HASIL DAN PEMBAHASAN
II. Uji Ketahanan Galur-galur Harapan
Karakter KTG F hitung P value KK
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa intensitas serangan blas daun berkorelasi negatif dan nyat
H
dan jumlah gabah isi per malai akan semakin rendah. Intensitas serangan blas
la ap j mala
sema
Menu akhtiar 07) intensitas serangan blas daun
inten erangan leher ma
varietas terhadap blas daun dan blas leher malai dikendalikan oleh gen yang
Padi Gogo Tipe Baru terhadap Penyakit Blas di Daerah Endemik Blas
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa galur yang diuji berpengaruh nyata terhadap karakter intensitas blas daun dan blas leher malai. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat keragaman fenotipik dan genotipik pada kedua karakter yang diamati.
Tabel 17. Rekapitukasi analisis ragam ketahanan terhadap blas galur-galur harapan padi gogo tipe baru di daerah endemik blas
Intensitas serangan blas daun 0.5 23.4 <.0001 14.2
Intensitas serangan blas leher malai 39.4 18.0 <.0001 26.7
Hasil penelitian ini menunjukkan galur-galur yang diuji mempunyai intensit
at tiga belas galur berbeda nyata dengan kontrol Limboto pada uji lanjut Dunnett pada taraf nyata 5%, yaitu FM1-25-1-1, FM1R-32-1-1,
2-1, FM1-1 an FG1R-51-2-1
as serangan blas daun berkisar antara 7.51% sampai 66.8%, dengan rata-rata umum sebesar 34.2%. Galur yang tidak berbeda nyata dengan kontrol tahan (Limboto 4.76%), adalah FG2-47-1-3 dan FM2-33-1-1 dengan intensitas serangan 7.5% dan 7.8%. Terdap
FM1R-23-1-1, FG1R-108-1-1, FAT-4-1-2, FM1-14-1-1, FM1R-19-2-4, FG1-66-4-1-2, FM1-57-1-2, FM2-12-1-1, FM1-25-1-2 d
(Tabel 18). H nunjukkan ke 1 r eta rhada as
tensitas serangan blas leher malai untuk galur-galur yang diuji berkisar antara
aerah endemik blas.
al ini me 3 galu tersebut k hanan te p bl
lebih rendah dibanding Limboto. In
2.3% - 100%, dengan rataan 48.8%. Dari 7 varietas kontrol yang digunakan, Limboto adalah sebagai pembanding tahan. Terdapat 7 galur yang tidak berbeda nyata dengan kontrol tahan Limboto (0.0%). Galur-galur tersebut yaitu FG1R-108-1-1, FM1-25-1-1, FM1-25-1-2, FM1R-32-1-1, FG2-47-1-3, FM2-12-1-1 dan FAT-4-1-2. Terdapat 8 galur yang berbeda nyata dengan kontrol tahan Limboto yaitu FG1-66-2-1, FG1R-51-2-1, 14-1-1, 14-1-2, FM1-57-1-2, FM1R-23-1-1, FM1R-19-2-4 dan FM2-33-1-1 (Tabel 18).
