• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Application of Drip Irrigation System on Cauliflower (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) In a Greenhouse Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanaman Kembang Kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) Dalam Gre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Application of Drip Irrigation System on Cauliflower (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) In a Greenhouse Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanaman Kembang Kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) Dalam Gre"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The Application of Drip Irrigation System on Cauliflower(Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC)In a Greenhouse

By Hendri Yanto

This research aimed to test performance of a drip irrigation system to irrigate cauliflower cultivated in a greenhouse. This research was carried out from July to

November 2013 at “Sarwo Farm” Bandar Agung Kalianda, South Lampung

(Geographical Position : 05ᵒ40'18,5" (SL) 105ᵒ35'24,5" (EL)) and Laboratory of

(2)

yield of cauliflower was 58 gram per plant, while water productivity was 0,87 gram/litter.

(3)

ABSTRAK

Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanaman Kembang Kol(Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC)DalamGreenhouse

Oleh Hendri Yanto

Penelitian ini bertujuan untuk uji coba sistem irigasi tetes, menganalisa kebutuhan dan produktivitas air irigasi tanaman kembang kol di dalam greenhouse. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo Farm

Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan (Letak Geografis : 05ᵒ40’18,5” (LS) 105ᵒ35’24,5” (BT)) dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

dan Lahan (Lab. TSDAL), Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung. Penetes

(emitter)yang digunakan adalah penetes tiperegulating stick emitter. Pipa utama, manifold, dan lateral menggunakan selang jenis PE dengan diameter 13 mm. Penetes yang digunakan sebanyak 315 penetes. Dua metode untuk distribusi air irigasi yang pertama menggunakan pompa kecil, dan yang kedua menggunakan tekanan gravitasi. Variabel yang diamati adalah keseragaman penyebaran (EU), kebutuhan air,

(4)

Evapotranspirasi tanaman (ETc) pada hari ke 41 setelah tanam adalah 3,2 mm/hari. Hasil rata-rata kmbang kol adalah 58 gram/tanaman, sedangkan produktivitas airnya adalah 0,87 gram/liter.

(5)

APLIKASI SISTEM IRIGASI TETES PADA TANAMAN

KEMBANG KOL (

Brassica oleracea var. botrytis

L. subvar.

cauliflora DC) DALAM GREENHOUSE

Oleh

Hendri Yanto

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung pada tanggal 28 Juni 1990, anak ketiga dari empat bersaudara, dari Bapak Wagiman dan Ibu Saniyem.

Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 02 Sumberjo Kemiling diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 26 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA PERSADA Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan (Litbang) pada tahun 2010−2011, sebagai Ketua Umum pada tahun 2011−2012 dan sebagai Dewan Pembina pada tahun 2012−2013 di organisasi

(9)

“Ilmu lebih baik daripada harta. Sebab, harta akan habis

ketika dipakai tetapi ilmu akan bertambah ketika

diamalkan…”

(Ali bin Abi Thalib)

Semua manuasia itu binasa, kecuali yang berilmu…

Kecuali yang mau mengamalkannya…

Dan yang mau mengamalkannya pun akan sia-sia…

Kecuali yang mengamalkannya dengan penuh ikhlas…

(Imam Hassan Al Banna)

“Janganlah lemah dan janganlah bersedih. Karena kalian

termasuk umat yang ditinggikan jika kalian termasuk

orang-orang yang beriman...”

(Ali Imran : 139)

“Tanpa doa jiwamu gelisah, tanpa pekerjaan jiwamu layu,

dan tanpa ilmu jiwamu kerdil..”

(10)

Segala puji bagi Allah yang nilai-Nya tak dapat diuraikan oleh para

pembicara yang nikmat-nikmat-Nya tak terhitung oleh para penghitung,

dan orang yang tinggi kemampuan akalnya tak dapat menilai.

Segala puji bagi Allah pujian yang tiada membatasinya kecuali

Ilmu_Nya.

Kupersembahkan karyaku ini kepada yang tercinta:

Bapak dan Mama’

Atas cinta, kasih sayang, kebijakan, doa, dan kesabaran

dalam menanti keberhasilanku,

Untuk kakak-kakakku dan kembaranku tersayang

atas harapan dan motivasi setiap langkahku,

Untuk keponakanku

atas kecerian dan kenakalan yang telah mewarnai hidupku,

Dan untuk pendamping hidupku kelak.

Serta

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Teknik Pertanian

(11)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah bagi Allah SWT, karena dengan izin-Nya terwujud segala macam kebajikan dan kesuksesan, serta atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanaman Kembang Kol(Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC)DalamGreenhousesebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam penulisan skripsi ini mungkin jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan Penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ahmad Tusi, S.TP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan

bimbingan, arahan, kritik dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

(12)

3. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Dosen Penguji Utama pada ujian skripsi atas ketersediannya memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapakku tersayangdan mama’ku tersayang, kakak-kakakku dan saudara kembarku, serta saudara-saudaraku, terimakasih atas bantuan, dukungan, semangat dan do’a yang tidak pernah putus untuk penulis.

6. Bapak Sarwo Edi dan keluarga, terimakasih atas dukungan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan TEKTAN 2009, terimakasih atas motivasi, semangat dan kekompakannya.

8. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Teknik Pertania Universitas Lampung, Kakak-Kakak serta Adik-adik dan seluruh Keluarga Besar Civitas Teknik Pertanian yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan Bapak, Ibu dan rekan-rekan sekalian. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang. Amin

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Hipotesis... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Kubis Bunga Putih (Kembang Kol) ... 4

1. Taksonomi Tanaman Kembang Kol ... 4

2. Syarat Tumbuh Tanaman Kembang Kol ... 6

3. Budidaya Tanaman Kembang Kol... 6

4. Kebutuhan Air Tanaman... 11

5. Konsep Air Tanah Tersedia ... 15

6. Irigasi pada Tanaman Sayuran... 15

B. Sistem Irigasi Tetes ... 16

1. Macam Irigasi Tetes... 16

2. Keuntungan dan Kelemahan Sistem Irigasi Tetes ... 17

(14)

