ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp. ) BERDASARKAN PARAMETER
KUALITAS AIR DI TELUK CIKUNYINYI
Candra1, Tarsim,S.Pi.M.Si.2 dan Herman Yulianto,S.Pi.M.Si.2
ABSTRAK
Rumput laut (Eucheuma sp. ) merupakan salah satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia. Teluk Cikunyinyi adalah salah satu wilayah di Teluk Lampung yang memiliki potensi untuk menunjang aktifitas perikanan. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan indikator keberhasilan suatu usaha budidaya, Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis tentang kesesuaian perairan untuk keberlangsungan suatu usaha budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kesesuaian perairan Teluk Cikunyinyi untuk budidaya rumput laut berdasarkan parameter fisika-kimia dan biologi air laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Analisis sampel air dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung. Titik koordinat penelitian diambil sebanyak 6 titik. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Sedangkan metode penentuan lokasi titik sampling menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode matching dan
skoring. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Teluk Cikunyinyi kurang cocok untuk budidaya rumput laut, hal ini dikarenakan memiliki nilai kesesuaian: sesuai marginal ( 4 titik sampling) dan tidak sesuai (2 titik sampling).
Kata Kunci: Teluk Cikunyinyi, Rumput laut, analisis kesesuaian perairan
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2)
ANALYZE OF AQUATIC SUITABILITY FOR SEAWEED CULTURE (Eucheuma sp.) BASED OF WATER QUALITI PARAMETERS AT
CIKUNYINYI BAY
Candra1, Tarsim,S.Pi.M.Si.2 dan Herman Yulianto,S.Pi.M.Si.2 ABSTRACT
Seaweed (Eucheuma sp.)the is one of marine popular commodities in world trade. Cikunyinyi bay the is one of areas in Lampung Bay which has a relatively high potential for fisheries activities. The selection of location is an indicator of the success farming, Therefore it is necessary to do an analysis water suitability for marine culture. The purpose of this study is to analyze Cikunyinyi Bay suitability seaweed culture by water quality parameters. This study was conducted in October-November 2013. Analysis of water samples was conducted in the Laboratory of Water Quality, Center of Mariculture Development, Lampung. There are six coordinates points were taken. The method in this research is descriptive exploratory method. While the method of determining the location of the sampling point using purposive sampling method. Analysis of the data in this study using the matching and scoring method. From the research that has been conducted Cikunyinyi Bay less suitable for culture of seaweed, this is because the value suitability: marginally suitable (4 sampling points) and not suitable (2 sampling points).
Key words: Cikunyinyi Bay, Seaweed, analyze of water suitability
1) Student of Aquaculture, University of Lampung 2) Lectures of Aquaculture, University of Lampung
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp. ) BERDASARKAN PARAMETER
KUALITAS AIR DI TELUK CIKUNYINYI
( Skripsi )
Oleh CANDRA
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Adiluwih, Pringsewu tanggal 17 Oktober 1989, sebagai anak ke Empat dari Delapan bersaudara, dari pasangan Bapak Suyoto dan Ibu Suwarsi.
Penulis menyelesaikan pendidikan, tamat dari Sekolah Dasar Negeri 3 Adiluwih pada tahun 2001. Menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Adiluwih pada tahun 2004. Penulis tamat pendidikan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada tahun 2007 dan aktif dalam kegiatan ROHIS. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Universitas Lampung Jurusan Budidaya Perairan masuk pada tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang Kerohanian pada tahun 2008/2009 dan sebagai anggota bidang Minat dan Bakat pada tahun 2009/2010. Mengikuti Lk 1 Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2008/2009.
Persembahan
Kupersembahkan skripsi ini untuk
keluargaku tercinta
Ayah dan Ibuku tersayang
Kakak-kakakku (Mas Supri, Mbak Yuli,
Mas Aris) dan Adik-Adikku (Septianto,
SANWACANA
Alhamdulillahirrobbil’alamin..
