ABSTRAK
PENGGUNAAN DOCUMENT AGAINST PAYMENT SEBAGAI ALAT
PEMBAYARAN PADA TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR ANTARA PT AMAN JAYA PERDANA DENGAN OLAM INTERNATIONAL LIMITED
Oleh
FREDERICA HENRIETTA
Hukum Dagang Internasional mengakui 5 kebiasaan metode pembayaran yakni advance payment, open account, partial payment with order, consignment, documentary collection: document against acceptance dan document against payment. Document against payment yang merupakan bagian dari documentary collection tunduk pada ketentuan United Rules Collection (URC 522). PT Aman Jaya Perdana dan Olam International Limited selaku pelaku ekspor-impor sepakat
menggunakan document against payment karena dianggap mudah dan kurang
beresiko. Penelitian ini bertujuan mengkaji penggunaan document against payment
terhadap transaksi ekspor impor PT Aman Jaya Perdana ─ Olam International
Limited. Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini ialah, penggunaan document against payment pada transaksi ekspor-impor PT Aman Jaya Perdana ─ Olam International Limited, pengaturan resiko perubahan kurs pada kontrak dagang antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited.
Penulis menggunakan pendekatan normatif terapan dalam pendekatan masalah penelitian ini. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi
kepustakaan dengan tujuan menganalisa “bagaimana penggunaan document against
payment pada transaksi ekspor-impor antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited, apakah pengaturan resiko perubahan kurs diatur dalam kontrak
dagang antara PT Aman Jaya Perdana-Olam International Limited.”
Hasil penelitian dan pembahasan menerangkan bahwa penggunaan document against
payment pada transaksi ekspor-impor PT Aman Jaya Perdana-Olam International
Limited, melalui beberapa tahap, penyusunan draft dokumen, persetujuan draft,
penerbitan dokumen asli, pengiriman dokumen ke remitting bank-collecting bank dan
pengapalan barang, pembayaran, pemindahan hak milik dokumen dan barang.
Metode pembayaran document against payment, bank tidak menjamin kredibilitas
Meski demikian, document against payment dinilai menguntungkan eksportir karena eksportir mampu mengawasi barang yang diekspor hingga pembayaran dilakukan. Transaksi ekspor impor menggunakan mata uang asing, namun dalam kontrak dagang tidak diatur tentang perubahan nilai tukar mata uang asing.
PENGGUNAAN DOCUMENT AGAINST PAYMENT SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN PADA TRANSAKSI EKSPOR- IMPOR ANTARA PT AMAN
JAYA PERDANA DENGAN OLAM INTERNATIONAL LIMITED
(Skripsi)
Oleh
Frederica Henrietta
1012011178
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK ... i A. Tinjauan Tentang Ekspor-Impor ... 13
B. Tinjauan Tentang Kontrak Dagang Internasional ... 17
C. Tinjauan Tentang Metode Pembayaran Dalam Ekspor-Impor ... 25
D. Tinjauan Tentang Risiko Dalam Ekspor Impor ... 36
E. Kerangka Pikir ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39
1. Pendekatan Masalah ... 39
5. Pengolahan Data... 42
B. Pengumpulan Data... 43
C. Analisis Data ... 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penggunaan Document Against Payment Pada Transaksi Ekspor-Impor
PT Aman Jaya Perdana ─ Olam International Limited
1. Gambaran Umum dan Hubungan Hukum PT Aman Jaya Perdana
Dan Olam International Limited
a. Gambaran Umum PT Aman Jaya Perdana... 46
b. Gambaran Umum Olam International Limited ... 48
c. Hubungan Hukum Antara PT Aman Jaya Perdana dan Olam
International Limited ... 50
2. Penggunaan Document Against Payment Pada Transaksi Ekspor Impor
PT Aman Jaya Perdana ─Olam International Limited ... 53
3. Risiko Dalam Penggunaan Document Against Payment Pada
Transaksi Ekspor-Impor ... 60
B. Pengaturan Risiko Perubahan Nilai Kurs Pada Kontrak Dagang
Internasional Antara PT Aman Jaya Perdana Dengan Olam Internasional
Limited
1. Document Against Payment menurut Uniform Rules For Collection
tentang Collecting Bank ... 65
2. Pengaturan Risiko Perubahan Nilai Kurs Pada United Rules Collection
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Dokumen 1. Kontrak Dagang PT Aman Jaya Perdana-Olam International Limited . . ... 82
Dokumen 2. Shipping Instruction ... 83
Dokumen 3. Bill Of Loading ... 84
Dokumen 4. Packing List ... 85
Dokumen 5.Invoice ... 86
Dokumen 6. Certificate of Origin ... 87
Dokumen 7. Quality and Weight Certificate... 88
MOTO
“Pendidikan adalah senjata terkuat yang dapat kamu pergunakan untuk mengubah
dunia”
(Nelson Mandela)
“Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras
adalah kemenangan besar”
PERSEMBAHAN
Skrispsi ini aku persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku terkasih, yang selalu mencintai, menyayangi,
mendoakan dan mendidikku:
Daniel Hadinata
dan
Veronica Yuliana
Terima kasih atas kasih, cinta, dan pengorbanan bagiku, sehingga aku
dapat menyelesaikan kuliah ini, untuk menjadi apa yang kalian
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Frederica Henrietta, penulis
dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1992 di Kota Bandar
Lampung. Penulis adalah anak ke-dua dari dua bersaudara, dari
pasangan Daniel Hadinata dan Veronica Yuliana.
Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Taman Kanak-Kanak di TK Xaverius I Bandar Lampng, lulus pada tahun 1998.
2. Sekolah Dasar di SD Xaverius I Bandar Lampung, lulus pada tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius I Bandar Lampung, lulus pada
tahun 2007.
4. Sekolah Menengah Atas di SMA Fransiskus Bandar Lampung pada tahun 2010.
Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.
Selama kuliah, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Perdata. Di Hima Perdata
SANWACANA
Salam sejahtera dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Penggunaan Document Against Payment Sebagai Alat
Pembayaran Pada Transaksi Ekspor-Impor Antara PT Aman Jaya
Perdana─ Olam International Limited” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung
dengan tepat waktu.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, partisipasi secara langsung
maupun tidak langsung dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak
membantu penulis di dalam menempuh pendidikan sarjana di Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
3. Ibu Aprilianti, S.H., M.H., Sekretaris Bagian Hukum Keperdataan Fakultas
Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis di dalam
4. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan banyak waktu, ilmu, pemikiran, dan tenaga kepada penulis, serta
memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia untuk meluangkan waktunya, memberikan perhatian serta
mencurahkan segenap pemikirannya untuk membimbing penulis dengan
penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. I Gede AB Wiranata S.H., M.H., Dosen Pembahas I yang
telah memberikan kritik, saran, motivasi, dan masukan yang sangat
membangun terhadap skripsi ini.
7. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., LL.M, Dosen Pembahas II yang telah
memberikan kritik, saran, motivasi, dan masukan yang sangat membangun
terhadap penulisan dalam skripsi ini.
8. Ibu Yusnani Hasyim Zum S.H. dan Bapak Muhtadi, S.H.,M.H., Pembimbing
Akademik, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan bagi
penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
9. Seluruh Dosen serta karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas bantuan tenaga,
ilmu dan pemikiran yang telah diberikan dengan penuh dedikasi.
