• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara dengan Informan I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Wawancara dengan Informan I

Menurut Bu W, E merupakan siswa yang pandai dalam setiap mata pelajaran. Nilainya selalu di atas rata-rata. Hal tersebut terbukti ketika Bu W menunjukkan rekapan hasil belajar E dari semester kemarin sampai semester ini. Ketika peneliti bertanya kepada Bu W mengenai perilaku E di dalam kelas, beliau menjawab,”Oh kalau E tu diem, mbak. Di kelas tu malah nggak aktif. Maksudnya bukan merupakan siswa yang sering ngobrol gitu lho. Tapi nilainya memang bagus-bagus E itu. Malah kayak tertekan tu lho anaknya.” Menurut Bu W, E merupakan siswa yang agak sulit berekspresi. Contohnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang drama, E agak kesulitan berakting di depan teman-temannya. Juga pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang puisi, performa E sangat kurang apabila dibandingkan dengan teman-temannya. Bu W agak menekankan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebab beliau adalah alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta. Beliau ahli dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka beliau lebih banyak membahas performa E dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Meskipun demikian, nilai E pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak bermasalah, E selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata pada semua mata pelajaran, hanya saja Bu W menyayangkan performa E ketika ada ujian praktek Bahasa Indonesia. Bu W telah menjadi wali kelas E selama 2 semester ini,

70

sehingga beliau sudah hafal karakter para siswa yang beliau ampu. Bahkan ketika peneliti bertanya tentang siapa saja siswa yang nilainya di atas KKM, beliau hafal nama-nama mereka. Bu W mengatakan bahwa E menjadi pendiam karena tertekan.

Setelah melakukan wawancara dengan wali kelas IV SD Suka, didapatkan informasi bahwa E mengalami suatu tekanan dari luar dirinya untuk menjadi berprestasi. E termasuk anak yang sangat tenang di kelasnya. Ia bahkan hanya mengobrol ketika ada orang yang mengajak mengobrol. Bahkan terkadang Bu W menghampiri meja E sambil berkata,”Mbok ngobrol to kamu tu.” Yang membuat E tersipu malu dan mengguratkan sedikit senyuman di bibirnya. Bu W memang terkenal guru yang supel di SD Suka. Beliau senang bercanda dan merupakan pribadi yang ceria. Bu W mengatakan bahwa beliau gemas dengan perilaku E yang sangat pendiam dan pemalu. Sepanjang pelajaran ia sibuk memperhatikan penjelasan guru. Tidak hanya pada mata pelajaran matematika, namun juga mata pelajaran lainnya. Informasi ini peneliti dapatkan melalui pengalaman peneliti sendiri. Berdasarkan pengalaman peneliti beberapa kali mengajar di kelas E, ia memang selalu terlihat tenang dan tepat waktu dalam menyelesaikan soal-soal yang peneliti berikan. Menurut peneliti, hal tersebut justru menguntungkan bagi guru, memilik siswa cerdas yang pendiam. Di kelas IV B ini peneliti pernah mengajar pelajaran IPA, IPS, dan PKn. Peneliti juga beberapa kali melakukan observasi pembelajaran matematika. E juga terlihat tenang sama seperti ketika ia mengikuti pembelajaran lainnya.

71

Ketika proses pembelajaran berlangsung, E selalu terlihat tenang dari awal masuk kelas sampai berakhirnya jam pelajaran. Ketika istirahat pun dia tidak pernah berlarian seperti teman-temannya. Seusai jajan biasanya ia menikmati makanannya di balkon kelas sambil memandangi halaman sekolah yang penuh dengan anak-anak sedang bermain. Ia sepertinya lebih menikmati peran sebagai “penonton” daripada ikut bermain. Ketika peneliti wawancarai, E mengatakan bahwa sering merasa ingin buang air kecil jika diminta mengerjakan soal Matematika di depan kelas. “Aku malah kasihan sama E itu mbak. Anaknya seperti tertekan tu lho. Nggak seperti anak-anak lainnya to? Terlalu pendiam dia tu, nggak ceria gitu lho. Ngobrol aja nggak pernah mbak kalo ngga ada yang ngajak ngobrol.” Demikianlah penuturan Bu W. Menurut Bu W, E kurang pandai bersosialisasi. Hal tersebut beliau ketahui berdasarkan pengamatan beliau di kelas, E tidak memiliki seorang sahabat dekat. Dengan teman sebangkunya saja ia jarang berkomunikasi.

E mengobrol dengan teman sebangkunya ketika berdiskusi soal pelajaran. Dilihat dari segi fisik, E memang terlihat seperti siswa pintar yang hidup di dalam film-film. Penampilannya memang sangat mewakili bahwa ia adalah siswa yang pintar. Berkacamata, agak tambun, seragam selalu rapi, rambut klimis, kulit cerah dan bersih. Ia pun jarang melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti lupa memakai dasi, lupa memakai sabuk, lupa membawa topi saat upacara, atau lupa mengerjakan PR. Secara fisik, E selalu terlihat siap beraktifitas di sekolah, namun ia merupakan siswa yang sangat pendiam.

