ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF THE E-PROCUREMENT SYSTEM OF GOODS AND SERVICES IN THE BINA MARGA LAMPUNG PROVINCIAL
BY
DANISA INNA PUTRISIA
To procurement of goods and services the government running to be maximum then there needs to be some effort. One of the ways conducted by the government is to apply e-procurement in procurement of goods and services government in accordance with instruction presidential regulation no. 54/2010 about procurement of goods and services the government. E-procurement or electronic procurement was the provision of goods and services was conducted using information technology and electronic transaction. With the implementation of e-procurement is expected to reduce fraudulence occurring in e-procurement of goods and services as well as improve the transparency , effective and efficient.
The purpose of this research is to find how application of the system e-procurement in e-procurement of goods and services in the Bina Marga Lampung Provincial. To see how application of the system e-procurement in the bina marga analyzed use the theory of McDermont consisting of 9 indicators is that leadership the government, human resources management, planning and management, e-procurement policy, legislation and regulations, infrastructure and web services, standard, integration the private sector, and the system e-procurement. The research use descriptive type with a qualitative approach.
Based on the research done with components assessment McDermont it can be said that application of the system e-procurement in the bina marga lampung provincial it can be said has been good enough. The problem are the quality of human resources that was still quite lacking in uses information technology, and the committee members who not too much attention to legislation in the implementation of the procurement of goods and services and there are committee members who less understand use internet so that a little the process of inhibiting procurement of goods and services electronically.
PENERAPAN SISTEME-PROCUREMENTDALAM PENGADAAN BARANG/JASA DI DINAS BINA MARGA PROVINSI LAMPUNG
OLEH
DANISA INNA PUTRISIA
Agar pengadaan barang/jasa pemerintah berjalan lebih maksimal maka perlu dilakukan beberapa usaha. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu menerapkan E-Procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan instruksi Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.E-Procurement atau pengadaan secara elektronik adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik. Dengan diterapkannya E-Procurement ini diharapkan dapat mengurangi kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa serta meningkatkan transparansi, efektif dan efisien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem E-Procurement dalam pengadaan barang/jasa di Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem e-procurement di Dinas Bina Marga dianalisis menggunakan teori dari McDermont yang terdiri dari 9 indikator yaitu kepemimpinan pemerintah, manajemen sumber daya manusia, perencanaan dan manajemen, kebijakane-procurement, perundang-undangan dan peraturan, layanan infrastruktur dan web, standar, integrasi sektor swasta, dan sistem e-procurement. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dengan komponen penilaian McDermont dapat dikatakan bahwa penerapan sistem e-procurement di Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dapat dikatakan sudah cukup baik. Hanya yang menjadi masalah adalah kualitas sumber daya manusia yang masih cukup kurang dalam menggunakan teknologi informasi, serta para panitia yang kurang begitu memperhatikan peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan masih ada saja panitia yang kurang paham menggunakan internet sehingga sedikit menghambat proses pengadaan barang/jasa secara elektronik.
PENERAPAN SISTEM E-PROCUREMENT DALAM PENGADAAN BARANG/JASA DI DINAS BINA MARGA PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
DANISA INNA PUTRISIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
DANISA INNA PUTRISIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Pengadaan Barang/Jasa ... 20
Gambar 2.2 Bagan Proses Pelaksanaan E-Procurement ... 36
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 54
Gambar 5.1 Tampilan Beranda LPSE Provinsi Lampung ... 74
Gambar 5.2 Browse Halaman LPSE Provinsi Lampung ... 81
Gambar 5.3 Login User ID ... 81
Gambar 5.4 Mendaftar Lelang ... 82
Gambar 5.5 Pakta Integritas ... 82
Gambar 5.6 Dokumen Lelang ... 83
Gambar 5.7 Unduh Dokumen lelang ... 83
Gambar 5.8 Penjelasan Dokumen Lelang ... 84
Gamabr 5.9 Kirim Pertanyaan ... 84
Gambar 5.10 Pop Up Kirim Pertanyaan ... 84
Gambar 5.11 Membuat Dokumen Kualifikasi ... 85
Gambar 5.12 Kirim Dokumen Kualifikasi ... 85
Gambar 5.13 Unggah Dokumen Penawaran ... 86
Gambar 5.14 Lihat Sanggahan ... 87
Gambar 5.15 Sanggahan ... 87
Gambar 5.16 Kirim Sanggahan ... 87
Gambar 5.17 Pop Up Kirim Sanggahan ... 88
Gambar 5.18 Waktu Pelelangan…….. ... 88
DAFTAR ISI
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Kegunaan Penelitian ... 6
II. Tinjauan Pustaka ... 7
A.Electronic Government ... 7
1. Pengertian Electronic Government ... 7
2. Tipe-Tipe Relasi E-Government ... 12
3. Pengembangan E-Government ... 15
4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-Government... 16
B.Pengadaan Barang/Jasa ... 17
1. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa ... 17
2. Jenis-Jenis Pengadaan Barang/Jasa ... 19
3. Siklus Kegiatan Pengadaan Barang/jasa... 20
C.Electronic Procurement ... 21
1. Pengertian E-Procurement ... 21
2. Prinsip E-Procurement ... 29
3. Tujuan E-Procurement ... 30
4. Manfaat dan Kelebihan Penggunaan E-Procurement ... 31
5. Tahapan Pengembangan E-Procurement ... 33
6. Penerapan E-Procurement ... 33
7. Kegiatan Pelaksanaan E-Procurement ... 35
8. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan E-Procurement ... 35
9. Upaya dalam Mengatasi Hambatan dan Kendala pada E-Procurement ... 37
A.Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 38
B.Fokus Penelitian ... 38
C.Lokasi Penelitian ... 41
D.Jenis dan Sumber Data ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Teknik Analisis Data... 45
G.Teknik Keabsahan Data ... 46
IV. Gambaran Umum ... 49
A.Profil Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 49
1. Sejarah Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 49
2. Tugas, Fungsi, dan struktur Organisasi Dinas Bina Marga ... 51
3. Visi dan Misi Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 54
4. Sumber Daya Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 55
5. Tujuan dan Sasaran ... 57
6. Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran ... 59
V. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
1. Kepemimpinan Pemerintah ... 63
2. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 65
3. Perencanaan dan Manajemen ... 68
4. Kebijakan E-Procurement ... 69
5. Perundang-Undangan dan Peraturan ... 71
6. Layanan Infrastruktur dan Web ... 73
7. Standar ... 75
8. Integrasi Sektor Swasta ... 77
9. Sistem E-Procurement ... 79
B. Pembahasan ... 89
1. Kepemimpinan Pemerintah ... 89
2. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 90
3. Perencanaan dan Manajemen ... 91
4. Kebijakan E-Procurement ... 91
5. Perundang-Undangan dan Peraturan ... 92
6. Layanan Infrastruktur dan Web ... 93
7. Standar ... 95
8. Integrasi Sektor Swasta ... 95
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Pengadaan Barang/jasa ... 32 Tabel 2.2 Tahapan Pelaksanaan E-Procurement ... 34 Tabel 2.3 Perbedaan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik dan Manual ... 35 Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 42 Tabel 3.2 Daftar Dokumen-Dokumen yang Berkaitan dengan Penelitian ... 42 Tabel 4.1 Jumlah Pegawai dilingkungan Dinas Bina Marga sampai dengan Tahun
2015 ... 56 Tabel 4.2 Rincian Pegawai Dilingkungan Dinas Bina Marga sampai dengan Tahun
2015 ... 56 Tabel 4.3 Aset Peralatan Utama Dinas Bina Marga ... 57 Tabel 5.1 Jenis Pelatihan dan Sosialisasi yang Diadakan dan Diikuti Pegawai
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah
gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh
(Confusius)
Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah
persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan
(Colin Powel)
Jangan terlalu memikirkan apa yang akan terjadi di masa
depan. Tak peduli bagaimana kamu merencanakannya,
rencana Tuhan akan selalu lebih baik dari rencanamu
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT
Dengan segala kerendahan hati ku ucapkan syukur atas
karunia-Mu kepadaku
Penulis dedikasikan karya kecil ini untuk:
Kedua Orang Tua serta Abang dan Adik-adikku tercinta
yang selalu memberikan yang terbaik untukku, terima kasih atas
segala cinta, pengorbanan, kesabaran, motivasi, keikhlasan, dan
doa yang tiada henti dalam menanti keberhasilanku.