10. Kakak tercinta Fredy Agustinus
11. Keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan pendidikan
12. Sahabat terbaik dan keluarga: Desi Indriani, Dwi Kartika, Bella Asih, Inggit
Suci, Tiara, Nurul Aini, Wana, Kelvin, Wisnu, Titi, Marselyna, Kak Rhizky
Nurkholis yang sudah banyak membantu penulis selama kuliah dan
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas dukungan moril, tenaga, maupun
materiil selama ini.
13. Teman-teman seperjuangan Hima Perdata ’10: Saut, Bismar, Abram, Rama,
Ricko, Yuri, Jonathan Adi, Bella, Harsa, Itqoh, Dimas, Silva, Zulkifli, Topan,
Dendri, JT, Rio, Obau serta teman-teman perdata lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kenangan yang tak terlupakan
selama kuliah.
14. Jimmy Setiawan beserta keluarga yang telah banyak memberikan saran dan
motivasi berharga kepada penulis selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan
dukungannya.
Semoga Tuhan selalu menyertai kita di dalam hidup kita. Akhir kata, penulis
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh
dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori
keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila
masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif pada produk yang
berbeda. Artinya, selama rasio harga antarnegara masih berbeda dan tidak terjadi
perdagangan maka setiap negara memiliki keunggulan komparatif.1 Selain itu,
perdagangan internasional dapat muncul karena adanya tingkat permintaan dari
masyarakat atas suatu barang yang hanya dapat diproduksi di negara lain.
Permintaan masyarakat mendorong setiap negara untuk mengadakan kegiatan
transaksi perdagangan agar melengkapi kekurangan sumber daya yang ada
sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Transaksi dagang ini
lebih dikenal dalam bentuk ekspor-impor. Kegiatan ekspor-impor merupakan
kegiatan dagang oleh suatu perusahaan atas suatu barang dan atau jasa dengan
perusahaan lain yang dilakukan dengan melintasi batas negara. Kegiatan
ekspor-impor ini dilakukan oleh banyak perusahaan di berbagai negara, salah satunya
1
ialah PT Aman Jaya Perdana yang merupakan perusahaan ekspor lada yang
berkedudukan di Bandar Lampung, Indonesia, melakukan hubungan jual beli
dengan Olam International Limited, yang merupakan perusahaan agrikultural
(Perusahaan yang berproduksi bahan pangan), berkedudukan di Singapura.
Keduanya melakukan kegiatan ekspor-impor komoditi lada. Dalam kegiatan
tersebut PT Aman Jaya Perdana bertindak sebagai eksportir dan Olam
International Limited sebagai importir.
Kegiatan dagang ini tidak hanya dilakukan dengan dalih pemenuhan kebutuhan
dan keuntungan semata bagi kedua perusahaan tersebut. Kegiatan tersebut
ditujukan agar memberikan manfaat bagi negara termasuk masyarakat. Manfaat
yang dapat diambil dari kegiatan ini bagi negara ialah meningkatkan pendapatan
nasional, menambah informasi terkait inovasi teknologi, penambahan devisa
negara dan sebagainya. Sedangkan, manfaat yang dapat dirasakan bagi
masyarakat ialah memperluas daerah pemasaran barang dagangan masyarakat,
memotivasi masyarakat untuk dapat melahirkan inovasi-inovasi baru dan kreatif
demi menciptakan suatu produk unggulan dibandingkan produk dari negara lain.
Pelaksanaan kegiatan ekspor-impor tentunya tidak hanya melibatkan satu pihak
melainkan berbagai pihak, yakni instansi maupun beberapa lembaga pemerintahan
terlibat di dalamnya seperti Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal dan Bea
Cukai, Badan Wilayah Bea dan Cukai, Badan Pelayanan dan Pengawasan Bea
Dan Cukai.2 Instansi-instansi tersebut menjadi pintu gerbang keluar masuknya
2
barang ekspor maupun impor. Oleh sebab itu, kegiatan ekspor-impor harus
melalui persetujuan pihak tersebut dengan melakukan beberapa tahapan seperti
pendaftaran barang ekspor /impor yang harus dilakukan eksportir pada pihak
kepabeanan atau PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) dan PIB (Pemberitahuan
Impor Barang ) untuk barang impor sebelum barang dapat diekspor atau diimpor,
kemudian pemeriksaan fisik barang ekspor /impor dan sebagainya. Eksportir
maupun importir selain terlibat dengan instansi terkait, eksportir dan importir juga
harus melalui tiga tahapan. Tahap pertama, proses persetujuan jual beli,
kemudian, tahap kedua, pembayaran dan pada tahap ketiga yakni penyerahan
barang.3 Ketiga tahap ini menuntut adanya peran kontrak di dalamnya. Pembuatan
kontrak menjadikan para pihak semakin terikat satu sama lain yang terkait dengan
hak dan kewajiban untuk memenuhi ketiga tahapan tersebut.
Ketiga tahapan tersebut bereperan dalam transaksi ekspor-impor, namun
pembayaran memegang peran utama dalam keberlangsungan kegiatan
ekspor-impor. Pendanaan merupakan tonggak yang akan menyokong ketersediaan
barang yang akan diperjualbelikan. Sumber pendanaan berasal dari tindakan
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual. Terkait masalah
pembayaran, menurut kebiasaan Hukum Dagang Internasional terdapat lima
bentuk cara pembayaran yang dapat dilakukan importir untuk membayar
eksportir, yakni:
1. Advance Payment, sistem pembayaran yang menerapkan sistem pembayaran
yang dilakukan terlebih dahulu oleh pihak importir kepada eksportir dan
3
I Gede A.B. Wiranata.2012.Perdagangan Internasional (Kajian Hukum dan
setelah itu, terjadi pengiriman barang. Metode ini memungkinkan risiko tidak
terjadinya pengiriman barang oleh eksportir setelah pembayaran dilakukan
oleh importir.
2. Open Account, sistem pembayaran yang mengaplikasikan sistem pengiriman
barang terlebih dahulu, kemudian dilakukan pembayaran. Cara pembayaran
open account memiliki risiko bagi eksportir, ialah importir tidak melakukan
pembayaran pada eksportir, sebab pengiriman harus dilakukan terlebih dahulu
dibandingkan pembayaran.
3. Consignment, pembayaran yang dilakukan apabila, barang yang dibeli telah
terjual kepada pihak ketiga. Cara pembayaran consignment cukup berisiko
terutama bagi eksportir, sebab pembayaran akan dilakukan importir setelah
barang yang dibeli dari eksportir telah terjual kepada pihak lain. Pembayaran
ini dinilai berisiko sebab tidak ada kepastian atau jangka waktu yang diberikan
importir, oleh sebab itu, biasanya pembayaran consignment hanya dilakukan
oleh perusahaan yang telah bekerjasama sejak lama.
