ABSTRAK
STUDI DIFRAKSI GELOMBANG MENGGUNAKAN
PERSAMAAN HIPERBOLA
Oleh Rama Kapitan
Deformasi gelombang adalah perubahan sifat gelombang yang terjadi ketika ada gelombang bergerak merambat menuju ke pantai, salah satunya adalah difraksi. Difraksi gelombang terjadi bila gelombang yang datang terhalang oleh suatu penghalang yang dapat berupa bangunan pemecah gelombang (breakwater) maupun pulau. Akibatnya, gelombang akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk ke daerah terlindung di belakangnya. Dalam hal ini, terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus ke daerah terlindung. Fenomena difraksi gelombang penting diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan dan bangunan pemecah gelombang.
Untuk mengetahui pola difraksi gelombang yang terjadi akibat rintangan atau bangunan pantai yang menghalangi, dilakukan simulasi perambatan gelombang dengan model matematik atau numerik untuk beberapa skenario. Dalam penelitian ini digunakan paket program gelombang 2D dengan menggunakan persamaan hiperbola.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai koefisien difraksi yang mendekati dengan hasil yang dipresentasikan oleh Shore Protection Manual (SPM, 1984). Adanya perubahan pola gelombang yang terjadi, dimana perubahan pola tersebut terjadi setelah gelombang yang datang merambat melewati breakwater tunggal maupun ganda. Kajian ini juga melihat perubahan tinggi gelombang, dimana tinggi puncak gelombang yang terjadi berangsur-angsur menurun, serta perubahan jumlah periode gelombang dominan yang mengalami penambahan karena breakwater, hal ini menunjukkan terjadinya fenomena difraksi yang terjadi.
ABSTRACT
THE STUDY OF THE DIFFRACTED WAVE USING
HYPERBOLIC EQUATIONS
By Rama Kapitan
The deformation of wave is the change of wave characteristics that occurs when a wave propagates shoreward. One form of the deformation of wave is diffracted wave. Wave diffraction occurs when a wave is blocked by a barrier which is a breakwater or an island. As a result, the wave will turn around the tip of the barrier and heading into a sheltered area behind it. In this event, the energy transfer occurs in the perpendicular direction to the protected area. The phenomenon of wave diffraction is an important thing to consider in the harbor and breakwater design.
To determine the wave diffraction pattern caused by obstacles or coastal structures, wave propagation simulation has been carried out with mathematical or numerical models for several scenarios. In this study, two-dimensional wave simulation software using hyperbolic equations has been used to model wave propagation.
The result obtained from this study is the diffraction coefficient whose value which is approximately equal to the ones suggested by the Shore Protection Manual (SPM, 1984). Changes in the pattern of the wave occur after the wave propagates through a single or double breakwater. This study also investigated the changes in the wave height and the amount of dominant wave period due to the influence of the breakwater. Both events indicate the occurence of phenomenon of diffraction.
STUDI DIFRAKSI GELOMBANG MENGGUNAKAN
PERSAMAAN HIPERBOLA
( Tesis )
Oleh
RAMA KAPITAN
1225011017
MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17
Maret 1989. Penulis merupakan putra dari pasangan
Ayahanda Drs. Musadi Muharam, M.M. dan Ibunda Dra.
Marsini, anak pertama dari empat bersaudara.
Dengan rahmat Allah SWT penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Sukarame pada tahun 2001, Sekolah
Menengah Pertama Negeri 4 Bandar lampung pada tahun 2004, Sekolah Menegah
Atas Negeri 9 Bandar Lampung tahun 2007. Sarjana Teknik Universitas Lampung
pada tahun 2012, dan terakhir penulis tercatat sebagai Mahasiswa Magister
Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung pada tahun 2012. Saat menjadi
Kupersembahkan tesis ini kepada
kedua orang tuaku
Drs. Musadi Muharam, M.M .
&
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
dengan Qalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang
belum diketahui”
(Q.S Al-‘Alaq 1-5)“
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat
”
(Q.s. al-Mujadalah : 11)
“C
arilah ilmu meskipun di negeri Cina, karena
sesungguhnya mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi
muslimin dan muslimat”
(H.R. Ibnu Abdil Bar)
“A
pabila anak Adam (manusia) mati maka terputuslah
amalnya kecuali 3 hal; bersedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat atau anak sholeh yang selalu mendoakan
kedua orang tuanya
”
Allhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul “Studi Difraksi Gelombang Menggunakan Persamaan Hiperbola” ini.
Pada kesempatan ini pula, secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi
membantu penulis dalam proses penyelesaian penelitian ini :
1. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, Ph.D. dan Bapak Dr. Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc.
selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, kesabaran, dan pengarahan
selama dalam penyusunan penelitian serta pendapat-pendapat cerdas beliau
yang membuat laporan ini menjadi lebih baik dan nasihat–nasihat beliau yang
membuat penulis menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab,
2. Ibu Dr. Dyah Indriana K, S.T., M.Sc. selaku Dosen Penguji atas kritik
membangun dan pengarahan yang membuat laporan ini menjadi lebih baik.
3. Ibu Siti Nurul, S.T., M.Sc. dan Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T., selaku
Dosen Pembimbing Akademik, Terima kasih atas dorongan moral selama
proses belajar hingga selesai.
4. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung,
5. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
6. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung, untuk segala dedikasinya yang telah membantu penulis
dalam proses pendidikan.
