• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Tomat

Krim ekstrak tomat yang dihasilkan diamati secara organoleptis, meliputi warna, bau, dan homogenitas. Pengamatan organoleptis ini penting terkait

20 25 30 35 40 0 2 4 6 8 10 12 U k u ra n d ro p le t ( μ m ) Jumlah PEG 6000 (g)

Pengaruh PEG 6000 terhadap Ukuran

Droplet Krim

acceptability dari krim itu sendiri. Hasil pengamatan uji organoleptis krim ekstrak tomat dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Data uji organoleptis krim ekstrak tomat

Kriteria F1 Fa Fb Fab

Warna Putih-oranye Putih-oranye Putih-oranye Putih-oranye Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen

Berdasarkan tabel V, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan krim ekstrak tomat yang dihasilkan memiliki warna putih-oranye, tidak berbau, dan homogen. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya partikel kasar yang terlihat secara kasat mata pada krim maupun terasa saat dioleskan pada kulit. Dari hasil tersebut, diharapkan krim ekstrak tomat yang dibuat dapat memenuhi aspek acceptability.

2. Uji tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi dilakukan untuk mengetahui apakah emulsi yang terbentuk pada krim ekstrak tomat merupakan tipe air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A). Pada penelitian ini, diharapkan krim ekstrak tomat dengan tipe M/A, karena krim tipe ini mudah dicuci serta nyaman saat digunakan. Hasil pengujian tipe emulsi krim ekstrak tomat dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Data uji tipe emulsi krim ekstrak tomat

Formula Tipe emulsi

F1 M/A

Fa M/A

Fb M/A

Fab M/A

Berdasarkan tabel VI, dapat dilihat bahwa krim ekstrak tomat yang dihasilkan memiliki tipe emulsi M/A untuk tiap formulanya. Data tersebut diperoleh dari kenampakan gambar mikroskopik pengujian tipe emulsi dengan penambahan

Pada lampiran 11.4, terlihat bahwa semua formula krim ekstrak tomat memiliki tipe emulsi M/A. Hal tersebut ditunjukkan dengan warna biru pada fase luar. Methylene blue yang larut dalam air akan terlarut pada fase luar yang merupakan air sehingga memberikan warna biru pada hampir keseluruhan kenampakan gambar mikroskopik. Droplet-droplet yang terbentuk terlihat tidak berwarna biru sebagaimana warna biru pada fase luar. Hal ini dikarenakan fase yang ada di dalam droplet merupakan fase minyak sehingga methylene blue tidak akan terlarut di dalamnya.

3. Uji pH

Hasil uji pH dari sediaan krim ekstrak tomat menggunakan indikator kertas pH universal dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. pH krim esktrak tomat setelah 48 jam

Formula 48 jam (pH)

F1 6 ±0

Fa 6 ±0

Fb 6 ±0

Fab 6 ±0

Hasil pada tabel VII menunjukkan pengamatan pH pada setiap formula relatif sama, yaitu pH 6. Kulit memiliki rentang pH antara 5 dan 6,5. Dijelaskan pula bahwa pH sediaan tidak hanya mempengaruhi solubilitas dan stabilitas obat dalam sediaan, tetapi dapat juga berpotensi menimbulkan iritasi, sehingga sediaan ini harus diformulasikan pada rentang pH tersebut (Heather dan Adam, 2012). Pada pH 6, sediaan diharapkan tidak mengiritasi dan dapat digunakan pada kulit manusia dengan nyaman.

4. Uji daya sebar

Daya sebar merupakan karakteristik yang penting dari bentuk sediaan topikal dan bertanggungjawab terhadap penghantaran obat ke tempat aksi, kemudahan penggunaan, ekstrudabilitas dari kemasan dan yang paling penting, penerimaan oleh pasien (Garg dkk, 2002). Oleh karena itu, daya sebar menjadi salah satu sifat fisis yang penting untuk diuji. Hasil dari uji daya sebar krim ekstrak tomat pada 48 jam setelah pembuatan dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Daya sebar (x ± SD) krim esktrak tomat setelah 48 jam

Formula 48 jam (cm)

F1 5,53 ±0,42

Fa 3,43 ±0,97

Fb 3,93 ±0,21

Fab 5,23 ±0,25

Berdasarkan tabel VIII, dapat dilihat bahwa krim ekstrak tomat menghasilkan respon daya sebar yang berbeda-beda tiap formula. Daya sebar tertinggi dimiliki oleh formula 1 (F1) dan daya sebar terendah dimiliki formula a (Fa). Krim diharapkan memiliki rentang daya sebar 5-7 cm (Garg dkk, 2002). Dengan demikian, hanya formula 1 (F1) dan formula ab (Fab) yang dapat dikatakan memenuhi rentang daya sebar yang diharapkan. Sedangkan, formula a (Fa) dan formula b (Fb) tidak memenuhi kriteria daya sebar.

