• Tidak ada hasil yang ditemukan

Warisan Budaya (Cultural Heritage) dan Warisan Budaya

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Perencanaan Lanskap Wisata Budaya

2.4.2. Warisan Budaya (Cultural Heritage) dan Warisan Budaya

Organisation) yang dimaksud dengan cultural heritage adalah yang tergolong dalam monumen, kelompok bangunan, dan situs. Yang dimaksud dengan monumen antara lain hasil karya arsitektural, hasil karya patung dan lukisan yang monumental. Elemen atau struktur alam yang arkeologis, naskah, gua dan kombinasi fiturnya, dimana nilainya bersifat universal, baik dari sudut pandang sejarah, seni sekelompok bangunan yang saling berhubungan maupun yang terpisah, baik karena bentuk arsitekturnya, keseragamannya dalam suatu lanskap, atau nilainya yang secara universal sangat hebat, baik dari segi sejarah, seni maupun ilmu pengetahuan. Untuk situs, yang tergolong di dalamnya adalah hasil karya manusia atau kombinasi antara alam maupun karya manusia, dan area-area seperti situs bersejarah yang nilainya secara universal tergolong hebat, baik dari segi sejarah, estetika, etnologis maupun antropologis.

Masih menurut UNESCO, bahwa cultural heritage terdiri dari tangible cultural heritage (materiil cultural heritage) dan Intangible cultural heritage (Immateriil cultural heritage). Tangible cultural heritage dapat terdiri dari: 1) warisan budaya yang dapat dipindahkan (lukisan, patung, koin, naskah kuno); 2) warisan budaya yang tidak dapat dipindahkan (monumen, situs arkeologis); 3) warisan budaya di bawah air (kapal karam, situs dan reruntuhan di bawah air). Sedangkan Intangible cultural heritage terdiri atas tradisi lisan, seni pertunjukan, ritual.

Menurut Konvensi UNESCO 2003 mengenai Warisan Budaya Takbenda menyebutkan bahwa warisan budaya takbenda mengandung arti berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam beberapa hal tertentu sebagai bagian warisan budaya mereka.

Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ini bagi masyarakat, kelompok dan perorangan memberikan rasa identitas dan keberlanjutan, dan cara mereka hidup bermasyarakat. Sumber dari keragaman budaya dan bukti nyata dari potensi kreatif manusia, warisan takbenda secara terus-menerus diciptakan oleh para penerusnya, karena warisan ini dipraktikkan dan disampaikan dari individu ke individu lain dan dari generasi ke generasi.

Warisan budaya takbenda sebagaimana didefinisikan di atas diwujudkan antara lain di bidang :1) tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai

wahana warisan budaya takbenda; 2) seni pertunjukan ; 3) adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan; 4) pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta; 5) kemahiran kerajinan tradisional.

Budaya takbenda juga dikenal dengan istilah “budaya hidup”. Melihat dari definisi dan perwujudan bidang dari warisan budaya takbenda, maka kerajinan tradisional batik tergolong sebagai Warisan Budaya Takbenda sebagaimana yang telah ditetapkan oleh UNESCO di tahun 2004 yang lalu.

Menurut ICOMOS-International Cultural Tourism Charter (2002) yang dimaksud dengan cultural heritage adalah ekspresi tentang cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah komunitas dan diteruskan dari generasi ke generasi termasuk adat istiadat, praktek, tempat-tempat, obyek-obyek, ekspresi dan nilai artistik. Cultural heritage ini seringkali diungkapkan dalam bentuk Intangible atau Tangible Cultural Heritage. Berkaitan dengan cultural heritage, terdapat istilah cultural heritage significance yang berarti estetika, sejarah, sosial , spiritual atau karakteristik khusus lainnya dan nilai sebuah tempat, sebuah objek atau adat istiadat yang mungkin dimiliki untuk generasi kini maupun generasi yang akan datang. Wisata hendaknya dapat membawa manfaat bagi masyarakat lokal dan menjadi alat dalam memotivasi mereka untuk menjaga budaya dan warisan budayanya. Wisata yang berhasil adalah yang mampu menyampaikan signifikansi suatu tempat bersejarah atau signifikansi warisan budaya, sehingga mampu dipahami oleh pengunjung maupun masyarakat lokal.

Menurut Burra Charter Australia (1999), cultural significance adalah sebuah konsep untuk membantu dalam mengestimasi nilai suatu tempat atau ruang yang memiliki signifikansi untuk dapat memahami masa lampau untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang. Terdapat banyak penilaian yang digunakan dalam cultural significance Burra Charter Australia, seperti aesthetic (estetika), historic (kesejarahan), scientific (keilmuan) dan social (sosial) serta penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan konteks permasalahan pada ruang tersebut. Penjelasan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

a. Historic value, sebagai nilai yang berasal dari kerangka, kejadian dan aktivitas sejarah yang mempengaruhi sebuah ruang

b. Aesthetic value, sebagai nilai yang berasal dari persepsi yang diterima dengan kriteria-kriteria tertentu, kriteria tersebut dapat berupa bentuk, skala, dan proporsi, warna tekstur dan sebagainya

c. Scientific value, nilai yang berasal dari ketersediaan dan tingkat representasi serta kontribusi informasi

d. Social value mencakup kualitas suatu tempat terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh tersebut dapat berupa spiritual, politik dan budaya. e. Pendekatan lain sebagai tambahan dapat digunakan untuk memahami

cultural significance dari suatu kawasan

Menurut Kerr (1985), Sidharta dan Budihardjo (1989), kriteria dalam aesthetic value dalam cultural significance adalah estetika dari bangunan atau bagian dari kota yang dipreservasi karena merepresentasikan pencapaian tertentu dalam era bersejarah tertentu. Konstruksi bangunan juga bisa termasuk, jika punya kekhususan seperti bangunan terpanjang, tertua, terbesar, atau bangunan pertama, dll. Pengukuran estetika berkaitan dengan nilai-nilai arsitektural dan seperti bentuk, skala, struktur, tekstur, material, bau, suara yang berkaitan dengan sebuah tempat dan ornamennya

Sedangkan nilai historis (historic value) suatu tempat, Menurut Kerr (1985) memberi pengaruh atau dipengaruhi oleh figure bersejarah, events ataupun fase terjadinya suatu hal yang bersejarah termasuk lokasi tempat suatu peristiwa bersejarah berlangsung. Cultural significance menjadi lebih besar nilainya jika tempat tersebut mengandung event yang masih berkaitan erat atau bahkan settingnya masih tetap lengkap.

Masih menurut Kerr (1985) bahwa cultural significance melibatkan kualitas tempat yang menjadi tempat pusat spiritual, politik, nasional dan komitmen budaya lainnya untuk perorangan maupun kelompok, baik yang mayor maupun minor.

Dalam lanskap sejarah dan budaya juga tidak terlepas dari kehadiran arsitektur yang merupakan bukti sejarah perkembangan budaya manusia selama periode tertentu di kawasan tertentu. Penilaian terhadap arsitektur juga penting karena arsitektur merupakan bagian dari kehidupan sosial budaya dan sangat merepresentasikan ciri sebuah kawasan atau kota.

Menurut ICOMOS, The Burra Charter (Australia) (1999), yang dimaksud dengan fabric adalah materi fisik dari suatu tempat termasuk komponen, fitur, konten dan objek. Fabric juga dapat berupa interior bangunan, dan sisa-sisa yang masih tertinggal di permukaan, maupun material yang sudah diangkat dari permukaan.

Dokumen terkait