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi.) pada program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Analisis kesesuaian untuk budidaya rumput laut (Eucheuma sp) berdasarkan parameter kualitas air di Teluk Cikunyinyi”. Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas lampung.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Tarsim,S.Pi.M.Si, selaku dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingannya.
5. Bapak Limin Santoso,.S.Pi, M.Si selaku dosen pembahas atas segala saran dan bimbinganya.
6. Bapak Wardyanto, S.Pi, M.P, selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis.
7. Seluruh dosen dan Staf Tata Usaha Budidaya Perairan atas ilmu dan bimbinganya selama ini.
8. Ayah dan Ibu tercinta atas semua doa, dukungan, kasih sayang, perhatian dan semangat kepada penulis demi kelancaran, keselamatan, dan kesuksesan.
9. Untuk kakak-kakakku, Mas supri, Mbak yulianti, Mas Aris, adikku Septianto, Septiono, wahyu waloyo dan Wahyuni serta keponakan-keponakanku atas doa, dukunganya, semangat, keceriaan serta kesabarannya, doa selama ini.
10.Untuk sahabat-sahabatku tercinta, Heri “gembul” Gunawan, Angga “Gajul” Julian DP, Herman Apryan ”mijan” Musanni “otan”, Jhonatan “Ijonk” Aditya MU, Edi “Bendol” Purwanto, dan Agung Kusuma, Ari
hinata, dwi saka randy, Tika, remon fernandes atas bantuan, dukungan, semangat, keceriaan dan persahabatan selama dari awal kuliah hingga saat ini, semoga selalu tetap terjalin sampai kapan pun.
12.Lalu untuk semua teman-teman angkatan 2007 dan adik-adik tingkat dari angkatan 2008 sampai 2012 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,
Candra
DAFTAR ISI A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
B. Alat dan Bahan ... 16
C. Metode Penelitian ... 17
C.1. Metode Umum ... 17
C.2. Metode Khusus ... 17
C.3. Metode Penentuan Lokasi ... 17
D. Metode Pengambilan Sampel ... 18
D.1. Fisika Air ... 18
D.2. Kimia Air ... 18
D.3. Biologi Air ... 18
E. Analisis Kesesuaian Budidaya Rumput Laut ... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A .Keadaan Umum Lokasi ... 24
B. Parameter Fisika B.1. Kecepatan Arus ... 24
B.2. Salinitas ... 25
B.3 Suhu ... 27
B.4 Kecerahan ... 28
B.5.Kedalaman Perairan ... 29
B.6. Material Dasar Perairan ... 31
C. Parameter Kimia C.1.. Nitrat ... 32
C.2. Fosfat ... 33
C.3. Oksigen Terlarut (DO) ... 34
C.4. Derajat Keasaman (pH) ... 36
D. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput laut...38
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian ... 4
2. Rumput laut Eucheuma sp. ... 6
3. Metode penanaman Rumput Laut ... 14
4. Peta Lokasi Penelitian ... 15
5. Grafik Kecepatan Arus di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 25
6. Grafik Kecepatan Arus sore di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 25
7. Grafik Salinitas pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 26
8. Grafik Salinitas Arus di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 26
9. Grafik Suhu pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 27
10. Grafik Suhu di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 28
11. Grafik Kecerahan pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 29
12. Grafik Kecerahan di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 29
13. Grafik Kedalaman pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 30
14. Grafik Kedalaman di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari... 31
15. Grafik Kandungan nitrat pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 32
16. Grafik Kandungan nitrat di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 33
17. Grafik kandungan fospat pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 34
18. Grafik kandungan fospat di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 34
19. Grafik Oksigen terlarut pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 35
20. Grafik Oksigen terlarut di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ... 35
21. Grafik Derajat Keasaman di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ... 37
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumput laut adalah sumberdaya hayati yang telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai mata pencarian, dan beberapa wilayah menjadikannya mata pencarian utama. Rumput laut merupakan salah satu komoditas sumberdaya laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mudah dibudidayakan serta biaya produksi yang rendah. Banyak negara-negara maju yang memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku produksinya, salah satunya adalah bahan baku kosmetik. Karena peluang ekonomi yang tinggi banyak masyarakat Indonesia membudidayakan rumput laut (Neksidin, 2013).