Seluruh Keluarga Besarku, Sahabat, dan Teman-temanku yang
selalu mendukungku.
Penulis bernama lengkap Danisa Inna Putrisia lahir di
Bandar Lampung, 28 November 1993. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Saprudin, S.Pd dan Ibu Hernila.
Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman
Kanak-kanak Kartini pada tahun 1998-1999, Sekolah
Dasar Negeri 1 Gedong Air pada tahun 1999-2005 dan aktif di kegiatan Pramuka,
SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008 dan aktif di kegiatan
Karya Ilmiah Remaja (KIR), SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun
2008-2011 dan aktif di kegiatan English Club (EC). Pada tahun 2008-2011 penulis diterima
sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Mandiri.
Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi
Negara (Himagara). Pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Tematik di Desa Gedung Ratu, Kecamatan Tulang Bawang Udik,
SANWACANA
Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Penerapan
Sistem E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di Dinas Bina Marga
Provinsi Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
antara lain :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, masukan, saran, dan motivasi yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Nana Mulyana, S.IP, M.Si selaku Dosen Penguji. Terima kasih atas
kesediaan bapak untuk menjadi dosen penguji dan terima kasih atas saran
dan masukannya yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelasaikan skripsi ini.
5. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos, M.AP selaku Dosen Pembahas. Terima
kasih atas saran dan masukannya yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelsaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Bambang Utoyo Sutiyoso, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik. Terima kasih atas arahan, bimbingan, dan masukan yang telah
diberikan selama perkuliahan maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Nur’aini selaku Staf Administrasi Jurusan Ilmu Administrasi Negara
yang banyak membantu kelancaran administrasi skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara. Terima kasih atas segala ilmu
yang telah penulis peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat
menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti kelak kedepannya.
9. Pihak Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. Terima kasih kepada Bapak
Rony Witono, S.T,M.M yang telah memberikan izin penelitian dan terima
di wawancarai memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
10. Keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Untuk
Ayahku Saprudin, S.Pd dan Ibuku Hernila terima kasih telah menjadi
orangtua yang begitu luar biasa yang tiada henti dan lelah selau
mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan kerja keras serta
pengorbanan untuk anaknya agar menjadi lebih baik. Doakan selalu
anakmu, Insya Allah akan sukses dan dapat menjadi anak yang dapat
dibanggakan.
11. Untuk abangku Dasa Agung Utama, terima kasih karena selalu mendoakan
dan mendukungku mungkin secara diam-diam terima kasih karena telah
menjadi abang yang selalu berusaha melindungi dan menjadi panutan yang
baik untuk adik-adikmu. Untuk kedua adikku tercinta Dafina Tri Masfia
dan Denada Anzalna, terima kasih karena telah menjadi adik-adik yang
baik yang selalu memberikan canda tawa nya, selalu mendukung,
menyemangati, dan memotivasi semoga kelak kita berempat dapat
menjadi anak yang dibanggakan oleh ayah dan ibu.
12.Ma Unbiologist SisterRenita. Terima kasih untuk motivasi dan semangat yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena
selalu menjadi penghibur dikala stress menulis skripsi dan selalu ada dan
selalu bersedia menjadi tempat curahan segala isi hati, semoga kita bisa
sukses sama-sama dan terus menjalin persahabatan dengan baik sampai
tua kelak. Aamiin
14. Cewek-cewek Semlohay yang kusayangi Wulan Ramdhani, Anisha Ryad
Eyyes, dan Ayu Irma Lestari. Terima kasih karena selalu menghibur dan
menyemangati dikala down, semoga kita bisa kumpul lagi dan sukses sama-sama. Aamiin
15. Teman-temanku Ria Eridanita Yasa, si kembar Farah dan Farras
Mardhatila. Terima kasih karena selalu mengingatkan untuk menyelsaikan
skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan skripsi Nisa Aprilia, Laras Ayuning, Kiki
Yoa, Silvia Novita, Aisyiyah Atamimi, Fredy Anggara, dan Novi
Nurkholis. Terima kasih karena telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
17. Semua angkatan ANE 011 ANTIMAPIA yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terima kasih untuk kebersamaannya selama empat tahun kuliah
bareng-bareng, terima kasih untuk canda tawanya semoga kita semua
sukses. Aamiin
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua aspek
kehidupan manusia. Dengan majunya perkembangan teknologi, manusia dapat
bekerja dengan lebih efektif dan efisien. Tidak terkecuali bagi dunia usaha jasa
konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat
memberikan pelayanan yang transparan dan tidak berpihak sehingga tercipta iklim
persaingan usaha yang sehat.
