• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

E. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004).

Prosedur validasi metode analisis digunakan untuk membuktikan bahwa

metode analisis tersebut dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan

kecermatan dan ketelitian yang memadai. Metode analisis instrumen merupakan

metode yang terpilih dan memadai untuk mengantisipasi persoalan analisis yaitu

sangat kecilnya kadar senyawa yang dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995).

Metode uji yang berbeda membutuhkan validasi yang berbeda. Kategori

metode pengujian dengan validasi metode yang diperlukan adalah sebagai berikut,

seperti yang juga dicantumkan dalam Tabel III (United States Pharmacopeial

Tabel III. Elemen Data yang Dibutuhkan untuk Validasi Metode Analisis Karakteristik analisis Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV Kuantitatif Batas Tes

Ketepatan Ya Ya * * Tidak

Ketelitian Ya Ya Tidak Ya Tidak

Spesifitas Ya Ya Ya * Ya

Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak Batas Kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak

Rentang Ya Ya * * Tidak

Keterangan : * tergantung dari masing-masing uji

1. Kategori I: metode analitik yang digunakan untuk penetapan kadar komponen

utama dalam bahan baku atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam produk

akhir sediaan farmasi;

2. Kategori II: metode analitik yang digunakan untuk penetapan ketidakmurnian

dalam bahan baku atau bahan aktif atau hasil degradasi senyawa dalam produk

akhir sediaan farmasi;

3. Kategori III: metode analitik yang digunakan untuk penetapan karakteristik

penampilan obat (misalnya disolusi, pelepasan obat);

4. Kategori IV: metode analitik yang digunakan untuk uji identifikasi (United

States Pharmacopeial Convention, 2005).

Beberapa parameter yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode

analisis meliputi antara lain selektivitas/spesifisitas, ketepatan, ketelitian,

linearitas, rentang, batas deteksi, batas kuantitasi, ketangguhan metode dan

kekuatan (Harmita, 2004).

Selektivitas suatu metode analisis adalah kemampuan untuk

mengukur analit secara cermat dan seksama dengan adanya komponen yang

mungkin ada dalam matrik sampel (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

Selektivitas sering dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan metode

terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran,

produk degradasi, senyawa sejenis, dan senyawa asing lain (Harmita, 2004).

Gambar 6. Simulasi pemisahan peak

Gambar 7 merupakan suatu simulasi pemisahan puncak kromatografi

antara dua kurva Gaussian identik, yang terpisah secara perlahan-lahan. Dapat

dilihat bahwa nilai resolution factor (R) akan sesuai dengan diagram. Dimana

nilai R = 0,75 kedua puncak masih berhimpit sekitar 65%, pada R = 1, kedua

puncak masih berhimpit sekitar 27%, dan pada R=1,5 kedua puncak dapat

dianggap telah akan mencapaibaselinedimana kedua puncak hanya berhimpit

sekitar 2% (Rouessac and Rouessac, 2007).

Selektivitas pada metode kromatografi ditunjukkan melalui nilai

resolusi (daya pisah) antara analit yang dituju dengan pengganggu lainya

resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua puncak dengan ukuran yang

sama (Pecsok, Shield, Cairns and McWilliam, 1976).

2. Ketepatan (accuracy)

Ketepatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Biasanya dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita,

2004). Akurasi biasanya didemostrasikan dengan menambahkan sejumlah

tertentu analit yang diketahui kedalam matriks sampel dan ditentukan hasil

terukurnya menggunakan prosedur analisis yang dilakukan (The British

Pharmacopoeia Commission, 2011).

Kriteria penerimaan akurasi ditentukan berdasarkan kadar analit,

dinyatakan dalam persen (%) perolehan kembali, seperti yang tertera pada

tabel IV:

Tabel IV. Kriteria Penerimaan Akurasi pada Konsentrasi Analit yang Berbeda

Kadar Analit (%) Analyte Ratio Unit Mean Recovery (%) 100 1 100 % 98 102 10 101 10 % 98 102 1 102 1 % 97 103 0,1 103 0,1 % 95 105 0,01 104 100 ppm 90 107 0,001 105 10 ppm 80 110 0,0001 106 1 ppm 80 110 0,00001 107 100 ppb 80 110 0,000001 108 10 ppb 60 115 0,0000001 109 1 ppb 40 -120

3. Ketelitian (precision)

Pesisi atau keseksamaan asalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil

individual dari rata-rata jika prosedur ditetapkan secara berulang pada sampel-

sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004).

Presisi biasanya dinyatakan dalam coefficient of variation (CV).

Suatu metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki

CV < 2 % tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang

diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium (Harmita, 2004).