4. Documentary collection, terdiri dari dua jenis yakni Document Against
Payment dan document against acceptance. Perbedaan antara document
against acceptance dan Document Against Payment ialah document against
acceptance merupakan sistem pembayaran dimana kepemilikan dokumen atas
barang yang telah dibeli importir dapat dilakukan apabila importir telah
mengakseptasi time bill of exchange atau wesel berjangka. Pengakseptasian
time draft/ time bill of exchange merupakan tindakan pengakuan oleh importir
atas utang sejumlah uang yang tertera dalam time draft/ time bill of exchange
Sedangkan, pembayaran Document Against Payment, tidak jauh berbeda
dengan document against acceptance, keduanya mempergunakan jasa
collecting agent baik berupa bank maupun non bank untuk menagih sejumlah
uang yang tertera dalam bill of exchange. Cara pembayaran ini menerapkan
sistem pemberian dokumen asli atas barang yang dibeli oleh importir tidak
akan dilakukan apabila importir tidak sanggup atau belum melakukan
pembayaran sehingga importir tidak dapat mengeluarkan barang dari
pelabuhan, tidak seperti pada document against acceptance, yang hanya
mengakseptasi time draft sudah dapat memiliki dokumen asli barang yang
telah dibeli. Meski documentary collection, memiliki kelebihan dimana
eksportir masih memiliki kekuasaan atas barang hingga pembayaran atau
pengakseptasian wesel terjadi, namun sistem documentary collection tetap
memiliki risiko diantaranya ialah penolakan pembayaran oleh importir, biaya
tambahan gudang apabila, barang lama tidak dibongkar dari pelabuhan dan
sebagainya.
5. Documentary Credit, pada metode ini, bank berperan sebagai perantara dan
penjamin antara importir dan eksportir. Importir diwajibkan membuka Letter
of Credit yakni surat pemberitahuan kredit yang merupakan bentuk perjanjian
pembayaran yang diterbitkan bank penerbit atas perintah importir kepada bank
lain di negara eksportir, dimana eksportir diberi hak untuk menarik
wesel-wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang disebutkan
dalam surat tersebut.4Documentary credit memang memiliki risiko yang lebih
kecil dibandingkan sistem pembayaran lainnya karena L/C dapat menjadi
4
Ginting Ramlan.2007.Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta : Salemba Empat,
jembatan bagi eksportir maupun importir yang terpisah oleh negara dan belum
mengenal satu sama lain.5 Pada sistem documentary credit yang menjadi ciri
khas ialah importir harus menaruh jaminan berupa sejumlah uang pada issuing
bank / Bank penerbit L/C.
Kelima cara pembayaran di atas, yang diakui dalam kebiasaan Hukum Dagang
Internasional, salah satunya adalah Document Against Payment diatur dalam
Uniform Rules for Collection (URC) 522 tentang Collecting Bank. Cara
pembayaran tersebut hanya menuntut agar dana di dalam akun impotir cukup
untuk membayar barang yang telah diimpor, apabila dana dirasa tidak mencukupi,
dan importir tidak memberikan konfirmasi kapan dana dapat disediakan, maka
bank importir dapat mengembalikan dokumen kepada bank eksportir.
Pengembalian dokumen yang dilakukan tentunya menjadikan importir tidak dapat
memiliki barang yang telah dikirim tersebut.
Proses tersebut dinilai lebih menguntungkan eksportir sebab selain pembayaran
dilakukan secara tunai, eksportir dapat tetap melakukan pengawasan
barang-barang sampai draft/weselnya dibayar.6 Pembayaran secara tunai dan tindakan
pengawasan menjadikan Document Against Payment sebagai cara pembayaran
yang kurang berisiko bagi eksportir. Oleh sebab itu, PT Aman Jaya Perdana
selaku eksportir menggunakan cara pembayaran tersebut dalam transaksi ekspor
impornya dengan Olam International Limited.
5
Ibid. Hlm. 29
6
Astuti Purnamawati .2013.Dasar-Dasar Ekspor Impor.Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
Ekspor-impor merupakan kegiatan dagang yang melintasi batas negara yang
menjadi salah satu sumber devisa negara, untuk itu, kegiatan ekspor-impor dinilai
cukup mendukung perekonomian negara. Ruang lingkup yang besar tidak
menjadikan ekspor-impor sebagai kegiatan yang mudah dilakukan, terdapat
beberapa rangkaian tahapan yang harus dilakukan para pengusaha untuk dapat
menjalankan ekspor-impor. Pembahasan mengenai rangkaian proses awal hingga
akhir dari ekspor-impor itu sendiri dan bagaimana sistem pembayaran yang
dilakukan akan menambah pengetahuan penulis terkait perdagangan internasional,
karena selama ini penulis hanya mengetahui arti kata ekspor-impor dan
manfaatnya,beserta penggunaan L/C sebagai alat pembayaran satu-satunya dalam
perdagangan internasional, untuk itu, penulis ingin menelaah lebih lanjut terkait
bagaimana proses ekspor impor itu sendiri dari awal terbentuknya perjanjian
hingga pembayaran yang dilakukan kedua belah pihak. Penelaahan tersebut
dilakukan pada perusahaan PT Aman Jaya Perdana disebabkan ketersediaan
akses perolehan data serta berdasarkan hasil penelitian Kementrian Perdagangan
Indonesia, PT Aman Jaya Perdana termasuk perusahaan penyumbang devisa
negara non-migas terbesar asal Lampung dan hingga saat ini bertahan dalam
kegiatan ekspor impor komoditi lada.7
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis dalam bentuk
skripsi dengan judul “Penggunaan Document Against Payment Sebagai Alat
Pembayaran Pada Transaksi Ekspor-Impor Antara PT Aman Jaya
Perdana─ Olam International Limited.“
7
Devisa Lada Hitam Lampung Melejit Hingga 414,56% <http://
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat
dirumuskan oleh antara lain:
1. Bagaimana penggunaan Document Against Payment (D/P) pada transaksi
ekspor impor antara PT Aman Jaya Perdana dan Olam International Limited?
2. Apakah risiko perubahan nilai kurs diatur dalam kontrak dagang internasional
antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang penggunaan document against
payment (D/P) pada transaksi ekspor impor antara PT Aman Jaya Perdana
dan Olam International Limited
2. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaturan risiko perubahan nilai kurs dalam
kontrak dagang antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International
Limited.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan
pemikiran dibidang ilmu hukum pada umumnya khususnya Hukum Dagang
Internasional mengenai Document Against Payment Sebagai Alat
Pembayaran Pada Transaksi Ekspor Impor.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman praktis bagi
pelaku perdagangan ekspor-impor terutama dalam hal melakukan transaksi
pembayaran.
b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
mengenai kinerja pembayaran dalam kegiatan ekspor impor.
c. Hasil penulisan ini diharapkan mampu membangun perundang-undangan
Indonesia terkait sistem pembayaran dalam perdagangan internasional.
d. Sebagai salah satu syarat kelulusan sebagai Sarjana Hukum pada Fakultas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Ekspor-Impor
Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi dengan melintasi batas negara. Pengadaan kegiatan ekspor tidak
hanya mendatangkan keuntungan bagi eksportir ataupun importir. Namun, dengan
adanya kegiatan ekspor ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh berbagai pihak
diantaranya:
1. bagi negara, kegiatan ekspor ini mendukung negara untuk meningkatkan
pendapatan devisa.
2. bagi tenaga kerja, membuka lapangan pekerjaan, karena tidaklah mungkin apabila
perusahaan ekspor hanya menggunakan tenaga kerja sedikit untuk memproduksi
barang ekspor.
