PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN SELF EFFICACY DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro
Tahun Ajaran 2014/ 2015)
(Skripsi)
Oleh
GALUH SEPTIARA SYWI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro
Tahun Ajaran 2014/ 2015) Oleh
GALUH SEPTIARA SYWI
Self-efficacy pada saat pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar dan prestasi akademik siswa. Hasil observasi pada guru mata pelajaran
IPA kelas VII SMPN 2 Metro menyatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki
self-efficacy dan hasil belajar yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain
pretest-posttest kelompok non ekuivalen. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII A (sebagai kelas eksperimen) dan kelas VII B (sebagai kelas kontrol) yang
ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data kualitatif berupa data self-efficacy siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui observasi dan setelah proses pembelajaran melalui penilaian
Galuh Septiara Sywi
iii
diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest, dan N-gain yang selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17.
Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa rata-rata self-efficacy siswa kelas eksperimen berkriteria tinggi (76,8 %). Pada indikator tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan berkriteria tinggi (80,8 %), pada saat pembelajaran berlangsung siswa aktif dalam mencari informasi yang
mendukung dan terlibat dalam pembuatan jawaban atas permasalahan. Indikator
beraniberpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu
berkriteria sedang (62,1%), saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa
aktif mengajukan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu,
relevan dengan permasalahan, namun terkadang tidak rasional. Pada indikator
berani presentasi di depan kelas berkriteria tinggi (76,7 %), siswa berani berpresentasi di depan kelas dan mampu memberikan kesimpulan pada saat
menyampaikan hasil diskusi, dan kemampuan siswa mengerjakan tugas dengan
tepat waktu berkriteria tinggi (87,5%), siswa mampu mengumpulkan lembar kerja peserta didik pada waktu yang telah ditentukan dan selesai menjawab semua
pertanyaannya. Meningkatnya self-efficacy siswa, diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata nilai pretest 52,00; nilai posttest
83,23; dan N-gain 66,00. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro
Tahun Ajaran 2014/ 2015)
Oleh
GALUH SEPTIARA SYWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gayabaru, Kec. Seputih Surabaya, Kab.
Lampung Tengah Provinsi Lampung pada tanggal 4 September
1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak
Dul Rohman dengan Ibu Eva Yuliana.
Penulis mengawali pendidikan formal pada TK Aisiyah (1997-1999). Penulis
memasuki pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN 1 Surabaya Ilir, SDN
Cabang, SDN 2 Mas, dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bandar Surabaya, Lampung
Tengah dan lulus pada tahun 2008, kemudian Penulis melanjutkan ke jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kotagajah, Lampung Tengah dan lulus
pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi, diantaranya sebagai
Eksekutif Muda pada Himasakta tahun 2011-2012, Calon Anggota Racana Raden
Intan – Puteri Silamaya Universitas Lampung tahun 2011-2012, Anggota Racana
viii
Dewan Racana Raden Intan – Puteri Silamaya Universitas Lampung tahun
2013-2014. Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Negeri 2 Ngambur dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) di desa Ulok Mukti, Kecamatan Ngambur, Kabupaten
Pesisir Barat. Tahun 2015 penulis melakukan penelitian pendidikan di SMP
Negeri 2 Metro, Kota Metro, untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
Penulis dapat dihubungi pada alamat Dusun VI, RT/RW 004/006, Desa Surabaya
Ilir, Kec. Bandar Surabaya, Lampung Tengah, Lampung. Nomor Hp.
Dengan Menyebut Nama Alah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan,
limpahan rahmad, rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Bapak (Dul Rohman) dan Ibu (Eva Yuliana)
Orang tua tercinta yang sabar memberikan cinta kasihnya, selalu peduli, pengertian, dan bertanggung jawab. Terimakasih atas doa yang tak pernah padam, dukungan
yang tiada henti, dan kesabaran yang tak terbatas untukku.
Adik (Adinda Puspa Ningrum)
Terimakasih untuk segala cinta, canda tawa dan segala bentuk dukungan yang diberikan. Semoga kita bisa membahagiakan orang tua kita.
Kakak (Tangguh Pramono)
Terimakasih untuk kasih sayang, motivasi, semangat disaat lemah, mengingatkan disaat lupa, menjaga di saat lalai, dan doa yang selalu mengiringi di saat perjalanan panjang nan
melelahkan.
Para Pendidikku (Guru dan Dosen)
Terimakasih atas bimbingan yang diberikan kepada saya hingga saya dapat melihat dunia dengan ilmu.
Motto
Jika engkau tidak bisa menjadi batang nyiur yang tegar, jadilah segumpal
rumput tapi mampu memperindah taman
(Sandi Racana Putera Saburai)
Tidak ada kerja cerdas tanpa kerja keras. Karena kerja keras adalah mutlak
untuk menggembleng
keterampilan dan keunggulan
(Rhenald Kasali)
Jika orang lain bisa, saya juga pasti bisa
(Susilo Bambang Yudhoyono)
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan
(Q.s. Al-Insyirah 5-6)
xii
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT.,
karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta dapat
menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung. Judul dari skripsi
ini adalah ”Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam
Meningkatkan Self-Efficacy dan Hasil Belajar Siwa pada materi Pencemaran dan Dampaknya bagi Makhluk Hidup”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi kesulitan. Namun
berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung.
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Lampung.
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., sebagai Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulisan skripsi ini
xiii
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah
memberikan saran, semangat, bantuan dan membimbing penulis dalam
pembuatan skripsi.
6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., sebagai Pembahas yang telah memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat dalam perbaikan skripsi ini.
7. Bapak Suyitno S.Pd., selaku Kepala SMPN 2 Metro dan Dra. Sri Haryani
selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian
berlangsung.
8. Saudara dan sahabat seperjuangan meraih sarjana, Yuniar Aprilia, S.Pd.,
Sudaryanti, S.Pd., Melrisda Perdana Sari, S.Pd., Ariyanti Puspita, Ayu Putri
Prahastini, S.Pd., Mei Triani, S.Pd., Fitriana, S.Pd., Ardi Nova Irawan, S.Pd.,
Nyinang Andani, S.Pd. atas kebersamaan dan semangat di tengah hambatan
dan rintangan yang kita lalui bersama. Sukses selalu untuk semua.
