tanam tersebut dilakukan di kebun atau pekarangan. Secara umum budidaya hortikultura meliputi: tanaman sayuran (vegetable crops); tanaman buah (fruit crops); dan tanaman hias (ornamental crops). Menurut Sampeliling et al. (2007), inovasi teknologi komoditas pertanian tanaman hias yang banyak diusahakan petani di wilayah Jakarta Barat antara lain: adenium, aglonema, euphorbia, sikas, palm, tricolor, batavia, dan pride sumatra sebagai komoditas unggulan. Semua komoditas

tanaman hias ini diusahakan di lahan pekarangan pemukiman penduduk. Sebagian besar diusahakan sebagai tanaman pot sedangkan lahan hanya digunakan untuk membuat rak-rak tempat pot diletakkan dan sebagian lahan yang digunakan sebagai media tumbuh sementara. Sebagian besar petani tanaman hias ini mengembangkan tanaman pot sebagai tempat media tumbuh tanaman. Pengembangannya menggunakan lahan berem jalan toll dan tanah kapling yang masih kosong belum terbangun oleh pemiliknya. Sebagian lahan ada juga yang digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis tanaman tertentu seperti palm dan sikas.

Keberlanjutan pertanian perkotaan sangat penting dalam hal; (1) integrasi pertanian perkotaan ke dalam kebijakan tata guna lahan dan ruang perkotaan seperti (a) penghapusan berbagai restriksi legal yang bersifat unsubstantiated, (b) intengrasi pertanian ke dalam perencanaan pengembangan perkotaan. (2) integrasi pertanian perkotaan ke dalam kebijakan ketahanan pangan dan kesehatan baik (a) akses pelaku pertanian perkotaan terhadap institusi penelitian, bantuan teknis dan pelayanan kredit, (b) perbaikan sistem pemasokan input dan distribusi produk, (c) peningkatan kepedulian atas resiko kesehatan akibat pertanian perkotaan, dan (3) integrasi pertanian perkotaan ke dalam kebijakan lingkungan, seperti (a) promosi penggunaan ulang limbah organik dan limbah air oleh petani perkotaan secara aman, (b) promosi metode usaha tani ramah lingkungan.

Sehubungan dengan berbagai permasalahan dalam konteks pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan, sudah saatnya intervensi kebijakan fasilitasi dan kerangka kerja perencanaan pertanian perkotaan (termasuk legislasi, aspek normatif, dan finansial serta institusional proses) yang lebih serius. Instrumen kebijakan pertanian perkotaan harus dirancang berdasarkan integrasinya dengan beberapa kebijakan lain, misalnya: kebijakan tata guna lahan perkotaan, kebijakan ketahanan pangan serta kesehatan perkotaan, dan kebijakan lingkungan perkotaan. Tidak kalah pentingnya adalah pihak-pihak yang seharusnya mendapat manfaat dari legislasi perkotaan yaitu penduduk miskin perkotaan.

Data informasi sumberdaya pertanian perkotaan secara detail sebagai dukungan terhadap penyusunan konsep dasar pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan, khususnya di wilayah DKI Jakarta belum tersedia. Informasi dan data detail dan aktual mengenai biofisik, penggunaan lahan dan ruang, sosial dan

kelembagaan, ekonomi, penerapan teknologi dan kebijakan wilayah, merupakan hal penting untuk menyusun model kebijakan dalam mendukung perencanaan dan aktualisasi pembangunan yang tepat dan secara khusus pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan (sustainable urban agriculture). Kerangka pemikiran pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan secara diagram (Gambar 2).

Gambar 2. Kerangka pemikiran pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan Sistem Pengembangan Pertanian Perkotaan Pertanian Pangan Pertanian Non- Pangan

Pertanian Basis Lahan-

Ruang dan Teknologi Insentif/disinsentif Pertanian Sistem

Pertanian Ekonomi Tinggi dan Ramah Lingkungan

Eksisting SDA dan SDM Eksisting Kelembagaan Eksisting Sosial dan Ekonomi Pertanian Perkotaan Berkelanjutan

Model Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Berkelanjutan Aspek Ekologi

Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Kelembagaan Aspek Teknologi

Pertanian Intensif Lahan Basah dan Kebun Spesifik

Pertanian Lahan Pekarangan

Pertanian Kebun Atap Bangunan

Pertanian Basis Ruang dan Media Tanam