7. Keluargaku tercinta yang selalu tulus memberi cinta kasih, doa, nasihat,
dukungan dan semangat kepada penulis,
8. Teman – teman Magister Teknik Sipil Universitas Lampung yang kompak,
terima kasih atas bantuan dan dukungannya,
9. Teman – teman Clan Makmano Makitu, yang tiada henti untuk tertawa,
10.Teman – teman UKM Fotografi ZOOM Unila,
11.Teman – teman MATALAM FT UNILA,
12.Serta rekan - rekan yang hadir dalam kehidupan pada saat penulis menjalani
sebagai seorang mahasiswa magister.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Hanya ucapan ini dan harapan indah yang penulis bisa haturkan. Semoga segala
kebaikan menyertai langkah kaki kalian. Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gelombang ... 5
B. Wavlet ... 8
C. Deformasi Gelombang ... 9
D. Bangunan Pemecah Gelombang ... 13
E. Persamaan Gelombang ... 17
F. Spektrum Gelombang ... 21
G. Simulasi ... 22
I. Paket Program Sigerd ... 25
J. Program MATLAB ... 25
K. Jurnal Penelitian ... 27
III. METODE PENELITIAN A. Studi Pustaka ... 29
B. Model Simulasi Gelombang ... 29
C. Metode Analisis Data ... 30
D. Metode Penyajian Data ... 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Model Perambatan Gelombang ... 32
B. Model Perambatan Gelombang ... 37
C. Hasil Perambatan Gelombang 2-D ... 40
D. Hasil Analisa Tinggi Gelombang ... 67
E. Analisis Spektrum Difraksi Gelombang ... 81
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Gelombang Menurut Teori Gelombang Linier (Airy) ... 19
2.2 Perbandingan antara Model Matematik dan Model Fisik ... 24
4.1 Perbandingan program Sigerd dengan SPM untuk koefisien
difraksi (K’) ... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Perubahan bentuk gelombang yang menjalar mendekati pantai ... 7
2.2 Wavelet Ricker dengan minimum, zero dan maximum phase. ... 9
2.3 Refraksi gelombang ... 10
2.4 Refleksi gelombang ... 11
2.5 Difraksi gelombang di belakang rintangan ... 12
2.6 Difraksi Gelombang ... 13
2.7 Berbagai jenis breakwater sisi tegak ... 15
2.8 Breakwater sisi miring ... 16
2.9 Sket definisi gelombang ... 18
2.10 Skema umum model . ... 23
3.1 Bagan Alur Penelitian ... 31
4.1 Grafik perbandingan koefisien difraksi terhadap x/L dari hasil program Sigerd dengan SPM. ... 34
4.2 Koefisien difraksi untuk lebar celah dua kali panjang gelombang (B= 2L) ... 36
4.3 Skenario untuk setting arah dan posisi sumber gelombang serta konfigurasi dan susunan breakwater yang dipasang, breakwater dipasang sisi kanan dan kiri, sedangkan skenario lainnya, breakwater hanya dipasang sisi sebelah kiri sebelah. ... 37
4.4 Skenario I, model simulasi breakwater tenggelam lurus ... 38
4.6 Skenario III, model simulasi breakwater tenggelam lurus satu buah
atau tunggal. ... 39
4.7 Skenario IV, model simulasi breakwater tenggelam trapesium satu
buah atau tunggal. ... 40
4.8 Snapshot perambatan gelombang skenario I, sebelum melalui
breakwater t = 1,5 detik. ... 41
4.9 Snapshot perambatan gelombang skenario I, saat melalui
breakwater t= 3,0 detik ... 41
4.10 Snapshot perambatan gelombang skenario I, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 4,5 detik. ... 42
4.11 Snapshot perambatan gelombang skenario I, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 6 detik. ... 42
4.12 Snapshot perambatan gelombang skenario I, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 7,5 detik. ... 43
4.13 Snapshot perambatan gelombang skenario I, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 9 detik. ... 43
4.14 Snapshot perambatan gelombang skenario II, sebelum melalui
breakwater t = 1,5 detik. ... 45
4.15 Snapshot perambatan gelombang skenario II, saat melalui
breakwater t= 3,0 detik ... 45
4.16 Snapshot perambatan gelombang skenario II, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 4,5 detik. ... 46
4.17 Snapshot perambatan gelombang skenario II, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 6 detik. ... 46
4.18 Snapshot perambatan gelombang skenario II, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 7,5 detik. ... 47
4.19 Snapshot perambatan gelombang skenario II, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 9 detik. ... 47
4.20 Snapshot perambatan gelombang skenario III, sebelum melalui
breakwater t = 1,5 detik. ... 49
4.21 Snapshot perambatan gelombang skenario III, saat melalui
breakwater t= 3,0 detik ... 49
4.22 Snapshot perambatan gelombang skenario III, beberapa saat setelah
v
4.23 Snapshot perambatan gelombang skenario III, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 6 detik. ... 50
4.24 Snapshot perambatan gelombang skenario III, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 7,5 detik. ... 51
4.25 Snapshot perambatan gelombang skenario III, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 9 detik. ... 51
4.26 Snapshot perambatan gelombang skenario IV, sebelum melalui
breakwater t = 1,5 detik. ... 53
4.27 Snapshot perambatan gelombang skenario IV, saat melalui
breakwater t= 3,0 detik ... 53
4.28 Snapshot perambatan gelombang skenario IV, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 4,5 detik. ... 54
4.29 Snapshot perambatan gelombang skenario IV, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 6 detik. ... 54
4.30 Snapshot perambatan gelombang skenario IV, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 7,5 detik. ... 55
4.31 Snapshot perambatan gelombang skenario IV, beberapa saat setelah
melalui breakwater t = 9 detik. ... 55
4.32. Skema model fisik (Stagonas, 2010) ... 57
4.33. Hasil perambatan gelombang 3D pada breakwater tunggal, (Stagonas, 2010). ... 58
4.34. Hasil perambatan gelombang 3D pada celah breakwater ganda, (Stagonas, 2010) ... 59
4.35. Menentukan koordinat titik yang ditinjau ... 60
4.36 Koordinat titik yang ditinjau tinggi puncak gelombang ... 61
4.37 Ketinggian puncak gelombang pada skenario I di titik koordinat
50,18 s.d. 50,28. ... 62
4.38 Ketinggian puncak gelombang pada skenario I di titik koordinat
50,33 s.d. 50,53. ... 63
4.39 Ketinggian puncak gelombang pada skenario II di titik koordinat
