• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara dengan Informan IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.5 Wawancara dengan Informan IV

Informan IV dalam penelitian ini adalah Bapak H, yakni Ayah kandung E. Pertanyaan wawancara yang peneliti susun untuk Bapak H kurang lebih sama dengan pertanyaan yang peneliti ajukan untuk Bu L, mengingat peran mereka yang sama-sama merupakan orang tua E. Sehari-hari Bapak H bekerja sebagai PNS. Beliaulah yang mengantar E berangkat sekolah setiap harinya. Beliau juga

82

yang mendampingi E belajar Matematika. “Kalo Matematika dengan saya, tapi kalau hafalan dengan ibunya.” Seperti itulah penjelasan Bapak H. Peneliti mewawancarai Bapak H karena menurut sepengakuan E, beliaulah yang mendampingi E dalam pelajaran Matematika.

Bapak H dan Bu L melontarkan jawaban yang hampir sama ketika peneliti menanyakan tentang perilau E di rumah,”Ya..biasa. seneng main game. Tapi kalo saatnya ada PR ya dia mengerjakan PR. Tadi pagi minta dibangunin ibunya jam 5, dibangunin jam setengan 6 marah ini, aku kan mau belajar gitu.” Kebetulan pada saat peneliti melakukan wawancara dengan Bapak H, E sedang melaksanakan Ujian Tengah Semester, oleh sebab itu ia belajar pada pagi hari sebelum berangkat sekolah. Berdasarkan penjelasan Bapak H, meskipun sorenya sudah belajar, ketika masa ujian E memang sering meminta dibangunkan pagi-pagi untuk mengulang kembali materi yang telah ia pelajari kemarin sore. Jika terlambat dibangunkan sedikit saja, E akan marah. Menurut Bapak H, E adalah anak yang cukup disiplin. Bapak H dan Bu L sama-sama mengatakan bahwa E adalah anak yang pendiam dan pandai memanage waktu. Ia sudah mengerti kapan harus mengerjakan PR, kapan harus bermain, dan kapan harus istirahat. Bapak H mengatakan bahwa E bukanlah anak yang sulit diatur, sehingga tidak perlu dipaksa-paksa untuk belajar.

Ketika peneliti menanyakan pola pendampingan seperti apa yang Bapak H terapkan kepada E saat belajar, beliau menjawab,”Biasanya belajar sendiri dulu, kalo ngga bisa baru tanya.” Menurut penjelasan Bapak H, E bukanlah anak yang susah diatur dalam belajar. Ketika wawancara, tak jarang Bapak H juga

83

menceritakan tentang perbedaan sifat E dan kakaknya. Beliau mengatakan bahwa E adalah anak yang rajin belajar, sementara kakaknya cenderung lebih malas. Inilah keuntungan mengumpulkan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Terkadang kita mendapatkan informasi diluar subyek yang kita teliti. Kemudian peneliti menanyakan tentang bagaimana reaksi Bapak H jika E mendapatkan nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika, beliau menjawab,”Ya kalo saya cuma tanya, kamu nggak bisanya dimana? Kadang-kadang kalau dia bingung terus kita terangkan gitu terus dia ngerti. Dikasih tau secara logika gitu lho.” Bapak H mengaku tidak memarahi E jika ia mendapatkan nilai yang jelek. Beliau justru menanyakan bagian mana yang menyebabkan E mendapat nilai rendah, materi apa yang belum E pahami sehingga ia mendapatkan nilai yang rendah. Setelah mengetahui pokok permasalahannya, Bapak H kemudian mengajari E tentang materi yang belum ia pahami tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Bapak H, didapatkan informasi bahwa bukan Bapak H yang menyebabkan E mengalami kecemasan menghadapi matematika. Pola asuh yang Bapak H terapkan pada E cenderung bebas bertanggung jawab dan santai.

Menurut peneliti, penting mengetahui pengalaman belajar orang tua E selama bersekolah, terutama saat SD, karena hal tersebut bisa saja mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendampingi E. Oleh sebab itu peneliti menanyakan apakah pendampingan yang Bapak H terapkan sama seperti pendampingan yang yang dilakukan oleh orang tua Bapak H, beliau menjawab,”Enggak kalau saya dulu kan kebetulan dari keluarga besar ya, saya paling kecil jadi jam orang tua kerja dilepas sendiri.” Beliau berkata bahwa sejak

84

dulu tidak pernah didampingi orang tua dalam belajar, namun hal tersebut tidak beliau terapkan terhadap E. Beliau tetap mendampingi E dalam belajar, terutama ketika E sudah merasa kesulitan dalam pelajaran Matematika.