9. Saudaraku Biologi 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas
kebersamaan, kenangan, dan kerjasama selama ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian penlisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 31 Agustus 2015 Penulis
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... ...1
B. Rumusan Masalah ... ...6
C. Tujuan Penelitian ... ...6
D. Manfaat Penelitian ... ...7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... ...7
F. Kerangka Pikir ... ...8
G. Hipotesis ... ....10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... ....11
B. Self-Efficacy ... ....15
C. Hasil Belajar ... ....19
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ....23
B. Populasi dan Sampel ... ....23
C. Desain Penelitian ... ....23
D. Prosedur penelitian ... ....24
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... ....30
F. Teknik Analisis Data ... ....32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ....40
B. Pembahasan ... ....44
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ...51
B. Saran ...51
xv LAMPIRAN
1. Silabus ... ....57
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... ....60
3. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... ....75
4. Soal Pretest dan Posttest ... ....79
5. Rubrik Penilaian Pretest dan Posttest ... ....82
6. Lembar Kerja Peserta Didik ... ....85
7. Kunci Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik ... 125
8. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Peserta Didik .... ... 141
9. Lembar Observasi Self-Efficacy Siswa ... 143
10. Lembar Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 145
11. Data Hasil Penelitian... 146
12. Analisis Data Observasi Self-Efficacay Siswa ... ..148
13. Analisis Data Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... ..152
14. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... ..154
15. Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest ... ..162
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintak Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) ... 15
2. Indikator Penilaian Ranah Kognitif ... 21
3. Kriteria N-gain ... 33
4. Lembar Observasi Self-Efficacy Siswa ... 36
5. Keterangan Lembar Observasi Self-Efficacy Siswa ... 37
6. Lembar Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 38
7. Skor Jawaban Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 38
8. Data Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 39
9. Tafsiran Persentase Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa. ... 39
10.Hasil Observasi Self-Efficacy Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol. ... 40
11.Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 43
12.Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Kelas Eksperimen (VII A) ... 146
13.Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Kelas Kontrol (VII B)... 147
14.Analisis Data Observasi Self-Efficacay Siswa Kelas Eksperimen (VII A) ... 148
15.Analisis Data Observasi Self-Efficacay Siswa Kelas Kontrol (VII B) ... 150
xvii
17.Data Analisis Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa Kelas Kontrol
(VII B) ... 153
18.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 154
19.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata
Pretest ... 154 20.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 156
21.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata
Posttest ... 156 22.Hasil Uji Satu Pihak (t2) ... 158
23.Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 159 24.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata
N-Gain Eksperimen dan Kontrol ... 159 25.Hasil Uji Satu Pihak (t2) ... 161
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 10
2. Hierarki ranah kognitif menurut revisi Taksonomi Bloom ... 21
3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok non ekuivalen ... 24
4. Penilaian diri Self-efficacy siswa kelas eksperimen ... 42
5. Penilaian diri Self-efficacy siswa kelas kontrol ... 43
6. Siswa mengerjakan soal pretest ... 164
7. Membimbing penyelidikan kelompok ... 164
8. Siswa berdiskusi bersama kelompok ... 164
9. Siswa berdiskusi bersama kelompok ... 165
10.Siswa berpresentasi di depan kelas (menyajikan hasil karya) ... 165
11.Siswa berpresentasi di depan kelas (menyajikan hasil karya) ... 165
12.Siswa berpendapat dan mengajukan pertanyaan ... 166
13.Siswa berpendapat dan mengajukan pertanyaan ... 166
14.Siswa menjawab pertanyaan ... 166
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya
(Bandura, 1994: 72). Self-efficacy juga dapat diartikan sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu
tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah (Suciati, 2014:2).
Keyakinan terhadap kemampuan diri inidapat mempengaruhi perasaan, cara
berpikir, motivasi dan tingkahlaku sosial seseorang. Semakin kuat self-efficacy yang dimiliki seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi dan kemampuan individu yang dapat dicapainya.
Self-efficacy dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar dan prestasi akademik siswa. Zimmerman (2000: 82), menyatakan bahwa self-efficacy
menunjang siswa untuk memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya.
Sejalan dengan hal tersebut, Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert(2006: 228)
mengemukakan bahwa self-efficacy dapat menguatkan motivasi siswa pada proses pembelajaran, sehingga siswa percaya dapat menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran
2
berpartisipasi dalam kegiatan, memiliki usaha yang kuat, tidak mudah putus
asa, dan mampu mengkontrol reaksi emosionalnya saat menghadapi kesulitan
(Bandura, 1997: 194). Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan ragu pada kemampuannya sendiri, merasa tidak mampu, mudah
menyerah, lambat dan mudah stress saat dihadapkan pada tugas yang sulit (Bandura, 1994: 72).
Pentingnya self-efficacy pada saat pembelajaran juga berlaku pada mata pelajaran IPA yang kini dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science. Sebagai mata pelajaran integrative science, IPA berorientasi
aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin
tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab pada lingkungan
alam (Kemendikbud, 2013: 3). Untuk mencapai orientasi tersebut siswa
membutuhkan self-efficacy agar tidak ragu-ragu dalam memaksimalkan kemampuannya, sehingga keberhasilan belajar tercapai dan hasil belajar IPA
siswa baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kurikulum 2013 juga menuntut pentingnya
sikap percaya diri yang termasuk dalam salah satu kompetensi sikap sosial
pada Kompetensi Inti 2 (KI-2) jenjang SMP/MTs (Kemendikbud, 2013: 3).