Tabel 18. Intensitas serangan blas daun dan blas leher malai galur-galur harapan padi gogo tipe baru di d
Galur Blas Daun Blas Leher Malai
S I (%) Reaksi S I (%) Reaksi FG1-66-2-1 7 38.0a R 9 74.1a R FG1R-108-1-1 5 23.4a MT/MR 5 23.5 MR FG1R-51-2-1 5 25.4a MT/MR 7 35.0a R FM1-14-1-1 7 55.5a R 9 87.8a R FM1-14-1-2 7 44.8a R 9 100.0a R FM1-25-1-1 5 16.2a MT/MR 5 16.8 MR FM1-25-1-2 5 19.5a MT/MR 5 13.2 MR FM1-57-1-2 7 53.2a R 9 64.4a R FM1R-32-1-1 5 28.7a MT/MR 7 28.9 FM1R-23-1-1 5 29.6a MT/MR 9 88.4a R R FG2-47-1-3 3 7.8 T 3 5.5 MT a a FAT-4-1 2.3 T FM2-3 3 T 9 a R Limbo a at 79-2 FM1R-19-2-4 9 62.6 R 9 96.3 R FM2-12-1-1 9 66.8a R 5 18.4 MR -2 7 34.1a R 1 3-1-1 to (a) 7.5 77.5 3 1 4.8 3.6 T T 1 1 0.0 0.0 T T Batutegi Fatmawati 5 42.9 98.0 4.9 R 9 R
Fulan Telo Gaw 1 T 1 1.4 T
Fulan Telo Mih 3 9.9 T 1 1.0 T
BP360E-MR-Towuti 3 6 4.4 38.0 T R 1 9 4.1 28.3 T R
Keterangan : I = Intensitas rang Sk n, = Mode an, MR= erat
ntan, R= R an d a oleh ruf a ad erbeda n bih
intesi sera las da dan blas her m an contr ahan
boto) pa ji l n f n
se an, S= ala, T= Taha MT rat tah Mod
re ent an angk yang dikuti hu alah b yata le
tinggi tas ngan b un le alai deng ol t
umum da t dij an bah inten s seran las leh lai
m nsitas ang ng le tingg iband n yan pat
d ataan umum untuk galur-galur yang diuji, yaitu 34.2% blas daun
s s leher m demi
kontrol intensitas seragan blas daun 15.5% dan intensitas serangan blas leher
s ini d ug a ting kerusa yang abkan o blas
l ing diba gkan dengan blas daun karena berhubungan
langsung dengan kompo n h
1. Peri
kan ke dalam kelompok tahan. Roumen (1993) dan Santoso (2005) melaporkan bahwa periode laten bukan merupakan komponen
penting dari k tetap
e laten sebagai bagian dari komponen ketahanan terhadap penyak
Galur-galur Jumlah
Secara pa elask wa sita gan b er ma
empunyai inte ser an ya bih i d ing dau g da
ilihat dari r
edangkan bla alai sebesar 48.8%, kian juga untuk varietas atau
ebesar 19.0%. Hal id a bahw kat kan diseb leh
eher malai lebih t gi ndin
ne asil.
Periode Laten, Skala dan Intensitas Serangan Blas Daun
ode Laten
Periode laten adalah waktu pertama patogen menginfeksi tanaman. Dalam percobaan uji ketahanan galur-galur harapan padi gogo tipe baru diketahui bahwa di daerah endemik blas periode laten galur-galur yang diuji berkisar antara 32-40 hari setelah tanam (Tabel 19).
Secara umum, galur yang memiliki intensitas serangan blas daun 10% ke bawah mempunyai periode laten yang lebih lama dan skala penyakit rendah (Tabel 18) sehingga dapat dimasuk
etahanan parsial terhadap blas daun, tetapi beberapa peneliti mengamati period
it blas daun.
Tabel 19. Periode laten penyakit blas daun pada galur-galur harapan padi gogo tipe baru Periode Laten (HST) 32 FM1R-23-1-1, FM1R-32-1-1, FAT-4-1-2, FM1-14-1-1, FM1R-19-2-4, Fatmawati, Towuti, FM1-14-1-2, FM1-57-1-2, FM2-12-1-1, FM1-25-1-2. 11 36 FM1-25-1-1, FG1R-108-1-1, FG1-47-1-3,
Fulan Telo Mihat, FG1R-51-2-1.
5
40 Batutegi, Fulan Telo Gawa, Limboto,
BP360E-MR-79-2, FM2-33-1-1,
FG1-66-6 2-1.
Munculnya gejala penyakit blas dipengaruhi oleh tiga faktor: daya infeksi
uhu dan kelembaban (>92%) yang mendukung perkembangan penyakit.
Sporulasi berlangsung optimum pada s ngan kelembaban relatif dan
kondisi gelap selama 15 pai 6.8 hari
tergantung kultivar. Nam aten sekitar 4
hari, hal i iduga kare tana etiap
galur yang diuji dan ses porkan Ou (1985), yang
menyebut bahwa pe dek itu 4
sampai 5 hari.
enyakit blas daun yang muncul pertama kali berupa bercak kecil, kemud
eperti titik kecil. Hal ini karena proses perkembangan konidia dari
cendawan P.grisea dalam jaringan inangnya terhambat. Bercak akan berkembang
berbentuk bulat atau elips dengan tepi berwarna cokelat
patogen yang cukup kuat, tingkat ketahanan tanaman dan lingkungan terutama s
uhu 28oC, de
jam (Ou 1985). Periode laten berkisar 6.5 sam un demikian, pada penelitian ini periode l
ni d na keganasan setiap jenis ras blas dan keren
uai dengan periode laten yang dila
n s
kan riode laten di daerah tropis relatif lebih pen ya
Galur-galur yang tidak memperlihatkan gejala blas daun atau periode laten lebih lama, diduga galur tersebut memiliki kemampuan untuk membatasi apresorium blas. Adanya desposisi silikat di dalam jaringan epidermis dapat
melindungi invasi hifa cendawan secara mekanis (Kim et al. 2002). Disamping
itu, varietas atau galur yang tahan juga cenderung menghambat pembentukan
spora blas (Roumen 1993) dengan produksi fitoaleksin tertentu (Rodrigues et al.