3. Bagi pelaku ekonomi (pedagang), memperluas jangkauan wilayah perdagangan
terutama pemasaran hingga ke dunia Internasional. Artinya pedagang dapat
mempromosikan hasil produksinya di dunia internasional, yang mampu
mendatangkan keuntungan lebih banyak daripada pemasaran tingkat lokal.1
1
Tina,Manfaat Ekspor Impor <http://www.tinatiwi.blogpsot.com> diakses 15 November 2013 pukul
Kegiatan ekspor bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, perlu dilalui beberapa
tahap agar para pedagang dapat melakukan ekspor, terutama dalam hal kepabeanan.
Tahapan yang harus dilalui dalam wilayah kepabeanan yakni:
1. Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke kantor pabean
dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Pengurusan dapat
dilakukan sendiri atau dikuasakan kepada Perusahaan Pengurusan Jasa
Kepabeanan (PPJK). Pemberitahuan ekspor dilakukan dengan mengisi formulir
atau dalam bentuk data elektronik.
2. Barang ekspor sebelum dimuat ke sarana pengangkut, biasanya dilakukan
penelitian dokumen oleh aiatem aplikasi pelayanan atau pejabat Bea dan Cukai
seperti pemeriksaan :
a. Kebenaran dan kelengkapan dokumen pengisian data
b. Kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan, meliputi:
i. Invoice, packing list, dan dokumen pelengkap lainnya yang diwajibkan
sebagai pemenuhan ketentuan umum dibidang ekspor
ii. Surat Tanda Bukti Setor (STBS) dalam hal barang ekspor terkena bea
keluar.2
Kegiatan ekspor beriringan dengan kegiatan impor, artinya jika ekspor dilaksanakan
terdapat pula kegiatan impor yang berlangsung di dalamnya. Arti dari kegiatan impor
sendiri ialah membeli barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan
2
pemerintah yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.3 Pengertian tersebut
didukung oleh Undang – Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, dalam UU
dinyatakan bahwa impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah
pabean. Artinya, kegiatan impor merupakan kegiatan memasukan barang dari luar
negeri ke dalam negeri. Kegiatan impor sebenarnya tidak menambahkan pendapatan
negara dalam sektor devisa negara. Meski demikian, impor tetap memiliki manfaat,
yaitu:
1. Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan sendiri
Dalam hal ini diketahui secara umum bahwa setiap negara memiliki karakterisitik
sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda. Hal
ini disebabkan karena kondisi geografis, kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia, serta faktor lainnya. Dapat diambil contoh misalnya, Indonesia
membutuhkan gandum namun tidak dapat menghasilkan gandum dan Australia
tidak bisa menghasilkan kelapa sawit dan membutuhkan kelapa sawit. Dengan
dilakukannya perdagangan antar negara tersebut mampu mengatasi kekurangan
ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki. Dengan dilaksanakannya
perdagangan antar negara akan bisa mendapatkan barang-barang yang belum
dapat dihasilkan di dalam negeri.
3
Astuti Purnamawati.2013.Dasar-Dasar Ekspor Impor.Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2. Memperoleh Teknologi Modern
Proses produksi dapat dipermudah dengan adanya teknologi modern. Misalnya,
penggunaan mesin las pada pabrik perakitan sepeda motor. Mesin ini
mempermudah proses penyambungan kerangka motor. Contoh lainnya adalah
mesin fotokopi laser. Mesin ini bisa menggandakan dokumen dengan lebih cepat
dan jelas. Tingkat teknologi di negara kita umumnya masih sederhana.
Pengembangan teknologi masih lambat karena rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Untuk mendukung kegiatan produksi, kita dapat mengimpor teknologi
dari luar negeri.
Oleh sebab itu, perdagangan antarnegara juga menjadi jalan bagi suatu negara
untuk mempelajari teknologi dari negara lainnya. Hal ini disebabkan terjadinya
peristiwa pertukaran informasi. Dari saling bertukar informasi ini, Indonesia dapat
belajar teknik produksi baru dan pemanfaatan teknologi modern.
3. Memperoleh Bahan Baku
Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk memproduksi mobil
dibutuhkan besi dan baja. Mengingat keterbatasan suatu negara ,maka tidak
semua bahan baku produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri. Mungkin
sekalipun ada yang diproduksi di dalam negeri, harganya lebih mahal. Pengusaha
demi memperoleh keuntungan besar, secara otomatis menekan biaya produksi,
dan dapat dipastikan produsen mencari bahan baku yang harganya lebih murah,
demikian, produsen harus mengimpor bahan baku tersebut demi kelangsungan
produksi. 4
Kegiatan impor dapat dilakukan dengan menjalankan beberapa tahap yakni:
1. Calon importir harus memiliki izin dari Kementrian Perdagangan.
Izin yang diterbitkan kementrian perdagangan berupa izin khusus yang disebut
dengan Angka Pengenal Impor (API) serta Angka Pengenal Impor Terbatas
(APIT).
2. Apabila, calon importir menginginkan untuk menggunakan fasilitas pembebasan
bea masuk, importir harus mengajukan fasilitas yang dinamakan KITE (
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).5
B. Tinjauan Tentang Kontrak Dagang Internasional
Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengatur perikatan dalam buku ke III
tentang Perikatan dimana perikatan ialah suatu perbuatan dimana satu orang atau
lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih, hal ini diatur dalam
Pasal 1313 KUHPerdata. Dalam membentuk suatu perikatan/perjanjian terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi para pembuat perjanjian (Pasal 1320
KUHPerdata ) yang dibagi dalam dua pengelompokan :
1. Syarat Subjektif ialah syarat terkait para pihak pembuat perjanjian yakni:
4
Dahlan, Manfaat Kegiatan Ekspor dan Impor <Dahlanforum.wordpress.com
/manfaatkegiataneksporimpor> diakses 20 Desember 2013 pukul 19.10 WIB
5
a. Kesepakatan antara para pihak pembuat perjanjian. Hal ini
mengindikasikan bahwa para pihak pembuat perjanjian telah sepakat
membuat perjanjian, tidak adanya paksaan dari pihak manapun
b. Kecakapan para pihak dalam membuat perjanjian. Berkaitan dengan
kecakapan para pihak, adapun syarat dari pengkategorian kecakapan itu
sendiri ialah dewasa, sehat secara fisik dan mental.
2. Syarat Objektif ialah syarat terkait hal yang diperjanjikan:
a. Adanya objek yang diperjanjikan. Dalam perjanjian harus ada suatu
objek yang diperjanjikan dan harus jelas diatur dalam perjanjian terkait
objek ataupun hal yang diperjanjikan .
b. Adanya suatu kausa yang halal, dalam hal ini dimaksudkan bahwa
perjanjian yang dibuat oleh para pihak tidak boleh bertentangan
undang-undang, asusila, maupun ketertiban umum.
Kedua tipe syarat sahnya perjanjian tersebut merupakan syarat dasar dalam
pembuatan perjanjian namun tidak terpenuhinya salah satu syarat subyektif tidak
menjadi hal mutlak pembatalan perjanjian. Artinya, perjanjian dapat tetap berjalan
sesuai dengan kesepakatan dan keinginan para pihak meski salah satu syarat
perjanjian yang bersifat subyektif tersebut tidak terpenuhi. Syarat yang dapat
membuat suatu perjanjian batal demi hukum ialah syarat objektif, syarat objektif
sarat dengan objek yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian, untuk itu, syarat
objektif harus terpenuhi dalam suatu perjanjian, apabila salah satu syarat objektif
pihak menjadi batal demi hukum, misalnya, A dan B membuat perjanjian jual beli
narkoba. Perjanjian tersebut batal demi hukum dikarenakan objek yang
diperjanjikan bertentangan dengan undang-undang.