Di Indonesia pada umumnya pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara
konvensional yaitu dengan cara peserta lelang melakukan tatap muka secara
langsung dengan panitia lelang. Hal ini kurang efisien dari segi biaya, waktu serta
berpotensi menimbulkan berbagai praktek penyimpangan. Menurut Giri Sucahyo
(2009) beberapa sisi negatif yang bisa ditimbulkan dalam pengadaan barang/jasa
yang sering terjadi antara lain: 1). Tender arisan dan adanya kickbackpada proses tender; 2). Suap untuk memenangkan tender; 3). Proses tender tidak transparan;
4). Supplier bermain mematok harga tertinggi (mark up); 5). Memenangkan perusahaan saudara, kerabat atau orang-orang partai tertentu; 6). Pencantuman
spesifikasi teknik hanya dapat dipasok oleh satu pelaku usaha tertentu; 7). Adanya
ikut tender bahkan menang; 9). Tender tidak diumumkan; 10). Tidak membuka
akses bagi peserta dari daerah
Banyaknya kecurangan-kecurangan yang terjadi pada sistem pengadaan
barang/jasa secara konvensional menunjukkan bahwa masih buruknya sistem
transparansi akuntabilitas pemerintah dalam pengadaan barang/jasa. Oleh karena
itu, pada tahun 2010 Presiden Indonesia mengatur secara tegas dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
bahwa pengadaan barang/jasa Pemerintah diwajibkan dilakukan secara elektronik.
Penggunaan teknologi informasi dalam pengadaan barang/jasa ini membangun
suatu sistem antara masyarakat dengan pemerintahan yang dikenal dengan
sebutan E-procurement (Electronic Procurement). Pengadaan barang/jasa tidak lagi dilaksanakan dengan cara manual tapi melaluiE-Procurementdan diterapkan ke dalam LPSE yaitu Layanan Pengadaan Secara Elektronik.
Menurut Keputusan Presiden No.80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan barang/Jasa, Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan
pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang
dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Jika dikaitkan
dengan elektronik maka hal yang utama menjadi tujuan pemerintah melaksanakan
E-Procurement adalah efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas. Hal ini kemudian menjadi alasan pemerintah dikarenakan dapat menghemat
APBN/APBD dalam pengadaan barang/jasa. Penerapan E-Procurement dikembangkan untuk membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja
instansi pemerintah secara terpadu dengan pihak-pihak yang menjadi kerjasama
3
dan nyaman. Rasa aman karena proses pengadaan mengikuti ketentuan yang
diatur secara elektronik dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas,
sehingga pemenang adalah penyedia barang/jasa yang telah mengikuti kompetisi
dengan adil dan terbuka. Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan
perekonomian nasional untuk kesejahteraan masyarakat, yang berdampak dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.
Terjadinya peningkatan jenis, volume, intensitas peralatan, dan perlengkapan serta
perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan menajemen logistik
dewasa ini menjadi semakin kompleks. Pengadaan sebagai salah satu fungsi dari
manajemen logistik menjadi semakin kompleks pula, sehingga dalam
penyelenggaraannya perlu mendapatkan perhatian khusus. Fungsi pengadaan
tersebut sudah sangat teknis, menyangkut pihak luar, dan dalam
penyelenggaraannya terkait berbagai kebijaksanaan nasional dan pemerintah yang
telah dituangkan dalam berbagai produk hukum. Pengadaan secara elektronik atau
E-Procurement tersebut diperlukan agar pengadaan barang/jasa yang diselenggarakan Pemerintah dapat terlaksana dengan baik, sehingga dapat
meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi dan
akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara. Dengan demikian ketersediaan
barang/jasa dapat diperoleh dengan harga dan kualitas terbaik, proses administrasi
yang lebih mudah dan cepat, serta dengan biaya yang lebih rendah, sehingga akan
Telah dijelaskan kegunaan dan keuntungan melakukan pengadaan barang/jasa
secara elektronik dapat membuat segalanya menjadi lebih efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel. Namun, selalu saja terdapat ketimpangan-ketimpangan
yang menjadi alasan tidak berjalan efektifnya hal tersebut. Jika dikaitkan dengan
Tindak Pidana Korupsi (TPK) maka akan sangat jelas masalah yang kemudian
muncul pada pengadaan barang/jasa. Berkaca dari jenis perkara yang ditangani
KPK hampir 70% kasus tindak pidana korupsi bersumber dari proyek pengadaan
baranga/jasa. Sebut saja kasus hambalang, kasus pengadaan Al-Qur’an, kasus
PON di Provinsi Riau dan kasus serupa lainnya. Ini membuktikan bahwa perkara
pengadaan barang/jasa memiliki banyak kekurangan. Terlebih lagi korupsi dengan
perkara pengadaan barang/jasa paling rawan terjadi di instansi
kementerian/lembaga/dinas. (Sumber:
http://www.opentender.net/content/70-persen-kasus-korupsi-di-indonesia-dari-barang-dan-jasa, diakses tanggal 10 Juni 2015)
Data tersebut sejalan dengan penerapan E-Procurement di Indonesia yang belum berjalan maksimal. Hal ini terjadi karena belum adanya ketegasan tentang
peraturan hukum yang memayungi proses E-Procurement. Akibatnya belum ada standar baku mengenai tata kelola proses E-Procurement baik dari segi rantai birokrasi, waktu, penggunaan standar teknologi informasi, sumber daya manusia
dan sebagainya. Lalu, keharusan memilih barang/jasa dengan harga terendah
membuat banyak departemen/instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
harus siap menerima barang/jasa yang tak sesuai standar. Selain itu, masalah yang
muncul dalam penerapan ini antara lain, kurang komitmen oleh pimpinan tertinggi
maupun jajaran di tingkat menengah, hal ini tentu mangakibatkan kurangnya
5
panitia maupun penyedia dan bahkan dari legislatif, infrastruktur yang sangat
terbatas, seperti mahalnya biaya internet.
Faktor kendala utama belum maksimalnya penerapa E-Procurement yaitu peraturan dan ketentuan hukum dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan E-Procurement, kondisi infrastruktur dan pengaturan sistem pendukung E-Procurement, kemampuan teknologi pengguna dan penyedia jasa, tingkat kemampuan sumber daya manusia, sosialisasi kepada pihak yang terlibat, dan
unsur-unsur lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan prosesE-Procurement.