Kepercayaan diri siswa sangat dipengaruhi oleh self-efficacy-nya. Menurut Arista, Ayu, dan Indah (2011: 2), percaya diri berperan penting untuk
mengaktualisasikan kemampuan yang siswa miliki, yang terbentuk melalui
3
perlu untuk ditanamkan pada siswa sejak dini, sebagai bekal di masa depan
pada lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan kerja dan masyarakat.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa self-efficacy dan hasil belajar IPA siswa di Indonesia masih rendah. Data self-efficacy dan hasil belajar IPA yang menjadi bukti tercapainya tujuan belajar dan sebagai produk dari proses
belajar IPA di Indonesia, salah satunya diukur oleh Programme For
International Student Assessement (PISA). PISAmengukur kemampuan siswa setiap tiga tahun sekali yang dimulai pada tahun 2000. Hasil literasi sains
yang dilaporkan PISA pada tahun2012 menunjukkan rata-rata skor literasi
sainsIndonesia adalah 382, sedangkan rata-rata skor literasi sains
Internasional adalah 501. Hasil hasil literasi sains tersebut menunjukkan
Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta. Hasil serupa juga
terjadi pada skor self-efficacy siswa di Indonesia. PISA tahun 2012 menunjukkan rata-rata skor literasi self-efficacy Indonesia adalah 375,
sedangkan rata-rata skor self-efficacy Internasional adalah 494. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah, yaitu
63 dari 64 negara peserta. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan sains dan self-efficacy siswa di Indonesia masih jauh dibawah rata-rata siswa dari negara-negara yang mengikuti PISA,sehingga harus
ditingkatkan.
Keadaan yang sama juga terjadi pada hasil belajar mata pelajaran IPA siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Metro yang masih rendah dibandingkan dengan
4
Pelajaran IPA mengatakan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung
siswa kurang mampu menunjukkan self-efficacy-nya. Sebagian besar siswa kurang percaya diri dalam berpendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan
saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat dihadapkan dengan tugas
yang sulit, siswa merasa tidak mampu dan patah semangat. Selain itu saat
diberikan waktu untuk mengerjakan tugas, siswa selalu lambat dalam
mengerjakannya, motivasi untuk mencapai target waktu yang telah ditentukan
sangat kurang. Sehingga, guru mata pelajaran tersebut mengakui, bahwa
proses belajar IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Metro masih belum sepenuhnya
berhasil, karena masih kurang mampu memunculkan self-efficacy siswa. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pada saat pembelajaran untuk mencapai
keberhasilan proses belajar.
Keberhasilan proses belajar di kelas dapat dilihat dari aktifitas belajar dan
hasil belajar siswa. Kurangnya self-efficacy dan hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran IPA dapat dipengaruhi oleh kesalahan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat disebabkan karena model
pembelajaran yang kurang tepat atau kemampuan guru dalam
mengembangkan model pembelajarannya kurang dapat menggali self-efficacy
siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Aprilia (2010: 3), keberhasilan proses
pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan
model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan
5
Berdasarkan masalah di atas, diduga perlu adanya perbaikan pada proses
pembelajaran melalui model pembelajaran yang mampu meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat meningkatkan
self-efficacy siswa yaitu model pembelajaran PBL. Wiratmaja (2014: 8), mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan self-efficacy siswa secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert (2006: 240),
dalam artikelnya juga menyatakan bahwa PBL sangat efektif untuk
meningkatkan self-efficacy siswa, dengan menggunakan model pembelajaran PBL siswa dapat memahami konsep lebih baik dan merasa lebih percaya diri.
Akinoglu dan Ruhan (2007: 75), juga menyatakan bahwa model
pembelajaran PBLdapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas secara aktif,
meningkatkan rasa percaya diri, serta dapat memunculkan kemampuan
mengekspresikan diri siswa. Sementara itu, menurut Sumiati dan Asra (2007:
57) hasil belajar yang dicapai dengan orientasi pada masalah lebih tinggi nilai
kemanfaatannya dibandingkan dengan belajar melalui pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan
self-efficacy dan hasil belajar siswa, pada materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup (Studi Eksperimen Semu pada Kelas VII SMP Negeri 2
6
diukur oleh PISA2012 berada pada peringkat dua dari bawah yaitu 63 dari 64
negara peserta, sehingga perlu adanya pembenahan kualitas Pembelajaran
IPA di Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan
memunculkan self-efficacy siswa pada saat pembelajaran IPA.
Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai model pembelajaran
yang dapat meningkatkan self-efficacy siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA, yang diharapkan dapat membenahi kualitas
pembelajaran IPA Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan
self-efficacy siswa?
2. Apakah model pembelajaran PBLberpengaruh signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
1. Pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan self-efficacy
siswa
2. Pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan hasil belajar
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Peneliti yaitu dapat memberikan wawasan dan pengalaman sebagai calon
guru dalam menggunakan model pembelajaran PBLuntuk meningkatkan
self-efficacy dan hasil belajar siswa.
2. Guru IPA yaitu memberikan variasi dalam memilih model pembelajaran
yang dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3. Siswa yaitu melatih meningkatkan self-efficacy siswa dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi
Mahluk Hidup.
4. Sekolah yaitu sebagai hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan
bahan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru
agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas
maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL
yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut: (a) Orientasi siswa pada
masalah; (b) mengorganisasi siswa untuk belajar; (c) membimbing
8
menyajikan hasil karya; (e) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah (Hosnan, 2014:301).
2. Hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar siswa pada ranah kognitif,
diukur dari hasil pretest dan posttest.
3. Indikator self-efficacy dalam penelitian ini yaitu meliputi tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan; berani berpendapat,
bertanya, atau menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu; berani presentasi di
depan kelas; dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan
tepat waktu (Modifikasi dari Schwarzer (1995: 2), Hanifah (2012: 32), dan
Purwanto (2014: 51).
4. Materi yang digunakan untuk mengukur peningkatan self-efficacy dan hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah pada KD. 3.9
“Mendeskripsikan Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup”.
5. Subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Metro
semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
F. Kerangka Pikir
Self-efficacy siswa pada proses pembelajaran sangat penting. Self-efficacy
menunjang siswa untuk aktif dan meningkatkan hasil belajarnya. Pada
kenyataannya, dalam proses pembelajaran, self-efficacy siswa kurang mampu dimunculkan, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Model pembelajaran PBL diduga dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa. Konsep pembelajaran diawali dengan pemberian suatu
9
masalah pada siswa, diharapkan dapat mengembangkan self-efficacy siswa yang dapat dinilai dengan melihat usaha-usahanya saat menyelesaikan tugas
pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, melatih siswa belajar
dengan memecahkan masalah dirasa penting agar siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tahap ke-dua, yaitu
memberikan kesempatan siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya secara
mandiri, sehingga siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan serta mengumpulkan
data. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat mengembangkan self-efficacy
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Tahap ke-tiga, yaitu
investigasi, siswa menggunakan data yang telah dicarinya pada tahap
sebelumnya untuk pemecahan masalah, dan kemudian mengasosisasikannya.
Dalam tahap ini diharapkan siswa mampu mengembangkan self-efficacy terhadap kemampuan menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Tahap ke-4
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahapan ini diharapkan
siswa dapat mengembangkan self-efficacy dalam mencapai target yang telah ditentukan. Tahapan terakhir yaitu bersama guru menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahapan ini diharapkan siswa
dapat mengembangkan self-efficacy dalam terhadap kemampuan kognitif dan sosialnya. Sehingga setelah semua tahapan terpenuhi, diharapkan melalui
10
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas ditunjukkan dengan penggunaan model pembelajaran
PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah self-efficacy dan hasil belajar siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram
pada gambar 1.
Keterangan: X = Model pembelajaran Problem Based Learning
Y1 = Self-efficacy
Y2 = Hasil Belajar
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan self-efficacy
siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.
2. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup. Y2
Y1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih
tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Hosnan, 2014: 295). PBL mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa
melalui kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat
memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan (Rusman, 2013: 229). Akcay (2009:
29), menyatakan pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dari memberikan
masalah kompleks yang menciptakan kebutuhan untuk mengetahui, bukan
dimulai dari buku pelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Akinoglu, dan Ruhan
(2006: 72), yang menyatakan model pembelajaran ini memiliki dasar utama
terdiri atas masalah, solusi, praktik, penyelidikan, tanya-jawab, realita,
keaslian/fakta dan pengintegrasian.
PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemapuan
berpikir, belajar mandiri, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual
12
menemukan pengetahuan secara mandiri dengan sedikit arahan guru, siswa
diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga
siswa dapat mengkontrol motivasi, kognisi serta tingkah laku untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Wiratmaja, 2014: 3). Sungur,
Tekkaya, dan Geban (2006: 159), juga menyatakan bahwa setelah
menggunakan model PBL prestasi akademik siswa meningkat, kemampuan
sosial dan keterampilan pribadi lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran konvensional. Tidak hanya itu, Liza,
Kharomiah, dan Abdullah (2011: 11) menyatakan setelah menggunakan model
pembelajaran PBL, soft-skill siswa, yaitu kepercayaan diri, kemandirian, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan kerjasama tim terbukti
meningkat.
Menurut Rusman (2013: 232), model pembelajaran PBL memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Belajar diawali dengan pemberian masalah
2. Permasalahan yang diberikan menantang pengetahuan yang dimiliki siswa,
sikap, kompetensi yang membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
3. Pengajuan pertanyaan atau masalah mengenai situasi kehidupan nyata dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut
4. Penyelidikan secara autentik, yaitu siswa harus melakukan penyelidikan, menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan
13
5. Kolaborasi, yaitu siswa bekerja sama satu dengan yang lainnya, untuk
memberikan motivasi berkelanjutan, dialog dan mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Selain karakteristik yang telah disebutkan di atas, Shoimin (2014: 130-131),
juga menyatakan karakteristik PBL sebagai berikut:
1. Proses belajar student-centered dimana siswa didorong untuk membangun pengetahuannya sendiri,
2. Isi masalah dan situasi praktik (belajar) harus menarik perhatian siswa
3. Guru hanya menjadi pemandu di kelas,
4. Siswa diberikan waktu untuk berpikir atau mengumpulkan informasi dan
menyusun strategi dalam memecahkan masalah,
5. Masalah yang diajukan memiiki keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu
dan harus diselesaikan bersama-sama secara berkelompok, kemudian
siswa bertugas menyusun hasil penyelesaian masalahnya dalam bentuk
karya dan memamerkan hasil karyanya dengan cara ditampilkan atau
dibuatkan laporannya.
Berdasarkan karakteristik yang telah diketahui, pembelajaran berbasis masalah
bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang
autentik, dan menjadi pembelajar yang mandiri dengan bimbingan guru yang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan dan menjawab
pertanyaan dalam mencari penyelesaian terhadap masalah nyata (Trianto,
2009: 94). Tujuan utama PBL bukan hanya menyampaikan pengetahuan
14
untuk aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk
mengembangkan kemandrian belajar dan keterampilan sosial peserta didik
yang dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi
informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk memecahkan
masalah (Hosnan, 2014: 299).
Seperti model pembelajaran lain, PBL memiliki kelebihan dan kekurangan.
Trianto (2009: 96), menyatakan kelebihan PBL sebagai suatu model
pembelajaran adalah realistic dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, retensi konsep menjadi kuat, dan memupuk kemapuan
memecahkan masalah siswa. Selain itu Shoimin (2014: 132) juga
mengungkapkan kelebihan dari PBLyaitu siswa memiliki kemampuan
membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, mengurangi
beban siswa untuk menghafal atau menyimpan informasi karena pembelajaran
fokus pada masalah, siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya
sendiri, kesulitan belajar secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok, siswa memiliki kemampuan komunikasi ilmiah dalam kegiatan
diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka dan juga PBLmembangun
motivasi siswa dengan pembelajaran yang menyenangkan.
Kekurangan pada model pembelajaran PBLseperti yang diutarakan Shoimin
(2014: 132), yaitu tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pembelajaran,
lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang
kaitaannya dengan pemecahan masalah, selain itu pada suatu kelas yang
15
pembagian tugas. Trianto (2009: 97), kekurangan PBL yaitu persiapan
pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, sulit mencari problem
yang relevan, sering terjadi miss-konsepsi dan memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan. Kekurangan lainnya yaitu dalam proses
pembelajaran PBL membutuhkan banyak referensi dan penelitian sebagai
bahan memecahkan masalah.