Perikatan dalam hubungan dagang internasional diakui dengan istilah kontrak
dagang internasional. Kontrak dagang internasional pada kenyataannya kerap
disamakan dengan perjanjian internasional. Penyamaan istilah ini sering
menimbulkan kesalahpahaman antara para pelaku ekonomi maupun masyarakat.
Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa perjanjian sebenarnya lebih tunduk pada
hukum publik atau non komersial, dan istilah kontrak lebih mengarah pada
tindakan ataupun kegiatan komersial.6 Pernyataan terkait perjanjian internasional
tunduk pada hukum publik dibuktikan dengan pengaturan perjanjian internasioanl
dalam UU Nomor 24 Tahun 2000, perjanjian internasional ialah perjanjian, dalam
bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat
secara tertulis dan menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik.
Pembuatan kontrak apapun bentuk dan konteksnya dapat dipastikan melibatkan 2
pihak atau lebih. Adapun pihak-pihak dalam kontrak internasional tidak jauh
berbeda dengan pihak/subyek yang dapat terlibat dalam pembuatan kontrak
nasional diantaranya:
1. Individu
6
Adolf, Huala.2010. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional,Ed. Revisi.Bandung : PT Refika
2. Badan Hukum ( Perusahaan )
3. Organisasi Internasional
4. Negara.7
Setelah kontrak tersebut dibuat dan disepakati oleh para pihak, maka akibat dari
lahirnya kontrak tersebut ialah mengikat para pihak, sehingga para pihak
menjadikan kontrak tersebut sebagai undang-undang bagi para pihak, artinya para
pihak harus patuh dan tunduk pada apa yang ada dalam kontrak. Berkaitan dengan
mengikatnya kontrak, ada beberapa teori hukum yang menerangkan hakikat
mengikatnya sebuah kontrak bagi para pihak yakni:
1. Teori Kehendak
Teori Kehendak, mengakui bahwa suatu kesepakatan (Kontrak, perjanjian,
dan sebagainya) menjadi mengikat para pihak karena memang hal tersebut
dikehendaki oleh para pihak sendiri tanpa ada campur tangan dari luar.
2. Teori persetujuan
Teori Persetujuan, mengakui bahwa kesepakatan dapat mengikat berdasarkan
persetujuan para pihak sepanjang apa yang telah disepakati para pihak.
3. Teori Kesetaraan
Teori kesetaraan, dalam teori ini, diakui bahwa mengikatnya suatu
kesepakatan menimbulkan kesetaraan bagi para pihak.
4. Teori Kerugian
Teori kerugian menyatakan bahwa kesepakatan dapat mengikat karena para
pihak menyatakan dirinya mengandalkan pihak penerima janji dengan akibat
7Ibid,
adanya kerugian. Dengan kata lain, pelanggaran bentuk apapun yang lahir dari
perjanjian maupun kesepakatan yang telah dibuat akan menimbulkan kerugian
bagi para pihak. 8
Dalam pembuatan perjanjian dituntut untuk memuat klausula yang halal. Hal ini
dimaksudkan agar perjanjian tidak dibuat bagi klausula yang bertentangan dengan
perundang-undangan, asusila dan ketertiban umum. Hal ini pun berlaku dalam
kontrak dagang internasional, klausula yang pada umumnya ada dalam kontrak
dagang internasional antara lain:
1. Klausul jenis dan kualitas barang
Klausul ini memuat penjelasan terkait deskripsi dari objek kontrak. Kejelasan
mengenai objek yang diperjanjikan, dimaksudkan agar menghindari sengketa
mengenai objek atau barang yang diperjualbelikan.
2. Klausul harga dan cara pembayaran
Klausul ini menjadi penentu apakah pihak importir melaksanakan
kewajibannya dengan itikad baik atau tidak yakni membayar barang yang
diperjanjikan sesuai dengan harga dalam kontrak atau tidak melakukan
pembayaran sesuai dengan kontrak.
3. Klausul tempat pengiriman barang, tanggal, dan cara pengiriman
8
Klausul ini sangat penting karena klausul ini akan menentukan dimana barang
akan dikirim, bagaimana pengiriman dilakukan ( FOB/ Free On Board, CIF
/Cost And Freight ) dan kapan barang tersebut harus sampai kepada importir.
4. Klausul peralihan risiko
Klausul ini menentukan siapa pihak yang akan menanggung risiko apabila
dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan perjanjian atau mengalami
kerusakan atau hilang. Hal ini biasanya penanggungan risiko berada pada
eksportir/penjual apabila kesalahan berada pada penjual. Sebaliknya, pembeli
akan menanggung risiko apabila ia tidak atau belum membayar sejumlah uang
yang telah disepakati. Namun, dalam hal ini peralihan risiko biasanya berada
pada badan asuransi yang akan mengganti segala kerugian yang muncul.
5. Klausul pilihan hukum
Klausul ini dipergunakan untuk memilih hukum mana yang harus
diberlakukan oleh badan peradilan apabila muncul sengketa dalam
pelaksanaan perjanjian. Hal ini menjadi penting sebab biasanya kontrak
dagang internasional melibatkan dua negara atau lebih, dan tidak menutup
kemungkinan memiliki sistem hukum yang berbeda pula.
6. Klausul Pilihan Forum
Klausul pilihan forum sama halnya dengan klausul pilihan hukum. Dalam
pihak untuk menyelesaikan sengketanya dan termasuk penyerahan sengketa
kepada badan peradilan.9
Kontrak internasional terkait jual beli diatur oleh Convention on Contracts for
the International Sales of Goods (CISG) yang dikeluarkan oleh Majelis
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ditandatangani oleh negara anggota
PBB pada tahun 1980 dan efektif pada tahun 1988. CISG 1980 untuk jual beli
barang antara para pihak yang berada di berbeda negara dapat berlaku apabila:
1. Negara penjual maupun pembeli merupakan negara peserta CISG 1980
2. Aturan-aturan dari hukum perdata internasionalnya menunjuk pada
penerapan hukum dari negara peserta. 10
Ketentuan hukum umum tentang kontrak internasional untuk jual beli pada
CISG 1980 diatur oleh bab III Pasal 25 sampai dengan Pasal 29. Pasal 28 dan
29 mengatur adanya pembatalan kontrak antar para pihak melalui persetujuan.
CISG juga mengakui adanya pemberlakuan kebiasaan-kebiasaan internasional
yang diatur dalam Pasal 9 CISG 1980.
CISG 1980 yang bersifat mengatur jual beli barang dagangan skala
internasional juga mengatur hak maupun kewajiban penjual dan pembeli.