5. Uji viskositas

Sebagian besar sediaan semi solid yang diaplikasikan untuk kulit, viskositas biasanya digunakan untuk melihat sifat alir, karena viskositas dari suatu produk dapat mengindikasikan perubahan stabilitas fisik dari produk tersebut (Heather dan Adam, 2012).

Pengamatan viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim. Hal ini dimaksudkan agar krim sudah membentuk sistem yang stabil, yakni tidak terpengaruh oleh suhu maupun pengadukan saat pembuatan. Pengukuran viskositas juga dilakukan kembali setelah 28 hari penyimpanan dan pada setiap minggunya untuk melihat profil viskositas dan pergeseran viskositasnya. Hasil pengamatan viskositas krim ekstrak tomat setiap minggu dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Viskositas (x ± SD) krim esktrak tomat pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari setelah pembuatan

Formula 48 jam (d.Pa.s) 7 hari (d.Pa.s) 14 hari (d.Pa.s) 21 hari (d.Pa.s) 28 hari (d.Pa.s) F1 105,0 ±15,0 105,0 ±5,0 100,0 ±10,0 78,3 ±10,4 75,0 ±5,0 Fa 135,0 ±30,0 140,0 ±31,2 136,7 ±15,3 150,0 ±10,0 138,3 ±12,6 Fb 125,0 ±22,9 128,3 ±18,9 111,7 ±7,6 108,3 ±10,4 96,7 ±15,3 Fab 195,0 ±15,3 183,3 ±10,4 175,0 ±5,0 178,3 ±7,6 158,3 ±7,6 Grafik viskositas krim tiap formula yang diukur setiap minggu untuk melihat pergeseran viskositasnya dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Grafik viskositas krim tiap minggu 0 50 100 150 200 250 0 1 2 3 4 5 V is k o si ta s (d .P a .s )

Lama penyimpanan (minggu)

Grafik Perubahan Viskositas

F1

Fa

Fb

Pada gambar 11, terlihat bahwa viskositas tiap formula memiliki kecenderungan untuk menurun hingga lama penyimpanan 28 hari. Hal ini membuktikan bahwa terjadi pergeseran viskositas dari masing-masing formula. Hasil pengamatan viskositas pada 48 jam dibandingkan dengan viskositas pada 28 hari penyimpanan kemudian dihitung persen pergeseran viskositas masing- masing formula . Hasil dapat dilihat pada tabel X. Instabilitas dari sediaan krim dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu tempat penyimpanan.

Tabel X. % Pergeseran viskositas (x ± SD) krim ekstrak tomat Formula Viskositas setelah 48

jam penyimpanan (d.Pa.s) Viskositas setelah 28 hari penyimpanan (d.Pa.s) % Pergeseran viskositas F1 105,0 ±15,0 75,0 ±5,0 28,6 Fa 135,0 ±30,0 138,3 ±12,6 2,5 Fb 125,0 ±22,9 96,7 ±15,3 22,7 Fab 195,0 ±15,0 158,3 ±7,6 18,8

Berdasarkan tabel X, masing-masing formula memang mengalami pergeseran viskositas yang berbeda-beda besarnya. Pergeseran viskositas yang terjadi pada formula 1 (F1), formula b (Fb), dan formula ab (Fab) tergolong cukup besar. Hal ini menandakan bahwa formula modifikasi yang dilakukan oleh peneliti kurang reprodusibel dikarenakan faktor-faktor pengacau tak terkendali. Beberapa contoh faktor pengacau tak terkendali tersebut adalah proses saponifikasi asam stearat oleh alkali, perubahan suhu maupun kelembaban ruangan tempat menyimpan krim ekstrak tomat.