2 Faktor utama keberhasilan kegiatan budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi yang tepat. Penentuan lokasi dan kondisi perairan harus disesuaikan dengan metode budidaya yang akan digunakan. Tumbuhan laut termasuk makroalga atau rumput laut berinteraksi dengan lingkungan kualitas airnya. Diantara faktor lingkungan tersebut adalah ketersediaan cahaya, suhu, salinitas, arus, dan ketersediaan nutrien (Neksidin, 2013).
Teluk Cikunyinyi berada di Pesisir Lampung tepatnya di Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Teluk Cikunyinyi merupakan perairan yang tenang karena dilindungi oleh Pulau Tegal di depannya. Oleh karena itu wilayah ini memiliki potensi pengembangan budidaya khususnya budidaya rumput laut.
B. Permasalahan
Potensi perairan, kelayakan budidaya, teknologi budi daya yang mudah, masa tanam pendek, dan ketersediaan tenaga kerja setempat merupakan modal potensial bagi perkembangan usaha budi daya rumput laut di perairan Teluk Chikunyinyi. Tetapi pada kenyataannya jumlah pembudidaya yang tertarik pada usaha budidaya rumput laut masih rendah. Berdasarkan kondisi di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya kurangnya informasi tentang potensi usaha budidaya rumput laut dan kurangnya data kualitas perairan yang mendukung kegiatan budidaya rumput laut. Oleh karena itu penelitian tentang analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut (Eucheuma sp)
3 C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Menganalisis tingkat kesesuaian perairan Teluk Cikunyinyi untuk budidaya rumput laut berdasarkan kualitas air.
D. Manfaat Penelitian
4 E. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Pengolahan dan pemanfaatan perairan
Teluk Cikunyinyi
Data parameter fisika, kimia, biologi Teluk Cikunyinyi
Penentuan lokasi budidaya rumput laut
Analisa kesesuaian untuk budidaya rumput laut dengan metode matching dan skoring
Pengolahan data
Kesesuaian lahan budidaya rumput laut
5 II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput laut
Rumput laut atau seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional untuk jenis alga yang banyak di panen di laut. Rumput laut atau alga yang sering kali di terjemahkan “seaweed” bukan “sea grass” yang sering di sebut dengan
lamun (Cornelia, 2005). Dari segi marfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan perbedaan antara akar, batang, dan daun. Secara keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai bentuk yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut hanyalah thallus. Bentuk thallus bermacam-macam, antara lain: bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomous (percabangan dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada sat sisi thallus utama), pinnate
(bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang seling),
verticillate (cabangnya berpusat melingkari sumbu utama) dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. (Hasanah, 2013)
B. Eucheuma sp.
Menurut Cornelia (2005), taksonomi dari Eucheuma sp. dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
6 Bangsa : Gigartinales
Suku : Soliericeae Marga : Eucheuma Jenis :Eucheuma spLin
Menurut Wibowo (2012), rumput laut jenis Eucheuma cottoni tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Ciri-ciri umum antara lain terdapat tonjolan-tonjolan (nodules) dan duri (spines), thallus berbentuk silindris atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, berwarna hijau kemerahan bila hidup dan bila kering berwarna kuning kecoklatan. Untuk lebih jelas rumput lau dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Rumput laut Eucheuma sp.
Perkembangbiakan rumput laut Eucheuma sp. terbagi menjadi 2 cara, yaitu:
1) Reproduksi Generatif
7 menghasilkan sel telur Apabila kondisi lingkungan memenuhi persyaratan akan menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zygot yang tumbuh menjadi tanaman rumput laut.