Kewajiban bagi penjual menurut CISG 1980 pada Pasal 30 sampai dengan 52 ,
yakni: 1)
9
Ibid, hal 121-122
10
Muhammad Syaifuddin.2012.Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Prespektif Filsafat,
menyerahkan barang 2) menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan barang 3) Mengalihkan hal milik.11 Pertama yang akan dibahas ialah
waktu penyerahan:
1. Jika tanggalnya ditentukan dalam kontrak, maka penyerahan dilakukan
pada tanggal tersebut, kecuali pembeli memilih tanggal tertentu
2. Jika tidak ditentukan, maka penyerahan barang dapat dilakukan pada suatu
waktu tertentu yang ditentukan setelah pembuatan kontrak.12
Kedua, tempat penyerahan, CISG mengatur tempat penyerahan barang sebagai
berikut :
1. Jika kontrak mencakup juga pengangkutan barang di tempat “handling”
barang dikirimkan kepada pembeli sesuai dengan tempat penyerahan
dalam kontrak
2. Dalam hal tidak ditentukan tempatnya, dan jika kontrak menyangkut
barang-barang tertentu, atau barangnya tidak ditentukan asal atau
dibuatnya, tetapi pada saat pembuatan kontrak, para pihak mengetahui
dimana barang itu berada atau dibuat, maka penyerahan dapat ditentukan
dimana barang tersebut ditempatkan atau ditentukan oleh pembeli
3. Jika tidak ditentukan tempat penyerahan oleh pembeli, maka penyerahan
dilakukan di tempat dimana penjual memiliki usahanya pada saat
Ketiga, kuantitas, kualitas dan uraian yang ditentukan dalam kontrak serta
dimuat atau dipaket dengan cara yang sesuai dengan kontrak, apabila terdapat
ketidakcocokan antara permintaan pembeli dengan penyerahan barang yang
dilakukan penjual maka pembeli berhak menolak barang tersebut. Penjual
tidak bertanggungjawab atas penolakan apabila pembeli menyadari adanya
ketidakcocokan tersebut pada saat pembuatan kontrak.13
Keberadaan kewajiban penjual juga menghadirkan kewajiban bagi pembeli,
CISG 1980 menyatakan dalam Pasal 53-60 bahwa kewajiban tersebut
mencakup membayar harga barang dan menerima penyerahan barang.
Pembayaran harga ditetapkan menurut berat dan apabila muncul keraguan
maka, ditetapkan berdasarkan berat bersih serta apabila jangka waktu tidak
ditentukan maka, pembayaran dapat dilakukan pada saat penjual telah
menyerahkan barang atau dokumen di tempat pembeli.14
C. Tinjauan Tentang Metode Pembayaran Dalam Ekspor-Impor
Berkaitan dengan pembayaran ekspor-impor ada lima bentuk cara pembayaran
yang dapat dilakukan importir untuk membayar eksportir yang diakui dalam
1. Letter of Credit
Letter of credit adalah surat pemberitahuan kredit yang merupakan bentuk
perjanjian pembayaran dimana bank penerbit kepada eksportir senilai L/C
sepanjang eksportir memenuhi syarat.15 Pada dasarnya pembayaran L/C dapat
dilakukan apabila dokumen yang dipersyaratkan telah sesuai dengan
perjanjian atau kontrak yang telah dibuat. Dalam L/C minimal melibatkan 4
macam kontrak yakni : kontrak jual beli, kontrak penerbitan L/C, L/C dan
kontrak keagenan. Namun, pada pelaksanaan dalam transaksi pembayaran
menggunakan L/C, L/C tidak boleh dicampuradukan oleh ketiga kontrak
lainnya sebab akan terjadi benturan kepentingan. L/C tunduk pada ketentuan
international yakni UCP (Uniform Customs And Practice For Documentary
Credits). Pemberlakuan UCP diwujudkan melalui diterbitkannya UCP dalam
Surat Edaran bank Indonesia. Namun, di dalam Surat Edaran Bank Indonesia
dinyatakan bahwa UCP boleh diberlakukan, boleh tidak. Meski demikian,
Bank Indonesia mengharapkan adanya pemberlakuan UCP pada pelaksanaan
L/C. Tetapi, Pada kenyataannya, metode penggunaan L/C dalam transaksi
dagang international belum komperhensif. L/C memang merupakan sistem
pembayaran idela terutama bagi para pemula dalam kegiatan ekspor-impor,
hanya saja L/C yang dipergunakan oleh Indonesia tidak dipercaya oleh kaum
asing. Keadaan tersebut dipicu akibat adanya reses kepercayaan asing seiring
peristiwa krisis moneter pada tahun 1997.
15
Ginting, Ramlan.2007.Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta : Salemba Empat,
Peristiwa ini menurunkan kredibilitas perusahaan Indonesia dalam
penggunaan L/C.
L/C pada dasarnya memiliki berbagai jenis diantaranya ialah
1. Revocable L/C
Revocable L/C dimaksudkan pada jenis L/C yang dapat diubah atau
dibatalkan setiap saat oleh applicant (importir) atau bank importir tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada eksportir, sehingga menimbulkan
risiko kerugian pada eksportir karena tidak terjaminnya pembayaran
wesel yang diajukan. Risiko tersebut menjadi pertimbangan bagi
eksportir untuk menggunakan revocable L/C
2. Irrevocable L/C
Jenis irrevocable L/C ini merupakan jenis L/C yang tidak dapat
dibatalkan oleh pihak manapun baik oleh importir, eksportir termasuk
bank yang bersangkutan yakni issuing bank (Bank penerbit L/C)
3. Straight L/C
Jenis L/C yang mengatur kewajiban issuing bank/ bank penerbit L/C
kepada eksportir untuk membayar wesel dan jatuh tempo hanya pada
issuing bank. Jika ada nominated bank (bank atas tunjuk yang
melakukan askePT asi wesel) dalam straight L/C hanya berfungsi
sebagai pengumpul dokumen, serta mengirimkan dokumen dan meminta
pembayaran kepada issuing bank untuk dapat diteruskan kepada
4. Negotiation L/C
L/C yang memberikan hak kepada issuing bank untuk memberi kuasa
kepada nominated bank untuk melakukan negosiasi antar pembeli dan
penjual
5. Acceptance L/C
Jenis L/C yang memberikan kuasa kepada issuing bank untuk
menguasakan nominated bank agar menerima pembayaran yang
diteruskan kepada eksportir
6. Confirmed L/C
Jenis Confirmed L/C yang dapat menunjuk bank koresponden untuk
menjamin L/C ke bank lain atau langsung kepada eksportir.
7. Unconfirmed L/C
Jenis L/C yang dapat meminta issuing bank menunjuk advising bank
untuk meneruskan L/C kepada eksportir melalui banknya. Advising bank
dalam hal ini tidak memiliki tanggung jawab dalam hal apapun.
8. Restricted L/C
Jenis L/C yang menegaskan bahwa issuing bank menunjuk satu bank
tertentu untuk membayar, menerima wesel, atau menegosiasikan suatu
dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C.
9. Transferable L/C
L/C yang memperkenankan eksportir pertama yang tercantum dalam L/C
untuk meminta nominated bank memindahkan seluruh atau sebagian
10.Back to back L/C
Jenis L/C yang dibuka oleh bank atas permintaan dan instruksi dari
importir berdasarkan Master L/C yang diterima bank lain, dan importir
dalam hal ini bertindak secara merangkapa sebagai eksportir dari master
L/C . Jaminan atas L/C yang dibuka ialah Master L/C, hasil negoisasi
wesel master L/C yang akan digunakan untuk membayar ke negotiating
bank atas back to back L/C.
11.Revolving bank
Jenis L/C yang dapat direalisir secara berulang-ulang dalam jangka
waktu dan jumlah tertentu dengan syarat/kondisi sama atau dapat
diperbaharui/ dinyatakan kembali tanpa adanya amendment/ penggantian
khusus atas L/C tersebut.
