BAB I PENDAHULUAN
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran
1. Variabel locus of control
Locus of control merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan diri individu atas penentu hidupnya. Dimensi locus of control meliputi locus of control internal dan locus of control eksternal. Dimensi locus of control didasarkan pendapat dari Rotter yang terdiri dari status-recognition, dominance, independence, protection-dependency, love and affection, dan physical comfort. Berikut disajikan tabel operasionalnya (lampiran 1):
Tabel 3.1
Tabel Operasional Variabel Locus of Control
Dimensi Indikator No. Item
1. Status-recognition (pengakuan
status).
a. Kebutuhan untuk dihargai. b. Ingin dianggap kompeten. c. Kesuksesan dalam berkarya.
4,5,10,14 , 23 2. Dominance
(dominasi).
a. Kebutuhan untuk mengontrol aktivitas orang lain.
b. Kebutuhan untuk berkuasa.
3,12,17, 22,24 3. Independence (ketidaktergantung an). a. Keyakinan diri. b. Tergantung pada diri
sendiri/usaha sendiri. 8,9,11, 13,15,18, 21,25,28 4. Protection- dependency (perlindungan- ketergantungan).
a. Penghindaran terhadap frustasi dengan mencari perlindungan dan keamanan
b. Ketergantungan pada orang lain.
1,2,6,7, 19,29
5. Love and affection (cinta dan kasih
a. Kebutuhan untuk dicintai orang lain
sayang). b. Kehangatan, perhatian, cinta dan kasih sayang.
6. Physical comfot (kenyamanan fisik).
a. Kebutuhan akan kepuasan fisik (menghindari sakit, mencari kesenangan jasmani).
27
Pengukuran locus of control yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari instrumen yang pernah digunakan Indriantoro (1993) yang bersumber pada penelitian Rotter (1966). Pada penelitian ini, item pertanyaan yang mengukur locus of control terdiri dari 29 pertanyaan. Instrumen dibuat dalam bentuk format pilihan, yaitu pernyataan internal berpasangan dengan pernyataan eksternal. Nilai atau skor nol (0) diberikan untuk pernyataan eksternal yang dipilih, dan skor satu (1) untuk pernyataan internal yang dipilih. Jika total skor locus of control responden tinggi, maka responden tersebut cenderung memiliki internal locus of control, dan sebaliknya jika skor total locus of control resonden rendah, maka responden tersebut cenderung memiliki eksternal locus of control. Pengukuran locus of control pada penelitian didasarkan pada skala nominal. Skor 1= locus of control internal, sedangkan skor 0= locus of control eksternal.
2. Variabel kultur keluarga
Kultur keluarga adalah suatu nilai-nilai yang dimiliki suatu masyarakat/keluarga yang merupakan hasil kajian/pengalaman yang berlangsung turun temurun. nilai- nilai tersebut terlihat dari adanya pola pikir, sikap, rasa ataupun reaksi atas sesuatu yang terjadi. Kultur keluarga mempunyai beberapa dimensi, yaitu: power distance, collectivism vs
individualism, femininity vs masculinity dan uncertainty avoidance. Masing- masing dimensi dijabarkan dalam bentuk indikator. Selanjutnya setiap indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Berikut ini disajikan tabel operasionalnya (lampiran 1):
Tabel 3.2
Tabel Operasional Variabel Kultur Keluarga
N o
Dimensi Indikator No.
Item
1 Power
distance
a. Ketaatan pada norma dalam keluarga. b. Penghormatan pada orang tua dan
orang yang lebih tua sebagai dasar kebaikan.
c. Otoritas orang tua berpengaruh terus- menerus sepanjang hidup.
d. Ketergantungan. 1 2 3 4 2 Collectivism vs individualism
a. Demokrasi dalam keluarga.
b. Kesetiaan kepada kelompok adalah sumber daya bersama.
c. Mampu mengelola keuangan d. Upacara keagamaan tidak boleh
dilupakan.
e. Keluarga menjadi tempat bersatunya keluarga.
f. Perasaan bersalah jika melanggar peraturan. 5 6 7 8 9 10,11 3 Femininity vs masculinity
a. Relasi orang tua dan anak ada jarak. b. Perbedaan peran orang tua.
c. Peran wanita lebih rendah dari pria. d. Belajar bersama menjadi rendah hati.
12 13 14 15 4 Uncertainty avoidance
a. Toleransi terhadap situasi yang tidak pasti dan mempunyai inisiatif. b. Keluarga menjadi tempat belajar. c. Kepemilikan aturan.