Setiap model pembelajaran memiliki sintaks suatu pembelajaran yang berisi
langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 301), penerapan model
pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama yang dimulai
dengan guru yang memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri
dengan penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
berdasarkan langkah-langkah pada tabel 1.
Tabel 1. Sintak Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)
Tahap Tingkah laku guru
Tahap- 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah antar disiplin Tahap- 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap- 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap- 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya
Tahap- 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Sumber: Hosnan (2014: 302).
B. Self-Efficacy
16
(Bandura, 1994: 2). Self-efficacy juga dapat diartikan sebagai evaluasi
seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu
tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah (Sucianti, 2014: 2).
Keyakinan terhadap kemampuan diri inidapat mempengaruhi perasaan, cara
berpikir, motivasi dan tingkah laku sosial seseorang. Semakin kuat self-efficacy
yang dimiliki seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi dan kemampuan
individu yang dapat dicapainya.
Bandura (1994: 2-3), mengungkapkan bahwa ada 4 hal yang mempengaruhi
efikasi diri seseorang, yaitu:
(a) pengalaman keberhasilan (mastery experiences), apabila seseorang mengalami keberhasilan di masa lalu dengan mengatasi tugas yang sulit
melalui usaha yang gigih, maka secara tidak langsung akan meningkatkan
self-efficacynya, sehingga kedepan saat mengalami kesulitan atau kegagalan orang tersebut tidak mudah putus asa. Sebaliknya, jika
seseorang mengalami keberhasilan dengan mudah untuk mengharapkan
hasil yang cepat, maka akan menurunkan kualitas self-efficacy dirinya dan membuatnya mudah putus asa pada kegagalan.
(b) Pengalaman orang lain (vicarious experiences), kemiripan pengalaman keberhasilan dengan orang lain biasanya akan meningkatkan selfefficacy
seseorang dalam upaya menyelesaikan tugasnya.
(c) Persuasi verbal/sosial (verbal/social persuation), seseorang yang diarahkan dengan nasehat, saran, yang disampaikan secara verbal dapat meyakinkan
seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. Sebaliknya, jika
17
akan cenderung menghindari tugas-tugas yang lebih berat dan mudah
menyerah saat mengalami kesulitan.
(d) keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional state), kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang sering diartikan
sebagai suatu kegagalan. Self-efficacy biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai
oleh tingginya tingkat stres dan kecemasan seseorang.
Hubungan self-efficacy dalam bidang akademik yaitu, self-efficacy terbukti dapat mempengaruhi metode belajar siswa, membantu siswa menetapkan tujuan,
memunculkan kemampuan memecahkan masalah, pengaturan diri (Pajares dan
Brithner, 1996: 152), dan berperan dalam memotivasi ketekunan yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik siswa (Zimmerman, 2000: 86). Siswa yang
memiliki self-efficacy yang tinggi, lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan, memiliki usaha yang kuat, tidak mudah putus asa, dan mampu mengkontrol reaksi
emosionalnya saat menghadapi kesulitan dibandingkan dengan siswa yang
meragukan kemampuannya (Bandura, 1997: 194). Self-efficacy memiliki hubungan positif terhadap penilaian diri siswa atas kemampuan dan prestasinya
saat pembelajaran dan ketika menghadapi tugas akademik yang dianggapnya sulit
(Zimmerman, 2000: 86). Keyakinan siswa terhadap kemampuannya tersebut,
dapat memacu usahanya dalam menyelesaikan tugas akademik dan dapat
mempengaruhi emosional siswa dengan mengurangi stres, kecemasan dan depresi
18
Self-efficacy dapat memotivasi belajar siswa melalui pengaturan diri dalam menetapkan tujuan atau target, pengamatan diri, evaluasi diri, dan pengaturan
strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukannya (Zimmerman, 2000: 87).
Semakin tinggi keyakinan siswa akan kemampuannya maka akan semakin tinggi
tujuan yang akan ditetapkannya. Sebagai contoh, ketika siswa memiliki target
dan keyakinan akan berhasil memperoleh nilai yang tinggi dalam ujian, maka ia
akan termotivasi untuk belajar lebih giat, melakukan pemantauan diri dalam
menggunakan waktu usaha, melakukan evaluasi diri terhadap apa yang telah ia
lakukan dan sesuatu yang telah dicapainya, dan juga melakukan pengaturan
strategi belajar sebagai usaha untuk mencapai tujuannya. Semakin besar motivasi
dan pengaturan dirinya dalam belajar, maka semakin tinggi prestasi akademik
yang dicapainya sesuai dengan target yang telah ia tentukan (Zimmerman, 2000:
88).
Pengembangan self-efficacy siswa salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan suatu tugas untuk diselesaikan oleh siswa pada saat proses
pembelajaran. Bandura (1994: 2), menyatakan bahwa, dengan memperoleh
keberhasilan melalui penyelesaian tugas yang sulit secara tidak langsung akan
meningkatkan self-efficacy siswa. Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert (2006: 228), juga menyatakan penilaian self-efficacy pada siswa dapat dilakukan dengan menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas pada waktu pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan self-efficacy yaitu model pembelajaran PBL. Terbukti dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
19
akan menumbuhkan kebebasan dalam mengekspresikan kemampuannya sehingga
akan meningkatkan kemandirian dan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya.
Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert (2006: 240), menyatakan bahwa self-efficacy siswa meningkat secara signifikan dan pemahaman konsep siswa lebih baik setelah
menggunakan model pembelajaran PBL. Sucianti (2014: 4), dalam artikelnya
juga menyatakan bahwa kelas belajar yang diberikan perlakuan dengan PBL
terbukti memiliki self-efficacy dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang relatif konstan dan
berbekas yang diperoleh melalui proses belajar berupa aktivitas psikis/mental
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan (Suprayekti, 2004: 2).
Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar
merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2008: 159).
Dari sisi guru, hasil belajar merupakan evaluasi dari proses tindak mengajar,
sedangkan dari sisi siswa hasil belajar meupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar. Selain itu, hasil belajar untuk sebagian adalah suatu pencapaian
tujuan pengajaran berkat tindakan guru dan pada bagian lain, merupakan
peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3-4).
Hasil belajar dalam Taksonomi Bloom mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Suprayekti, 2004: 2). Ketiga ranah
20
yaitu: (1) apakah siswa sudah dapat memahami materi pembelajaran yang
diberikan kepada mereka? (2) apakah siswa sudah dapat menghayatinya? dan (3)
apakah materi yang telah diberikan sudah dapat dipraktikan secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari? (Sudaryono, 2012: 43). Sehingga dari evaluasi tersebut
dapat mengetahui tingkat kesiapan siswa dalam jenjang pendidikan tertentu,
mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapainya dalam mengikuti
pembelajaran yang diberikan oleh guru (Sudaryono, 2012: 49), menggambarkan
kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa sehingga dapat dicarikan
alternatif cara mengatasi kesulitan tersebut melalui proses bimbingan dan
pengajaran remedial (Hamalik, 2008: 159).
Salah satu penilaian yang dilakukan dalam evaluasi hasil belajar yaitu ranah
kognitif. Siyamta (2013: 8), ranah kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Terdapat dua indikator dalam ranah kognitif yaitu indikator kognitif
proses dan indikator kognitif produk. Indikator kognitif proses merupakan
perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Seseorang dapat
dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi perubahan, akan
tetapi tidak semua perubahan terjadi. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan
proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan
berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang
diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator
kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional aspek
21
Penilaian ranah kognitif dalam Tasonomi Bloom terdiri dari 6 proses berpikir.
Berikut ini merupakan indikator-indikator penilaian ranah kognitif berdasarkan 6
tingkatan Bloom yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan penilaian
dalam ranah kognitif dijelaskan pada tabel 2.
Tabel 2. Indikator penilaian ranah kognitif
Jenis Hasil Belajar Indikator Penilaian Cara Penilaian
Pengetahuan Dapat menyebutkan/ menunjukkan
lagi Pertanyaan/Tugas/Tes
Pemahaman Dapat menjelaskan/ mendefinisikan Pertanyaan/Tugas/Tes
Penerapan Dapat memberi contoh/
memecahkan masalah Pertanyaan/Tugas/Tes
Analisis Dapat menguraikan/
mengklasifikasikan Tugas/Analisis masalah
Sintesis Dapat menyimpulkan kembali atau
menggeneralisasi Tugas/ Permasalahan
Evaluasi
Dapat menginterpretasi/ memberikan pertimbangan/ penilaian
Tugas/ Permasalahan
Sumber : Sunarti dan Rahmawati (2013: 29-30).
Krathwohl (2002: 214-215), merevisi Taksonomi Bloom dalam jurnal Theory intoPractice berjudul A Revision of Bloom's Taxonomy:An Overview,
membedakan aspek kognitif atas enam jenjang yang diurutkan seperti pada
gambar 2.
22
Sedangkan Gagne memilah hasil belajar ranah kognitif menjadi tiga yaitu
informasi verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif. Informasi
verbal merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan.
Keterampilan intelektual, terungkap dari pernyataan yang dimulai dengan
istilah bagaimana. Strategi kognitif, merupakan kemampuan untuk mengatur
dan mengontrol proses berpikir dalam dirinya sendiri (Sapriati, 2009: 47).
Penilaian hasil belajar kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan dan
penugasan/proyek. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi
jawaban secara tertulis berupa pilihan ganda dan uraian. Tes lisan adalah tes
yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Sedangkan penugasan/proyek
adalah penilaian yang dilakukan dengan memberikan suatu tugas berupa
proyek yang mengandung penyelidikan dan harus diselesaikan dalam waktu
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 pada semester genap tahun
ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2 Metro.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap
SMP Negeri Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel pada
penelitian ini adalah kelas VII A (sebagai kelas eksperimen) dengan jumlah
siswa 30 orang yang terdiri atas 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan,
dan kelas VII B (sebagai kelas kontrol) dengan jumlah siswa 30 orang yang
terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sampel pada
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen untuk menilai hasil belajar siswa. Kelas eksperimen (kelas VII A) diberikan
perlakuan menggunakan model PBL, sementara kelas kontrol (VII B)
24
pembelajaran diberi soal penyelesaian masalah, berupa soal uraian yang sama
pada pretest dan posttest. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan: I = Kelas eksperimen (VIIA) II = Kelas kontrol (VIIB)
X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan PBL
C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O = Observasi, O1 = Pretest, O2 = Posttest
Gambar 3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen (Riyanto, 2001:43)
Penilaian self-efficacy siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan setelah proses pembelajaran selesai. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung penilaian self-efficacy dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi self-efficacy siswa. Sedangkan setelah proses pembelajaran selesai, penilaian self-efficacy dilakukan oleh peserta didik sendiri menggunakan lembar penilaian diri self-efficacy.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
I O1 X O2
25
a) Membuat surat izin penelitian ke FKIP yang ditujukan untuk sekolah
tempat diadakannya penelitian.
b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi
subjek penelitian.
c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d) Membagi siswa pada masing-masing kelas menjadi 6 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari lima orang yang bersifat heterogen ditentukan
berdasar pada kemampuan akademik (1 orang pintar; 2 orang sedang; 2
orang kurang).
e) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
f) Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest/posttest, lembar observasi self-efficacy, dan lembar penilaian diri self-efficacy.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan PBL untuk kelas
eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan
sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut.
26
(1) Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan 1 dalam bentuk uraian materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk
Hidup.
(2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan
penjelasan guru:
Pertemuan I:
Memberikan pertanyaan kepada siswa :
”Apakah kalian pernah berada di sekitar orang yang sedang
merokok?, bagaimana rasanya menghisap asap rokok yang
dikeluarkan perokok tersebut?, menurut kalian apakah hal itu
bisa disebut pencemaran?”
