• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

4. Uji Hipotesis a) Hipotesis 1

Hipotesis 1 menyatakan bahwa EBIT, Arus kas dari aktivitas operasi (AKO), Arus kas dari aktivitas investasi (AKI), dan Arus kas dari aktivitas pendanaan (AKP) bersama-sama memiliki pengaruh terhadap harga saham BUMN. Untuk menguji hipotesis tersebut penulis menggunakan uji F untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesis 1 yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) H0: EBIT, AKO AKI dan AKP tidak memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap harga saham BUMN di Bursa Efek Indonesia.

2) Ha: EBIT, AKO AKI dan AKP memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Tabel V. 12 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12.310 4 3.078 5.252 .049a

Residual 2.930 5 .586

Total 15.240 9

a. Predictors: (Constant), LnAKP, LnEBIT, LnAKI, LnAKO b. Dependent Variable: LnHSRT

Sumber Data : Output olah data sekunder, 2014

Dari hasil uji ANOVA atau F test pada tabel V. 12 didapat nilai F hitung sebesar 5,252 dengan probabilitas 0,049. Hasil F hitung ternyata lebih besar dari pada F tabel yaitu 5,252 > 4,7571 dan hasil probabilitas (sig. = 0,049) juga menunjukkan hasil yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dikatakan EBIT, AKO AKI dan AKP memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham. Hal ini juga berarti ada keterikatan antara EBIT, AKO AKI dan AKP dengan harga saham BUMN dengan tingkat kesalahan 0,05.

b) Hipotesis 2

Hipotesis 2 menyatakan bahwa EBIT memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN. Untuk menguji hipotesis tersebut penulis menggunakan uji t sisi kanan dan dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel.

1) H0 : EBIT tidak memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN

2) Ha : EBIT memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN

Dengan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut :

H0 diterima jika : thitung ≤ ttabel H0 ditolak jika : thitung > ttabel

Nilai ttabel adalah 2,015 yang didapatkan dari tabel t dengan signifikansi sebesar 0,05 dan df (degree of freedom) 5. Berdasarkan tabel V. 10 dapat dilihat bahwa nilai thitung EBIT adalah 2,869 yang lebih besar daripada nilai ttabel 2,015. Karena thitung EBIT > ttabel, maka H0 ditolak. EBIT memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN. Artinya, semakin tinggi EBIT maka semakin tinggi Harga Saham, sebaliknya semakin rendah EBIT maka semakin rendah Harga Saham dengan tingkat kesalahan 0,05.

c) Hipotesis 3

Hipotesis 3 menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN. Untuk menguji hipotesis tersebut penulis menggunakan uji t sisi kiri dan dengan membandingkan hasil -thitung dan -ttabel. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1) H0 : AKO tidak memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN

2) Ha : AKO memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN

Dengan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut :

H0 diterima jika : -thitung ≥ -ttabel H0 ditolak jika : -thitung < -ttabel

Karena menggunakan uji sisi kiri (negatif) maka didapatkan nilai ttabel adalah -2,015 yang didapatkan dari tabel t dengan signifikansi sebesar 0,05 dan df (degree of freedom) 5. Berdasarkan tabel V. 10 dapat dilihat bahwa nilai -thitung AKO adalah - 0,112 yang lebih besar daripada nilai -ttabel -2,015. Karena -thitung AKO > -ttabel, maka H0 diterima. Jadi, arus kas dari aktivitas operasi (AKO) tidak memiliki pengaruh negatif terhadap Harga Saham. Artinya semakin tinggi arus kas dari aktivitas operasi (AKO) maka tidak semakin rendah maupun semakin tinggi Harga Saham dengan tingkat kesalahan 0,05.

d) Hipotesis 4

Hipotesis 4 menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas investasi memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN. Untuk menguji hipotesis tersebut penulis menggunakan uji t dan dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1) H0 : AKI tidak memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN

2) Ha : AKI memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN

Dengan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut :

H0 diterima jika : thitung ≤ ttabel H0 ditolak jika : thitung > ttabel

Nilai ttabel adalah 2,015 yang didapatkan dari tabel t dengan signifikansi sebesar 0,05 dan df (degree of freedom) 5. Berdasarkan tabel V. 10 dapat dilihat bahwa nilai thitung AKI adalah -2,012 yang lebih kecil daripada nilai ttabel 2,015. Karena thitungAKI < ttabel, maka H0 diterima. ini berarti arus kas dari aktivitas investasi (AKI) tidak memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN. Artinya semakin tinggi arus kas dari aktivitas investasi (AKI) maka tidak semakin tinggi maupun semakin rendah Harga Saham dengan tingkat kesalahan 0,05.

e) Hipotesis 5

Hipotesis 5 menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas pendanaan memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN. Untuk menguji hipotesis tersebut penulis menggunakan uji t dan dengan membandingkan hasil -thitung dan -ttabel. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1) H0 : AKP tidak memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN

2) Ha : AKP memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN Dengan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut :

H0 diterima jika : -thitung ≥ -ttabel H0 ditolak jika : -thitung < -ttabel

Karena menggunakan uji sisi kiri (negatif) maka didapatkan nilai ttabel adalah -2,015 yang didapatkan dari tabel t dengan signifikansi sebesar 0,05 dan df (degree of freedom) 5. Berdasarkan tabel V. 10 dapat dilihat bahwa nilai -thitung AKP adalah -0,398 yang lebih besar daripada nilai -ttabel -2,015. Karena -thitungAKP > -ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi, Arus kas dari aktivitas pendanaan (AKP) tidak memiliki pengaruh negatif terhadap Harga Saham. Artinya semakin tinggi arus kas dari aktivitas pendanaan (AKP) maka tidak semakin rendah maupun semakin tinggi Harga Saham dengan tingkat kesalahan 0,05.

5. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Regresi Linier Berganda dapat dilihar bahwa variabel Earning Before Interest and Tax (EBIT), Arus Kas dari Aktivitas Operasi (AKO), Arus Kas dari Aktivitas Investasi (AKI), dan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (AKP) memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap Harga Saham. Harga saham dapat

berubah-ubah disebabkan perberubah-ubahan yang terjadi di dalam perusahaan. Perberubah-ubahan internal perusahaan seperti jumlah pendapatan dan total biaya-biaya untuk kegiatan operasi, investasi dan pendanaan memiliki pengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan harga saham. Ini bisa menjadi cerminan kondisi perusahaan yang akan menentukan penilaian investor atas saham tersebut. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Fara D. dan Wirjolukito (2004: 59) yaitu secara bersama-sama EBIT dan arus kas memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil Adjusted R Square adalah 0,654 atau 65,4% menunjukkan bahwa variabel EBIT, Arus Kas dari Aktivitas Operasi, Arus Kas dari Aktivitas Investasi, dan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan dapat menjelaskan variabel harga saham sebesar 65,4%. Sedangkan sisanya sebesar 34,6% menunjukkan bahwa variabel Harga Saham dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Karena jumlah pengaruhnya mendekati 100% ini menunjukkan bahwa model sudah cukup baik (Ghozali, 2011: 40).

Model regresi berupa log-linear model karena data yang digunakan adalah Ln dari variabel dependen (harga saham) dan independen (EBIT, AKO, AKI, dan AKP). Apabila dilakukan pengubahan ke bentuk asli maka akan didapatkan persamaan seperti pada Lampiran 7, model persamaan ini tidak dapat dilihat sebagai model regresi linier berganda sehingga penulis tetap menggunakan model regresi Ln. Salah satu yang menarik dari model log-linear model ini yaitu presentase perubahan dalam Y yang disebabkan oleh

perubahan persentase X. Model ini mengasumsikan bahwa koefisien elastisitas antara Y dan X tetap konstan atau constant elasticity model

(Ghozali, 2011: 212).

Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa koefisien regresi EBIT adalah 0,767 dan signifikan, artinya apabila variabel EBIT mengalami kenaikan 1% maka Harga Saham BUMN mengalami kenaikan sebesar 0,767%. EBIT memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN. Ini berarti bahwa apabila EBIT meningkat maka harga saham BUMN juga akan meningkat. Laba memberikan informasi incremental dibanding aliran kas (Finger dalam Ferry dan Wati, 2006: 1125). Laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan dividen yang tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan investor yaitu memperoleh dividen dan capital gain.

Laba juga sering digunakan investor untuk menilai kinerja perusahaan. Apabila laba perusahaan menghasilkan laba yang tinggi maka perusahaan dianggap telah melaksanakan kinerjanya dengan baik. Laba juga mempengaruhi minat investor dalam memilih investasi, apabila perusahaan menghasilkan laba yang rendah maka investor akan ragu dalam menginvestasikan dana yang ia miliki sebab investor yang rasional akan memilih berinvestasi pada perusahaan yang menguntungkan bagi mereka.

Hasil dari penelitian ini berbeda dari hipotesis awal penulis, ternyata AKO tidak memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN. AKO merupakan selisih antara cash inflow dan cash outflow besarnya dana masuk dan keluar pada aktivitas operasi perusahaan. Apabila AKO rendah, ini

mengindikasikan bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan semakin besar dalam hal ini adalah untuk tujuan-tujuan pengembangan dengan cara memperbesar pasar. Pasar yang semakin besar diharapkan dapat meningkatkan potensi laba yang akan didapatkan dan tanda dari prospek yang baik di masa depan untuk perusahaan sehingga mampu menaikkan harga saham. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan AKO tidak berakibat pada kenaikan laba yang diukur dengan EBIT dari periode tahun 2009-2013. Rasio pada Lampiran 8 memperlihatkan perbandingan antara AKO dan EBIT dengan asumsi rasio yang dihitung berdasarkan nilai positif, semakin kecil angka persentase pada rasio AKO/EBIT berarti jumlah laba yang dihasilkan BUMN meningkat apabila AKO semakin kecil. Namun, hasil rasio AKO/EBIT dari periode 2009-2013 tidak menunjukkan konsistensi penurunan jumlah sehingga dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan BUMN, penurunan AKO tidak berakibat pada kenaikan laba perusahaan sehingga tidak berpengaruh terhadap harga saham.

AKI diartikan oleh para investor sebagai sinyal positif bagi mereka, yaitu bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang tinggi. Karena itulah perusahaan mampu untuk berinvestasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kenaikan investasi memungkinkan timbulnya aliran kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Perusahaan yang memiliki kinerja baik akan mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga bisa menarik investor untuk melakukan investasinya yang

kemudian akan menyebabkan kenaikan harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dari hipotesis awal yang disusun oleh penulis, ternyata AKI tidak memiliki pengaruh positif terhadap harga saham BUMN. Hal ini disebabkan karena kenaikan AKI tidak didukung oleh kenaikan laba yang diperoleh oleh perusahaan yang dapat dilihat pada Lampiran 9. Apabila kenaikan jumlah AKI tidak berpengaruh pada kenaikan jumlah laba maka harga saham juga tidak akan naik.

Keputusan pendanaan tidak dapat merefleksikan kinerja perusahaan yang dianggap sebagai tolak ukur nilai perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai kebutuhan kasnya melalui penerbitan obligasi/ surat utang, penerbitan saham biasa maupun saham preferen (Ferry dan Wati, 2006: 1130). Penurunan jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan merupakan indikator bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajibannya dalam hal pelunasan utang sehingga perusahaan mampu lebih berkonsentrasi dalam menghasilkan laba yang nantinya akan meningkatkan harga saham perusahaan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa AKP tidak memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham BUMN. Hal ini disebabkan oleh penurunan AKP tidak menyebabkan kenaikan laba yang dapat dilihat pada rasio di Lampiran 10. Rasio AKP/EBIT tidak menunjukkan penurunan pada tahun 2009-2013, karena tidak terpenuhinya syarat kenaikan laba maka harga saham BUMN juga tidak naik.

