• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORIDASAR TEORI

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Uji Linearitas

3. Uji Hipotesis

Hipotesis untuk penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik

Product Moment Pearson dari SPSS versi 13 dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Artinya bahwa kemungkinan penolakan hipotesis yang benar adalah 5 di antara 100, atau dengan kata lain adanya kepercayaan terhadap kebenaran hipotasis sebesar 95% (Hadi, 1991).

Taraf signifikansi di tes dengan menggunakan uji satu ekor (1-tailed). Uji hipotesis satu ekor pada penelitian ini sudah berarah, yaitu berarah positif. Hipotesis yang sudah memiliki arah menurut Hadi (1991) diuji dengan menggunakan uji satu ekor (1-tailed).

Hasilnya menyatakan bahwa koefisien korelasi (r) antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri adalah 0,718 pada

taraf signifikan 0,05 dengan probabilitas 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa kedua variabel saling berkorelasi secara signifikan.

Hasil hipotesis tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara persepi terhadap pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri pada remaja, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri pada remaja diterima.

Jadi semakin tinggi persepsi terhadap pola asuh demokratis maka semakin baik penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja. Sedangkan semakin rendah persepsi terhadap pola asuh demokratis maka semakin buruk penyesuaian diri pada remaja.

4. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis analisis dengan menggunakan teknik Product Moment Pearson, maka hipotesis penelitian yang berbunyi ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri diterima. Hal ini berarti pola asuh yang diberikan oleh orang tua terkait dengan persepsi subyek terhadap pola asuh yang diterimanya. Remaja yang mempersepsikan pola asuh yang diterimanya sebagai pola asuh demokratis maka remaja tersebut memiliki penyesuaian diri yang baik. Hal tersebut dilihat dari koefisien korelasi (r) antara persepsi terhadap pola asuh demokrasi dan penyesuaian diri adalah 0,718

pada taraf signifikan 0,05 dengan probabilitas 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa kedua variabel saling berkorelasi positif secara signifikan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartono (1985) yang mengatakan bahwa penyesuaian diri remaja dalam kehidupan sosial secara umum sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua di dalam keluarga karena keluarga merupakan kelompok terkecil dan terpenting dalam memberikan dasar pembentukan sikap, watak, tingkah laku, moral dan pendidikan anak.

Dukungan dan pengertian dari orang tua ditunjukkan dalam pola asuh yang diterapkan sejak masa anak-anak. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua dalam pola asuh yang diterapkan sejak masa anak-anak akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh remaja. Hal demikian disebabkan karena remaja mengidentifikasikan diri pada orang tuanya (Bonner, 1953).

Pola pengasuhan orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan orang tua, latar belakang keluarga dan lingkungan sosial. Dengan beberapa faktor tersebut, mengakibatkan jenis pola pengasuhan yang berbeda. Pola asuh demokratis sendiri merupakan pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya yang ditandai dengan adanya penerapan disiplin yang tegas namun penuh kehangatan dan perhatian, tidak adanya hukuman fisik, komunikasi dua arah antara orang tua dan anak serta pemberian kesempatan kepada anak untuk berpendapat (Hurlock,1997).

Lebih lanjut dapat dijelaskan melalui beberapa aspek persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua, antara lain pandangan orang tua terhadap anak. Pandangan orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anak adalah mereka lebih mementingkan pemahaman terhadap perasaan, keinginan dan kondisi anaknya, mendorong dan memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan bertindak secara matang sesuai dengan kemampuan anak, mengharapkan anaknya mencapai tingkat pendidikan tertentu, memberikan tanggung jawab terhadap anak (dalam Setiawan, 1996). Menghargai adanya hak-hak yang dimiliki anaknya. Seorang remaja yang mendapatkan tanggung jawab serta dihargai apa yang menjadi haknya akan merasakan kepuasan psikis dan efisien dalam setiap kegiatan yang diikuti. Dengan adanya kepuasan psikis dan efisien dalam setiap kegiatan tersebut, maka seorang remaja akan menjadi riang, senang, tenang dan aman dalam setiap kegiatan yang diikuti dan dilakukannya sehingga dapat menyesuaiakan diri dengan baik.

Hurlock (1999), mengatakan bahwa pola asuh demokratis menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, menghasilkan kemandirian dalam berpikir, mempunyai inisiatif dalam bertindak, dan konsep diri yang sehat, postif, dan penuh percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka , dan spontan.

Komunikasi merupakan aspek persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua. Cara komunikasi orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anaknya adalah komunikasi dua arah (Hurlock,

1997). Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pendapatnya, memberi kesempatan untuk berdiskusi, menjelaskan secara jelas dan logis aturan-aturan yang diterapkan kepada anak, suka mengajak dialog dan tetap sebagai pengambil keputusan bila terjadi perbedaan pendapat. Dengan adanya komunikasi dua arah, maka akan terjadi keterbukaan antara orang tua dan anak. Orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak dan selalu ada jika anak membutuhkannya sehingga tercipta rumah yang penuh kegembiraan dan menyenangkan bagi anak.

Penerapan kontrol merupakan aspek yang terakhir dari persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua (dalam Setiawan, 1996). Orang tua yang demokratis akan menerapkan kontrol terhadap anak-anak mereka melalui aturan-aturan yang tegas, konsisten dan rasional. Situasi yang bermasalah diselesaikan secara bijaksana yang dapat diterima oleh anak. Seorang remaja yang mengerti dan memahami tentang aturan-aturan yang berlaku baik di dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat akan dapat menyesuiakan diri dengan baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap pola asuh demokratis memberikan sumbangan yang cukup berarti untuk terbentuknya penyesuaian diri pada remaja. Untuk itu diharapkan komunikasi, dukungan serta pengertian dari orang tua yang ditunjukkan dalam pola asuh yang diberiakan, karena secara tidak langsung pola asuh orang tua berperan dalam pembentukan nilai sebagai proses penyesuaian

diri remaja. Dengan demikian pola pengasuhan yang demokratis dapat mempengaruhi pembentukan persepsi remaja terhadap pola asuh demokratis sehingga tercipta penyesuaian diri yang baik pula.

BAB V

Dokumen terkait