Berdasarkan dari permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melihat dan meneliti
bagaimana penerapan sistem E-Procurement di Provinsi Lampung terutama di salah satu Instansi Pemerintah Provinsi yaitu di Dinas Bina Marga Provinsi
Lampung yang telah menjalankan sistem ini. Penerapan E-Procurement yang masih belum maksimal di Indonesia khususnya pada Instansi Pemerintah Provinsi
kemudian menjadi topik yang dianggap menarik oleh penulis untuk diangkat
menjadi judul skripsi dalam penelitian dengan judul “Penerapan Sistem E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di Dinas Bina Marga Propinsi
Lampung”
B. Rumusan Masalah
Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya, dan agar penelitian ini
memilki arah yang yang jelas maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan di
Penerapan Sistem E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di Dinas Bina Marga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui dan mendeskripsikan
penerapan sistem E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di Dinas Bina Marga.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek secara teoritis dan secara
praktis
1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam
kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya mengenai Sistem Informasi
sektor publik.
2. Secara praktis, penelitian ini menjadi masukan bagi Dinas Bina Marga
Provinsi Lampung dalam hal penerapan sisteme-procurement
3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi
pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Electronic Government
1. PengertianElectronic Government
E-Government merupakan kependekan dari Electronic Government. E-Government adalah salah satu bentuk atau model sistem pemerintahan yang berlandaskan pada kekuatan teknologi digital, di mana semua pekerjaan
administrasi, pelayanan terhadap masyarakat, pengawasan dan pengendalian
sumber daya milik organisasi yang bersangkutan, keuangan, pajak, retribusi,
karyawan dan sebagainya dikendalikan dalam satu sistem. E-Government merupakan perkembangan baru dalam rangka peningkatan layanan publik yang
berbasis pada pemnfaatan teknologi informasi dan komunikasi sehingga layanan
publik menjadi lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien.
Menurut Indrajit (2002:36) E-government merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang
berkepentingan, dengan melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama
internet) dengan tujuan memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan. E-Government adalah penyelenggaraan kepemerintahan berbasiskan elektronik untuk
meningkatkan kualitas layanan publik secara efisien, efektif dan interaktif.
dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain (penduduk,
pengusaha, maupun instansi lain).
Indrajit (2002:1) mengatakan, berbeda dengan defenisi E-Commerce maupun E-Business yang cenderung universal, E-Government sering digambarkan atau dideskripsikan secara cukup beragam oleh masing-masing individu atau
komunitas. Hal ini disebabkan karena berbagai hal:
a. Walaupun sebagai sebuah konsep E-Government memiliki prinsip – prinsip dasar yang universal, namun karena setiap negara memiliki
skenario implementasi atau penerapannya yang berbeda, maka definisi
dari ruang lingkupE-Governmentpun menjadi beraneka ragam;
b. Spektrum implementasi aplikasiE-Government sangatlah lebar mengingat sedemikian banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah
negara yang berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai
jenis interaksi dan transaksi;
c. Pengertian dan penerapan E-Government di sebuah negara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro maupun mikro dari
negara yang bersangkutan, sehingga pemahamannya teramat sangat
ditentukan oleh sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi
ekonomi, dari negara yang bersangkutan; dan
d. Visi, misi, strategi pembangunan sebuah negara yang sangat unik
mengakibatkan terjadinya beragam pendekatan dan skenario dalam proses
pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap penyusunan
9
Dalam Jurnal Administrasi Negara (2006:18) mengatakan bahwa aplikasi
teknologi E-Government adalah respon terhadap perubahan lingkungan strategik yang menuntut adanya perubahan administrasi publik yang lebih efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel. Secara perlahan namun tidak menghilangkan
batas-batas negara dan peradaban bangsa yang sebelumnya bersifat homogen dan
monopolistik bergeser kearah sesuatu yang heterogen dan demokratis.
Budi Rianto dkk (2012:36) menyimpulkan bahwa E-Government merupakan bentuk aplikasi pelaksanaan tugas dan tata laksana pemerintahan menggunakan
teknologi telematika atau teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi E-Government memberikan peluang meningkatkan dan mengoptimalkan hubungan antar instansi pemerintah, hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha dan
masyarakat. Mekanisme hubungan itu melalui pemanfaatan teknologi informasi
yang merupakan kolaborasi atau penggabungan antara komputer dan sistem
jaringan komunikasi.
Budi Rianto dkk (2012:39) mengatakan sedikitnya ada empat indikator
keberhasilanE-Government, yaitu :
1. Ketersediaan data dan informasi pada pusat data.
2. Ketersediaan data dan informasi bagi kebutuhan promosi daerah.
3. Ketersediaan aplikasi E-Government pendukung pekerjaan kantor dan pelayanan publik.
4. Ketersediaan aplikasi dialog publik dalam rangka meningkatkan
komunikasi antar pemerintah, antara pemerintah dengan sektor swasta dan
Selain itu, untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan E-government diarahkan untuk mencapai empat tujuan menurut Inpres RI No.3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangane-Government, yaitu : 1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang
memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas
serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak
dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat.
2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk
meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat
kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan
internasional.
3. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan
lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat
agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan
efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga
pemerintah dan pemerintah daerah otonom.
Dalam Jurnal Administrasi Negara (2006:19) dijelaskan bahwa E-government merupakan pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi
dalam rangka mencapai beberapa tujuan dan kebutuhan akan :
1. Meningkatkan efisiensi dancost-efectivenessdari pemerintah; 2. Memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik;
11
4. Menjadikan penyelenggaraan pemerintah lebih bertanggung jawab dan
transparan kepada masyarakat.
Menurut Indrajit (2002:5) manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep
e-Government bagi suatu negara, antara lain:
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.
2. Meningkatkan trasnparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintah dalam rangka penerapan konsepGood Governance.
3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,relasi, dan interaksi
yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak berkepentingan.
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara tepat
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dantrendyang ada.
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara
merata dan demokratis.
Sedangkan menurut Tjahjanto dalam Salam (2004:254), manfaat terpenting dari
efektif, serta akan tercipta layanan pemerintahan yang lebih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Diharapkan dengan pemanfaatan yang lebih baik atas
sumber daya, proses dan teknologi informasi bisa terjadi pula pemerintahan yang
lebih baik.
2. Tipe-Tipe RelasiE-Government
Tipe-tipe relasie-Government menurut Indrajit (2002:41) adalah sebagai berikut: a. Government to Citizen/Government to Customer (G2C)
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling umum, yaitu
dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio
teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan
interaksi dengan masyaraka. Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya
aplikasi E-Governmentbertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat
dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai
kebutuhan pelayanan sehari-hari.
Government to Citizenadalah penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat. Memungkinkan pertukaran informasi
dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah contohnya G2C : pajak
online, mencari pekerjaan, layanan jaminan sosial, dokumen pribadi (kelahiran dan akte perkawinan, aplikasi paspor, lisensi Pengarah), layanan
13
b. Government to Business (G2B)
Government to Business adalah transaksi-transaksi elektronik dimana pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan
bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah. Mengarah kepada pemasaran
produk dan jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih
efisien melalui peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik.