50,18 s.d. 50,28. ... 65
4.40 Ketinggian puncak gelombang pada skenario II di titik koordinat
4.41 Ketinggian puncak gelombang pada skenario III di titik koordinat
50,18 s.d. 50,28. ... 68
4.42 Ketinggian puncak gelombang pada skenario III di titik koordinat 50,33 s.d. 50,53. ... 69
4.43 Ketinggian puncak gelombang pada skenario IV di titik koordinat 50,18 s.d. 50,28. ... 71
4.44 Ketinggian puncak gelombang pada skenario IV di titik koordinat 50,33 s.d. 50,53. ... 72
4.45 Koordinat titik yang ditinjau periode gelombang untuk skenario I dan II. ... 75
4.46 Koordinat titik yang ditinjau periode gelombang untuk skenario III dan IV. ... 75
4.47 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 8 pada Skenario I ... 76
4.48 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 18 pada Skenario I ... 76
4.49 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 28 pada Skenario I ... 76
4.50 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 8 pada Skenario II ... 77
4.51 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 18 pada Skenario II ... 77
4.52 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 28 pada Skenario II ... 77
4.53 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 8 pada Skenario III ... 78
4.54 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 18 pada Skenario III ... 78
4.55 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 28 pada Skenario III ... 78
4.56 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 8 pada Skenario IV ... 79
4.57 Spektrum gelombang di posisi koordinat 50, 18 pada Skenario IV ... 79
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gelombang yang terjadi di alam sebenarnya sangat kompleks dan tidak dapat
dirumuskan dengan akurat. Tetapi fenomena gelombang yang terjadi di alam
dapat dipelajari dan dilakukan beberapa asumsi sehingga muncul beberapa
teori atau persamaan gelombang. Banyak orang yang menghitung dan
memodelkan persamaan gelombang, akan tetapi tidak banyak yang dapat
mensimulasikan hasilnya dengan baik. Simulasi banyak digunakan dalam
semua bidang ilmu pengetahuan atau bahkan dalam kehidupan di masyarakat.
Untuk membangun bangunan air misalnya bendung, bendungan, tanggul
sungai, saluran irigasi, pelabuhan, bangunan pemecah gelombang (breakwater)
dan sebagainya, seringkali diperlukan suatu simulasi. Simulasi dilakukan
dengan menirukan sistem beserta dengan permasalahannya, kemudian menguji
tiruan sistem tersebut dengan berbagai skenario permasalahannya. Simulasi
umumnya memerlukan model sebagai alat bantu. Model matematik
memberikan keuntungan lebih dari pada model fisik dilihat dari tenaga, waktu,
dan cepat. Seiring bertambahnya waktu dan dampak yang ditimbulkan oleh
gelombang terhadap daerah pantai, penelitian pemodelan numerik yang
berhubungan dengan perambatan gelombang maupun deformasi gelombang
dan perlindungan pantai pun semakin meningkat.
Deformasi gelombang adalah perubahan sifat gelombang yang terjadi ketika
ada gelombang bergerak merambat menuju ke pantai, salah satunya adalah
difraksi. Difraksi gelombang terjadi bila gelombang yang datang terhalang oleh
suatu penghalang yang dapat berupa bangunan pemecah gelombang
(breakwater) maupun pulau. Akibatnya, gelombang akan membelok di sekitar
ujung rintangan dan masuk ke daerah terlindung di belakangnya. Dalam hal
ini, terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus ke daerah terlindung.
Fenomena difraksi gelombang penting diperhatikan dalam perencanaan
pelabuhan dan bangunan pemecah gelombang.
Dalam penelitian ini, akan mencoba mensimulasikan hasil daripada
persamaan-persamaan gelombang yang ada dengan bahasa pemrograman dengan berbagai
skenario, serta mencoba memahami pola gelombang yang terbentuk akibat
deformasi gelombang yaitu difraksi. Serta menganalisa untuk mengetahui dan
memprediksi arah datangnya gelombang pada saat ia menghampiri pantai. Hal
ini sangat penting dalam memahami proses dinamika pantai dan menjaga
3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah perlu dilakukan simulasi
difraksi gelombang dengan menggunakan paket model model matematik/
numerik.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini meliputi :
1. Studi deformasi gelombang dalam penelitian ini hanya difraksi,
2. Persamaan gelombang yang digunakan yaitu persamaan hiperbola,
3. Simulasi dengan pemodelan matematik/ numerik.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
1. Me-review fenomena difraksi gelombang saat dipengaruhi oleh perubahan
bangunan pantai yang mereduksi kecepatan gelombang dan mengakibatkan
pembelokan,
2. Mengetahui pola difraksi gelombang yang terjadi akibat rintangan atau
bangunan pantai yang menghalangi,
3. Melihat fenomena dari difraksi gelombang bagaimana jika terjadi
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memberikan :
1. Sebagai salah satu acuan dalam perencanaan bangunan pantai,
2. Menggambarkan pembelokan gelombang secara grafis sehingga
memudahkan dalam visualisasi dan analisa gelombang,
3. Menambah pengetahuan dalam simulasi persamaan gelombang,
4. Memberikan banyak ide-ide bagi peneliti tentang perlindungan wilayah
pesisir dengan bangun pelindung pantai dan lainya,
5. Kontribusi kepada pihak pemerintah dengan cara transfer ilmu dan
teknologi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/ grafik sinusoidal. Salah satunya
gelombang laut yang disebabkan oleh angin, angin di atas lautan mentransfer
energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/ bukit, dan berubah
menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.
Gelombang di laut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung
pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang
dibangkitkan oleh angin di permukaan laut, gelombang pasang surut yang
dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan
terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi
(vulkanik) atau gempa di laut (tektonik), maupun gelombang yang disebabkan
oleh kapal bergerak, dan sebagainya.