2) Reproduksi Vegetatif
Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan, dimana perkembangbiakannya dapat dilakukan dengan cara stek/memotong cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan rumput laut tersebut merupakan thallus muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari penyakit
C. Aspek Lingkungan Rumput Laut
Pemilihan lokasi merupakan hal terpenting dalam suatu usaha rumput laut. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efesien dalam budidaya rumput laut hendaknya memilih lokasi yang sesuai dengan ekobiologi (persyaratan tumbuh) rumput laut
Neksidin (2013) menyebutkan beberapa syarat pemilihan lokasi untuk budidaya rumput laut yaitu :
(1) lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari ancaman angin topan, (2) lokasi sebaiknya tidak mempunyai fluktuasi salinitas yang besar,
(3) lokasi budidaya harus memiliki nutriet yang cukup untuk perkembangan, (4) perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga, (5) lokasi perairan harus terjangkau transportasi untuk mengurangi biaya, (6) lokasi budidaya harus dekat dengan tenaga kerja,
8 C.1. Kecerahan dan Kekeruhan
Cornelia (2005) mengatakan bahwa persaingan untuk mendapatkan cahaya dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi penyebaran spesies rumput laut. Kecerahan perairan menentukan jumlah intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu perairan. Kemampuan daya tembus cahaya matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi di perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus.
Kekeruhan merupakan faktor pembatas proses fotosintesis dan produktifitas primer perairan karena mempengaruhi penetrasi cahaya matahari dalam suatu perairan. Disamping itu kekeruhan merupakan gambaran optik dari suatu air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diserap oleh partikel partikel perairan (Heryati, 2011).
Kekeruhan salah satunya disebabkan oleh adanya zat zat organik yang terurai, jasad- jasad renik, lumpur dan tanah liat atau zat-zat koloid yaitu zat-zat terapung yang mudah mengendap (Efendii, 2003).
C.2. Arus, Gelombang, dan Pasang Surut
Pergerakan air adalah faktor ekologi utama yang mengontrol kondisi komunitas rumput laut. Arus dan gelombang mempunyai pengaruh yang besar terhadap aerasi, transport nutrien dan pengadukan air. Pengadukan air ini bertujuan untuk menghindari fluktuasi suhu yang besar (Heryati, 1991).
9 butiran-butiran sedimen dan epifit pada thallus sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Menurut Adnan (2012), arus yang baik untuk budidaya rumput laut berkisar antara 0,2 – 0,4 m/detik. Arus yang tinggi dapat menimbulkan terjadi kerusakan tanaman budidaya seperti dapat patah, robek, ataupun terlepas dari subtratnya. Selain itu penyerapan zat hara akan terhambat.
Gelombang atau ombak sangat berpengaruh dalam kegiatan budidaya rumput laut. Menurut Jaya (2009), untuk kegiatan budidaya rumput laut tinggi ombak tidak lebih dari 30 cm. Ombak yang terlalu besar dapat menyebabkan kekeruhan perairan sehingga dapat menghambat fotosintesis, selain itu ombak yang besar dapat menyulitkan tanaman untuk menyerap nutrisi sehingga dapat menghambat pertumbuhan
Gerakan massa air memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada dan melangsungkan pertukaran CO2 dan O2. Arus yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik. Tinggi gelombang tidak lebih dari 30 cm. arus yang lebih cepat dan ombak yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan rumput laut, seperti patah, robek, ataupun terlepas dari subtratnya. Selain itu penyerapan zat hara akan terhambat dan air laut akan keruh (Efendi, 2003).
10 C.3. Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan fotosintesis sampai suatu titik tertentu. Kecepatan fotosintesis akan meningkat sesuai dengan peningkatan temperatur (Heryati, 2011).