C. Tahapan Rancangan Irigasi Tetes ... 20

D. Keseragaman irigasi tetes... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Alat dan Bahan ... 23

C. Pelaksanaan Penelitian ... 24

1. Uji Sifat Fisik Media Tanam... 24

2. Uji Kinerja Sistem Irigasi Tetes... 25

3. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes ... 32

D. Pengamatan dan Pengukuran Data... 36

1. Kinerja sistem rancangan irigasi tetes... 36

2. Kebutuhan air tanaman kembang kol ... 37

3. Pertumbuhan tanaman kembang kol ... 38

E. Analisis Data ... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Analisis Sifat Fisik Media Tanam... 40

B. Kinerja Sistem Irigasi Tetes ... 40

C. Kebutuhan Air Tanaman Kembang Kol ... 47

1. Evapotranspirasi Acuan (ETo)... 48

2. Evapotranspirasi Tanaman (ETc) ... 49

3. Koefisien Tanaman (Kc)... 50

D. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kembang Kol ... 51

1. Tinggi Tanaman (cm) ... 51

2. Jumlah Daun (helai) ... 52

3. Produksi Kembang Kol... 54

4. Berat Brangkasan (g) ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 59

(15)

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN... 63

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Estimasi kebutuhan air tanaman sayuran ... 13

2. Nilai koefisien tanaman (Kc) beberapa macam tanaman... 14

3. Klasifikasi nilai Cv... 22

4. Koefisien reduksi (F) untuk pipa multi outlet ... 31

5. Penggunaan dan pemberian pupuk nutrisi AB mix selama budidaya tanaman kembang kol...………… 34

6. Rekapitulasi perhitungan hidrolika aliran pada pipa lateral dengan tekanan gravitasi... 42

7. Rekapitulasi perhitungan hidrolika aliran pada pipa manifold dengan tekanan gravitasi... 43

8. Rekapitulasi perhitungan hidrolika aliran pada pipa lateral dengan tekanan pompa... 43

9. Rekapitulasi perhitungan hidrolika aliran pada pipa manifold dengan tekanan pompa... 43

10. Hasil pengukuran debit rata-rata, Cv, dan EU dengan tekanan operasi.... 45

11. Tinggi rata-rata tanaman kembang kol selama masa pertumbuhan ... 52

12. Jumlah daun tanaman kembang kol selama masa pertumbuhan untuk tiap-tiap tanaman yang disampel... 53

(17)

15. Berat brangkasan rata-rata tanaman kembang kol yang disampel (g) ... 57

Lampiran 16. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Debit Penetes Tanpa Pompa (L/jam) 64 17. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Debit Penetes Dengan Pompa (L/jam) ... 66

18. Suhu dan Kelembaban (RH) dalamgreenhouse... 68

19. Data suhu harian di dalamgreenhousedan kebutuhan air tanaman kembang kol... 71

20. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-1... 74

21. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-2... 74

22. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-3... 74

23. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-4... 75

24. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-5... 75

25. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-6... 75

26. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-7... 76

27. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-8... 76

28. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-9... 76

29. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-10... 77

30. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-11... 77

31. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-12... 77

32. Tinggi tanaman kembang kol pada minggu ke-13... 77

33. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-1... 79

34. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-2... 79

35. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-3... 79

(18)

36. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-4... 80

37. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-5... 80

38. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-6... 80

39. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-7... 81

40. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-8... 81

41. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-9... 81

42. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-10... 82

43. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-11... 82

44. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-12... 82

45. Jumlah daun kembang kol pada minggu ke-13... 83

46. Berat produksi kembang kol untuk tiap-tiap tanaman yang disampel ... 83

47. Berat hasil kembang kol yang disampel... 84

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Tanaman kembang kol ... 5

2. Variasi tekanan operasi (Keller dan Bliesner, 1990) ... 21

3. Penetes jenisregulating stick emitter... 26

4. Penempatan penetes (emitter) pada pipa lateral... 27

5. Jenis selang PE yang digunakan sebagai pipa lateral, pipa sub utama dan pipa utama ... 28

6. Rancangan sistem irigaisi tetes ... 29

7. Bagan alir penelitian ... 35

8. Tata letak sampel pengamatan ... 36

Lampiran 9. Debit penetes rata-rata untuk tiap-tiap lateral dengan beda tekanan aliran 41 10. Head loss(hf) pada tiap-tiap pipa lateral dengan beda tekanan aliran ... 44

11. Hubungan nilai Cv dan EU (%) debit penetes tanpa pompa untuk tiap-tiap lateral... 46

12. Hubungan nilai Cv dan EU (%) debit penetes dengan pompa untuk tiap-tiap lateral... 46

13. Pengukuran suhu dalamgreenhouse... 47

(20)

15. Nilai ETo selama masa pertumbuhan ... 49

16. Perbandingan nilai Kc Pengamatan kembang kol berdasarkan hasil penelitian dan menurut FAO... 50

17. (a) Rata-rata peningkatan tinggi tanaman kembang kol selama masa pertumbuhan; (b) cara pengukuran tinggi tanaman ... 52

18. Peningkatan jumlah daun tanaman kembang kol selama masa pertumbuhan ... 53

19. Diagram sebaran kembang kol yang disampel ... 55

20. Berat hasil kembang kol (g/tanaman) ... 55

21. Sampel tanaman kembang kol pada Lateral I ... 56

22. Berat brangkasan rata-rata tanaman kembang kol ... 58

23. Benih kembang kol ... 85

24. Pencampuran media tanam (pasir dan arang sekam) ... 85

25. Penyemaian benih kembang kol dalam trey... 85

26. Benih kembang kol yang telah berumur satu bulan ... 85

27. Uji keseragaman penetes (emitter)... 86

28. Pengukuran tinggi tanaman... 86

29. Pengukuran suhu dan kelembaban (RH) dalam greenhouse menggunakan termohygrometer ... 86

30. Timerpengatur waktu pemberian air irigasi ... 86

31. Instalasi jaringan sistem irigasi tetes di dalam greenhouse... 87

32. Tanaman kembang kol yang telah berbunga... 87

33. Pemanen kembang kol yang telah disampel ... 87

34. Hasil pemanenan kembang kol yang disampel ... 87

35. Penimbangan berat kembang kol ... 88

(21)

36. Penimbangan berat brangkasan sebelum dioven... 88

37. Tanaman kembang kol yang mati ... 88

38. Sampel kembang kol yang sudah tua ... 88

39. Pompa air yang diletakan di dalam tangki ... 89

40. Sambungan T ... 89

41. Adaptor... 89

42. Pelubang dan dop penutup pipa lateral ... 89

43. Selang nipple ... 90

44. Sambungan L ... 90

45. Dop penutup pipa lateral ... 90

46. Gelas plastik ... 90

(22)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kubis bunga putih atau yang biasa disebut kembang kol merupakan tanaman sayuran yang cukup populer di Indonesia. Kembang kol termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Kembang kol (Brassica oleracea var. botrytisL. subvar.

cauliflora DC) termasuk jenis sayur-sayuran dengan nilai ekonomi tinggi. Nilai jual kembang kol yang tinggi tak diiringi kuantitas produksinya. Oleh karena itu,

kembang kol belum memberikan keuntungan kepada petani secara optimal karena jumlah kembang kol yang dapat dipanen jumlahnya sedikit (Rukmana, 1994).