12.Red Clause L/C
Jenis L/C yang di dalamnya terdapat kondisi khusus yang memberikan
kuasa kepada confirming bank atau bank yang ditunjuk unttuk
melakukan pembayaran di muka kepada eksportir atau memngizinkan
eksportir menarik uang muka sebelum penyerahan dokumen seperti yang
dipersyaratkan L/C.16
Selain, jenis-jenis dari Letter Of Credit, terdapat metode pembayaran lain yang
dipergunakan dalam transaksi ekspor-impor, metode ini terdapat beberapa jenis
cara
16
pembayaran diantaranya; Advance payment, partial payment with order, open
account, consignment, dan collection :
2. Advance payment
Advance payment merupakan salah satu bentuk cara pembayaran non L/C yang
dikenal dalam berbagai kontrak bisnis, termasuk kontrak bisnis
internasional. Sistem pembayaran advance payment pada umumnya dikenal
dengan istilah “pembayaran dimuka”, artinya importir membayar terlebih
dahulu kepada eksportir melalui perintah transfer bank ke rekening
eksportir, sebelum eksportir yang bersangkutan mengirimkan barang yang
diperjanjikan.17 Setelah menerima pembayaran harga baik keseluruhan maupun
sebagian baru kemudian eksportir melakukan kewajibannya mengirimkan
barang melalui port of loading. Barang yang dikirim tersebut sudah
tercatat atas nama importir. Advance payment juga biasanya dilakukan hanya
dalam transaksi dagang jumlah kecil, atau keduanya (eksportir-importir) saling
percaya atau impotir memang sangat membutuhkan barang yang ada pada
eksportir.18 Hal ini menjadi dorongan bagi importir untuk melakukan metode
pembayaran advance payment.
17
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id/
tata_cara_pembayaran_Transasksi_Dalam_Kontrak_kn_508/> diakses pada tanggal 15 November
2013 Pukul 18.17 WIB
18Ibid
Cara pembayaran dengan Advance payment mempunyai beberapa variasi
yang harus dibayar oleh importir. Cara ini dikenal dengan istilah payment with
order. Namun, dalam pelaksanaannya, Advance payment belum memiliki
ketentuan internasional. Hanya diatur berdasarkan kebiasaaan internasional. Di
Indonesia, Advance payment dilakukan berdasarkan praktik perbankan
Indonesia.
a. Partial payment with order.
Menurut sistem pembayaran ini importir hanya membayar sebagian dari
harga terlebih dahulu, misalnya hanya membayar harga barang saja.
Biaya-biaya lain sesuai yang diperjanjikan, misalnya ongkos angkut, asuransi dan
biaya lainnya akan dibayar oleh eksportir setelah eksportir melakukan
kewajibannya mengirimkan barang. Penagihan sisa pembayaran oleh eksportir
umumnya dilakukan dengan mempergunakan sistem collection.
3. Open Account
Cara pembayaran pada open account dilakukan dengan cara eksportir
terlebih dahulu melakukan pengiriman barang, baru setelah itu importir
membayar harga melalui perintah transfer bank ke rekening eksportir.
Dalam open account nama pemilik barang yang tercantum dalam dokumen
kepada importir dapat melalui bank. Namun, demikian penyerahan dokumen
tersebut kepada bank hanya sebatas sebagai kurir.
Pembayaran yang dilakukan dengan open account akan sangat
menguntungkan bagi importir, karena melalui sistem ini importir terlebih
dahulu melihat barang yang dikirimkan oleh eksportir.19 Importir dapat
melihat dan memeriksa terlebih dahulu spesifikasi barang yang diperjanjikan
baru kemudian melakukan pembayaran. Dengan demikian, importir
mengirimkan barang. Perbedaanya dengan open account adalah mengenai
waktu importir mengirimkan barang. Kalau pada open account importir
mengirimkan barang kepada importir setelah barang dikirimkan atau pada
waktu tertentu yang disepakti kemudian dilakukan pembayaran maka pada
19
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id
konsinyasi importir berkewajiban melakukan pembayaran atas barang
setelah importir berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.20
Cara pembayaran seperti ini cenderung mengandung risiko yang sangat
besar bagi eksportir. Kemungkinan terjadinya wanprestasi sangat besar dan
dalam keadaan tertentu sulit terpantau. Kemungkinan wanpretasi antara lain:
a. importir tidak membayar harga kepada eksportir ; atau
b. importir telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak
ketiga, akan tetapi importir menunda pembayaran kepada eksportir
dan menyatakan barang tersebut belum lagi terjual. Dengan
demikian importir mendapat keuntungan dari penundaan
pembayaran tersebut, atau ;
c. bila importir telah menjual barang tersebut kepada pihak ketiga
pada saat terjadinya kenaikan atas harga barang tersebut, tetapi
kemudian memberitahukan kepada eksportir bahwa barang tersebut
dijual kepada pihak ketiga pada saat sebelum terjadinya kenaikan
harga.
Oleh karena besarnya kemungkinan risiko yang mungkin dialami
oleh eksportir, maka dalam kontrak-kontrak yang mempergunakan
cara pembayaran konsinyasi seperti ini dilengkapi dengan klausula
yang tegas tentang ganti rugi atau sanksi dalam hal terjadinya
wanprestasi. Pengenalan yang baik tentang berbagai bentuk
klausula ganti rugi akan sangat membantu menghindari kerugian.
20
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id/
Juga sangat penting diatur tentang mekanisme pengawasan dalam
kontrak-kontrak konsinyasi.
Mengingat risiko dalam kontrak konsinyasi, maka umumnya
kontrak-kontrak konsinyasi jarang dipergunakan, kecuali oleh pihak-pihak
yang telah lama saling mengenal baik, mengetahui reputasi
masing-masing dan yang terpenting para pihak telah berulang kali
melakukan transaksi atau kerjasama bisnis lainnya.
Meskipun demikian, kontrak-kontrak yang mempergunakan cara
konsinyasi dalam pembayaran juga mempunyai berbagai
keuntungan. Bagi eksportir, akan memperoleh keuntungan berupa
kemudahan untuk memasarkan barangnya di luar negeri, karena cara
ini banyak diminati importir. Sementara itu bagi importir, sangat
menguntungkan karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk
pembayaran harga barang terlebih dahulu.
5. Collection
Collection (Inkaso) adalah pembayaran dokumen ekspor oleh importir
menggunakan jasa bank untuk melaksanakan penagihan atas harga suatu
barang ekspor-impor. Oleh karena itu, dalam collection, eksportir bertindak
sebagai principal yang memberikan kepercayaan kepada bank untuk
melakukan penagihan kepada importir. Bank penerima amanat untuk
melakukan penagihan (remitting bank) setelah menerima dokumen akan
selanjutnya meneruskan dokumen tersebut ke collecting bank (Bank yang
ditunjuk oleh pembeli ) dengan menggunakan collection instruction.
Collecting bank inilah yang akan meneruskan dokumen kepada pihak
yang harus membayar (Drawee/importir/pembeli).
Dalam hal collecting bank, pricipal belum bisa langsung meneruskan
dokumen kepada Drawee, maka collecting bank meneruskan ke bank lain
(presenting bank) yang memungkinkan untuk berhubungan langsung dengan
Drawee. Setelah Drawee melakukan pembayaran atau melaksanakan
amanat kepada collection bank atau presenting bank, maka collecting bank
akan meneruskan kembali kepada remitting bank. Remitting bank inilah
yang akan melakukan pembayaran kepada principal.
