• Tidak ada hasil yang ditemukan

VERIFIKASI DAN VALIDASI

Dalam dokumen Dynamics System Modeling for Rice Stock (Halaman 114-123)

Verifikasi

Verifikasi model dilakukan dengan cara meqjalankan sub model satu per satu lalu dibandingkan hasilnya dengan hasil perhitungan manual, untuk memeriksa kebenaran hubungan kausal dan logika perhitungan. Sebagai contol di dalam sub model petani terdapat rumus perhitungan produksi padi yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 38. Model dinamis perhitungan produksi petani

luas panen per bulan

gkg tersedia after loss

prod gkg ptn per bln

gabah ptn ke pengumpul

gabah ptn ke penggiling

stok gkg ptn per bln

sisa gkg unt konsumsi petani faktor konversi gabah beras

prod netto beras nasional per bln

stok setara beras petani per bln gabah keluar dr petani prod per ha

tot al los s luas panen 2009

~

persen panen per bulan

95

Data yang dimasukkan adalah pola panen dan luas panen per bulan serta parameter produktivitas per hektar (ton gabah per hektar). Produksi gabah petani per bulan untuk tahun 2011 dihitung secara manual lalu hasilnya dibandingkan dengan hasil keluaran model. Hasil keluaran model terbukti tidak menyimpang dari hasil perhitungan manual.

Hasil pemeriksaan per subsistem menunjukkan bahwa setiap sub model telah menunjukkan hasil simulasi yang sesuai dengan hasil perhitungan untuk hal yang sama secara manual.

Validasi Model

Hasil simulasi setiap sub model selanjutnya perlu disandingkan dengan data aktual perberasan di Indonesia yang tersedia pada tahun 2011, untuk membandingkan kesesuaian model dengan yang dimodelkan. Akan tetapi dalam hal ini data aktual untuk beberapa subsistem tidak tersedia, sehingga hanya beberapa model subsistem saja yang hasil simulasiny a dapat dibandingkan dengan data aktual.

Subsistem Petani

Menurut data BPS, pada tahun 2011 Indonesia berhasil memproduksi 64,39 juta ton GKG dan pada tahun 2010 produksinya meningkat menjadi 66,469 juta ton GKG dan pada tahun 2011 produksinya meningkat menjadi 65,385 juta Ton GKG. Hasil simulasi

menunjukkan bahwa produksi dalam negeri pada tahun 2011 mencapai 65,381 juta ton GKG. Sebagai sebuah prediksi, hasil simulasi ini menyimpang dari data aktual dengan penyimpangan cukup kecil yaitu sebesar 0,006 persen.

Penggilingan

Produksi gabah Indonesia tahun 2011, menurut BPS adalah 65,385 juta ton GKG. Apabila sekitar 2,5 persen gabah akan digunakan untuk benih dan 4,5 persen hilang dalam proses pasca panen maka hanya tersedia 60,80 juta ton GKG yang akan digiling untuk menghasilkan 38,15 juta ton beras (dengan rendemen 62,74%).

96

Untuk menggiling gabah tadi tersedia sekitar 110 ribu mesin penggilingan dari berbagai kapasitas. Apabila digabungkan dengan asumsi setiap mesin dioperasikan 5 jam/hari selama 20 hari saja per bulan dan hanya 8 bulan/tahun (setara dengan 800 jam/tahun) maka mesin-mesin tersebut akan mampu menghasilkan beras 54,74 juta ton/tahun. Artinya, setiap tahun mesin-mesin penggilingan yang tersedia mampu mengolah hampir dua kali produksi beras nasional. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan kapasitas giling sebesar 70 persen dari kapasitas penggilingan yang terpasang (Tabel 20).

Di dalam rantai tata niaga beras, penggilingan sangat berperanan pentrng untuk mengolah gabah menjadi beras yang bermutu. Sayangnya, meskipun dari segi kapasitas sangat berlebih, sebagian besar dari mesin-mesin penggilingan di Indonesia sudah berusia tua dan termasuk masih menggunakan teknologi sederhana (Waries, 2004).