2004).
2. Skala Penyakit P. grisea.
Gejala p
ian berkembang menjadi bercak berbentuk elips dengan ujung runcing, bagian tengah berwarna abu-abu atau keputihan yang menandakan bercak sudah mulai berporulasi. Bercak akan terus berkembang pada varietas atau galur yang rentan dan pada lingkungan yang kondusif seperti keadaan lembab dan ternaungi. Bagian pinggir bercak berwarna coklat atau coklat kemerahan. Pada galur rentan serangan blas sangat merusak. Pada galur yang tahan bercak ini tidak berkembang tetap s
sampai beberapa millimeter
pada varietas atau galur dengan reaksi moderat tahan (Ou 1985).
Galur-galur yang diuji, memiliki skala penyakit terhadap blas daun yang bervariasi. Terdapat 2 galur yang menunjukkan sifat tahan yaitu FG2-47-1-3 dan
Berdasarkan intensitas serangan blas daun dalam percobaan ini terdapat 2 yaitu FG1-47-1-3 dan FM2-3
menjadi hampa dan akhirnya dapat menyebabkan kehilangan hasil.
FM2-33-1-1 dengan skala 3 yang mempunyai skala ketahanan sama dengan kontrol Limboto, Batutegi dan Fulan Telo Gawa, Fulan Telo Mihat, BP360E-MR-79-2 dengan skala 1-3. Ada enam galur yang moderat tahan/ rentan yaitu FG1R-108-1-1, FG1R-51-2-1, FM1-25-1-1, FM1-25-1-2, FM1R-32-1-1 dan FM1R-23-1-1 (skala 5). Tujuh galur mempunyai skala rentan (7-9), yaitu FG1-66-2-1, 1-1, FAT-4-1-2, FM1-57-1-2, FM1R-19-2-4, FM2-12-1-1 dan FM1-14-1-2 yang sama dengan kontrol Fatmawati dan Towuti (Tabel 18).
3. Intensitas Serangan Blas Daun dan Reaksi Ketahanan.
Intensitas serangan menunjukkan besarnya tingkat serangan penyakit pada populasi galur tertentu. Tingkat kerusakan semakin tinggi dengan semakin besarnya intensitas serangan. Tingkat kerusakan ditetapkan berdasarkan skala penyakit yang telah dibakukan oleh IRRI, demikian pula pengelompokkan galur tahan dan rentan (IRRI 1996). Reaksi “tahan” jika nilai intensitas serangan kurang dari atau sama dengan 10% dan jika intensitas serangan melebihi dari 10%, maka tanaman dikelompokkan sebagai kelompok “rentan”.
galur yang tahan, dengan intensitas serangan 3.62-7.83%
3-1-1 yang mempunyai intensitas serangan blas sama dengan Limboto (kontrol tahan). Tiga belas galur yang mempunyai intensitas serangan blas tinggi yaitu 16.18% sampai 66.80%, galur-galur tersebut adalah FM1-25-1-1, FM1R-23-1-1, FM1R-32-FM1R-23-1-1, FG1R-108-FM1R-23-1-1, FAT-4-1-2, FM1-14-FM1R-23-1-1, FM1R-19-2-4, FG1-66-2-1, FM1-14-1-2, FM1-57-1-2, FM2-12-1-1, FM1-25-1-2, FG1R-51-2-1 yang mempunyai intensitas seragan sama dengan kontrol rentan yaitu Fatmawati dan Towuti (Tabel 18).