Pada kondisi sesungguhnya di alam, pergerakan orbital di perairan dangkal
bagaimana energi gelombang mampu mempengaruhi kondisi pantai. Simulasi
pergerakan partikel air saat penjalaran gelombang menuju pantai ketinggian
dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya.
Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya.
Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang
jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga
mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang
lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan
mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut.
Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di
bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah
akibat dari friksi/ gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian
atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke
pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin
datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.
Ada dua tipe gelombang, ditinjau dari sifat-sifatnya yaitu :
Gelombang pembangun/ pembentuk pantai (Constructive wave).
Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai
ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang
7
pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang
pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut.
Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan
kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar
mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika
gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air
yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke
tempat lain.
Sumber : Stagonas, 2010
Gambar 2.1. Perubahan bentuk gelombang yang menjalar mendekati pantai
Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan
ketinggian beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat
mencapai ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang dapat juga
ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor
bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami)
serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang
Sebuah gelombang tertdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Puncak gelombang (Crest) adalah titik tertinggi dari sebuah gelombang.
b. Lembah gelombang (Trough) adalah titik terendah gelombang, diantara
dua puncak gelombang.
c. Panjang gelombang (Wave length) adalah jarak mendatar antara dua
puncak gelombang atau antara dua lembah gelombang.
d. Tinggi gelombang (Wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan
lembah gelombang.
e. Priode gelombang (Wave period) adalah waktu yang diperlukan oleh dua
puncak gelombang yang berurutan untuk melalui satu titik.
B. Wavelet
Wavelet adalah gelombang yang berukuran lebih kecil dan pendek bila
dibandingkan dengan sinyal pada sinusoidal pada umumnya, di mana
energinya terkonsentrasi pada selang waktu tertentu yang digunakan sebagai
alat untuk menganalisa transien, non-stasioneritas, dan fenomena varian waktu.
Metode untuk menganalisis gelombang sinyal yang terlokalisir dapat
menggunakan wavelet transformation.
Hal utama yang dapat dilakukan oleh analisis wavelet adalah analisis lokal.
Analisis wavelet mampu menunjukkan informasi sinyal yang tidak dimiliki
oleh analisis sinyal yang lain, seperti kecenderungan, titik yang putus, dan
9
mampu menyederhanakan dan mengurangi noise tanpa memperlihatkan
penurunan mutu.
Gambar 2.2. Wavelet Ricker dengan minimum, zero dan maximum phase.
C. Deformasi Gelombang
Deformasi gelombang adalah perubahan sifat gelombang yang terjadi ketika
ada gelombang bergerak merambat menuju ke pantai. Perubahan atau
1. Refraksi
Refraksi gelombang adalah peristiwa pembelokan arah gelombang yang
memasuki perairan dangkal yang disebabkan karena sebagian gelombang
masih merambat dengan kecepatan gelombang laut dalam pada waktu
masuk ke laut dangkal.
Sumber : Syahputra, 2012
Gambar 2.3. Refraksi gelombang
2. Refleksi
Refleksi gelombang adalah pemantulan gelombang yang terjadi apabila
gelombang yang datang membentur tembok atau penghalang. Fenomena
refleksi dapat ditemukan di kolam pelabuhan. Pemantulan gelombang
ditentukan oleh koefisien refleksi yang berbeda-beda untuk berbagai tipe
11
Gambar 2.4.Refleksi gelombang
3. Difraksi
Salah satu bentuk deformasi gelombang adalah difraksi. Apabila
gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah
gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di
sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakangnya,
eperti terlihat pada Gambar 2.5. Fenomena ini dikenal dengan difraksi
gelombang. Garis puncak gelombang di belakang rintangan membelok dan
mempunyai bentuk busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung
rintangan. Dianggap bahwa kedalaman air adalah konstan. Apabila
kedalaman air tidak konstan maka selain difraksi juga terjadi refraksi
gelombang. Biasanya tinggi gelombang berkurang di sepanjang puncak
Sumber : Triatmodjo, 1999
Gambar 2.5. Difraksi gelombang di belakang rintangan
Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang di suatu
tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap
ujung rintangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan
titik tersebut dengan ujung rintangan β , dan sudut antara arah penjalaran gelombang dan rintangan . Perbandingan antara tinggi gelombang di titik
yang terletak di daerah terlindung dan tinggi gelombang datang disebut
13
Gambar 2.6. Difraksi Gelombang
D. Bangunan Pemecah Gelombang
Sebenarnya pemecah gelombang atau ( breakwater ) dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
pertama banyak terdapat pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe
kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi
perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau
karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang,
seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci
mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan
dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi.
Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas
pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum
sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini
dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya
dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena
berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang
bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai,
tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi
luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi
gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan pemecah gelombang
sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian dibelokkan (difraksi)
dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan
fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang
yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik
gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam
gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan
15
Gambar 2.7. Berbagai jenis breakwater sisi tegak
Kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada konstruksi
bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas
pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya
diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton
diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk
menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang
terbuat dari batu atau blok beton.
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai
bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk
membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu,
Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.
Gambar 2.8. Breakwater sisi miring
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan
yaitu:
1) Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa
partikel-partikel halus dari debu dan pasir.
2) Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter
layer) yang melindungi bagian inti(core)terhadap penghanyutan material,
biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat
bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
3) Lapisan pelindung utama (main armor layer), merupakan pertahanan
utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada
lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3
17
E. Persamaan Gelombang
Teori gelombang airy
Gelombang sebenarnya yang terjadi di alam adalah sangat kompleks dan tidak
dapat dirumuskan dengan akurat. Akan tetapi dalam mempelajari fenomena
gelombang yang terjadi di alam dilakukan beberapa asumsi sehingga muncul
beberapa teori gelombang. Salah satunya teori gelombang amplitudo kecil.