6. Uji ukuran droplet

Pengamatan ukuran droplet dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim. Hal ini dimaksudkan agar krim sudah membentuk sistem yang stabil, yakni tidak

terpengaruh oleh suhu maupun pengadukan saat pembuatan. Pengukuran ukuran droplet juga dilakukan kembali setelah 28 hari penyimpanan dan pada setiap minggunya untuk melihat profil ukuran droplet dan pertumbuhan ukuran dropletnya. Ukuran droplet dari suatu krim konvensional biasanya berkisar antara

10-100 μm (Gupta dan Garg, 2002). Hasil pengamatan ukuran droplet krim

ekstrak tomat setiap minggu dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Ukuran droplet (x ± SD) krim esktrak tomat pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari setelah pembuatan

Formula 48 jam

(μm) 7 hari (μm) 14 hari (μm) 21 hari (μm) 28 hari (μm) F1 40,40 ±1,15 35,43 ±2,25 36,78 ±1,50 36,12 ±0,40 39,00 ±1,37 Fa 26,77 ±0,26 26,56 ±0,68 26,80 ±1,86 30,28 ±0,25 31,57 ±2,19 Fb 28,73 ±1,75 32,57 ±0,33 33,82 ±2,21 36,84 ±1,70 38,65 ±1,49 Fab 26,27 ±4,53 24,74 ±4,70 27,60 ±5,31 27,53 ±3,75 28,19 ±3,01 Grafik ukuran droplet krim tiap formula yang diukur setiap minggu untuk melihat pertumbuhan ukuran dropletnya dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Grafik ukuran droplet krim tiap minggu

Pada gambar 12, terlihat bahwa ukuran droplet tiap formula memiliki kecenderungan untuk bertambah besar hingga lama penyimpanan 28 hari. Hal ini

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 1 2 3 4 5 U k u ra n d ro p le t ( μ m )

Lama penyimpanan (minggu)

Grafik Perubahan Ukuran Droplet

F1

Fa

Fb

membuktikan bahwa terjadi pertumbuhan ukuran droplet dari masing-masing formula. Hasil pengamatan ukuran droplet pada 48 jam dibandingkan dengan ukuran droplet pada 28 hari penyimpanan kemudian dihitung persen pertumbuhan ukuran droplet masing-masing formula. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel XII.

Tabel XII. % Pertumbuhan ukuran droplet (x ± SD) krim ekstrak tomat Formula Ukuran droplet

setelah 48 jam penyimpanan (µm) Ukuran droplet setelah 28 hari penyimpanan (µm) % Pertumbuhan ukuran droplet F1 40,40 ±1,15 39,00 ±1,37 3,46 Fa 26,77 ±0,26 31,57 ±2,19 17,91 Fb 28,73 ±1,75 38,65 ±1,49 34,54 Fab 26,27 ±4,53 28,19 ±3,01 7,29

Berdasarkan tabel XII, masing-masing formula memang mengalami pertumbuhan ukuran droplet yang berbeda-beda besarnya. Pertumbuhan ukuran droplet sendiri dapat terjadi akibat adanya suatu fenomena yang dinamakan koalesensi. Emulsi merupakan suatu sistem yang kurang stabil secara termodinamis. Sistem akan mencari kestabilan dengan cara mengurangi luas permukaan dengan cara penggabungan droplet-droplet membentuk droplet yang lebih besar (Voorhees, 1985). Koalesensi adalah peristiwa penggabungan droplet-droplet menjadi suatu droplet yang berukuran lebih besar karena kurang kuatnya lapisan surfaktan (Gennaro, 2000).

Pada penelitian ini digunakan metode Mean Droplet Diameter (MDD), yaitu pengukuran ukuran droplet dengan cara menghitung rata-rata dari diameter 500 droplet yang diamati. Namun dari penelitian ini ternyata diketahui bahwa metode ini kurang sensitif jika digunakan untuk mengukur ukuran droplet yang memiliki distribusi ukuran beragam. Metode ini kurang dapat menggambarkan

keadaan sebenarnya dari ukuran droplet yang ada pada krim ekstrak tomat. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya digunakan metode pengukuran ukuran droplet yang lebih representatif, antara lain adalah persentil 90.

E. Efek Penambahan Tween 80 dan PEG 6000 serta Interaksinya dalam

Dokumen terkait