Suhu air permukaan perairan di Indonesia umumnya berkisar 28–31 °C. Suhu permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari. Oleh karena itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola arus musiman (Jaya, 2009).
Kemampuan Eucheuma sp sangatlah bervariasi tergantung pada lingkungan dimana tumbuhan tersebut hidup. Temperatur optimum untuk budidaya Eucheuma sp adalah 20-25 °C (Syamsiah,2007) . Sedangkan menurut Jaya (2009) suhu air untuk budidaya Eucheuma sp di Indonesia berkisar 20-28°C.
C.4. Kecerahan
Sedikitnya sinar matahari yang menembus ke dalam perairan sangat bergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut akan semakin dalam cahaya yang menembus ke dalam perairan. Penetrasi cahaya menjadi rendah ketika tingginya kandungan partikel tersuspensi di perairan dekat pantai akibat aktivitas pasang surut dan juga tingkat kedalaman.
11 Pembentukan spora dan pembelahan sel dapat dirangsang oleh cahaya merah adanya cahaya matahari yang berlebihan dapat mengakibatkat warna menjadi putih, layu karna hilangnya protein pada tumbuhan (Neksidin, 2013)
C.5. Kedalaman Perairan
Kedalaman suatu perairan yang digunakan sebagai tempat budidaya rumput laut untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal tergantung pada radiasi cahaya matahari. Menurut Neksidin (2013) kedalaman ideal untuk pertumbuhan rumput laut dengan metode dasar adalah 0,3-0,6 m pada saat surut terendah. Hal ini dengan tujuan untuk mencegah kekeringan bagi rumput laut.
Kedalaman perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara. Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan. Hal ini berhubungan dengan tekanan yang yang diterima di dalam air, sebab tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (Patang, 2010).
C.6. Salinitas
Salinitas merupakan faktor penting karena setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas untuk kelangsungan hidupnya (Rasyid, 2005). Menurut Patang (2010) salinitas perairan untuk budidaya rumput laut berkisar antara 28 - 34 ppt (yang optimal sekitar 33 ppt).
12 laut terlarut bermacam-macam garam terutama NaCl, selain itu terdapat pula garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Adnan, 2012).
Kebanyakan makroalga atau rumput laut mempunyai toleransi salinitas yang rendah terhadap perubahan salinitas. Begitu pula dengan spesies
Eucheuma spatau K. alvarezii merupakan jenis rumput laut yang bersifat stenohaline. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas dapat berpengaruh terhadap proses osmoregulasi pada tumbuhan rumput laut .
C.7. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) adalah ukuran tentang besarnya kosentrasi ion hidrogen dan menunjukkan apakah air itu bersifat asam atau basah dalam reaksinya (Utojo et al, 2007). Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan masih tergantung pada faktor-faktor lain.
Suatu organisme hidup mempunyai toleransi tertentu terhadap derajat keasaman (pH), karena pH juga merupakan faktor penting dalam suatu budidaya. Menurut Wibowo (2012) derajat keasaman (pH) yang baik untuk pertumbuhan optimal Eucheuma sp. adalah 7 - 9 dengan kisaran optimum 7,3 - 8,2.
C.8. Zat Hara (Nutrien)
13 harus waspada pada unsur-unsur yang diserap oleh rumput laut karena rumput laut dapat menyerap logam berat Pb dan Hg. Logam berat ini tidak berakibat berbahaya bagi rumput laut tetapi berakibat berbahaya bagi manusia
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan protein. Di perairan nitrogen ditemukan dalam bentuk amoniak, nitrat, nitrit serta beberapa senyawa nitrogen organik lain. Nitrat adalah nitrogen utama di perairan alami dan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan alga (Wardjan, 2005)
Phosfat (P) merupakan unsur penting bagi semua aspek kehidupan terutama berfungsi dalam tranformasi energi metabolik. Fosfat tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Beberapa jenis alga mampu menyerap phosphat melebihi kebutuhannya dan mampu menyerap phosfat pada konsentrasi yang rendah
Senyawa phosfat merupakan penyusun fosfolipida penting sebagai penyusun membran dan terdapat dalam jumlah besar. Energi yang dibebaskan dari hidrolisis pirofosfat dan berbagai ikatan fosfat organik digunakan untuk mengendalikan berbagai reaksi kimia (Restiana dan Diana, 2009).