Teori gelombang ini merupakan teori gelombang yang paling sederhana karena
merupakan teori gelombang linier, yang pertama kali diperkenalkan oleh Airy
pada tahun 1845.
Teori Gelombang Airy ( teori amplitudo kecil ) diturunkan berdasarkan
persamaan Laplace untuk aliran tak rotasi ( irrotational flow ) dengan kondisi
batas di dasar laut dan di permukaan air. Terdapat beberapa anggapan yang
digunakan untuk menurunkan persamaan gelombang adalah sebagai berikut.
1) Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga rapat masa
adalah konstan.
2) Tegangan permukaan diabaikan.
3) Gaya coriolis ( akibat perputaran bumi di abaikan ).
4) Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan konstan.
5) Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran tak rotasi.
6) Dasar laut adalah horizontal, tetap dan impermeable sehingga kecepatan
vertikal di dasar adalah nol.
7) Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang dan kedalaman
8) Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus arah penjalaran
gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi.
Beberapa notasi yang digunakan dalam perhitungan Gelombang Airy adalah :
d : jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut)
(x,t) : fluktuasi muka air terhadap muka air diam = = a cos(kx −σt) a : amplitudo gelombang
H : tinggi gelombang = 2 a
L : panjang gelombang,
T : Periode gelombang,
C : Kecepatan rambat gelombang = L/T
k : angka gelombang = 2π / L
σ : frekuensi gelombang = 2π /T g : gravitasi = 9,81 m/d2
19
Klasifikasi gelombang menurut kedalaman relatif
Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air dan
panjang gelombang L, (d/L), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam dapat dilihat pada Tabel 2.1. yaitu :
Tabel 2.1. Klasifikasi Gelombang Menurut Teori Gelombang Linier (Airy)
Sumber : Nur Yuwono, 1982
Persamaan gelombang hyperbola
Persaman gelombang yang dipergunakan untuk memodelkan perambatan
gelombang (Zakaria, 2003) yang melalui beakwater adalah persamaan
Hyperbola 2 dimensi (2-D) sebagai berikut,
2�
�2
= C
2
2 � 2
+
2 �
2
(1)
Dimana
� = fluktuasi muka air terhadap muka air diam
c = � .ℎ
g = gravitasi
Suatu solusi persamaan gelombang hiperbolik 2-D adalah dengan metode eksplisit
beda hingga (explicit finite-difference method). Dengan metoda ini, persamaan (1)
di atas bisa didekati sebagai berikut,
2�
�2
=
��−. 1− 2 . ��. + ��.+1
(��) 2 (2)
2�
2
=
��−. 1− 2 . ��. + ��.+1
(� ) 2 (3)
2�
2
=
��−. 1− 2 . ��. + ��.+1
(� ) 2 (4)
Dari persamaan (2), (3) dan (4) dan dengan mengganti c = g . h kita dapat
menemukan persamaan penuh sebagai berikut:
��−. 1− 2 . ��. + ��.+1
(��) 2 = g . h
��−. 1− 2 . ��.+ ��.+1
(� ) 2
+
��−. 1− 2 . ��. + ��.+1
(� ) 2 (5)
Persamaan (5) merupakan solusi untuk persamaan gelombang hiperbolik 2-D
beda hingga eksplisit (Zakaria, 2009).
Kondisi Batas
Perambatan gelombang yang disimulasikan terbatas oleh batas model, yang
secara fisik tidak riil. Batasan-batasan pada umumnya disebut nonphysical
21
Masalah umum dalam pemodelan tidak diinginkan refleksi dari tepi atau batas
model. Kondisi batas dari model ini penting jika kita ingin mengurangi refleksi
yang tidak diinginkan dari batasan-batasan.
Suatu metoda syarat batas yang pada umumnya yang digunakan
memperagakan perambatan gelombang adalah metoda syarat batas transparan.
Metoda Syarat batas diperlukan untuk mengurangi efek pantulan dari
perambatan gelombang yang merambat sampai nonphysical boundaries.
Persamaan yang digunakan sebagai batasan-batasan terbuka adalah
diperkenalkan oleh Reynolds (1978), sebagai berikut,
� �
+
�
�
= 0
(6)Menggunakan persamaan (6) di atas, pemantulan dari nonphysical boundaries
adalah sebisa mungkin untuk dikurangi.
F. Spektrum Gelombang
Sifat gelombang laut adalah acak, baik besar maupun arahnya, sehingga
karena sifat inilah besar energi gelombang acak sulit untuk diukur. Gelombang
acak merupakan gabungan dari gelombang sinusoidal dengan panjang dan
periode gelombang yang sangat bervariasi. Ukuran intensitas komponen
gelombang acak pada umumnya dinyatakan dalam bentuk spektrum kepadatan
amplitudo, kepadatan energi gelombang atau biasa disingkat dengan spektrum
energi gelombang. Dalam analisa spektrum energi gelombang diperlukan data
gelombang adalah menguraikan suatu gelombang irreguler menjadi susunan
dari gelombang teratur dari berbagai frekuensi dan tinggi gelombang (Yuwono,
1992).
Pada gelombang acak tidak dapat dikenali suatu pola yang spesifik, sehingga
parameter gelombang didefinisikan dengan memakai besaran besaran statistik
seperti H1/3 dan T1/3. H1/3 adalah harga rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan
tinggi gelobang yang tertinggi atau tinggi signifikan, sedangkan T 1/3 harga
rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan periode gelombang yang tertinggi atau
periode signifikan.
G. Simulasi
Simulasi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk
memecahkan atau menguraikan persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata
yang penuh dengan ketidakpastian dengan tidak menggunakan model atau
metode tertentu dan lebih ditekankan pada pemakaian komputer untuk
mendapatkan solusinya.
Simulasi dapat didefinisikan meniru proses riil yang disebut sistem dengan
sebuah model untuk memahami bagaimana sistem tersebut bekerja. Simulasi
dengan komputer ialah model dievaluasi secara numerik, dan data
dikumpulkan untuk mengestimasi karakteristik yang sebenarnya dari model.