97 Subsistem Bulog

Stok Bulog pada tahun 2011 berkisar antara 1,5 sampai 2 juta ton setiap bulannya. Sebagai contoh, posisi stok Bulog pada bulan November 2011 tercatat sebesar 1,8 juta ton. Menurut para pakar di bidang pertanian, stok ideal yang perlu dimiliki Bulog adalah satu juta ton setiap saat.

Tabel 22. Hasil simulasi tok di Bulog per bulan (2011)

bulan Stok (ton)

1 1.000.000,00 2 1.030.503,62 3 1.153.644,22 4 1.268.585,72 5 1.346.016,30 6 1.420.931,91 7 1.490.984,85 8 1.553.403,03 9 1.596.441,05 10 1.645.614,98 11 1.675.366,77 12 1.698.641,11

Hasil simulasi menunjukkan bahwa stok beras bulanan Bulog berkisar antara 1,0 juta ton sampai 1,7 juta ton beras per bulan. Angka ini mendekati keadaan nyata stok beras Bulog pada tahun yang sama.

Selain itu, pada tahun yang sama Bulog melakukan pengadaan dalam negeri sebanyak 3,70 juta ton setara beras. Angka ini setara dengan 9,17 persen dari total produksi dalam negeri. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengadaan DN selama tahun 2011 mencapai 3,63 juta ton. Angka ini meleset sebesar 1,8% dari data aktual untuk un yang sama.

98 Subsistem Importir

Pemerintah menetapkan tidak ada impor beras selama tahun 2011. Hal ini dilakukan mengingat produksi beras dalam negeri diperkirakan akan mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Idealnya, importir hanya akan mengimpor beras bila diprediksi akan terjadi defisit antara kebutuhan dengan produksi beras dalam negeri. Akan tetapi, karena adanya selisih harga yang cukup mencolok antara harga beras di luar negeri dengan di dalam negeri, dan rendahnya bea masuk yang ditetapkan oleh pemerintah RI, maka beras dari luar negeri tetap memasuki pasar Indonesi4 baik secara legal maupun tidak.

Tabel 23. Bulan defisit beras (hasil simulasi 2011)

Bulan Defisit (ton)

1 36.164,99 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 10 0 11 360.219,92 12 444.425,56

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan beras pada bulan-bulan defisit hanya terjadi pada bulan Januari, november dan desember. Total defisit untuk tiga bulan tersebut mencapai kurang lebih 840 ribu ton. Sementara itu produksi pada sembilan bulan lainnya jauh melampaui defisit tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa apabila sistem pemerataan persediaan beras diperbaiki maka beras impor tidak diperlukan.

99 Subsistem Stok Nasional

Sisa stok Bulog di akhir tahun 2011 diperkirakan akan mencapai sebesar 1,9 juta ton beras. Bila ditambah dengan cadangan beras di masyarakat (petani, pedagang, rumah tangga) sebesar 4,5 juta ton, maka cadangan total mencapai 6,4 juta ton. Angka cadangan di masyarakat sebesar 4,5 juta ton itu merupakan angka taksira4 dan tidak dapat diketahui rincian persediaan stok di masing-masing kelompok masyarakat pengguna beras. Model sistem dinamis ini dapat digunakan untuk memprediksi jumlah beras yang berada di setiap kelompok pengguna beras.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa stok yang berada di tangan masyarakat tidaklah terlalu banyak. Jumlahnya berkisar antara 120 ribu ton sampai 3,7 juta ton. Stok terbesar terjadi pada saat terjadi panen raya pada bulan Pebruari dan Maret.

Prediksi 10 tahun ke depan

Perpanjangan waktu simulasi sampai 10 tahun ke depan menunjukkan adanya plus minus produksi beras nasional. Secara total dalam 10 tahun ke depan ada kecenderungan produksi beras akan mencukupi kebutuhan dalam negeri, hanya saja pada bulan-bulan tertentu terjadi surplus sedangkan pada bulan-bulan yang lain terjadi defisit. Oleh karena itu, diperlukan stok pengaman setiap bulan dan pemeralaan persediaan ke setiap sentra konsumsi.