Aplikasi yang memfasilitasi interaksi G2B maupun B2G adalah sistem E-Procurement. Manfaatnya adalah :
a. Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi
berbasiweb untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet;
b. Proses tender proyek-proyek pemerintahan yang melibatkan sejumlah
pihak swasta dapat dilakukan melalui website (sehingga menghemat biaya transportasi dan komunikasi), mulai dari proses pengambilan dan
pembelian formulir tender, pengambilan formulir informasi Term of Reference (TOR), sampai dengan mekanisme pelaksanaan tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender;
c. Proses pengadaan dan pembelian barang kebutuhan sehari-hari lembaga
pemerintahan (misalnya untuk back-office dan administrasi) dapat dilakukan secara efisien jika konsep semacamE-Procurementditerapkan (menghubungkan antara kantor-kantor pemerintah dengan parasupplier -nya);
d. Perusahaan yang ingin melakukan proses semacam merger dan akuisisi
regulasi dan hukumnya dengan berbagai lembaga pemerintahan terkait;
dan lain sebagainya.
c. Government to Government (G2G)
Government to Goverment adalah memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi online antar departemen atau lembaga pemerintahan melalui basis
data terintegrasi. Contoh : konsultasi secara online, blogging untuk kalangan legislatif, pendidikan secara online, pelayanan kepada masyarakat secara terpadu. Disamping prestasi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah
yang lebih baik sejak reformasi, tentunya penerapan E-Government ini dapat memberikan tambahan manfaat yang lebih kepada masyarakat:
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada parastakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);
3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
15
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat
dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan
dengan berbagai perubahan global dantrendyang ada; dan
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara
merata dan demokratis.
d. Government to Employees (G2E)
Aplikasi ini diperuntukan untuk meningkatkan kinera dan kesejahteraan para
pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi
sebagai pelayan masyarakat. Contohnya sistem asuransi kesehatan dan
pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah terintegrasi dengan
lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotek, dan lain-lain)
dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan, dan
lain-lain).
3. PengembanganE-Governmment
Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahaan yang berbasis (menggunakan) elektronik
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efesien.
Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja dilingkungan pemerintahan dengan mengoptimalisasikan
pemanfaatan teknologi informasi. Berdasarkan sifat transaksi informasi dan
pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah melalui jaringan informasi,
a. Tingkat 1–Persiapan
- Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga.
- Sosialisasi situswebuntuk internal dan publik b. Tingkat 2–Pematangan
- Pembuatan situswebinformasi publik yang bersifat interaktif - Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain
c. Tingkat 3–Pemantapan
- Pembuatan situswebyang bersifat transaksi pelayanan publik - Pembuatan inteperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain
d. Tingkat 4–Pemanfaatan
- Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to Consumers (G3C).
4. Kebijakan dan Strategi PengembanganE-Government
Dalam lampiran Inpres No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-Government, dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis e-governmet perlu dilaksanakan melalui enam strategi yang berkaitan erat yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan sistem pelayanan yang handal, terpercaya serta
terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan
peningkatan kualitas jaringan koomunikasi keseluruh wilayah Negara.
17
yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi
pemerintah.
b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah agar dapat
mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.
c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin
dicapai adalah standarisasi yang berkaitan dengan interopabilitas
pertukaran dan transaksi informasi antar portal pemerintah. Standarisasi
dan prosedur yang berkaitan dengan manejeman dokumen dan informasi
elektronik.
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri
telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah
adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan
strategise-government.
e. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Baik pemerintah
maupun masyarakat.
f. Melaksanakan pengembangan secara sistematis melalui tahapan yang
realistis dan terukur dalam pengembangan e-government, dapat dilaksanakan dengan empat tingkatan, yaitu: persiapan, pematangan,
pemantapan dan pemanfaatan.
B. Pengadaan Barang/jasa
1. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa
Menurut Sutedi (2012:7) Pengertian pengadaan barang/jasa yaitu mencakup
penjelasan dari dari seluruh proses sejak awal perencanaan, persiapan, perijinan,
dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa seperti jasa konsultasi teknis, jasa
konsultasi keuangan, jasa konsultasi hukum atau jasa lainnya. Menurut Keputusan
Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
barang/Jasa, Pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara
swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pengadaan barang dan jasa merupakan
kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa oleh Kementerian/Lembaga/ Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa. Sedangkan menurut Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubuhan Kedua Atas Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh barang/jasa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang dan
jasa merupakan salah satu tahapan siklus proyek yang diperlukan oleh instansi
19
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa antara dua
pihak sesuai dengan perjanjian atau kontrak.
2. Jenis-jenis Pengadaan Barang/jasa
Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubuhan Kedua Atas Peraturan Presiden
No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, menyebutkan
jenis-jenis pengadaan barang dan jasa yang dilakukan untuk menentukan
Penyedia Jasa dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Pengadaan Barang/Jasa Umum
Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
2. Pengadaan Barang/Jasa Terbatas
Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan
jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk
pekerjaan yang kompleks.
3. Pemilihan Langsung
Metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang
bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
4. Pengadaan Langsung
Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa
melalui Pengadaan Barang/Jasa/Seleksi/Penunjukan Langsung.
5. Penunjukan Langsung
Metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung
3. Siklus Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
Siklus pengadaan barang/jasa adalah tata-urut proses pengadaan barang dan jasa
yang dimulai dari identifikasi kebutuhan sampai penyerahan kepada yang
berwenang.