Budidaya tanaman kembang kol secara umum dapat dilakukan pada semua jenis tanah. Pertumbuhan kembang kol akan ideal jika ditanam pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik. Tanaman kembang kol selama hidup memerlukan air yang cukup, namun tidak boleh berlebihan. Sedangkan jika sampai kekurangan air tanaman akan menjadi kerdil atau bahkan mati. Oleh sebab itu perlu adanya sistem pemberian air yang mampu memenuhi kebutuhan air untuk

(23)

2

tersebut tidak terlalu banyak air, namun juga tidak kekurangan air sehingga tidak mengganggu produktivitas tanaman tersebut (Pracaya, 2005).

Irigasi adalah istilah yang berkaitan dengan penyaluran air dari sumber ke tanaman. Sistem irigasi yang banyak digunakan adalah irigasi curah di permukaan tanah. Irigasi ini membutuhkan air dalam jumlah banyak sedangkan tingkat efisiensi penggunaan airnya rendah. Untuk mengatasi keterbatasan air, sistem irigasi tetes merupakan pilihan tepat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air. Menurut Hadiutomo (2012), irigasi tetes adalah metode pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada areal perakaran tanaman maupun pada permukaan tanah melalui tetesan secara kontinu dan perlahan. Efisiensi penggunaan air dengan sistem irigasi tetes dapat mencapai 80 - 95% (Simonneet al.,2010).

(24)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Uji coba sistem irigasi tetes di dalam greenhouse.

2. Analisis kebutuhan dan produktivitas air irigasi tanaman kembang kol dengan sistem irigasi tetes.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan aplikasi teknologi sistem irigasi tetes untuk para petani dalam membudidayakan tanaman dengan prinsip hemat air dan biaya yang terjangkau.

D. Hipotesis

(25)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kubis Bunga Putih (Kembang Kol)

1. Taksonomi Tanaman Kembang Kol

Kembang kol merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kembang kol yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Kubis bunga diduga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX (Rukmana, 1994).

(26)

5

Menurut Rukmana (1994), taksonomi tanaman kembang kol secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Familia : Cruciferae Genus : Brassica

Species : Brassica oleracea var. botrytis L. Sub-varietas : cauliflora DC

(27)

6

2. Syarat Tumbuh Tanaman Kembang Kol

a. Iklim

Kembang kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum 15.5-18 °C dan maksimum 24 °C. Kelembaban optimum bagi tanaman kembang kol antara 80-90%. Budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl). Temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang (Rukmana,1994).

b. Media Tanam

Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk. Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kembang kol daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Menurut Pracaya (2005), apabila pH di bawah 5,0 pertumbuhan tanaman menjadi terganggu, terkadang tumbuh daun memanjang kecil yang biasa disebut ekor cambuk.

3. Budidaya Tanaman Kembang Kol

a. Penyemaian Benih

(28)

7

lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih. Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1). Penyemaian di bedengan

Bedengan dibuat selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. 2). Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)

Bumbung dibuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan

menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).

3). Penanaman langsung

Penanaman langsung yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan.

(29)

8

b. Pemindahan Bibit

Bibit dipindah tanam ke lapangan setelah memiliki 3-4 helai daun atau kira-kira berumur 1 bulan.

c. Pengolahan Media Tanam 1). Pembentukan Bedengan

Lahan dibersihkan dari tanaman liar dan sisa-sisa akar, dicangkul sedalam 40-50 cm, lalu dibuat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dengan jarak antar bedengan 40 cm. Pada lahan miring perlu dibuat parit di antara bedengan tetapi jika lahan datar, parit ini tidak perlu dibuat.

2). Pengapuran

Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis kapur yang sesuai dengan nilai pH tanah tetapi umumnya berkisar antara 1-2 ton/ha dalam bentuk kalsit atau dolomit. Kapur dicampurkan merata dengan tanah pada saat pembuatan bedengan.

3). Pemupukan

Pada saat pembuatan bedengan berlangsung, campurkan 12,5-17,5 ton/ha pupuk kandang matang ditambahkan dengan asumsi populasi tanaman per hektar antara 25.000-35.000. Selain itu juga diberikan pupuk dasar berupa ZA, urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg disebar merata dan dicampur dengan tanah di bedengan. Setelah itu lubang tanam dibuat dengan

(30)

9

d. Teknik Penanaman 1). Penentuan Pola Tanaman

Jarak tanam kubis bunga adalah 50 x 50 cm untuk kultivar yang tajuknya melebar dan 45 x 65 cm untuk kultivar tegak. Waktu tanam terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore hari antara jam 03.00-05.00.

2). Cara Penanaman

Bibit di dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya. Jika digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara membalikkan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi basah benar (Rukmana, 1994).

e. Pemeliharaan 1). Penyulaman

Jika ada tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum tanaman berumur kira-kira 2 minggu.

2). Penyiangan

(31)

10

3). Perempalan

Perempelan tunas cabang dilakukan seawal mungkin supaya ukuran dan kualitas massa bunga yang terbentuk optimal. Segera setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian rupa sehingga massa bunga ternaungi dari cahaya matahari. Penutupan ini berfungsi untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih.

4). Pemupukan

Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak 3 kali. a). Pupuk susulan I diberikan 7-10 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 75 kg/ha di sekeliling tanaman sejauh 10-15 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.

b). Pupuk susulan II diberikan 20 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 20 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.

c). Pupuk susulan III diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 25 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah. Bersamaan dengan pupuk susulan III tanaman disemprot dengan pupuk daun dengan N dan K tinggi.

5). Pengairan dan Penyiraman

(32)

11

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan cara terpadu: melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba yang menjadi musuh alami dan menggunakan pestisida baik yang biologis maupun kimiawi. Untuk

mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu (Rukmana, 1994).

g. Panen

1). Ciri dan Umur Panen

Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat. Umur panen antara 55-100 hari tergantung dari kultivar.

2). Cara Panen

Sebaiknya panen dilakukan di pagi atau sore hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daunnya sepanjang 25 cm (Rukmana,1994).