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai tata cara pembayaran
document againt acceptance. Dalam document against payment, collecting
bank yang ditunjuk importir menahan dokumen-dokumen pemilikan barang
impor dan hanya menyerahkan dokumen impor setelah adanya pembayaran
penuh dari importir. Sedangkan dalam document against acceptance,
setelah importir telah melakukan akseptasi atas time draft/ time bill of
exchange. 21
Sistem pembayaran melalui metode collection apabila dilihat dari
kemungkinan risiko yang dimunculkan memang tergolong metode
pembayaran yang aman dibandingkan dengan metode open account, terutama
pada Document Against Payment karena dalam metode tersebut, bank
menahan kepemilikan dokumen kepada importir sebelum importir melakukan
pembayaran tunai kepada eksportir, tidak seperti pada open account yang
melakukan tindakan pengiriman barang terlebih dahulu, dan importir memiliki
akses melihat barang yang dikirim oleh eksportir, baru dilakukan pembayaran.
Meski kurang berisiko dari open account atau sistem pembayaran lainnya,
namun ada beberapa hal yang patut diwaspadai dalam melakukan metode ini,
diantaranya:
a. Penarikuluran jangka waktu pembayaran
b. Eksportir harus menanggung biaya bongkar yang kadaluarsa atau telah
melampaui jangka waktu penyewaan kapal (demurrage)
c. Biaya pengapalan kembali apabila importir wanprestasi
d. Pembatalan pembayaran sepihak oleh importir.22
D. Tinjauan Tentang Risiko Dalam Ekspor-Impor
21
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id/
tata_cara_pembayaran_Transasksi_Dalam_Kontrak_kn_508/> diakses pada tanggal 15 November 2013 Pukul 18.17 WIB
22
Rimsky Judisseno K.2005.Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia.Jakarta: PT Gramedia
Setiap tindakan maupun kegiatan yang dilakukan di masyarakat, tentunya
memiliki risiko tersendiri di dalamnya, terutama, kegiatan ekspor-impor yang
dilakukan dengan jarak yang sangat jauh antara pembeli dan penjual sehingga
menimbulkan ketidaktahuan karakter maupun sifat satu sama lain, menjadikan
kegiatan ini potensi akan adanya risiko.
Risiko yang dapat muncul dalam kegiatan ekspor-impor antara lain:
1. Risiko Transportasi
Jarak tempuh dan muatan yang sering berpindah tangan serta penyimpanan
di gudang yang lama mampu menimbulkan kerusakan, kehilangan atau
risiko pencurian. Risiko tersebut menuntut pembeli wajib memahami
haknya dalam urusan pengangkutan dan polis asuransi yang akan
melindungi pembeli dari kerugian selama perjalanan.
2. Risiko Kredit atau Non-payment
Jarak yang jauh membuat eksportir sulit mengenali reputasi importir
terkait pembayaran. Peristiwa ini menimbulkan risiko tidak terjadinya
pembayaran, keterlambatan waktu pembayaran, bahkan risiko penipuan.
3. Risiko Mutu Barang
Importir mengalami kesulitan mengetahui kualitas / mutu barang sebelum
dikapalkan.
4. Risiko Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar atau kurs asing yang fluktuaktif tidak dapat dihindari
akan menguntungkan atau merugikan. Untuk itu, eksportir maupun
importir harus mampu melindungi kepentingannya masing-masing demi
valuta asing terlebih dahulu kemudian dilakukan penyerahan baik barang
maupun uang.
5. Risiko Peristiwa Tak Terduga
Risiko ini terkait peristiwa yang terjadi di luar kuasa eksportir maupun
importir yang mampu menghambat jalannya transaksi ekspor impor
misalnya saja, bencana alam, perang, kecelakaan angkutan barang
eksportir. Risiko-risiko tak terduga tersebut mampu menambah biaya
ekstra atas satu transaksi ekspor-impor.
6. Risiko Hukum
Risiko ini mencakup perubahan peraturan perundang-undangan dalam
negara yang berkaitan dengan pilihan hukum dalam sebuah kontrak.
Perubahan hukum yang tidak terduga mendorong alternative lain bagi
kedua belah pihak untuk memilih cara perwasitan internasional /
International Commerce Arbitration. 23
23
Astuti Purnamawati.2013.Dasar-Dasar Ekspor-Impor.(Yogyakarta:UPP STIM YKPN), hlm.
E. Kerangka Pikir
EKSPOR-IMPOR
Uniform Rules for Collection
(URC) 522
Tentang
Collecting Bank
Peranan Document
PT AMAN JAYA PERDANA OLAM INTERNATIONAL
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.1
1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah pada penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan,
yakni tipe pendekatan dengan menggunakan penerapan normatif yang disertai
analisa dokumen. Dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.Mengidentifikasi pokok bahasan, subpokok bahasan berdasarkan rumusan
masalah;
b. Atas dasar setiap subpokok bahasan yang sudah teridentifikasi tersebut,
diinventarisasi pula ketentuan-ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak
ukur terapan.
c. Implementasi tolak ukur terapan tersebut pada peristiwa hukum demi
pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah.
d. Hasil Implementasi, yaitu kesesuaian pemberian saran dan pertimbangan
terhadap kebijakan pemerintah terhadap Peraturan Perundang-undangan
mengenai metode pembayaran dalam transaksi ekspor-impor khususnya
tentang Document Against Payment.
1
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris
yakni penelitian studi pustaka mengenai ketentuan hukum normatif (kodifikasi,
undang-undang, atau kontrak) terkait metode pembayaran pada transaksi
ekspor-impor, khususnya penerapan metode Document Against Payment antara PT
Aman Jaya Perdana-Olam International Limited yang disertakan dengan
wawancara dengan pihak PT Aman Jaya Perdana.2
3. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengambarkan secara rinci, jelas dan sistematis mengenai tata cara ekspor-impor
serta bagaimana penerapan Document Against Payment yang diatur dalam
Uniform Rules for Collection
(
URC) 522 tentang Collecting Bank dalamkegiatan ekspor impor yang diadakan oleh PT Aman Jaya Perdana dengan Olam
International Limited
4. Data dan Sumber Data
Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang
diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.3
Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas
skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam
2
Abdulkadir Muhammad.2004.Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: PT Citra Aditya Bakti.,
hlm. 134
3
penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan
melalui wawancara dengan Bapak Bambang Sutejo selaku wakil manajer
departemen ekspor-impor PT Aman Jaya Perdana yang mengetahui tentang
peran Document Against Payment pada transaksi ekspor-impor antara PT
Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
bahan-bahan hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini
terdiri dari:
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
c. Uniform Convention on Contracts for The International Sale Of
Goods atau Konvensi Internasional tentang Kontrak Jual Beli.
d. Uniform Rules for Collection(URC) 522 tentang Collecting Bank.
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa
norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas
dalam skripsi ini.
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi,
petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Media Massa, Artikel, makalah, naskah, paper, jurnal, internet yang
barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi
ini.
5. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan
menggunakan dua cara sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
menghimpun berbagai informasi terkait isi dari penelitian dengan maksud
untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan
mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku,
media masa, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Studi dokumen merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti
dokumen yang berkaitan dengan transasksi ekspor impor PT Aman Jaya