Gambar 2.1
Siklus Pengadaan Barang/Jasa
Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa
Perencanaan
Pengadaan Persiapan ManajemenKontrak
Akuisisi Serah terima Asset
Sumber: Presentasi LKPP, 2012
Dari gambar 2.1 dapat dijabarkan siklus pengadaan barang dan jasa sebagai
berikut:
1. Tahap Perencanaan Pengadaan meliputi:
a. Perencanaan umum pengadaan barang/jasa
b. Perencanaan paket dan biaya pengadaan barang/jasa
c. Perencanaan organisasi pengadaan barang/jasa
d. Perencanaan pelaksanaan pengadaan barang/jasa
2. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/ Jasa meliputi:
a. Perencanaan pemilihan penyedia
b. Penyusunan dokumen pemilihan penyedia dan HPS
c. Pengumuman
d. Pendaftaran dan pengambilan dokumen
21
f. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran
g. Evaluasi dokumen penawaran
h. Penetapan pemenang
i. Sanggahan
j. Penerbitan SPPBJ
k. Pembuatan kontrak
3. Tahap Manajemen Kontrak
a. Persiapan pelaksanaan kontrak
b. Pengelolaan program manajemen mutu/ resiko
c. Pengendalian kontrak
d. Penilaian prestasi
e. Pengelolaan jaminan
f. Penyelesaian perselisihan
g. Pengelolaan jaminan
h. Penyelesaian perselisihan
i. Penanganan kegagalan teknis
j. Pengakhiran kontrak
k. Penerimaan dan penyerahan
l. Pelaporan
C. Electronic Procurement 1. PengertianE-Procurement
pengadaan barang dan jasa untuk membantu pemerintah dalam menunjang
kerja-kerja organisasi, mulai dari perlengkapan di dalam kantor hingga perlengkapan
lapangan.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mengatakan
bahwa E-Procurement merupakan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dilakukan secara elektronik terutama berbasis web atau internet. Instrumen ini memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi meliputi
pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh LPSE. Eric Evans
dkk (2000:3) mengatakan dalam hal bisnis, perubahan mungkin tidak cukup
membuat kita tertarik, tetapi web sekarang menjadi pemasaran pokok bersama media iklan untuk sebagian besar perusahaan-perusahaan terkemuka. Banyak
perusahaan sekarang menggunakan internet untuk membuat koneksi dengan
pelanggan mereka secara langsung. Selain itu mereka juga mengembangkan
hubungan dengan gaya kemitraan bersama pemasok utama dan pelanggan.
Internet juga digunakan dalam dunia bisnis untuk hal-hal yang lebih banyak lagi.
Apapun itu, intinya adalah segalanya akan menjadi lebih baik di masa yang akan
datang.
Maria Avilla dalam jurnalnya (2014:14) mengatakan penerapan E-Procurement berakibat pada terjadinya sejumlah pengurangan, mulai dari harga pembelian
barang, waktu proses pembelian, penagihan, dan pembayaran, hingga
pengurangan biaya administrasi maupun waktu dari proses pengadaan barang.
Selain itu, melalui E-Procurement, proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa menjadi lebih transparan, terbuka, dan menciptakan persaingan yang sehat dengan
23
barang dan jasa, serta meminimalisasi terjadinya penyimpangan maupun
persekongkolan tender yang sering terjadi.
Tim Dosen MKA Fakultas Ilmu Administrasi Unipdu Jombang (2013)
mengatakan bahwa pembelian dan penjualan online mengefisienkan proses
pengadaan dan mengurangi biaya operasi dengan mengurangi pengeluaran untuk
waktu administrasi dan memperpendek birokrasi. Penerapan E-procurement mendorong upaya transaksi dari pusat pembuat pesanan hingga titik kebutuhan
pada pengguna desktop bisnis. Hal ini memastikan kesesuaian terhadap perjanjian
dengan pemasok yang dipilih melalui katalog online yang mana dilihat-lihat oleh
para pengguna untuk menemukan item yang dibutuhkan. Fitur utama E-Procurementmeliputi :
a. Katalog elektronik untuk item-item standar/inti.
b. Kemampuan punch-out ke situs-situs web pemasok untuk produk-produk yang dinamis/bermacam-macam.
c. Memunculkan kembali daftar-daftar permintaan/belanja untuk item-item
yang dibeli secara teratur.
d. Jalur-jalur persetujuan yang menyatu (built-in)untuk menjalankan kendali anggaran belanja.
e. Kemampuan untuk memberi laporan informasi manajemen yang detil.
sendiri memang memiliki manfaat yang signifikan, tapi kuncinya adalah sejauh
mana hal tersebut :
a. Membuka kesempatan manajer untuk mencoba tantangan lain saat bekerja
b. Mendorong para pelaku pengadaan untuk mengadopsi pengembangan
strategi daripada hal-hal operasional atau kegiatan transaksional
c. Berpotensi menyeimbangkan basis pasokan dengan kebutuhan pelanggan
d. Menangkap imajinasi dari manajemen terdahulu dan memungkinkan
proses pengadaan bergerak dengan dukungan manajemen untuk proses
pengadaan baru .
Robert Rhotery dalam United Nations Publication (2006:7) mengatakan bahwa manfaat Electronic Government Procurement (e-GP) adalah efisiensi, transparansi, kesetaraan, keadilan, dan dorongan dari bisnis lokal. Efisiensi dapat
dicapai dikarenakan E-Procurement meningkatkan kompetisi dan menurunkan biaya transaksi, meminimalisasi waktu dan kesalahan dalam proses tender dan
arus yang pengambilan keputusan. Transparansi memerlukan informasi lebih tepat
waktu untuk lebih banyak orang. Jejak kertas transaksi pengadaan, manajemen
dokumen, penyingkapan, analisis hasil, audit dan sanksi merupakan bagian dari
transparansi. Dalam e-procurement aturan yang transparan dan proses kerja di lapangan serta prosedur yang disederhanakan akan mengurangi kesenjangan
keterampilan dan pengetahuan. Bisnis lokal dan usaha kecil dan menengah
(UKM) didorong untuk berpartisipasi karena prosedur standarnya sederhana untuk
melakukan proses penawaran. Semua dibangun dalam fitur Target UKM, jaringan
25
Berikut ini faktor-faktor menurut Robert Rhotery (2006) yang berpengaruh dalam
keberhasilan pengembangan dan penyebaran pengetahuan tentang E-Procurement:
a. Kepemimpinan pemerintah
b. Kebijakan dan kerangka hukum
c. Perubahan kelembagaan
d. Kesadaran dan kapasitas
e. Teknologi
McDermont dalam United Nations Publication (2006:19) mengatakan ketika melakukan penilaian, penting untuk melihat pandangan semua pihak yang terlibat
dalam pembangunan jangka panjang dari sistem Electronic Government Procurement (e-GP). Para pemangku kepentingan dapat berasal dari beberapa sektor yakni sektor publik seperti kebijakan bisnis, keuangan , manajemen
pengadaan, dan perencanaan IT. Ada pula dari sektor swasta seperti kelompok
pemasok dalam konstruksi dan kesehatan , dan kelompok konsumen. Komponen
kunci dari penilaian tersebut adalah :
a. Kepemimpinan pemerintah
b. Manajemen sumber daya manusia
c. Perencanaan dan manajemen
d. Kebijakan E-Procurement
e. Perundang-undangan dan peraturan
f. Layanan Infrastruktur dan web
g. Standar
i. SistemE–Procurement
Komponen pertama yakni kepemimpinan pemerintah secara khusus dimaksudkan
pada visi kepemimpinan yang kemudian disinergikan dengan keberadaan
penerapan E-Procurement. Ketika pimpinan pada suatu lembaga mendukung penerapan E-Procurement sudah jelas bahwa kebutuhan-kebutuhan penunjang penerapan kebijakan E-Procurement akan diupayakan untuk dipenuhi oleh pimpinan agar penerapan kebijakan ini dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Komponen manajemen sumber daya manusia mengaji keberadaan proses
peningkatan kualitas panitia pengadaan barang/jasa dalam penerapan sistem E-Procurement. Jika ingin melihat bagaimana proses penerapan kebijakan E-Procurement maka komponen ini harus terpenuhi karena transisi proses pengadaan barang dan jasa dari cara manual ke cara online memerlukan pengetahuan lebih terkait bagaimana menggunakan sistem E-Procurement yang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi sehingga diperlukan adanya
pembelajaran lebih dalam lagi tentang penggunaan komputer dan internet sebagai
dasar dalam mengoperasikan sistemE-Procurement.