4. Kebutuhan Air Tanaman

Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi

(33)

12

yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun (Chay, 1995). Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan

kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (ETo) yaitu

evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai ETo dikalikan dengan suatu koefisien tanaman.

ETc = Kc x ETo ...(1) dimana :

ETc = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)

ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari) Kc = Koefisien tanaman

Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman

(34)
[image:34.612.121.498.109.347.2]

13

Tabel 1. Estimasi kebutuhan air tanaman sayuran

Jenis Sayuran Jumlah Air

(cm) Frekuensi Pemberian (hari) Jumlah Tiap Pemberian Air (cm)

Bawang Putih 36 6 4-9

Bawang Bombai 46 5 4-9

Selada 30 4 4-9

Kubis 30 6 4-9

Kol bunga 30 6 4-9

Petsai 30 6 4-9

Lobak 30 4 4-9

Timun 30 5 4-9

Semangka 38 5 4-9

Jagung Manis 61 7 4-9

Ercis 53 5 4-9

Okra 38 9 4-9

Wortel 30 5 4-9

Terung 48 10 6-12

Tomat 46 7 5-12

(Sumber: Ashari, 2006)

a. Evapotranspirasi Tanaman

Evapotranspirasi tanaman (ETc) adalah perpaduan dua istilah yakni evaporasi dan transpirasi. Kebutuhan air dapat diketahui berdasarkan kebutuhan air dari suatu tanaman. Apabila kebutuhan air suatu tanaman diketahui, kebutuhan air yang lebih besar dapat dihitung. Evaporasi yaitu penguapan di atas permukaan tanah, sedangkan transpirasi yaitu penguapan melalui permukaan dari air yang semula diserap oleh tanaman (Hansen et al., 1992). Atau dengan kata lain, evapotranspirasi adalah banyaknya air yang menguap dari lahan dan tanaman dalam suatu petakan karena panas matahari (Chay, 1995).

b. Evapotranspirasi Acuan (ETo)

(35)

14

secara aktif dengan cukup air, untuk menghitung evapotranspirasi acuan (ETo) dapat digunakan beberapa metode yaitu (1) metode Penman, (2) metode panci evaporasi, (3) metode radiasi, (4) metode Blaney Criddle dan (5) metode Penman modifikasi FAO (Sosrodarsono, 1999).

c. Koefesien tanaman (Kc)

Koefisien tanaman (Kc) didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya evapotranspirasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman pada kondisi pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan perhitungan evapotranspirasi acuan tanaman (ETo), maka dimasukkan nilai Kc yang nilainya tergantung pada musim, serta tingkat

[image:35.612.115.515.469.685.2]

pertumbuhan tanaman. Nilai Kc untuk tanaman kembang kol ditentukan sebesar 0,84 (Sahin et al., 2009).

Tabel 2. Nilai koefisien tanaman (Kc) beberapa macam tanaman

Tanaman Kc Awal Kc Tengah Kc Akhir

Tinggi Tanaman Maksimum

(m)

Brokoli 0.7 1.05 0.95 0.3

Kubis 0.7 1.05 0.95 0.4

Wortel 0.7 1.05 0.95 0.3

Kembang kol 0.7 1.05 0.95 0.4

Seledri 0.7 1.05 1.00 0.6

Bawang Putih 0.7 1.00 0.70 0.3

Selada 0.7 1.00 0.95 0.3

Bayam 0.7 1.00 0.95 0.3

Lobak 0.7 0.90 0.85 0.3

Tomat 0.6 1.152 0.70-0.90 0.6

(36)

15

5. Konsep Air Tanah Tersedia

Jumlah air yang digunakan oleh tanaman dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik tanah, selain itu jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman dipengaruhi oleh kedalaman tanah dan sisitem perakaran tanaman (Islamie dan Utomo, 1995).

Tanaman memiliki kemampuan untuk menghisap air (mengasorbsi air) yang dikenal sengan istilah Kapasitas Lapang (Field Capacity), Titik Layu (Wilting Point) dan Kapasitas Penyimpanan Air (KPA). Air yang dapat digunakan oleh tanaman adalah air yang berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Ini dikenal dengan istilah air tersedia (Available Water).

6. Irigasi pada Tanaman Sayuran

Pemberian air irigasi pada tanaman mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tergantung pada sistem perakaran tanaman tersebut. Tanaman sayuran mempunyai perbedaan respon pada pemberian irigasi, tanaman sayuran dangkal akan

membutuhkan irigasi yang ringan sesering mungkin. Sedangkan untuk tanaman sayuran berakar dalam akan menggunakan air dari profil tanah yang lebih besar, sehigga tidak membutuhkan irigasi yang sering.

(37)

16

mempengaruhi hasil dan kualitas. Pemberian air yang tepat sangat diperlukan pada fase kritis tersebut.

B. Sistem Irigasi Tetes

Irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pengertian yang lebih umum yang termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk setiap jumlah tertentu (Hansen et al., 1992). Irigasi tetes adalah metode pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada areal perakaran tanaman maupun pada permukaan tanah melalui tetesan secara kontinu dan perlahan. Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi keseluruhan lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat penguapan yang berlebihan, pemakaian air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta

menekan/mengurangi pertumbuhan gulma. Kasiran (2006) mengungkapkan,

penggunaan irigasi dapat meningkatkan produktivitas lahan, sehingga tanaman dapat ditanami sepanjang tahun dan kegiatan budidaya tidak lagi tergantung musim.

1. Macam Irigasi Tetes

a. Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)

(38)

17

untuk pembasahan baris (line source emitter). Keuntungan dari sistem ini adalah mudah dalam pemasangan, mudah dalam pembersihan emitter dan memungkinkan untuk memeriksa pola pembasahan permukaan tanah saat keluarnya air pada tiap

emitter. Tipe lain dari pemberian air dipermukaan tanah saat keluarnya adalah

emitter jenis Micro Spray maupun Micro Sprinkler dengan kapasitas 4 – 10 lebih besar dari emitter konvensional.

b. Irigasi Bawah Permukaan (Subsurface Irrigation)

Pipa lateral dan emitter dibenamkan di bawah permukaan tanah dan irigasi diteteskan di dalam tanah di zona perakaran. Saat ini sistem ini diaplikasikan pada tanaman buah-buah kecil dan sayuran. Emitter diletakan menghadap ke atas dan perawatannya hampir sama dengan sistem dipermukaan tanah (Hansen et al., 1992).