D. Metode Penanaman
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode long line. Metode Long Line adalah cara membudidayakan rumput laut dikolom air
(eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang dibentangkan
14 atau terangkai dalam bentuk segiempat dengan bantuan pelampung dan jangkar
(Jaya, 2013).
Bibit rumput laut diikat pada tali yang panjang, selanjutnya dibentangkan di perairan. Teknik budidaya rumput laut dengan metode ini menggunakan tali sepanjang 30 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar. Pada setiap jarak 1 meter diberi pelampung berupa botol bekas dan pada jarak 5 m diberi pelampung berupa bola. Pada saat pemasangan tali utama harus diperhatikan arah arus pada posisi sejajar atau sedikit menyudut untuk menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya Bibit rumput laut sebanyak 50 gram diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak tanam rumput laut 40 cm dengan banyaknya bibit masing-masing jarak ikat tanam yaitu 30 bibit. Untuk lebih jelas model long line dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
15 III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Untuk lebih jelas lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
16 Penelitian ini secara umum mencakup 3 tahapan yaitu: survei lapangan, pengumpulan, serta pengolahan data dan analisis data. Ketiga tahapan tersebut dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. Proses pengolahan data sampel dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung. Lokasi titik koordinat penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Lokasi titik koordinat penelitian
Stasiun Koordinat Keterangan
(LU) (LS)
1 5°26’54.79”S 93°82’85,71”T SebelahUtara dekat Lokasi Mangrove
2 5°27’3.19”S 93°82’58,87”T Sebelah Selatan Pantai Berpasir
3 5°27’7.65”S 93°82’41,25”T Sebelah Timur, Pecahan Karang
4 5°26’54.36”S 93°82’53,48”T Sebelah Barat, Dengan Lokasi
Mangroove
5 5°26’34.45”S 93°82’42,79”T Sebelah Barat daya, Dengan Tambak
6 5°27’54.64”S 93°82’48,79”T Sebelah Barat laut, Masuk Aliran Air
Sungai
B. Alat dan Bahan
Peralatan penelitian terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian
Parameter Satuan Alat/Metode Keterangan
Oksigen terlarut Mg/l Water quality checker In situ
Suhu ºC Water quality checker In situ
Kecerahan Meter Secchi disk In situ
Kedalaman Meter Portable Depth Sounder In situ
Salinitas Ppt Water quality checker In situ
Kecepatan arus m/detik Current meter In situ
Fosfat Mg/l Ascorbic acid method Laboratorium Nitrat Mg/l Brucine sulfat methode Laboratorium
pH Water quality checker In situ
Fitoplankton Sel/liter Mikroskop,sedgwickrafter Laboratorium Klorofil-a Sel/liter Spectrofotometer Laboratorium
Material dasar perairan In situ
17 C. Metode Penelitian
C.1. Metode Umum
Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode survei dengan melakukan pengamatan terhadap parameter fisika, kimia, dan biologi perairan.
C.2. Metode Khusus
Metode khusus yang dilakukan terkait dengan tujuan penelitian adalah: 1) Analisis kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut di Teluk Chikunyinyi 2) Analisis kesesuaian rumput laut dengan pembobotan kualitas air dengan
memperhatikan variabel kualitas air yang paling menentukan untuk di Teluk Chikunyinyi untuk budidaya rumput laut.