Pertemuan 2:
Memberikan pertanyaan kepada siswa:
“Guru meminta peserta didik untuk memeriksa kolong meja
masing-masing, lalu mengambil sampah yang ditemukan dan
meletakkannya pada tempatnya. Kemudian, guru memberikan
pertanyaan kepada siswa “Kegiatan apakah yang baru saja
kalian lakukan?, adakah manfaatnya?, Apakah kegiatan
membuang sampah pada tempatnya seperti yang telah kalian
lakukan tadi dapat mencegah pencemaran lingkungan?”
(3) Siswa memperoleh motivasi dari guru.
Pertemuan I:
”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
27
dapat meminimalisir segala kegiatan yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan”.
Pertemuan II:
“Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan”.
(b) Kegiatan Inti
(1) Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara
acak, setiap kelompok terdiri dari lima orang yang bersifat
heterogen.
(2) Siswa memperoleh LKPD ( Lembar Kerja Peserta Didik ) yang
berbasis masalah. Setiap kelompok mendapatkan topik
permasalahan yang berbeda tiap pertemuannya dan harus
didiskusikan bersama anggota kelompoknya.
(3) Siswa berdiskusi sesuai topik permasalahan pada LKPD untuk
menemukan keterkaitan kegiatan manusia terhadap
pencemaran dan pelestarian lingkungan di dalam kelompoknya
masing-masing.
(4) Siswa mengumpulkan LKPD yang sudah dikerjakan.
(5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil hasil diskusi dan
kelompok lain memberi tanggapan.
(6) Siswa mengemukakan pendapat dan menanyakan hal-hal yang
28
(c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
(2) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II.
(3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
(4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
2) Kelas Kontrol (Pembelajaran Metode Diskusi) (a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan 1 dalam bentuk uraian materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup.
(2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan
penjelasan guru:
Pertemuan I:
Memberikan pertanyaan kepada siswa :
” Apakah kalian pernah berada di sekitar orang yang sedang
merokok?, bagaimana rasanya menghisap asap rokok yang
dikeluarkan perokok tersebut?, menurut kalian apakah hal itu
bisa disebut pencemaran?”
Pertemuan 2:
Memberikan pertanyaan kepada siswa:
29
masing-masing, lalu mengambil sampah yang ditemukan dan
meletakkannya pada tempatnya. Kemudian, guru memberikan
pertanyaan kepada siswa “Kegiatan apakah yang baru saja
kalian lakukan?, adakah manfaatnya?, Apakah kegiatan
membuang sampah pada tempatnya seperti yang telah kalian
lakukan tadi dapat mencegah pencemaran lingkungan?”
(3) Siswa memperoleh motivasi dari guru.
Pertemuan I:
”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
bagaimana pencemaran lingkungan dapat terjadi, sehingga kita
dapat meminimalisir segala kegiatan yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan”.
Pertemuan II:
“Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya
yang dapat kita lakukan untuk melestarikan lingkungan”.
(b)Kegiatan Inti
(1) Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara
acak, setiap kelompok terdiri dari lima orang yang bersifat
heterogen.
(2) Setiap kelompok memperoleh LKPD mengenai Pencemaran
dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup dan mendiskusikannya.
(3) Siswa dibimbing guru dalam mengerjakan LKPD.
(4) Siswa menyelesaikan LKPD kemudian mengumpulkan LKPD
30
(5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan.
(6) Siswa diberikan penguatan oleh guru mengenai materi yang
belum dipahami.
(c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
(2) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II.
(3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
(4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
Pada penelitian ini diperoleh dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi
Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup yang diperoleh dari
31
tes. Soal tesyang diberikan berjumlah 5 soal dalam bentuk uraian.
Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menghitung N-Gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, lalu dianalisis secara statistik.
b)Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data self-efficacy siswa. Data self-efficacy ada dua macam yaitu data yang diperoleh selama proses pembelajaran
melalui observasi self-efficacy pada siswa dan setelah proses pembelajaran melalui penilaian diri self-efficacy siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Pretest dan Posttest
Hasil belajar berupa nilai pretest diambil pada pertemuan awal sebelum pembelajaran dan posttest diambil pada akhir pertemuan setelah
pembelajaran selesai. Nilai pretest dan posttest diberikan pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol.
b) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD digunakan untuk mengetahui hasil diskusi oleh siswa di kedua
kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan
LKPD berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKPD berbasis diskusi.
32
Lembar observasi self-efficacy siswa berisi semua indikator self-efficacy
yang diamati pada saat proses pembelajaran. Indikator self-efficacy
yang diamati yaitu: (1) tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan; (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan tanpa ragu-ragu; (3) berani presentasi di depan kelas; (4)
mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan tepat waktu.
Kemudian melakukan penilaian self-efficacy yang muncul pada setiap siswa pada lembar observasi sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.
d) Lembar Penilaian Diri Self-efficacy
Lembar penilaian diri self-efficacy berisi penilaian siswa mengenai self-efficacynya. Penilaian ini dilakukan setelah pembelajaran selesai. Lembar penilaian diri self-efficacy siswa terdiri dari 10 pernyataan yang akan diisi siswa dengan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif (Hasil Belajar Siswa)
Data hasil belajar penelitian ini berupa nilai pretest, posttest, dan N-gain. Teknik penskoran pretest dan posttest yaitu :
Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari);
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus sebagai berikut:
– x 100
R
33
Keterangan: Sf = skor posttest
Si = skor pretest
Smak = skor maksimum (dimodifikasi dari Hake, 1999: 1).
