• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. MEDIA AUDIO VISUAL

Menurut Susanna (2003:38) media audio visual adalah suatu media yang terdiri atas media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dengan anak didik di dalam proses belajar mengajar. Dapat diartikan juga bahwa media audio visual merupakan perpaduan yang saling mencakup antara gambar dan suara yang dapat menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton.

Peneliti akan membahas tentang peran media film dan gambar bersuara dalam pendidikan yang bersumber dari film anak dan gambar yang disertai dengan penjelasan secara lisan. Seberapa jauh film dan gambar bersuara dapat menjadi penunjang materi dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Menurut Riyanto (1982) kepraktisan media audio visual dibandingkan dengan sarana-sarana pendidikan yang lain yaitu:

a. Media audio visual dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki setiap anak didik, karena memiliki pengalaman yang berbeda-beda.

b. Media audio visual dapat melampaui batsan ruang dan waktu

c. Media audio visual sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungannnya

d. Media audio visual memberikan keseragaman pengamatan, persepsi yang dimiliki setiap anak didik itu berbeda-beda.

e. Media audio visual dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret, dan realitas.

f. Media audio visual membangkitkan keinginan dan minat baru

g. Media audio visual memberikan pengalaman yang intergral dari yang kongkret sampai yang abstrak

4. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Menurut Sufanti (2010: 13), mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek: (1) mendengarkan; (2) berbicara; (3) membaca; (4) dan menulis. Kemudian komponen kemampuan berbahasa adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan memanfaatkan empat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dengan materi non sastra. Sedangkan kemampuan bersastra adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk kegiatan apresiasi dan ekspresi dengan materi sastra yang meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis karya sastra.

1. Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Achin (1981:2) menyimak adalah suatu rangkaian proses kognitif mulai dari proses identifikasi tingkat fonologis, morfologis, sintaksis, dan sematik sampai dengan keterlibatan aktif indera, khususnya alat-alat pendengaran. Menyimak melibatkan tiga tahap penting antara lain :

a. Tahap interpretasi yaitu kemampuan menafsirkan hal – hal yang didengar. Tanda ini menandai apakah seseorang memahami atau tidak terhadap apa yang didengarnya b. Tahap evaluasi yaitu kemampuan untuk memutuskan

sesuatu berdasarkan informasi yang didengar. Tahap ini menandai kemampuan seseorang tentang bagaimana menggunakan informasi.

c. Tahap reaksi yaitu apa yang didengar dan bagaimana informasi itu dinilai oleh penyimak ditindaklanjuti dengan reaksi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menginterpretasikan, mengevaluasi, dan memberikan reaksi terhadap informasi secara lisan.

2. Pengembangan Kemampuan Menyimak Bahasa Indonesia Menurut Norton (Setyaningsih 2000:17), mengemukakan beberapa kegiatan untuk mengembangkan kemampuan menyimak, yaitu:

a. Menyimak untuk menangkap ide pokok

Pembelajaran dapat berupa kegiatan siswa untuk mengungkapkan kembali dengan menggunakan kata-kata sendiri dalam ide pokok dari informasi yang telah disimak.

b. Menyimak untuk menangkap detail-detail penting

Kegiatan menyimak ini membutuhkan konsentrasi yang baik dari penyimak. Pengembangan kemampuan menyimak ini menuntut kemampuan untuk mengingat, menghubungkan, dan menganalissis secara baik informsi -informasi yang disimak.

c. Menyimak untuk memahami urutan peristiwa

Kegiatan menyimak dapat dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk menemukan urutan peristiwa, menemukan antar peristiwa secara berurutan.

d. Menyimak untuk membuat prediksi

Kegiatan menyimak ini dilakukan dengan cara mengembangkan daya imajinasi siswa. Kreativitas siswa digali untuk membuat prediksi yang sesuai dengan informasi yang disimak.

3. Tujuan Menyimak Bahasa Indonesia

Menurut Tarigan (198:28) terdapat delapan tujuan menyimak, yaitu:

a. Menyimak untuk belajar. Menyimak yang dimaksud adalah memperoleh pengetahuan dari pembicaraan. Misalnya siswa menyimak cerita “ Bawang Merah dan Bawang putih “

b. Menyimak untuk menikmati suatu keindahan melalui indera pendengaran. Menyimak ini lebih ditekankan pada kenikmatan terhadap suatu dari materi yang diperdengarkan dalam bidang seni. Misalnya mendengarkan sandiwara radio.

c. Menyimak untuk mengevaluasi materi simakan. Menyimak yang dimaksud adalah agar siswa dapat menilai hal-hal apa saja yang disimak

d. Menyimak untuk mengapresiasikan materi simakan. Menyimak yang dimaksud agar siswa dapat menilai hal-hal apa saja yang disimak

e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide –ide sendiri. Menyimak yang dimaksudka agar siswa dapat mengkomunikasikan idei-ide atau gagasan-gagasan, perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar. f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar orang itu

dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.

g. Menyimak agar siswa mampu memecahkan masalah secara kreatif dan analisis

h. Menyimak persuasif, menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini siswa ragukan

4. Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Menyimak Bahasa Indonesia

Menurut Achsin (1981:5) ada tiga faktor yang menghambat dalam menyimak sebagai berikut:

a. Keterbatasan fasilitas

Belum tersedianya alat perekam yang memadai, kondisi ruang belajar yang belum menunjang pengajaran menyimak, dan jumlah siswa yang besar

b. Faktor perhatian dan kebiasaan siswa

Perhatian, daya tahan, dan kebiasaan siswa dalam menyimak kurang. Hal ini berhubungan dengan masalah pengolahan kelas di dalam interaksi belajar mengajar khususnya menyimak

c. Faktor kebahasaan

Faktor kebahasaan sebagai faktor utama penghambat dalam pengajaran menyimak. Faktor yang mulai dari mengenali bunyi di tingkat fonologis, kata, kalimat, wacana sampai kepada menangkap, menyimpan isi ujaran serta daya tangkap hasil simakan

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi menyimak adalah keterbatasan fasilitas, faktor perhatian dan kebiasaan siswa, dan faktor kebahasaan.

C. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Prihantini (2008:30), bertujuan untuk ini membahas perbedaan keefektifan pembelajaran struktur kalimat majemuk menggunakan media permaianan acak kata dan media papan tulis siswa kelas VI SD N 1 Pandansari dan SD N Sidoagung Kebumen Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini adalah dengan media papan tulis terlihat dari nilai uji-t sebesar 6,49 dan menggunakan media permainan acak kata mengalami peningkatan yang signifikan dari uji-t sebesar 21,83. Setelah uji-t terbukti bahwa t-observasi lebih besar dari pada t-tabel yaitu (13,86 > 2,68). Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran sruktur kalimat majemuk dengan media permainan acak kata lebih berhasil dari pada menggunakan media papan tulis.

Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010:59), bertujuan untuk mengetahui keinginan bertanya pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui peningkatan kemampuan bertanya siswa setelah pelajaran berlangsung, dan untuk mengetahui penyebab siswa malas untuk bertanya pada siswa sekolah dasar dengan metode tanya jawab dengan bantuan media film peristiwa alam. Hasis analisis sikap siswa dan keinginan bertanya siswa yaitu siswa memiliki keinginan bertanya yang besar, hanya beberapa siswa keinginan bertanya tersebut lebih mudah diungkapkan dalam bentuk pertanyaan tertulis. Hasil analisis kuisioner menunjukkan bahwa penyebab siswa malas untuk bertanya adalah kesulitan merangkai kalimat, malu, dan takut.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuana (2010:28), bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan dalam kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, mencatat pembelajaran, mengajukan usul dan saran, mengerjakan tugas secara tuntas, membuat kesimpulan, menyajikan presentasi, mengajukan kritik, ikut serta diskusi kelompok dengam media LKS pada pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDK Kalasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua indikator dalam keterlibatan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui media LKS rata-rata mencapai 73%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media LKS dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2009:61), bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas IV A dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di SD N Ringinanom 2 Magelang. Setelah peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw maka keaktifan siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa sebesar 75% apabila dibanding kondisi awal sebesar 20,8%. Penggunaan model kooperatif teknik jigsaw terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV A dalam pembelajaran IPS di SD N Ringinanom 2 Magelang.

Penelitian yang dilakukan oleh Maryudani (201034), bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS dengan teknik mind mapping siswa kelas V SDK Kintelan 1 Yogyakarta.

Berdasarkan data meliputi distribusi nilai tes prestasi belajar setiap akhir siklus. Data menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar dengan nilai rata-rata mencapai 8.00 dengan KKM 6.1. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa teknik mind mapping dapat digunakan sebagai alternatif teknik pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Meningkatkan preatasi belajar siswa kelas V SDN Tidar Magelang.

D. Kerangka Berpikir

Penelitian ini memilih siswa kelas V SDN Gunungpring 3 serta guru bahasa Indonesia sebagai subyek penelitian. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini mengenai proses belajar mengajar yang masih cenderung berpusat pada guru dan adanya beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia misalnya tidak mendengarkan penjelasan guru, maianan penggaris, melamun dan lain-lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan media audio visual untuk pembelajaran bahasa indonesia.

Dengan menggunakan media audio visual diharapkan siswa akan aktif dalam proses belajar mengajar, siswa tidak bosan dengan media yang terbatas digunakan guru. Dalam pembuatan media audio visual diperlukan beberapa tahap yaitu: mencari kompetensi dasar yang sulit untuk siswa kelas V, mewawancarai guru dan mengamati kelas saat pembelajaran bahasa Indonesia, mencari film anak yang disukai siswa kelas V, pembuatan kisi-kisi soal, rpp, silabus, dan mengujikan kepada siswa kelas V . Jika penggunaan media audio visual dalam pelajaran bahasa Indonesia,

kompetensi dasar: mengidentifikasi unsur- unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) siswa kelas V SDN Gunungpring 3 semester genap tahun ajaran 2010/ 2011 akan meningkat.

Dengan Penggunakan Media Audio Visual diharapkan keaktifan atau komunikasi atar siswa dapat terjalin sehingga prestasi belajar akan lebih maksimal dan banyak siswa yang mencapai kelulusan kompetensi dasar tersebut.

E. Hipotesis Tindakan

1. Penggunaan media Audio Visual dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kompetensi Dasar: mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) pada siswa kelas V SDN Gunungpring 3.

2. Penggunaan media Audio Visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kompetensi Dasar: mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) pada siswa kelas V SDN Gunungpring 3.

21

BAB III

Dokumen terkait