2. Keuntungan dan Kelemahan Sistem Irigasi Tetes

Menurut Hansen et al., (1992), Keuntungan dan kelemahan irigasi tetes antara lain: a. Keuntungan

o Efisiensi air : dengan hanya memberikan air pada daerah yang dibutuhkan

maka akan meminimalkan terjadinya run off dan perkolasi, serta akan meminimalkan penguapan yang terjadi dari daun dan tanaman.

o Mengurangi masalah hama dan gulma tanaman : pembasahan hanya pada

(39)

18

o Zona akar : salah satu aspek yang terpenting dari sistem irigasi tetes bahwa lingkungan dan kelembaban zona akar akan terjaga, karena pengaplikasian air didasarkan atas kebutuhan air, dan toleransi tanaman. b. Kelemahan

o Memerlukan biaya yang tinggi dalam pembangunan instalasinya.

o Mekanisme kinerja penetes tidak terlihat seperti terlihat pada springkler.

o Sistem ini membutuhkan pengatur tekanan (regulator) dan pengatur

penyaringan (filter).

o Sistem irigasi tetes menghasilkan daerah pembasahan yang kecil,

sehingga dibutuhkan control yang lbih kritis terhadap pemberian air untuk tanaman agar terhindar dari cekaman air.

3. Komponen Irigasi Tetes

a. Sumber Air Irigasi

Sumber air irigasi tetes dapat berasal dari mata air, sungai, sumur, atau suatu system supplay regional. Air yang bersih sangat diperlukan untuk keberhasilan irigasi tetes, terutama penggunaan emitter yang kecil. Penyumbatan oleh bahan fisik atau

kontaminasi kimia merupakan masalah utama dalam irigasi tetes.

b. Pompa dan Motor Penggerak

(40)

19

c. Jaringan Perpipaan

Jaringan perpiaan pada irigasi tetes terdiri atas:

a) Emiter (penetes), merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke media tanam disekitar tanaman secara kontinu dengan debit yang rendah dan tekanan mendekati tekanan atmosfer.

b) Lateral, merupakan pipa dimana emiter ditempatkan. Bahan yang digunakan untuk lateral biasanya terbuat dari pipa PVC atau PE dengan diameter antara ½ - 1½

inchi.

c) Pipa utama, merupakan komponen yang menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa distribusi dalam jaringan. Bahan pipa-pipa utama biasanya dipilih dari pipa-pipa PVC atau paduan antara semen dan asbes.

d) Pipa subutama (manifold), merupakan pipa yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Manifold biasanya dari bahan PVC dengan diameter 2 – 3 inchi.

e) Komponen pendukung, merupakan komponen pelengkap yang terdiri dari katup-katup, saringan, pengatur tekanan, pengatur debit, tangki bahan kimia, sistem pengontrol dan lain-lain.

Berdasarkan cara penempatannya pada lateral, emiter dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu emiter line-source dan emiter point-source. Yang termasuk dalam tipe

line-source diantaranya porous pipe, doble walled pipes, soaker hose, dan porous plastics tubes. Sedangkan emiter yang termasuk dalam tipe emiter point-source

(41)

20

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan emiter adalah kebutuhan air

tanaman, lebar pembasahan, kualitas air irigasi dan debit penetes (Hadiutomo, 2012).

C. Tahapan Rancangan Irigasi Tetes

Tahapan desain sistem irigasi tetes adalah sebagai berikut:

a. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi sifat fisik media tanam, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, iklim, dan kebutuhan air irigasi atau nutrisi.

b. Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup pembuatan model mini green house, pembuatan lay out (skema tata letak) serta penetapan jumlah, jumlah subunit, dan blok irigasi (talang hidroponik tempat media tanam).

c. Perhitungan rancangan hidrolika subunit dengan mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi emiter. Apabila persyaratan hidrolika subunit tidak terpenuhi, alternatif langkah/penyelesaian yang dapat dilakukan antara lain: modifikasi tata letak, mengubah diameter pipa dan mengganti spesifikasi emiter.

d. Finalisasi tata letak.

e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head) dan kapaitas sistem, berdasarkan desain tata letak yang sudah final serta dengan mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa yang digunakan.

(42)

21

Tahapan rancangan hidrolika sub unit harus dilakukan dengan metode coba ralat mengingat jumlah dan spesifikasi emiter maupun jenis dan diameter pipa yang sangat beragam (Hadiutomo, 2012).

D. Keseragaman irigasi tetes

[image:42.612.135.506.429.622.2]

Pola pembasahan pada irigasi tetes menyerupai bola lampu (bulb) (Gambar 3). Pola pembasahan ini tentunya akan mempengaruhi keseragaman pemberian air, tetapi pada irigasi tetes, keseragaman pemberian air ditentukan berdasarkan variasi debit yang dihasilkan oleh setiap emitter. Karena debit emitter merupakan fungsi dari tekanan operasi yang menentukan keseragaman irigasi tetes. Perbedaan debit yang disalurkan pada tiap-tiap tanaman disebabkan oleh lubang pipa lateral dan jarak letak penetes tempat pengeluaran air setiap tanaman berbeda-beda (Silalahi dkk., 2013).

(43)

22

[image:43.612.114.514.209.351.2]

Variasi debit emitter juga disebabkan oleh proses pembuatan, karena tidak akan terdapat emitter yang persis sama dan dikenal dengan koefisien variasi pembuatan (Cv).

Tabel 3. Klasifikasi nilai Cv

Tipe emitter Cv Kelas

Point source

Line source

< 0,05 0,05 - 0,10 0,10 - 0,15

> 0,15 < 0,10 0,10 - 0,20

> 0,20

Baik Sedang Kurang Buruk Baik Sedang

Kurang hingga buruk

(Sumber: Keller and Bliesner, 1990)

(44)

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di GreenhouseSarwo Farm Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan (Letak Geografis :

05ᵒ40’18,5” (LS) 105ᵒ35’24,5” (BT)) dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

(45)

24

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Uji Sifat Fisik Media Tanam

Uji sifat fisik media tanam dilakukakan untuk mengetahui kadar air dan kapasitas lapang atau kemampuan media tanam mengikat air. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir dan arang sekam yang dicampur dengan

perbandingan 1:3 basis volume. Kadar air media tanam dihitung dengan cara menimbang sampel media tanam kering udara, kemudiaan dioven selama 24 jam pada suhu 1050C. Setelah sampel dioven lalu ditimbang kembali untuk mengetahui selisih berat sampel sebelum dan setelah dioven. Kapasitas lapang media tanam dihitung dengan cara mengambil sampel media tanam yang telah tercampur

kemudian dioven selama 24 jam pada suhu 1050C. Sampel media tanam ditetesi air dari permukaan atas sampai seluruh ruang pori terisi air menetes dari permukaan bawah. Sampel tersebut didiamkan sampai tidak ada lagi air yang menetes dari permukaan bawah.