Komponen berikutnya yakni perencanaan dan manajemen dari McDermont
(2006) ini memiliki fokus pada penyusunan rancangan pengadaan barang dan jasa
yang ingin dilakukan. Dibutuhkan penjelasan dari mana dasar sebuah lembaga
melaksanakan pengadaan barang dan jasa. Ini akan membuktikan bahwa
pengadaan barang dan jasa yang dilakukan selalu dengan dasar dan tujuan
27
Selanjutnya komponen kebijakan E-Procurement berfokus pada konsistensi sebuah lembaga dalam menerapkan kebijakan E-Procurement ini. Melihat kebijakan E-Procurement yang merupakan bagian dari E-Government itu sendiri selalu memiliki masalah dikarenakan tidak konsistennya kebijakan ini diterapkan.
Berbicara tentang pengadaan barang dan jasa elektronik tentunya merupakan hal
yang baru dan diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih baik itu dari
pemerintah maupun pelaku bisnis. Biaya yang dikeluarkan untuk mendanai E-Procurement cukup besar namun ketika dilaksanakan sesuai dengan aturan dan tetap konsisten maka akan memberikan banyak manfaat baik dari materi maupun
non materi.
Berikutnya komponen perundang-undangan dan peraturan. Komponen ini
berfokus pada pemahaman para pelaku pengadaan barang dan jasa terkait masalah
peraturan perundang-undangan dimana pelaksanaan E-Procurementini diatur dan memiliki dasar hukum. Pemahaman para pelaku pengadaan terhadap peraturan
perundang-undangan ini sangat penting. Hal ini terkait tentang acuan para pelaku
pengadaan barang dan jasa dalam menyelenggarakan E-Procurement. Peraturan perundang-undangan yang juga akan membatasi para pelaku pengadaan barang
dan jasa secara elektronik dalam bertindak. Hal ini tentunya akan lebih
memproteksi para pelaku pengadaan barang dan jasa secara elektronik untuk tidak
dapat melakukan tindakan korupsi.
adalah peralatan dan perlengkapan dalam mengoperesikan sistem LPSE tersebut.
Itulah yang kemudian harus diamati dalam komponen ini.
Berikutnya yang dijelaskan McDermont adalah komponen standar. Yang menjadi
fokus dari komponen ini adalah keberadaan standar petunjuk pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang kemudian harus dipahami oleh
pelaku pengadaan barang dan jasa. Petunjuk pelaksanaan ini yang kemudian
menjadi pedoman para pelaku pengadaan barang dan jasa dalam melaksanakan
pengadaan barang dan jasa yang lebih teknis lagi.
Komponen berikutnya yakni integrasi sektor swasta. Integrasi sektor swasta
berfokus pada respon pelaku bisnis atau penyedia barang dan jasa dalam
menyikapi kebijakan E-Procurement yang dikeluarkan oleh pemerintah. Apakah mereka kemudian berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang kebijakan ini dan
beradaptasi dengan lembaga pemerintah atau sebaliknya. Itulah yang kemudian
perlu diamati dalam komponen ini.
Komponen terakhir yang dijelaskan McDermont yakni sistem E-Procurement. Yang difokuskan dalam komponen ini adalah keberadaan sistem E-Procurement suatu lembaga yang baik sehingga mampu dioperasikan oleh para pelaku
pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Sistem yang dimaksud adalah sistem
LPSE lembaga pemerintah. Keberadaan sistem LPSE yang baik tentunya akan
mempermudah para pelaku pengadaan baik pemerintah maupun penyedia barang
dan jasa dalam mengikuti proses pengadaan barang dan jasa melalui sistem LPSE
29
Komponen-komponen yang dijelaskan McDermont sebelumnya akan
memperlihatkan kemapanan sebuah lembaga pemerintah dalam menerapkan E-Procurement.
2. PrinsipE-Procurement
Penerapan E-Procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa memiliki beberapa prinsip. sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, prinsip-prinsip tersebut
adalah :
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan
sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah
ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya.
3. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia
barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.
4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang jelas.
5. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui
yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh
barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi
yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan
barang/jasa. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang
sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk
member keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
6. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
3. TujuanE-Procurement
Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik
bertujuan untuk:
1. PerwujudanGood Governanceyang menjadi tugas pemerintahan 2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
3. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat
4. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan
5. Mendukung prosesmonitoringdanaudit
6. Memenuhi kebutuhan akses informasi yangreal time
Sedangkan tujuan dari e-procurement yang dijelaskan Siahaya (2012:80) sebagai berikut:
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha
31
4. Mendukung proses monitoring danaudit 5. Memenuhi kebutuhan akses informasi terkini.
Secara umum, tujuannya adalah menjamin integritas, kepercayaan masyarakat,
dan transparansi dalam prosedur pengadaan barang/jasa umum. Jadi E-Procurement dapat dipergunakan sebagai alat kontrol dalam suatu proses pengadaan barang dan jasa.