Ketelitian adalah derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang

diperoleh dari pengambilan sampel yang berulang suatu sampel yang

homogen dengan menggunakan suatu metode analisis. Presisi umumnya

dinyatakan dengan coefficient of variation (CV) atau standar deviasi relatif

(RSD), seperti yang tertera pada tabel V (United States Pharmacopeial

Convention, 2005):

Tabel V. Kriteria Penerimaan Presisi pada Konsentrasi Analit yang Berbeda

Kadar Analit (%) Analyte Ratio Unit CV (%)

100 1 100 % 1,3 10 101 10 % 1,8 1 102 1 % 2,7 0,1 103 0,1 % 3,7 0,01 104 100 ppm 5,3 0,001 105 10 ppm 7,3 0,0001 106 1 ppm 11 0,00001 107 100 ppb 15 0,000001 108 10 ppb 21 0,0000001 109 1 ppb 30

4. Linearitas (linearity)

Linearitas merupakan kemampuan metode untuk memberikan respon

yang proporsional terhadap konsentrasi analit di dalam sampel (Snyder et al.,

1997).

Penggambaran linearitas secara visual biasanya dilakukan dengan

memplotkan signal yang muncul sebagai fungsi dari konsentrasi analit. Apabila

terdapat hubungan yang linier, hasil uji harus dievaluasi dengan bantuan

metode statistik, misalnya dengan perhitungan garis regresi (The British

Pharmacopoeia Commission, 2011).

Regresi liner merupakan suatu metode statistik untuk mengevaluasi

bagaimana pengaruh satu atau lebih variabel bebas (predictor) pada satu

continuous dependent variable(respon) melalui suatu hubungan linear. Regresi

linier melibatkan suatu garis lurus atau fungsi linier. Garis ini merupakan

estimasi dari data sampel. Analisis dengan regresi linier dilakukan dengan

menggambarkan garis yang tepat diantara titik-titik data. Dari sini kemudian

akan diketahui kemiringan garis dan nilai dari y-interceptnya yang kemudian

dapat digunakan untuk perhitungan, dirumuskan dengan y=Bx+A. Dimana y

adalah variabel tergantung, B adalah nilai slope (kemiringan) garis, x adalah

variabel bebas dan A adalah y-intercept (De Muth, 1999). Hubungan antara

garis linear dengan regresi linear disebut sebagai koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi menggambarkan kedekatan titik dengan garis linear,

semakin dekat titik dengan garis berarti semakin dekat hubungan korelasinya.

Muth, 1999). Suatu metode memiliki linearitas yang baik jika nilai koefisien

determinasi (r2) 0,997 (Chan, 2004).

Menurut De Muth (1999) linearitas ditunjukkan dengan nilai

koefisien determinasi (r2) dan koefisien korelasi (r) yang didapat dari

perhitungan regresi linear. Dimana koefisien determinasi (r2) menunjukkan

hubungan antara garis linear dengan respon dan koefisien korelasi (r)

menunjukkan hubungan antara konsentrasi dan respon pengukuran. Semakin

dekat nilai respon dengan garis linear, semakin linear data tersebut dan

semakin kuat hubungan korelasinya. Suatu metode dikatakan memiliki

linearitas yang baik apabila memiliki nilai r2 0,997 (Chan, 2004).

5. Rentang (range)

Rentang dalam suatu metode analisis merupakan interval antara

konsentrasi analit tertinggi dan konsentrasi analit terendah yang memenuhi

persyaratan linearitas, akurasi, dan presisi. Dalam suatu assay biasanya

menggunakan rentang tidak kurang dari 80%-120% dari konsentrasi sampel

dan untuk penetapan keseragaman kadar biasanya digunakan rentang tidak

kurang dari 70%-130% (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).

6. Batas deteksi (Limit of Detection)

Batas deteksi merupakan parameter uji batas yang diartikan sebagai

jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih

memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko (Harmita,

7. Batas kuantifikasi (Limit of Quantification)

Batas kuantifikasi (LOQ) merupakan parameter dari suatu

quantitative assay untuk level rendah dari komponen didalam sampel,

biasanya digunakan untuk penentuan impurities dan/atau produk yang telah

terdegradasi. LOQ diartikan sebagai batas terendah dari jumlah analit dalam

sampel yang masih dapat ditentukan secara kuantitatif dan memberikan

akurasi dan presisi yang baik. (The British Pharmacopoeia Commission,

2011). Menurut Harmita (2004), Batas kuantitasi merupakan parameter pada

analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel

yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

8. Ketangguhan metode

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang

diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal,

seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang

berbeda, dll. Ruggednessbiasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh

perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji (Harmita, 2004).

9. Kekuatan (robustness)

Robustness suatu prosedur analisis adalah ukuran kapasitas untuk

tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil tapi disengaja dalam parameter

metode dan memberikan indikasi keandalannya selama penggunaan normal.

Biasanya ditunjukkan dengan melakukan perubahan kecil yang disengaja

membandingkan hasilnya dengan yang diperoleh menggunakan metode yang

sesuai prosedur (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan

metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik

dan efek presisi dan akurasi. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis

yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau diubah. Faktor orisinal ini

dapat diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Perubahan nilai faktor-faktor ini

dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c. Lakukan analisis pada kondisi yang

telah disebutkan pada pemeriksaan ketangguhan (Harmita, 2004).

Dokumen terkait