Kadar air (Ka) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

...(2)

Kapasitas lapang (Fc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

.. ... (3)

dimana :

Ka = Kadar air (%)

(46)

25

BK = Berat kering sampel setelah di oven 105ᵒC selama 24 jam (g)

Fc = Kapasitas lapang (%)

V1 = Volume air yang diteteskan (ml)

V2 = Volume air yang menetes keluar (ml)

Vs = Volume contoh tanah (ml)

2. Uji Kinerja Sistem Irigasi Tetes

a. Kriteria desain

1). Sistem irigasi tetes ini memanfaatkan tekanan gravitasi dan tekanan pompa sebagai sumber energi untuk mengalirkan air dari reservoir ke tanaman. 2). Sistem irigasi tetes ini dapat digunakan untuk mengaliri empat pipa lateral

dengan panjang 23 meter, dimana setiap lateral dapat dipasang 90 penetes. 3). Sistem irigasi tetes ini diaplikasikan secara hidroponik, sehingga nutrisi yang

digunakan nutrisi khusus hidroponik dan pemberian nutrisi dapat dilakukan melalui jaringan irigasi tetes.

b. Rancangan Fungsional

1). Penetes/Emitter, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke media tanam disekitar tanaman secara kontinu dengan debit yang rendah.

(47)

26

3). Pipa utama, merupakan komponen yang menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa distribusi dalam jaringan.

4). Pipa sub utama (manifold), merupakan pipa yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Manifold biasanya dari bahan PVC dengan diameter 2 – 3 inchi.

5). Reservoar (tangki), merupakan tempat penampung air/sumber air sebelum disalurkan melalui pipa-pipa distribusi.

c. Rancangan Struktural 1). Penetes/Emitter

[image:47.612.157.486.429.642.2]

Penetes yang digunakan adalah penetes tipe regulating stick emitter, jarak penetes yang akan dipasang disesuaikan dengan jarak antar tanaman yaitu 60 cm x 60 cm.

(48)

27

2). Lateral

[image:48.612.198.470.280.423.2]

Jenis lateral yang digunakan adalah selang jenis PE yang elastis dengan diameter 13 mm. Lateral dipasang sebanyak empat lajur dengan panjang setiap lajur 23 meter. Penetes diletakan pada sisi kanan dan kiri lateral yang dihubungkan dengan adaptor dan nipple berukuran 5 mm dengan jarak 50 cm, sedangkan jarak antar sisi kanan dan kiri yaitu 10 cm yang dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2. Penempatan penetes (emitter) pada pipa lateral

3). Pipa sub utama/manifold

Pipa sub utama/manifold, menggunakan pipa yang sama dengan pipa lateral yaitu selang jenis PE yang elastis dengan diameter 13 mm, dan panjangnya 3,6 meter.

4). Pipa utama

(49)

28

[image:49.612.150.514.207.452.2]

pada pipa utama sama dengan perhitungan pada pipa lateral dimana debitnya merupakan akumulasi debit pada pipa lateral. Pada pipa utama dan pipa lateral akan terjadi kehilangan tinggi tekan (head loss) yang mempengaruhi kecepatan air yang dialirkan oleh pipa.

Gambar 3. Jenis selang PE yang digunakan sebagai pipa lateral, pipa sub utama dan pipa utama

5). Bangunan utama

(50)
[image:50.612.133.514.84.246.2]

29

Gambar 4. Rancangan sistem irigaisi tetes

d. Perancangan Sistem Irigasi Tetes 1). Pengujian penetes (emiter)

Emiter yang digunakan pada rancangan sistem irigasi tetes ini adalah

regulating stick emiter. Beberapa parameter yang digunakan dalam menguji karakteristik penetes adalah debit penetes, tekanan (head) operasi, hubungan debit penetes dengan headoperasi yang dikenal dengan komponen emisi, koefisien variasi penetes, diameter penetes dan volume basah tanah.

a. Debit penetes (Q)

Q = V ………...………….(4)

t

dalam hal ini:

Q = debit penetes (l /jam) V = volume (liter)

t = waktu (jam) S

(51)

30

b. Koefisien variasi penetes (Cv)

Koefisien variasi penetes adalah parameter statis yang merupakan

pembanding nilai standar deviasi penetes dengan rataan debit penetes, dari sejumlah sampel penetes yang diuji dengan head operasi yang sama.

………(5)

dalam hal ini :

Cv = koefisien variasi S = standar deviasi Qavs = rataan debit (L/jam)

2). Uji kinerja sistem irigasi tetes

Parameter yang digunakan untuk menguji kerja sistem irigasi ini adalah keseragaman emisi (EU) .

EU = x 100% ………(6)

dalam hal ini:

EU = keseragaman emisi

Q25% = 25% debit penetes terkecil (l/jam) Q = rataan debit penetes (l/jam)

3). Hidrolika jaringan perpipaan

(52)

31

Untuk pipa kecil (<125 mm) : J = 7,89 x 107 x (Q(L or M)

1,75

/D 4,75) ……….(7)

Dengan outlet :

hf = J x F (L(L or M)/100) ……….(8)

dalam hal ini :

J = gradien kehilangan head (m/100) hf = kehilangan head akibat gesekan (m) QL = debit sistem di lateral (l/det)

QM= debit sistem di manifold (l/det)

D = diameter dalam pipa (mm) F = koefisien reduksi

LL = panjang pipa lateral (m)

LM = panjang pipa manifold (m)

Tabel 1. Koefisien reduksi (F) untuk pipa multi outlet Jumlah

outlet

F Jumlah

outlet

F

Ujung Tengah Ujung Tengah

1 1,00 1,00 8 0,42 0,38

2 0,64 0,52 9 0,41 0,37

3 0,54 0,44 10 -11 0,40 0,37

4 0,49 0,41 12 -15 0,39 0,37

5 0,46 0,40 16 – 20 0,38 0,36

6 0,44 0,49 21 – 30 0,37 0,36

(53)

32

Kehilangan head pada sub unit dibatasi tidak lebih dari 20% tekanan operasi rata rata sistem, yaitu :

ΔH pada lateral ≤ 11% Ha ... (9)