C.3. Metode Penentuan Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan pada lokasi zona pemanfaatan umum Teluk Chikunyinyi. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi, dan data sekunder lainnya. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel sebanyak 6 stasiun yang mewakili semua kondisi perairan lokasi penelitian. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan Global Positioning System (GPS)
D. Metode Pengambilan Sampel
18 dianalisis lebih lanjut, dibawa ke Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL). Berikut ini adalah data yang dikumpulkan selama penelitian.
D.1. Fisika Air
Suhu perairan diukur dengan menggunakan water quality checker (walk lab), Sedangkan kecerahan air diukur dengan menggunakan secchi disk pada tiap-tiap titik sampling (cm).
D.2. Kimia Air
pH, oksigen terlarut, dan salinitas perairan diukur pada tiap titik sampling. pH diukur dengan menggunakan pH meter, oksigen terlarut dengan DO meter dan salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer. Pengukuran Nitrat dilakukan dengan metode Brucine sulfat methode
(Syamsiah, 2007). Sedangkan pengukuran Fosfat dilakukan dengan metode
Ascorbic acid methode (Neksidin, 2013).
E. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput laut
19 1) Kelas S1 : sangat sesuai (Highly Suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikan masukan atau tingkat perlakukan yang diberikan 2) Kelas S2 : cukup sesuai (Moderately Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakukan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diperlukan. 3) Kelas S3 : sesuai marginal (Marginally Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan. 4) Kelas N : tidak sesuai (Not Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
20 F. Penilaian untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut (Sea Weed)
F.1. Variabel Primer
Syarat utama yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Jika syarat ini tidak terpenuhi dapat menggagalkan budidaya yang diinginkan. variabel yang termasuk dalam variabel primer adalah : 1) Kecepatan Arus
Variabel ini dianggap penting karena berkaitan dengan proses pertukaran dan pengangkutan unsur hara, transpor sedimen dan pengrusakan struktur komunitas perairan. Pada saat yang lain, variabel ini penting bagi sistem penjangkaran dan penempelan kotoran pada
tallus rumput laut. 2) Fosfat dan Nitrat
Variabel Phosfat dan nitrat merupakan nutrien yang diperlukan bagi tumbuhan air dalam pembentukan protein maupun aktivitas metabolisme. 3) Kecerahan
Kecerahan merupakan variabel yang berhubungan dengan besarnya penetrasi cahaya kedalam perairan. Energi sinar matahari dibutuhkan oleh tallus rumput laut dalam mekanisme fotosintesis. Karena itu, kecerahan memegang peranan sangat penting dalam menentukan lokasi budidaya rumput laut.
4) Suhu
21 F.2. Variabel Sekunder
Variabel ini merupakan syarat optimal yang harus dipenuhi oleh suatu kegiatan usaha budidaya rumput laut. Syarat ini diperlukan bagi kehidupan biota/tumbuhan agar lebih baik. Yang termasuk dalam peubah sekunder adalah :
1) Kedalaman Perairan.
Variabel ini dianggap penting karena berkaitan dengan pembangunan instalasi budidaya, maupun keberlangsungan usaha. Pada saat yang sama, perairan yang terlalu dalam memungkinkan kemampuan penetrasi cahaya tidak maksimal. Semakin dalam suatu perairan akan semakin berkurang penetrasi cahaya. Sebaliknya perairan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan bervariasinya suhu dan padatan tersuspensi. 2) Salinitas
Keberadaan variabel ini dilaporkan peubahannya selalu kecil di daerah tropis. Tetapi dengan melihat kondisi lingkungan budidaya rumput laut yang cukup potensial bagi aktifitas pasut, maka keberadaan peubah cukup penting.
3) Klorofil- a
Variabel ini tidak berhubungan langsung dengan rumput laut. Konsentrasi klorofil-a di perairan mengikuti jenis dan besarnya jumlah fitoplankton. variabel ini merupakan salah satu indikator dalam penentuan kesuburan perairan. Pada saat yang lain pigmen ini, diperlukan untuk mekanisme fotosintesis mikroalga.