Dalam bidang teknik sipil simulasi dapat digunakan untuk mengetahui
23
Permasalahan yang terjadi umumnya sulit dan rumit apabila diselesaikan
dengan rumus-rumus sederhana.
H. Model
Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang
sesungguhnya yang hanya berisi informasi- informasi yang dianggap penting
untuk dikaji. Model dari sebuah sistem adalah alat yang kita gunakan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sistem tanpa harus melakukan
percobaan.
Model dapat terbagi menjadi model fisik dan model matematik. Model fisik ini
meniru kejadian sebenarnya dengan skala yang lebih kecil. Contoh model fisik
dalam dunia teknik ialah model fisik pelimpah, bendungan dan sebagainya.
Model matematik menirukan sifat atau karakter suatu feomena dengan
persamaan matematik.
Dalam dunia engineering kedua model ini masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, adapun perbandingan kedua model tersebut dapat
dilihat dari Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Perbandingan antara Model Matematik dan Model Fisik
Model Fisik Model Matematik/ Numerik
Kerugian
- Memerlukan ruangan yang besar
- Parameter belum tentu mudah
diperoleh dan ditirukan karena
berbagai keterbatasan
- Lama pembuatannya
- Sulit mengamati dan mengontrol
- Tidak mudah diubah/ revisi
- Membutuhkan banyak tenaga kerja
- Mahal
Keuntungan
- Real time model
- Kesalahan, kekurangan, kejanggalan
dapat segera dilihat dan diperbaiki
- Kondisi aliran yang paling rumit dan
sulit dapat dimodelkan
- Model lebih mudah dipahami oleh
awan
Keuntungan
- Ruangan kecil, hanya perlu komputer
- Mudah menyesuaikan parameter
seperti tinggi gelombang, dll
- Pembuatan relatif singkat
- Mudah dikontrol dan diamati
- Mudah dibuah dan direvisi
- Tidak membutuhkan tenaga banyak
- Murah
Kerugian
- Biasanya tidak real time
- Kesalahan, kekurangan, kejanggalan
kadang tidak terlihat
- Perlu persamaan pengatur yang
belum tentu ada belum tentu dapat
diselesaikan
- Model sulit dipahami tetapi hasil
simulasi dapat ditampilkan untuk
mempermudah pemahaman
25
I. Paket Program Sigerd
Program Sigerd merupakan program simulasi yang dikembangkan oleh Zakaria
(2014), program ini dibuat dengan bahasa pemograman Fortran. Fortran
merupakan bahasa pemograman tingkat tinggi yang paling banyak digunakan
orang untuk pemograman, terutama untuk pemograman yang membutuhkan
perhitungan numerik yang rumit. Bahasa-bahasa pemograman ini merupakan
bahasa pemograman yang sering disebut sebagai bahasa pemograman under
DOS, ini karena bahasa pemograman ini dijalankan lewat DOS.
Banyak sekali materi bahasa pemograman, tetapi Fortran merupakan bahasa
yang paling banyak dipergunakan oleh para Scientist dan Engineer untuk
aplikasi-aplikasi praktis dalam rangka penyelesaian
permasalahan-permasalahan dalam bidang teknik (Zakaria, 2005).
J. Program MATLAB
Matlab adalah bahasa pemrograman dengan performa tingkat tinggi untuk
memecahkan masalah yang menyangkut analisa perhitungan, baik secara
analitik maupun numerik. Matlab menggabungkan komputasi, visualisasi, dan
pemrograman dalam satu kesatuan yang mudah digunakan di mana masalah
dan penyelesaiannya diekspresikan dalam notasi matematik yang sudah
dikenal. Sehingga Matlab banyak digunakan pada :
₋ Matematika dan Komputansi
₋ Pemrograman modeling, simulasi, dan pembuatan prototipe
₋ Analisa Data , eksplorasi dan visualisasi
₋ Analisis numerik dan statistik
₋ Pengembangan aplikasi teknik.
Matlab telah berkembang menjadi sebuah environment pemrograman yang
canggih yang berisi fungsi-fungsi built-in untuk melakukan tugas pengolahan
sinyal, aljabar linier, dan kalkulasi matematis lainnya. Matlab juga berisi
toolbox yang berisi fungsi-fungsi tambahan untuk aplikasi khusus . Matlab
bersifat extensible, dalam arti bahwa seorang pengguna dapat menulis fungsi
baru untuk ditambahkan pada library ketika fungsi-fungsi built-in yang
tersedia tidak dapat melakukan tugas tertentu.
Adapun kelebihan dari Matlab terhadap bahasa pemrograman lainnya adalah
kemudahan dalam pendefinisian matriks, penurunan persamaan dan
fungsifungsi dengan jumlah cukup banyak. Dengan memanfaatkan kelebihan
dari software Matlab, maka efisiensi dalam pembuatan software akan
meningkat. Pada permasalahan difraksi gelombang inui, software Matlab
digunakan untuk penyelesaian perhitungan matriks dengan ukuran besar dan
simulasi hasil yang didapat sampai terbentuk grafik perubahan difraksi
gelombang berupa kontur.
Dalam penelitian ini skrip matlab dipergunakan untuk menggambarkan dan
mensimulasikan perambatan gelombang dari data yang dihasilkan oleh
27
K. Jurnal Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2005), dengan judul Analisa
Refraksi Gelombang Pada Pantai, Menjelaskan metode analisa refraksi yang
digunakan untuk memahami refraksi gelombang ialah metode orthogonal,
metode snellius, metode diagram dan metode panjang gelombang. Keempat
metode ini pada dasarnya seluruhnya mengacu pada teori gelombang linier
yang sering disebut juga dengan small-amplitude wave theory (teori gelombang
beramplitudo kecil). Hasil yang diperoleh dari tiap metode menunjukkan
visualisasi sudut pembelokan yang cukup baik untuk digunakan dalam
memahami dan menganalisa refraksi gelombang. Namun terdapat keterbatasan
pada tiap-tiap metode yang mempengaruhi hasil untuk berbagai kasus. Seperti
pada metode orthogonal, ada keterbatasan nilai perbandingan kecepatan
gelombang pada template sehingga penggambaran refraksi tidak dapat
dilakukan untuk nilai perbandingan kecepatan gelombang yang relatif besar.