ΔH pada manifold ≤ 9% Ha ... (10)

dalam hal ini :

Ha = head operasi (m) (Keller dan Bliesner, 1990)

3. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi sistem irigasi tetes ini adalah

pencampuran media tanam, pengamatan suhu lingkungan, penanaman benih, kontrol air dan pemanenan.

a. Pencampuran media tanam

Media tanam yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pasir dan arang sekam yang dicampur dengan perbandingan 1:3 basis volume. Setelah media tanam tercampur merata kemudian dimasukan kedalam polybag sebanyak 8,4 kg.

b. Pengamatan suhu lingkungan

(54)

33

c. Penyemaian dan Penanaman benih

Benih kembang kol disemai pada sebuah trey penyemaian yang telah berisi media semai yang terdiri dari campuran tanah, kompos dan cocopeat (1:1:1). Penyiraman benih dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Setelah benih berusia satu bulan, benih dipindahkan dan ditanam pada polybag yang telah berisi media tanam dengan kedalaman 20 cm dan jarak tanam 60 x 60 cm. Waktu tanam dilakukan pada sore hari antara jam 03.00-05.00 WIB.

d. Perawatan tanaman

Penyulaman dilakukan seawal mungkin yaitu pada umur 5 – 10 HST.

e. Pengisian tangki

Pengisian tangki dilakukan dengan melakukan pengecekan tangki air setiap hari.

f. Pemberian air irigasi

Air irigasi diberikan dengan metode irigasi tetes. Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman. Jika telah diketahui kebutuhan air tanaman, kran air dihidupkan kemudian diamati waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tersebut.

g. Pemberian pupuk nutrisi

(55)

34

minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-8 yaitu seminggu 2 kali diberikan 3 hari sekali, dan pada minggu ke-9 sampai dengan minggu ke-12 yaitu seminggu 3 kali diberikan 2 hari sekali. Frekuensi pemberian pupuk nutrisi perminggu

[image:55.612.134.532.283.604.2]

menyesuaikan umur tanaman. Berikut adalah tabel penggunaan dan pemberian pupuk nutrisi AB mix selama budidaya tanaman kembang kol.

Tabel 2. Penggunaan dan pemberian pupuk nutrisi AB mix selama budidaya tanaman kembang kol.

Minggu ke Frekuensi pemberian pupuk nutrisi perminggu Volume penggunaan nutrisi (liter) Volume air (liter) Ec (μS/cm) Larutan A Larutan B

1 1 kali 1 1 250 2,2

2 1 kali 1 1 250 2,2

3 1 kali 1 1 250 2,2

4 2 kali 2 2 250 2,6

5 2 kali 2 2 250 2,6

6 2 kali 2 2 250 2,6

7 2 kali 2 2 250 2,6

8 2 kali 2 2 250 2,6

9 3 kali 3 3 250 3,0

10 3 kali 3 3 250 3,0

11 3 kali 3 3 250 3,0

12 3 kali 3 3 250 3,0

(56)

35

h. Pemanenan

Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat. Umur panen antara 55-100 HST tergantung dari kultivar. Kembang kol dipanen dengan cara memotong pangkal tangkai bunganya sebelum bunganya mekar.

[image:56.612.161.481.233.677.2]

i. Bagan Alir Penelitian

(57)

36

j. Tata Letak Sampel Pengamatan

[image:57.612.113.527.104.397.2]

Keterangan, : Pengambilan sampel data

Gambar 6. Tata letak sampel pengamatan

D. Pengamatan dan Pengukuran Data

1. Kinerja sistem rancangan irigasi tetes

a. Perhitungan volume air irigasi yang masuk ke wadah gelas dihitung menggunakan metode volumetrik dan perhitungan debit penetes menggunakan Persamaan (4).

b. Perhitungan koefisien variasi debit penetes menggunakan Persamaan (5). c. Perhitungan kinerja sistem irigasi tetes dengan menggunakan Persamaan (6)

dilakukan dengan perlakuan tinggi head operasi 155 cm. B

U S

(58)

37

2. Kebutuhan air tanaman kembang kol

a. Perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) dapat dihitung dengan metode Hargreaves yaitu menggunakan data suhu rata-rata harian di dalam

greenhouse dan radiasi matahari (Bautista and Bautista, 2009).

ETo = 0,0023 x (Tmed+17,8) x (Tmax-Tmin)0,5 x Ra ...(11)

dimana,

ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)

Tmax, Tmin and Tmed = Suhu harian maksimum, minimum, dan rata-rata

(ᵒ C)

Radiasi ekstraterestrial matahari dicari dari Persamaan 13 (FAO, 1998):

Ra =

G

sc

d

r

s

sin(

ϕ

)sin(δ)+cos(

ϕ

)cos(δ)sin(ω

s

)]

…….…(12)

dimana,

R

a = Extraterrestrial radiasi matahari (MJ/m2/hari= 0,408 mm/hari)

Gsc = Konstanta matahari (0,0820 MJ/m2/min)

dr = Inverse jarak relatif bumi-matahari

dr = 1+0.033cos(

ω

s = Sudut jam terbenam (rad)

ω

s = arc.cos [-tan(

ϕ

)tan

(δ)

]

ω

s = -arc.tan [(-tan(

ϕ

)tan

(δ)

)/X

0,5

]

(59)

38

ϕ

= Latitude (rad)

δ

= Deklinasi matahari (rad)

δ

= 0,409 sin

-1,39)

J = Jumlah hari pertahun (365)

Ra = Radiasi ekstraterestrial matahari ((MJ/m2/hari), untuk menkonversi atau merubah mm/hari digunakan faktor 0,408)

b. Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) diasumsikan sama dengan jumlah pemberian air irigasi yang diberikan tiap tanaman perharinya.

c. Koefesien tanaman (Kc) dihitung dengan persamaan:

Kc =

...(13)

d. Perhitungan produktivitas air dihitung dengan persamaan:

Produktivitas air =

...(14)

3. Pertumbuhan tanaman kembang kol

Parameter yang di amati dalam pertumbuhan tanaman meliputi : a. Tinggi tanaman (cm)

b. Jumlah daun (helai) c. Berat kembang kol (g)

(60)

39

E. Analisis Data

Data hasil pengamatan dan pengukuran dianalisa untuk :

1. Mengetahui karakteristik hidraulik dan emiter (hubungan antara tekanan – debit dan data pengukuran).

2. Uji kinerja sistem irigasi tetes terhadap produktivitas produksi air tanaman kembang kol.

3. Menghitung nilai ETo dengan menggunakan metode Hargreaves.

(61)

59

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Rancangan sistem irigasi tetes yang memanfaatkan tekanan gravitasi dan tekanan pompa ini memiliki nilai keseragaman penyebaran (EU) 64,49 % dan 61,46 %, nilai ini masih di bawah nilai keseragaman penyebaran yang

disarankan yaitu 75 % - 85 %.