Peneliti juga menanyakan terkait reward dan punishment yang mungkin diterapkan oleh Bapak H, beliau menjawab,”Ya biasanya kalo ini misalnya nilainya jelek gitu kadang-kadang ya besok kalo nilainya bagus, kita belikan sepatu, tapi kebetulan nilainya jelek, tapi yaudah nggak papa, brati belajar yang rajin gitu.” Bapak H berkata bahwa beliau menerapkan sistem reward, namun tidak memberikan punishment jika E tidak mendapatkan nilai yang sesuai dengan kehendak beliau. Beliau mengaku tetap memberi kesempatan kepada E untuk mengejar ketertinggalannya dengan belajar lebih rajin lagi. Hal tersebut perlu peneliti ketahui karena tidak menutup kemungkinan orang tua yang menerapkan sistem reward dan punishment mempengaruhi kecemasan belajar yang dialami siswa. Siswa kemungkinan mengalami kecemasan karena orang tuanya menghukumnya jika mendapatkan nilai yang rendah. Pada kesempatan ini Bapak H juga bercerita tentang pengalaman belajar kakak E. E memiliki seorang kakak perempuan yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP. Menurut Bapak H, E sangat berbeda dari kakaknya. Kakaknya sering tidak mengerjakan PR, dan cenderung mendapatkan nilai yang bagus jika diampu oleh guru yang galak. Berbeda dengan E, E sudah dapat mengatur kebutuhannya dalam belajar. Menurut Bapak H, E sudah tahu jadwal kegiatannya di rumah, kapan harus belajar dan kapan harus bermain.

85

Peneliti juga menanyakan apakah ada jadwal khusus yang diterapkan di rumah, yang mengatur kegiatan-kegiatan E di rumah, Bapak H menjawab,”Biasanya kalo yang suka mengatur gitu ibunya, kalo papa nggak ya?” beliau melontarkan pertanyaan kepada E sambil tersenyum, kemudian melanjutkan,”Kalo sama ibunya tidur siang tu harus. Kalo saya sebenernya selama dia belajar tanggung jawab, nggak tidur siang nggak papa, tapi waktunya belajar..belajar gitu.” Pada saat wawancara berlangsung, E juga sedang berada di tempat yang sama dengan kami. Ia mendengarkan sambil mengunyah bakso bakar kesukaannya, jadi Bapak H dapat melakukan interaksi-interaksi kecil dengan E, seperti memandangi dan tersenyum kepada E ketika menjawab pertanyaan. Semua yang dikatakan Bapak H didengar juga oleh E, termasuk ketika beliau mengatakan tidak terlalu mengatur kegiatan E, namun beliau tegaskan bahwa beliau ingin E menjadi anak yang bertanggung jawab. Berdasarkan wawancara dengan Bapak H, didapatkan informasi bahwa Bu L yang lebih berperan dalam mengatur kegiatan E di rumah. Pernyataan tersebut sama dengan yang pernah dilontarkan E ketika peneliti mewawancarainya, bahwa Bu L selalu menyuruh E tidur siang, dan Bu L yang akan marah jika e mendapatkan nilai yang jelek.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Bapak H selaku Informan IV, peneliti menyimpulkan bahwa Bapak H bukan merupakan penyebab kecemasan yang dialami E. Hal tersebut dapat diketahui melalui pernyataan-pernyataan beliau di atas. Dibandingan dengan pola asuh yang diterapkan Bu L, Bapak H cenderung lebih santai dalam mendampingi E dalam belajar. Bapak H cenderung memberi kebebasan yang bertanggung jawab pada E.

86

Bapak H juga tidak menerapkan pola asuh yang diberikan oleh orang tua beliau semasa kecil dahulu. Bagi Bapak H, hal terpenting adalah E menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin. Beliau bahkan tetap memberikan reward meskipun E mendapatkan nilai yang rendah. Oleh sebab itu diperoleh informasi bahwa kecemasan yang dialami E bukanlah berasal dari Bapak H.

Dokumen terkait