Pada metode snellius terdapat nilai beda sudut perpindahan gelombang yang
cukup kecil sehingga sulit untuk memvisualisasikan hasil refraksi
dibandingkan dengan metode orthogonal. Metode panjang gelombang,
walaupun sulit untuk digambarkan tapi memiliki kelebihan dalam penggunaan
yang tidak terbatas hanya untuk pantai dengan kontur lurus dan sejajar.
Penelitian oleh Febrina (2009), yang berjudul Analysis Wave Diffraction Using
2D Hyperbola Equation, bertujuan untuk melihat fenomena alam dari
deformasi gelombang permukaan, dan bagaimana dampak dari deformasi
yang direncanakan. Dalam penelitian ini, persamaan gelombang yang
digunakan untuk pemodelan perambatan gelombang yang melewati breakwater
terendam adalah persamaan gelombang 2-D hiperbolik. Breakwater yang
dimodelkan secara numerik untuk mempelajari dan menyelidiki efek deformasi
gelombang. Dan menyimpulkan bahwa energi gelombang dapat dikurangi
secara signifikan oleh terendam breakwater, sehingga wilayah pesisir dapat
dilindungi.
Untuk Penelitian oleh Zakaria (2008), dengan judul penelitian Pemodelan
Numerik Perambatan Gelombang 2 Dimensi melalui Breakwater Tenggelam
Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah, dengan adanya breakwater
tenggelam, terjadinya refleksi dan dispersi gelombang untuk simulasi
perambatan gelombang dengan menggunakan persamaan hyperbola 2 dimensi
cukup besar, ini menunjukkan pengaruh yang signifikan dari breakwater
tenggelam terhadap peredaman gelombang, dan kemungkinan dapat
III. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini untuk mengetahui pola difraksi gelombang yang terjadi
akibat rintangan atau bangunan pantai yang menghalangi, dilakukan sebuah
simulai dengan model matematik dengan berbagai skenario. Adapun tahapan
metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi.
A.Studi Pustaka
Studi pustaka disini lebih diartikan sebagai pengkajian dan pembelajaran lebih
dalam mengenai buku-buku yang berkaitan dengan persamaaan gelombang
serta mempelajari dari berbagai kajian yang telah delakukan oleh peneliti yang
berkaitan dengan simulasi gelombang, serta me-review penelitian
sebelum-sebelumnya yang mengkaji fenomena deformasi gelombang saat dipengaruhi
oleh perubahan bangunan pantai yang mereduksi kecepatan gelombang dan
mengakibatkan pembelokan.
B.Model Simulasi Gelombang
Model simulasi gelombang pada penelitian ini, menggunakan program Sigerd,
dilakukan terlebih dahulu uji model perambatan gelombang. Kemudian
merancang berbagai skenario untuk simulasi pemodelan yang akan diteliti.
C.Metode Analisis Data
Dari berbagai skenario pemodelan yang telah disimulasikan, kemudian
dilakukan analisis data dari tiap-tiap skenario tersebut.
D.Metode Penyajian Data
Beberapa konsep penyediaan data – data yang diperoleh untuk kepentingan kajian ini disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Grafik; digunakan untuk menunjukkan kondisi atau sebuah hasil analisis
dalam bentuk visual dengan dilengkapi angka- angka perolehan sehingga
mudah memperoleh informasi data.
2. Tabel; digunakan untuk menunjukkan data – data yang bersifat tabular dan terdiri dari banyak data dimasukkan ke dalam format sederhana sehingga
mudah untuk difahami.
3. Gambar; digunakan untuk menunjukkan kondisi atau sebuah hasil analisis
31
Secara sederhana, metodologi penelitian di atas ditunjukkan dengan diagram
atau bagan alur pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
Mulai
Selesai Analisis Data Output
Kesimpulan i > n i = 0
i = i + 1
Input
Running Model 2D
Ouput *.txt
Matlab Script *.m
Movie Mpeg/Jpeg
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang kajian gelombang, dapat disimpulkan beberapa
hal terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mempelajari suatu deformasi gelombang dengan pemodelan
matematik/ numerik, lebih menguntungkan dalam hal hasil yang lebih
akurat dibandingkan dengan model fisik,
2. Hasil keluaran program Sigerd menunjukan nilai yang mendekati dengan
hasil yang dipresentasikan oleh Shore Protection Manual (SPM),
3. Hasil dari perambatan gelombang 2-D mengambarkan suatu pola
perambatan gelombang yang terdifraksi akibat bangunan pemecah
gelombang (breakwater) tipe tegak maupun trapesium. Perambatan
gelombang terlihat berbeda satu dengan yang lainnya pada setiap skenario,
4. Terdapat perubahan tinggi puncak gelombang pada setiap skenario, pada
masing-masing skenario mengalami perubahan tinggi puncak gelombang
83
gelombang berangsur-angsur mengalami penurunan setelah melewati
breakwater.