Skala dan Intensitas Serangan Blas Leher Malai
Gejala awal penyakit blas leher malai sangat mirip dengan gejala blas daun, berupa bercak coklat keabu-abuan di sekitar leher malai. Bercak tersebut terus berkembang menjadi lebih besar, mengelilingi leher malai akhirnya busuk dan malai menjadi kering dan patah. Adanya bercak blas pada leher malai menyebabkan terganggunya pengangkutan fotosintat ke malai, akibatnya gabah
g tahan yaitu FAT-4-1-2 (2.3%), satu galur moderat tahan
yaitu FG2-47-1-3 (5.5%), empat galur m u FM1-25-1-1,
FG1R-108-1-1, FM2- %, 18.4% dan
13.2%)
ah Fulan Telo Gawa,
ter (Falconer dan Mackay 1996).
Nilai pendug abel 20.
Nilai k
pit, sedangkan karakter yang mempunyai nilai KKG yang cukup tinggi Berdasarkan intensitas serangan blas leher malai, dari 15 galur yang diuji terdapat 1 galur yan
oderat rentan yait
12-1-1 dan FM1-25-1-2 berturut-turut (16.8%, 23.47
serta 9 galur lainnya adalah rentan terhadap blas leher malai (Tabel 18). Pada percobaan ini ada 5 varietas yang digunakan sebagai kontrol dan yang digunakan sebagai kontrol tahan Limboto (0.0%) hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yaitu Bakhtiar (2007); Surdi et al. (2002) bahwa varietas Limboto
tahan untuk beberapa ras blas baik di lapangan maupun uji isolat di rumah kaca. Empat varietas kontrol lainnya yang tahan dalam percobaan ini adal
Fulan Telo Mihat, Batutegi dan BP360E-MR-79-2. Dua varietas yang rentan yaitu Fatmawati dan Towuti (35 dan 93.2%).
Pendugaan Komponen Ragam dan Heritabilitas
Pendugaan komponen ragam dan heritabilitas dilakukan untuk mengetahui proporsi keragaman yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Heritabilitas sangat menentukan keberhasilan seleksi untuk lingkungan yang sesuai, karena heritabilitas dapat memberikan gambaran suatu sifat dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan. Heritabilitas yang tinggi menunjukkan secara relatif pentingnya pengaruh genetik yang dapat dipindahkan dari tetua kepada keturunannya yang sekaligus berguna untuk menentukan metode seleksi yang paling bermanfaat untuk memperbaiki suatu karak
aan parameter genetik tanaman ditampilkan pada T
oefisien keragaman genetik (KKG) berkisar antara 8.4-15.0 %, nilai KKG absolut adalah 15.0 % sama dengan nilai KKG relatif 100 %. Nilai KKG absolut tersebut dapat dibagi menjadi empat yaitu rendah (0.0 < x 3.75%), agak rendah
(3.75 < x 7.5%), agak tinggi (7.5 < x <11.25%) dan tinggi (11.25 < x ≤ 15%).
Berdasarkan kriteria KKG absolut maka, karakter intensitas serangan blas daun mempunyai nilai KKG yang agak tinggi, sementara intensitas serangan blas leher malai mempunyai nilai KKG yang tinggi (Tabel 23). Karakter yang mempunyai nilai KKG yang rendah merupakan karakter yang variabilitas genetik yang sem
dan tin
Tabel 2
ggi mempunyai variabilitas genetiknya luas. Dengan demikian karakter
intensitas serangan blas daun (leaf blast) dan blas leher malai (neck blast)
mempunyai variabilitas genetik yang luas sehingga perbaikan genetik terhadap ketahanan terhadap blas masih bisa dilakukan.
0. Nilai komponen ragam, heritabilitas dan koefisien keragaman genetik intensitas serangan blas galur-galur harapan padi gogo tipe baru di daerah endemik blas
Karakater σ2
g σ2
p σ2
e h2bs(%) KKG(%)
Intensitas serangan blas daun 3.4 3.9 0.5 88.2 8.4
Intensitas serangan blas leher malai 12.4 14.6 2.2 85.0 15.0
Nilai dugaan heritabilitas arti luas yang diamati pada populasi galur-galur yang diuji untuk blas daun sebesar 88.2 % dan blas leher malai 85.0 %. Suatu karakter dikatakan mempunyai heritabilitas tinggi, jika nilai heritabilitas arti luas lebih dari 50 % (Stanfield 1983). Dengan demikian blas daun dan blas leher mempunyai heritabilitas tinggi. Tingginya nilai heritabilitas menunjukkan
yang diuji
besarnya pengaruh genetik yang dapat dipindahkan dari galur-galur dan varietas pada turunannya.