72

Ketika peneliti bertanya tentang perilaku E yang sangat pendiam, Bu W menjawab,”Itu sepertinya tertekan kok, mbak. Lha wong mamanya setiap hari whatsapp saya. Tanya-tanya di kelas siapa saingannya E, gimana hasil belajarnya E, gimana nilai ulangannya. Who mbok setiap hari mbak seperti itu. Saya jujur saja agak terganggu ya, wong saya juga punya kegiatan yang lain mengawasi anak yang lain, bukan anaknya dia tok gitu lho. Enya memang pendiam, mamanya yang sangat berambisi.” Demikianlah penuturan Bu W. Menurut Bu W, hanya Bu L satu-satunya orang tua siswa yang sibuk menanyakan nilai anaknya. Ketika pembagian raport semester kemarin, Bu L ingin tahu ranking E di kelas, padahal jaman sekarang sekolah sudah tidak menerapkan sistem ranking lagi. Sehingga Bu W harus merekap hasil belajar seluruh siswa untuk dapat mengetahui ranking E. Berdasarkan wawancara dengan Bu W selaku wali kelas E, diperoleh informasi bahwa E seperti mendapatkan tekanan dari orang tuanya, terutama ibunya, untuk menjadi berprestasi.

Pada kenyataannya, E memang terbentuk menjadi siswa yang berprestasi. Ketika peneliti menanyakan hasil belajar E selama dua semester ini, Bu W menjawab,”Nilainya bagus-bagus, mbak. Di semua mata pelajaran bagus, nggak cuma MTK tok. Nih tak kasih lihat daftar nilainya ya. Tapi yang Matematika dan IPA minta ke Pak D, karena beliau yang mengampu.” Begitu penuturan Bu W sembari mencari daftar nilai pada tumpukan berkas di meja beliau. Setelah peneliti melihat hasil belajar E selama dua semester, ternyata memang nilai E semuanya berada di atas KKM. Bahkan hasil rekapan nilai E jika dikonfersikan menjadi huruf, adalah A-. Tidak banyak di kelasnya yang mendapat nilai A-.

73

kurang lebih hanya ada 6 siswa, yang lain nilainya B dan C. Dari 6 siswa tersebut, E yang menduduki peringkat 6 besar. E memang merupakan siswa yang pintar di kelasnya. Penilaian sikap yang meliputi kemandirian belajar pun mendapat hasil yang baik.

Ketika ada tugas, E dapat mengerjakannya dengan mandiri dan bertanggung jawab. Ia jarang sekali bertanya, baik kepada guru maupun temannya. Selesai mengerjakan tugas pun ia memilih duduk dengan tenang, tidak mengobrol dengan temannya. “Ya sesekali ngobrol sih mbak, tapi nggak sampe cekikikan rame gitu. Ngobrolnya kalau diajak ngobrol temannya, kalo nggak ada yang ngajak ngobrol ya diem.” Demikianlah menurut Bu W.

Berdasarkan wawancara dengan Bu W, didapatkan infromasi bahwa menurut guru, E seperti mengalami tekanan dari luar dirinya untuk menjadikannya berprestasi. Tekanan itu ia dapatkan dari ibunya yang sangat intens memantau perkembangan belajar E. Tekanan-tekanan yang ia dapatkan dari orang tua (terutama ibunya) membuat E menjadi giat belajar, namun menyebabkan E mengalami kecemasan, demikianlah menurut Bu W sekalu wali kelas IV B. Menurut peneliti, hal tersebut perlu ditinjau lebih jauh lagi. Kemudian peneliti memutuskan untuk mewawancarai Bu L yang disebut sebagai penyebab kecemasan belajar E. Berdasarkan pendapat Bu W, kecemasan belajar tersebut juga berdampak pada kemampuan E dalam bersosialisasi. Padahal, kemampuan bersosialisai juga dibutuhkan, terutama ketika seseorang telah memasuki dunia kerja. Bu W berkata bahwa beliau khawatir dengan hal tersebut, beliau berharap seiring berjalannya waktu E, kemampuan bersosialisai E dapat berkembang

74

dengan lebih baik. Bu W berasumsi bahwa E menjadi sulit bersosialisasi karena mendapatkan tekanan dari ibunya dalam hal akademik. Namun menurut peneliti hal tersebut perlu ditinjau lebih lanjut. Setelah mewawancarai Bu W, peneliti kemudian mewawancarai Pak D selaku guru matematika kelas IV B atau Informan II.

Dokumen terkait