22 Variabel ini berhubungan dengan kebiasaan hidup dan sifat fisiologis. Beberapa kejadian dapat ditoleransi, tetapi untuk keadaan yang ekstrim tidak dapat menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota tersebut dengan baik. Karena itu, rumput laut membutuhkan dasar perairan yang relatif stabil untuk alga makro tumbuh di perairan laut. Dengan pembagian syarat-syarat tersebut, maka disusun matrik kesesuaian dengan sistem penilaian pada Tabel 3.
Tabel 3. Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut
Parameter Klas Angka Penilaian
23
Parameter Klas Angka Penilaian
(A)
Total skor dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut selanjutnya dipakai untuk menentukan klas kesesuaian lahan budidaya ikan
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian lahan ( Cornelia, 2005 ) sebagai berikut:
1 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya rumput laut Eucheuma sp di Perairan Teluk Chikunyinyi dapat disimpulkan bahwa pada perairan Teluk Chikunyinyi memiliki tingkat kesesuaian sesuai marjinal untuk budidaya Rumput laut Eucheuma sp berada pada empat titik pengambilan sampel pada bulan Oktober – November 2013.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, S.J. 2012. Analisis kelayakan lokasi budidaya rumput laut di Perairan Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan tropis. Vol. VIII-1, April 2012
Ariyanti, W.A. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut Vol. 3 No. 1. Hal. 27-45. Cornelia,M. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya
Rumput Laut. Pusat survey sumberdaya alam laut Bakosurtunal. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi
Penataan Ruang, Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta
Effendi, H .2003. Telaah Kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya hayati lingkungan perairan. Kanisius, Yogyakarta
Hasanah, U. 2013. Analisis kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya untuk budidaya rumput laut (Eucheuma cotonni) di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. Universitas Hasanudin, Makasar. Heryati, S., 1991. Kelayakan usaha Budidaya Rumput laut dengan metode
lomgline dan Strategi pengembangan di perairan Karimunjawa. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Dewan Riset Nasional, Jakarta Indriyani, H. dan E.Sumiarsih. 2003. Budidaya Pengelolaan dan Pemasaran
rumput laut. Penebar swadaya, Jakarta
Jaya, I. 2009. Kajian kondisi Oseanografi untuk Kelayakan budidaya beberapa spesies rumput laut di Perairan pantai barat Sulawesi Selatan.. jurnal Kelautan dan Perikanan. Vol. 19 (3) Desember 2009: 129 – 136
Patang. 2010. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap produksi rumput laut di Kabupaten Pangkep. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol.6 No. 1 Neksidin. 2013. Studi kualitas air untuk budidaya rumput laut (Kappaphycus
Rasyid. A. J. 2005. Studi Kondisi Fisika Oseanografi Untuk Kesesuaian Budidaya Rumput Laut Di Perairan Pantai Sinjai Timur. Jurnal Torani 15 : 73-80. Restiana, W.A dan R. Diana. 2009. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut
(Euchema cottoni) Di Pulau Karimunjawa Dengan Proses Pengeringan Berbeda. [Disertasi]. Program Studi Budidaya Universitas Diponegoro, Semarang.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : D.P. Praseno, R. Rositasari dan S.H. Riyono (editor), Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran,Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang. P3O – LIPI. Jakarta.
Syamsiah. 2007. Studi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar Untuk kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wiadnyana, N. N. 1998. Kesuburan dan komunitas plankton di perairan pesisir Digul, Irian Jaya. Balitbang sumberdaya Laut. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.
Wardjan, Y. 2005. Seleksi Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan Perairan Untuk Budidaya Ikan Kerapu dalam keramba jaring apung di Kab. Barru. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor
Wibowo, L. 2012. Pengolahan Rumput Laut ( Eucheuma cottoni ) menjadi serbuk minuman instan. Vol 8. Nomor 2.