Tabel 3. Kriteria N-gain
N-gain Kriteria
g > 70 70 > g > 30 g < 30
Tinggi Sedang Rendah
Sumber: dimodifikasi dari Hake (1999: 1)
Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol akan dianalisis menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah data
tersebut berdustribusi normal atau tidak. Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut berasal dari
populasi yang sama (homogen). Jika homogen selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. Langkah-langkah pengujian
statistik untuk data hasil belajar sebagai berikut:
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi
berdistribusi normal atau sebaliknya. Uji normalitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
Lilliefors yang dihitung menggunakan program SPSS versi 17. 1) Hipotesis
Ho : kedua sampel berdistribusi normal
34
2) Taraf Signifikansi
Taraf signifikansi yang digunakan α : 0,05
3) Kriteria Pengujian
(a) Jika nilai Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
(b) Jika nilai Lhitung > Ltabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
(Hafizah, 2014: 7).
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-masing
kelompok tersebut dilakukan untuk variabel terikat hasil belajar siswa.
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes hasil belajar
siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.
1) Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
2) Taraf Signifikansi
Taraf signifikansi untuk penelitian ini adalah α : 0,05
3) Kriteria Uji
(a) Jika nilai Fhitung < nilai Ftabel atau probabilitasnya 0,05 maka Ho
diterima
(b) Jika nilai Fhitung >nilai Ftabel atau probabilitasnya 0,05 maka Ho
35
c) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata
dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program
SPSS versi 17.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1= Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2) Kriteria Uji
a) Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima
b) Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak.
(Pratisto, 2004:13).
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama
dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dari kelompok kontrol.
b) Kriteria Uji :
(1) Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima
36
2. Data Kualitatif
a. Sikap Self-Efficacy
Data self-efficacy siswa ada dua macam yaitu data yang diperoleh selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
self-efficacy dan data yang diperoleh setelah proses pembelajaran menggunakan lembar penilaian diri self-efficacy.
1) Data self-efficacy yang diperoleh melalui observasi
Data observasi self-efficacy siswa diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui observasi. Peneliti mengisi
skor yang diperoleh siswa pada tiap indikator dalam lembar
observasi kemudian dianalisis.
Rata-rata skor self-efficacy siswa dengan menggunakan rumus:
Keterangan: NP = Persentase jawaban siswa
R = Skor mentah yang diperoleh Siswa SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 112)
Tabel 4. Lembar observasi self-efficacy siswa
No Nama
Jumlah Skor Maksimal yang diperoleh (∑ x1)
37
Tabel 5. Keterangan Lembar Observasi Self-efficacy siswa
BSES (Biology Self Efficacy Scale)
Aspek yang
Dinilai Skor Kriteria
1. Self-efficacy
Mencari informasi yang mendukung penyelesaian masalah dan terlibat dalam pembuatan jawaban atas permasalahan
1
Hanya mencari informasi yang mendukung penyelesaian masalah atau hanya terlibat dalam pembuatan jawaban atas permasalahan 0 Jika indikator tidak terpenuhi
2. Self-efficacy ragu, serta relevan dan rasional dengan permasalahan
3
Mengajukan pendapat/ pertanyaan/ menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu, relevan, namun tidak rasional dengan permasalahan
2
Mengajukan pendapat/ pertanyaan/ menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu, rasional, namun tidak relevan dengan permasalahan
1 Jika hanya menyanggah pendapat 0 Jika indikator tidak terpenuhi C. Berani
presentasi di depan kelas
2 Mempresentasikan hasil diskusi dan menyimpulkan
1 Mempresentasikan hasil diskusi tanpa memberi kesimpulan
0 Jika indikator tidak terpenuhi
3) Self-efficacy
Mengumpulkan LKPD pada waktu yang telah ditentukan dan dapat menjawab semua pertanyaan pada LKPD
1
Mengumpulkan LKPD pada waktu yang telah ditentukan, namun tidak menjawab semua pertanyaan pada LKPD atau sebaliknya.
0 Jika indikator tidak terpenuhi
Sumber: Modifikasi dari Schwarzer (1995: 2), Hanifah (2012: 32), dan Pamungkas (2014:51)
2. Data penilaian diri self-efficacy siswa
38
Tabel 6. Lembar penilaian diri self-efficacy siswa
No Pernyataan S TS
1 Selama pembelajaran, saya yakin mampu menyelesaikan masalah yang sulit pada LKPD
2 Ketika saya dihadapkan pada masalah, saya yakin bisa menemukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
3 Saya yakin dapat mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu. 4 Saya yakin akan berhasil dalam materi pencemaran dan dampaknya
bagi makhluk hidup dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
5 Saya yakin dapat menjelaskan kembali materi yang sudah saya pelajari kepada orang lain.
6 Semakin sulit tugas yang diberikan , saya semakin bersemangat untuk menemukan jawaban atau penyelesaian.
7 Saya mudah menyerah saat mengalami beberapa kesulitan dalam memahami materi laju reaksi.
8 Saya yakin akan mendapatkan nilai yang tinggi pada materi kali ini walaupun sosl-soalnya sulit dan belum pernah saya kerjakan sebelumnya.
9 Jika ada tugas yang sulit saya menjadi malas untuk mengerjakannya
10 selama pembelajaran saya tidak aktif bertanya, berpendapat dan menjawab karena takut dikritik oleh guru dan teman
Sumber: Modifikasi dari Ardillah (2015: 314), Baldwin (1999: 402), dan Schwarzer (1995: 2).
Pengolahan data penilaian diri self-efficacy siswa dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor penilaian diri self-efficacy siswa pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7.
Tabel 7. Skor jawaban penilaian diri self-efficacy siswa
Sifat Pernyataan Skor
1 0
Jawaban S TS
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju.
2) Melakukan tabulasi data temuan pada penilaian diri self-efficacy
siswa berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk
memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap
jawaban berdasarkan pernyataan yang ada dalam lembar penilaian
39
Tabel 8. Data penilaian diri self-efficacy siswa
No.
Pertanyaan Jawaban Pilihan
Nomor Responden
3. Menghitung persentase skor penilaian diri self-efficacy siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: NP = Persentase jawaban siswa
R = Skor mentah yang diperoleh Siswa SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 102)
4. Menafsirkan persentase penilaian diri self-efficacy siswa. Tabel 9. Tafsiran persentase penilaian diri self-efficacy siswa
Sumber: Bandura (2006: 312)
Persentase (%) Kriteria