5. Spektrum yang dihasilkan, mengalami perubahan di setiap skenario.
Perubahan jumlah untuk periode gelombang dominan yang terjadi
bertambah setelah melewati posisi breakwater, ini menujukan adanya
fenomena difraksi yang terjadi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai deformasi gelombang yang
lainya yaitu gelombang yang terefraksi maupun gelombang yang
terefleksi,
2. Penelitian ini menggunakan paket program yang dibuat dengan bahasa
pemograman Fortran dan untuk memvisualisasikan hasil dengan baik,
menggunakan program Matlab, sehingga diperlukan pemahaman lebih
khusus tentang bahasa pemograman bila ingin melakukan penelitian lebih
lanjut yang serupa,
3. Untuk kedepannya, perlu dikembangkan lebih lanjut lagi untuk program
DAFTAR PUSTAKA
Dean, R. G. dan Dalrymple, R. A. 1994, Water wave mechanics for engineers and scientists, World Scienti_c Publishing Co. Pte. Ltd., S
CERC. 1984, Shore Protection Manual, US Army Coastal Engineering Research Center. Washington. (SPM, 1984).
Febrina, R., and Zakaria, A., 2009, Analysis Wave Diffraction Using 2D Hyperbola Equation. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering Malahayati University.
Reynolds, A. C., 1978, Boundary conditions for the numerical solution of wave propagation problems, Geophysics 43(6), 1099-1110.
Stagonas, D. 2010, Micro modeling of wave fields. PhD. Thesis, University of Southampton.
Syahputra, L., 2012, Akustik Kelautan, [online], (http://lizanaueparanaue.blog.com/, diakses tanggal 11 Juni 2014 )
Tarigan. A.P.M. dan Zein. A.S., 2005, Analisa Refraksi Gelombang Pada Pantai. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 2 – Agustus: 345 – 351.
Triatmadja, R., 2009, Model Matematik Teknik Pantai Menggunakan Diferensi Hingga dan Metode Karakteristik. Beta Offset Yogyakarta.
Triatmodjo, B.,1992, Metode Numerik. Beta Offset Yogyakarta.
Triatmodjo, B.,1999, Teknik Pantai. Beta Offset Yogyakarta.
Vryonidi, M. 2011, Wave Diffraction in Micro Models. MSc. Thesis, University of Southampton.
Yuwono, N. 1992, Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pantai Volume II. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM.
Zakaria, A., 2003, Numerical Modelling of Wave Propagation using Higher Order Finite-Difference Formulas, Thesis (Ph.D), Curtin University of Technology, Perth, W.A.
'scen-1.env'
S1.d. script wav2d (*M File)
axis ij;
For product information, type tour or visit www.mathworks.com. » pwd
ans =
C:\MATLABR11\work
» cd
C:\MATLABR11\work
» ls
. ex sigerd1 sigerd2 sigerd4
.. sigerd sigerd13 sigerd3 sigerd9
» ls sigerd1
. fort.6 scen-1.inp scen-1.out scen-1.sig wav2d.m .. ricker2.dat scen-1.int scen-1.par sigerd.con
Thumbs.db scen-1.env scen-1.los scen-1.pma sigerd.exe
» cd sigerd1
» edit wav2d
» wav2d('j','f',-0.5,0.5,jet,'scen-1.out','scen-1','scen-1.mpeg',' 2D 2nd )
fnzise = 12
strext = .jpeg ans = 0
Simulasi untuk Skenario II
S2.a. script input data (*INP File)
S2.c. script configurasi data (*CON File)
S2.d. script wav2d (*M File)
YTick',0:YY/10:YY,...
S2.e. script running with Matlab
To get started, type one of these: helpwin, helpdesk, or demo. For product information, type tour or visit www.mathworks.com. » pwd
ans =
C:\MATLABR11\work
» cd
C:\MATLABR11\work
» ls
. ex sigerd1 sigerd2 sigerd4
.. sigerd sigerd13 sigerd3 sigerd9
» ls sigerd2
. fort.6 scen-2.inp scen-2.out scen-2.sig wav2d.m .. ricker2.dat scen-2.int scen-2.par sigerd.con
Thumbs.db scen-2.env scen-2.los scen-2.pma sigerd.exe
» cd sigerd1
» edit wav2d
» wav2d('j','f',-0.5,0.5,jet,'scen-1.out','scen-2','scen-2.mpeg',' 2D 2nd )
fnzise = 12
strext = .jpeg ans = 0
»
'scen-3.env'
S3.d. script wav2d (*M File)
set(colorbar,'FontSize',fnzise);
For product information, type tour or visit www.mathworks.com. » pwd
ans =
C:\MATLABR11\work
» cd
C:\MATLABR11\work
» ls
. ex sigerd1 sigerd2 sigerd4
.. sigerd sigerd13 sigerd3 sigerd9
» ls sigerd3
. fort.6 scen-3.inp scen-3.out scen-3.sig wav2d.m .. ricker2.dat scen-3.int scen-3.par sigerd.con
Thumbs.db scen-3.env scen-3.los scen-3.pma sigerd.exe
» cd sigerd1
» edit wav2d
» wav2d('j','f',-0.5,0.5,jet,'scen-3.out','scen-3','scen-3.mpeg',' 2D 2nd )
fnzise = 12
strext = .jpeg ans = 0
Simulasi untuk Skenario IV
S4.a. script input data (*INP File)
S4.c. script configurasi data (*CON File)
S4.d. script wav2d (*M File)
'XTickMode','manual','YTickMode','manual','XTick',XX/10:XX/10:XX,'
S4.e. script running with Matlab
To get started, type one of these: helpwin, helpdesk, or demo. For product information, type tour or visit www.mathworks.com. » pwd
ans =
C:\MATLABR11\work
» cd
C:\MATLABR11\work
» ls
. ex sigerd1 sigerd2 sigerd4
.. sigerd sigerd13 sigerd3 sigerd9
» ls sigerd4
. fort.6 scen-4.inp scen-4.out scen-4.sig wav2d.m .. ricker2.dat scen-4.int scen-4.par sigerd.con
Thumbs.db scen-4.env scen-4.los scen-4.pma sigerd.exe
» cd sigerd1
» edit wav2d
» wav2d('j','f',-0.5,0.5,jet,'scen-1.out','scen-4','scen-4.mpeg',' 2D 2nd )
fnzise = 12
strext = .jpeg ans = 0