100

Gambar 39. Dinamika stok beras nasional (2010-2020)

Gambar 40. Produksi beras nasional dan kebutuhan beras bulanan (hasil simulasi 2010-2020)

Dua gambar di atas lebih lanjut memperlihatkan bahwa produksi beras nasional secara rata-rata selalu mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada tingkat kebutuhan beras nasional. Hal ini secara rata-rata menunjukkan adanya surplus ketersediaan beras yang nilainya cenderung meningkat untuk periode 10 tahun ke depan, dengan asumsi tingkat produktivitas lahan tidak semakin menurun. Apabila dalam kurun waktu 10 tahun ke depan dapat diupayakan penangarun pasca panen yang lebih baik (kehilangan pasca panen ditekan), pertambahan lahan sawah dan perbaikan produktivitas lahan maka tidak mustahil swasembada pangan (beras) akan dapat dicapai.

101 Implikasi Kebijakan

Situasi defisit yang terjadi pada tahun 2011 apabila berkelanjutan akan berdampak pada meningkatnya ketergantungan pada pangan impor, yang pada gilirannya melemahkan tingkat kepastian pangan dan ketahanan pangan nasional. Untuk menekan tingkat defisit

tersebut, perlu upaya-upaya yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyediaan

(produksi) dan penurunan tingkat permintaan (konsumsi).

Untuk meningkatkan kemampuan produksi beras nasional, beberapa upaya dapat dilakukan seperti pemeliharaan kapasitas sumber daya lahan dan perairan, perluasan lahan baku untuk produksi, peningkatan intensitas tanam, peningkatan produktivitas tanaman serta

penekanan kehilangan hasil. Beberapa upaya yang dibutuhkan untuk memelihara kapasitas

sumberdaya produksi pangan (beras) adalah:

a. Pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi, serta perbaikan pengelolaan sumber daya air

dalam rangka menyediakan air yang cukup untuk pertanian. Untuk itu perlu dilakukan : (i) perbaikan dalam pengaturan, kelembagaan pengelolaarg dan pemanfaatan sumberdaya air, seperti penatagunaan ruang/wilayah dan penerapan peraturan secara disiplin, oleh Pemda dan Depdagri; (ii) fasilitasi pengelolaan sumber daya air dan pengairan oleh Meneg Kimpraswil; (iii) fasilitasi pemanfaatan lahan pertanian secara produktif, efisien dan ramah lingkungan oleh Deptan; dan (iv) pemanfaatan dan pengawasan sumberdaya lahan dan perairan oleh masyarakat.

b. Menekan berlanjutnya alih fungsi lahan beririgasi kepada usaha non pertanian. Hal ini

menyangkut pengaturan/pembatasan dengan sistem insentif yang dilaksanakan secara lintas institusi antara lain: (i) penetapan peraturan dan penerapannya secara disiplin oleh Pemda dan BPN; (ii) fasilitasi bagi pengembangan berbagai usaha masyarakat berbasis pertanian oleh Departemen Teknis; dan (iii) pengawasan oleh masyarakat sebagai pelaku usaha.

c. Membuka lahan pertanian baru pada daerah-daerah yang memungkinkan dengan tetap

memperhatikan rencana tata ruang wilayah dan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan; yang difasilitasi oleh Pemda.

102

Upaya untuk memacu peningkatan produktivitas usaha pangan mencakup : (i)

penciptaan varietas unggul baru, dan teknologi berproduksi yang lebih efrsien; (ii) perbaikan teknologi pasca panen untuk menekan kehilangan hasil; dan (iii) pengembangan teknologi yang menunjang peningkatan intensitas tanam. Seluruh upaya ini perlu dilaksanakan secara sinergis oleh institusi penelitian, pengembangan dan penyuluhan lingkup Departemen Pertanian, RisteklBPPT, Perguruan Tinggi, dan Lembaga./Dinas Teknis setempat yang melaksanakan alih pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Upaya penyediaan insentif untuk meningkatkan minat masyarakat mengembangkan

usaha pangan dilakukan melalui: penyediaan prasarana transportasi, komunikasi, perdagangan (Pemda, Kimpraswil, Swasta); pelayanan administrasi perizinan usaha produksi, industri, distribusi yang sederhana dan cepat (Pemda); pelayanan keuangan/permodalan yang cepat dan murah (Pemda, Swasta).

103

Dalam dokumen Dynamics System Modeling for Rice Stock (Halaman 114-123)

Dokumen terkait