2. Evapotrasnpirasi acuan (ETo) minimal, maksimal, dan nilai tengah adalah 5,80 mm/hari, 9,70 mm/hari, dan 7,20 mm/hari, dan evapotranspirasi tanaman (ETc) pada hari ke 41 setelah tanam adalah 3,2 mm/hari.

3. Koefesien tanaman (Kc) kembang kol di dalam greenhouse berkisar antara 0,48 – 0,86.

(62)

60

B. Saran

1. Perlu adanya analisis pendahuluan mengenai penggunaan komponen irigasi tetes agar tidak terjadi head loss pada sistem yang menyebabkan keseragaman penyebaran menjadi tidak optimal.

2. Perlu adanya pengecekan dan pembersihan berkala pada penetes (emitter)

(63)

61

DAFTAR PUSTAKA

Afriyana, D., A. Tusi, dan Oktafri. 2012. Analisis Pola Pembasahan Tanah dengan Sistem Irigasi Tetes Bertekanan Rendah. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 1 (1) : 43-50.

Ashari, S. 2006.Hortikultura Aspek Budidaya (edisi revisi). Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta

Bautista, F. and D. Bautista. 2009. Calibration of the Equation of Hargreaves and Thornwaite to Estimate the Potential Evapotranspiration in Semi-Arid and Subhumid Tropical Climates for Regional Applications.Atmosfera.Vol. 22 (4) : 331-348.

Chay, A. 1995.Hidrologi dan Pengeloalan daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

FAO Corporated Document Repository. 1998. Crop Evapotranspiration-Guidelines for Computing Crop Water Requirements–ETc - Dual Crop Coefficient (Kc = Kcb + Ke) Chapter 7. http://www.fao.org/docrep/x0490e/x0490eb.htm. Diakses tanggal 25 Februari 2014.

FAO. 1998. Crop Evapotranspiration-Guidelines for Computing Crop Water Requirements-FAO Irrigation and Drainage Paper 56. United Nations Rome. Hadiutomo, K. 2012.Mekanisasi Pertanian. IPB Press. Bogor.

Hansen, E.V., O.W. Isrealsen, G.E. Stringham, E.P. Tachyan, dan Soetjipto. 1992.

Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Diterjemahkan oleh Erlangga, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Haryanti, S. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan Ukuran Porus Stomata DaunZephyranthes RoseaLindl.Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XVIII (1) : 41-46.

(64)

62

Kasiran. 2006. Teknologi Irigasi Tetes “RO DRIP” untuk Budidaya Tanaman

Sayuran di Lahan Kering Dataran Rendah.Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.Vol. 8 (1) : 26–30.

Keller, J. and R.D. Bliesner. 1990. Sprinkle and Trickle Irrigation. AVI Publishing Company, Inc. Nem York, USA.

Manik, T.P., B. Rosadi, A. Karyanto, dan A. I. Pratya. 2010. Pendugaan Koefisien Tanaman untuk Menghitung Kebutuhan Air dan Mengatur Jadwal Tanam Kedelai di Lahan Kering.Jurnal Agrotropika. Vol. 15 (2) : 78-84.

Mechram, S. 2006. Aplikasi Teknik Irigasi Tetes dan Komposisi Media Tanam pada Selada(Lactuva sativa). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 7 (1) : 27-36. Pracaya. 2005.Kol alias Kubis .Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rosadi, B. 2010.Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknik Irigasi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Rukmana, R. 1994.Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sahin, U., Y. Kuslu, T. Tunc, and F.M. Kiziloglu. 2009. Determining Crop and Pan Coeficient for Cauliflower and Red Cabbage Crops Under Cool Season

Semiarid Climatic Conditions.Agricultural Sciences in China. Vol. 8 (2) : 167-171.

Silalahi, I.I., Sumono., S.B. Daulay., dan E. Susanto. 2013. Efisiensi Irigasi Tetes dan Kebutuhan Air Tanaman Bunga Kol pada Tanah Andosol.J.Rekayasa Pangan dan Pertanian.Vol. 2 (1) : 96–100.

Simonne, E.H., M.D. Dukes and L. Zotarelli. 2010.Principles and Practices of Irrigation Management for Vegetables.Chapter 3. IFAS Extension. Florida. Sosrodarsono. 1999.Hidrologi Untuk Pertanian. Pradnya Paramita. Jakarta

Gambar

Gambar 1.  Tanaman kembang kol
Tabel 1.  Estimasi kebutuhan air tanaman sayuran
Tabel 2.  Nilai koefisien tanaman (Kc) beberapa macam tanaman
Gambar 2.  Variasi tekanan operasi (Keller dan Bliesner, 1990)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai macam kasus korupsi terjadi dari mulai kasus besar, sedang maupun kecil dari tahun ke tahun tanpa bisa dihentikan.Para pejabat kita seakan tidak ada

Harga output merupakan harga yang dipatok oleh pemilik UMKM Mawardi dengan menggunakan perhitugan kasar ( feeling ). Tenaga kerja dalam proses pengolahan kerupuk ikan rata

Visi misi pasangan dokter H Mundjirin ES SpOG-Ir H Warnadi MM yaitu ingin mewujudkan Kabupaten Semarang yang mandiri, tertib, dan sejahtera (MATRA). Namun diantara

Banyak masyarakat pejalan kaki yang di temui di pedestrian pada Pusat Kota Pekanbaru tidak tahu bahwa jalan keramik tersebut atau jalur tersebut adalah

Dengan uji korelasi Pearson hasil yang didapatkan bahwa secara stastistik tidak signifikan dengan nilai p &gt; 0.05 tidak terdapat hubungan yang bermakna

Semua film elektrokromik dibuat secara elektrokimia dengan metoda potensiostatik (menggunakan tegangan tetap) pada suhu mango Sel elektrokimia yang digunakan berupa labu

Contohnya, dalam suratnya yang pertama Yohanes menulis: Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari

• Mengembangkan rencana strategis untuk setiap ULP Percontohan untuk membangun posisi pengadaan profesional yang permanen (klasifikasi, kategori, kualifikasi, dan jalur