16 17 18
Pengukuran variabel kultur keluarga didasarkan pada indikator- indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang ditanyakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju
(SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju (STS) =1
3. Variabel Kultur Sekolah
Kultur sekolah adalah suatu nilai yang dianut oleh sekolah yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kualitas kehidupan sekolah. Kultur sekolah mempunyai beberapa dimensi, yaitu: power distance, collectivism vs individualism, femininity vs masculinity dan uncertainty avoidance. Masing- masing dimensi dijabarkan dalam bentuk indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Berikut ini disajikan tabel operasionalnya(lampiran 1):
Tabel 3.3
Tabel Operasional Variabel Kultur Sekolah
No Demensi Indikator No. Item
1 Power
distance
a. Perlakuan guru terhadap proses pembelajaran
b. Proses pembelajaran terpusat pada siswa
c. Kesempatan bertanya
d. Kebebasan menyampaikan kritik e. Komunikasi dua arah (di kelas) f. Peran orang tua di sekolah g. Aturan dan norma di sekolah h. Pengembangan kemampuan dan
bakat
i. Orang tua diuntungkan dengan proses pembelajaran sekolah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 Collectivism vs individualism a. Kebebasan mengungkapkan pendapat
b. Penyelesaian tugas dari guru c. Tingkat peerimaan diri oleh orang
lain
d. Sikap positif dalam mengerjakan tugas e. Tujuan berprestasi. 10 11 12 13 14
3 Femininity Vs Masculinity
a. Suasana kompetisi kelas b. Berorientasi pada prestasi c. Tujuan berprestasi. 15 16 17 4 Uncertainty avoidance
a. Tingkat penerimaan siswa dengan kekurangan guru
b. Kejelasan guru dalam menerangkan
c. Kedekatan hubungan antara guru, siswa dan orang tua.
18 19 20
Pengukuran variabel kultur sekolah didasarkan pada indikator- indikatornya. Masing-masing indikatornya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju (SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju (STS) =1
4. Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain. Dimensi kecerdasan emosional meliputi: 1) kesadaran diri, 2) pengaturan diri, 3) motivasi, 4) empati, dan 5) keterampilan sosial. Masing- masing dimensi dibagi menjadi beberapa indikator. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasinya (lampiran 1):
Tabel 3.4
Tabel Operasional Variabel Kecerdasan Emosional
No. Item
No Dimensi Indikator
Positif Negatif 1. Kesadaran
diri
a. Pengenalan emosi diri. b. Mampu mengetahui kekuatan
diri.
c. Mampu mengetahui keterbatasan diri. d. Yakin pada kemampuan
sendiri dan adanya harga diri.
1 3 4 5,6 2 2. Pengaturan diri
a. Pengelolaan emosi dan dorongan negatif.
b. Menjunjung tinggi norma kejujuran dan integritas. c. Pertanggungjawaban atas
kinerja pribadi.
d. Mampu menesuaikan diri terhadap perubahan.
e. Penerimaan terhadap ide-ide serta informasi baru.
7 8 9 11
12 10 3. Motivasi a. Mampu mendorong diri
sendiri untuk menjadi lebih baik.
b. Penyesuaian diri dengan suasana kelompok/organisasi. c. Persiapan dalam
memanfaatkan kesempatan. d. Kegigihan dalam perjuangan
walaupun terjadi kegagalan dan hambatan.
13
14 15 16
4. Empati a. Paham pada perasaan orang lain.
b. Tanggap terhadap kebutuhan orang lain.
c. Pengertian pada perasaan orang lain.
d. Kesiapsediaan melayani. e. Mampu menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan orang lain.
17 18 19 20 21 5. Keterampilan sosial
a. Mampu untuk melakukan persuasi.
b. Pengiriman pesan yang jelas dan meyakinkan.
22 23
c. Mampu membangkitkan inspirasi, memandu kelompok dan orang lain.
d. Mampu malakukan
perubahan dan mengelolanya. e. Mampu melakukan negosiasi
dan pemecahan silang pendapat.
f. Mampu menciptakan sinergi dalam kelompok untuk mencapai tujuan.
g. Mampu bekerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h. Mampu menumbuhkan hubungan sebagai alat.
24 25 26 27 28,29 30
Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan pada indikator- indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam empat skala Likert, yaitu sangat setuju (SS)=4; setuju (S)=3; tidak setuju (TS)=2; dan sangat tidak setuju (STS)=1.
5. Variabel prestasi belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, biasanya dilakukan dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi- informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk raport yang diterima siswa pada akhir semester. Pada penelitian ini penulis
mengumpulkan data dengan cara membuat rata- rata nilai raport masing- masing siswa dari kelas 1 dan 2 yang didapat dari sekolah.