Dalam penelitian ini, kemungkinan investor tidak melihat AKO, AKI, dan AKP sebagai pertimbangan dalam berinvestasi dan cenderung lebih

mementingkan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang diteliti adalah perusahaan BUMN. BUMN merupakan badan usaha yang lebih dari 50% sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah tidak akan membiarkan perusahaan-perusahaan miliknya bangkrut/ pailit karena pemerintah memiliki dana yang tidak terbatas. Investor akan merasa lebih aman dalam berinvestasi di pasar modal dan resiko untuk rugi juga semakin rendah dibandingkan dengan perusahaan swasta yang resikonya lebih tinggi. Investor menjadi lebih berkonsentrasi pada laba dan faktor eksternal seperti inflasi dan tingkat suku bunga dalam berinvestasi saham.

Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga - harga secara umum dan terus menerus. Inflasi akan mengakibatkan harga komponen untuk proses produksi menjadi meningkat sehingga perusahaan akan menaikkan harga jual barang. Kenaikan harga jual barang akan berpengaruh pada kenaikan harga saham perusahaan untuk menghindari kerugian seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 12. Kenaikan harga saham mengakibatkan investor menjual sahamnya daripada membeli saham. Kondisi ini mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan sehingga laba perusahaan juga ikut menurun. Inflasi yang tinggi akan menimbulkan keraguan investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal sehingga investor lebih memilih alternatif investasi lain dalam bentuk tabungan dan deposito dengan tingkat suku bunga yang tetap. Alternatif investasi ini menawarkan bunga sebagai imbal hasil sehingga investor akan lebih tertarik apabila tingkat suku bunga yang ditawarkan tinggi. Dalam tahun 2009-2013 Bank Indonesia menetapkan

tingkat suku bunga yang relatif tinggi yaitu diatas 5%., tingkat suku bunga tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Lampiran 13. Investor akan tertarik memilih investasi alternatif ini apabila bunga yang ditawarkan cenderung melebihi hasil yang didapat dalam saham. Kondisi ini akan menurunkan minat berinvestasi di pasar modal sehingga berakibat pada penurunan harga saham.

Berdasarkan penelitian ini bahwa pada periode penelitian 2009-2013 ada kecenderungan investor lebih memperhatikan EBIT yang merupakan laba yang didapatkan perusahaan dari hasil kegiatan operasinya. Sedangkan AKO, AKI dan AKP kurang diperhatikan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini disebabkan dari kondisi perusahaan sampel yang diteliti yaitu perusahaan BUMN. Penulis menemukan tidak terpenuhinya prinsip pasar yang efisien dalam pasar modal di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan perusahaan BUMN.

129 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Variabel Earning Before Interest and Taxes(EBIT), Arus Kas dari Aktivitas Operasi (AKO), Arus Kas dari Aktivitas Investasi (AKI), dan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (AKP) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan BUMN periode 2009-2013. Hal ini tercermin dalam nilai signifikan pada tabel anova, yaitu sebesar 0.049 lebih kecil dari α = 0,05. Besarnya pengaruh secara bersama-sama variabel EBIT, AKO, AKI, dan AKP terhadap harga saham adalah65,4% sedangkan sisanya sebesar34,6% dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya yang tidak dibahas pada penelitian ini.

Secara sendiri-sendiri, variabel EBIT memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, variabel AKO tidak memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, variabel AKI tidak memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, dan variabel AKP tidak memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham.

B. Saran

Dokumen terkait