4. Manfaat dan Kelebihan PenggunaanE-Procurement Manfaat lain penggunaanE-Procurement:
a. Menyederhanakan prosesprocurement b. Mempererat hubungan dengan pihaksupplier
c. Mengurangi biaya transaksi karena mengurangi penggunaan telepon atau
faxatau dokumen - dokumen yang menggunakan kertas d. Mengurangi waktu pemesanan barang
e. Menyediakan laporan untuk evaluasi
f. Meningkatkan kepuasanuser
(sumber: Paparan Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian
Pekerjaan Umum, 2011)
Menurut Handoko dalam Nightisabha (2009:133) Manfaat adanyaE-Procurement bukan hanya untuk instansi maupun pengembang sistem itu sendiri melainkan
juga bagi para penyedia barang dan jasa serta masyarakat umum yang hendak
mengetahui proses pengadaan barang dan jasa pada pemerintah yang dapat
diakses secara terbuka. Dengan E-Procurement, instansi penyelenggara pengadaan mendapatkan harga penawaran yang lebih banyak dan proses
memperluas peluang usaha, menciptakan persaingan usaha yang sehat, membuka
kesempatan pelaku usaha secara terbuka bagi siapapun dan mengurangi biaya
administrasi. Secara umum perbedaan pengadaan barang dan jasa konstruksi
dengan cara konvensional danEprocurementdapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan Sistem Pengadaan Barang/jasa
No Konvensional E-Procurement
1 Pemasukan dan pengambilan dokumen dilakukan dengan tatap muka
Pemasukan dan pengambilan dokumen dapat dilakukan melalui internet
2 Pengumuman hanya dilakukan di media cetak
Pengumuman dilakukan di internet melalui website yang ada
3 Daerah cakupan pemberitahuan terbatas Daerah cakupan pemberitahuan sangat luas (bisa seluruh dunia)
4 Terbukanya kesempatan untuk berkolusi antara panita pengadaan dan penyedia jasa
Kesempatan untuk bekolusi antara panitia pengadaan dan penyedia jasa bisa dikatakan kecil
5 Kurang transparan Lebih transparan
Dari tabel 2.1, dapat diketahui beberapa kelebihan penggunaan E-Procurement, yaitu:
a. Layanan lebih cepat dikarenakan peserta lelang tidak memerlukan waktu
untuk mengadakan perjalanan ke tempat pengadaan barang dan jasa
dilaksanakan dan tidak perlu melakukan birokrasi yang sering
menghabiskan banyak waktu.
b. Transparansi, akuntabel, efektif dan efisien karena dapat diakses siapa
saja.
c. Salah satu upaya mempersiapkan para penyedia jasa nasional untuk
33
Secara keseluruhan,E-Procurementdiharapkan dapat menjadi suatu sistem lelang yang efisien dibandingkan sistem lelang konvensional bagi para pelaku jasa
konstruksi.
5. Tahapan PengembanganE-Procurement
Pengembangan E-Procurement dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Copy To Internet, yaitu kegiatan penayangan seluruh proses dan hasil pengadaan barang/jasa, ditayangkan melalui internet (sistem lelang) oleh
panitia pengadaan.
2. Semi E-Procurement,yaitu kegiatan pengadaan barang/ jasa yang sebagian prosesnya dilakukan melalui media elektronik (internet) secara interaktif
antara pengguna jasa dan penyedia jasa dan sebagian lagi dilakukan secara
manual (konvensional).
3. Full E-Procurement, yaitu proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan cara memasukkan dokumen (file) penawaran melalui sistem E-Procurement, sedangkan penjelasan dokumen seleksi/lelang (Aanwizjing) masih dilakukan secara tatap muka antara pengguna jasa dengan penyedia jasa.
6. PenerapanE-Procurement
Diterapkannya E-Procurementsebagai sistem pengadaan barang dan jasa melalui proses yang telah dilakukan sejak tahun 2002 hingga saat ini. Berikut adalah tabel
Tabel 2.2
Tahapan PelaksanaanE-Procurement
NO Tahun Pelaksanaan E-Procurement
1 2002 Uji coba 1 paket 2 2003 Uji coba 60 paket 3 2004 Pusat+DKI Jakarta 4 2005 Seluruh di Pulau Jawa
5 2006 P. Jawa + Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo dan Bali
6 2007 P. Jawa + Sumut, Sumbar, Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut , NTB Uji Coba SemiE-ProcurementPlus : Pusat
7 2008 P. Jawa + Sumut, Sumbar, Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut , NTB, Kepri, Babel, Kalbar, Kalteng, Sultra, Sulteng, NTT, Maluku, Malut, Papua, Irjabar
Pusat & DKI Jakarta SemiE-Procurementplus. 8 2009 Pusat dan Pulau Jawa : semiE-Procurementplus.
Provinsi di luar Pulau Jawa : SemiE-Procurement
9 2010 Pusat dan Pulau Jawa + Riau, Kalsel, Gorontalo dan Bali : semi E-Procurement plus. Di luar propinsi tersebut melaksanakan : Semi
Eprocurement
10 2011 Full E-Procurementditerapkan di 24 propinsi, yaitu: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, dan Nusa Tenggara Barat
SemiE-Procurementditerapkan di 9 propinsi yaitu :
Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat
Sumber : Paparan Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum, 2011
Dari Tabel 2.2, Tahapan Pelaksanaan E-Procurement, diketahui bahwa sistem ini telah diujicobakan sejak tahun 2002 kemudian berkembang sampai dengan tahun
2005. Pada tahun 2007 dilakukan uji coba Semi E-Procurement yang dilaksanakan di Pulau Jawa dan 15 Provinsi lainnya yang berlanjut sampai dengan
35
elektronik dan manual secara bersamaan. Hal ini dilaksanakan pada tahun 2010,
ketika aplikasi E-Procurement masih belum mengalami penyempurnaan. Pada tahun 2011, mulailah diberlakukan Full E-procurement di 24 provinsi hingga tahun 2013 sistem pengadaan barang dan jasa Full E-Procurement telah diterapkan di 33 provinsi di Indonesia.
7. Kegiatan PelaksanaanE-Procurement
Pengadaaan barang/jasa pemerintah secara elektronik memiliki perbedaan yang
dengan pengadaan barang/jasa secara manual. Pada pengadaan barang/jasa
elektronik upaya-upaya untuk meminimalkan terjadinya tindakan korupsi lebih
ditekankan seperti contohnya pada proses pengadaan barang/jasa secara elektronik
antara rekanan dan penyedia barang tidak melakukan tatap muka secara langsung
dan segala hal yang berhubungan dengan pendaftaran sampai pengumuman lelang
dilakukan di dalamwebsite.
Tabel 2.3
Perbedaan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik dengan Manual
Sumber : Modul Pelatihan LPSE Provinsi Lampung 2011
Keseluruhan proses kegiatan pengadaan barang/jasa dilakukan secara elektronik
yang dimulai dari pengumuman pelelangan, download dokumen pemilihan dan
NO TAHAPAN MANUAL ELEKTRONIK
1 Pengumuman Koran Koran danWebsite
2 Pendaftaran dan 5 Pengumuman Pemenang Datang langsung
atau Surat Menyurat
Diumumkan diWeb
dan kirimkan melalui