• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pendidikan Pesantren Salafiyah ditengah modernisasi: Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pendidikan Pesantren Salafiyah ditengah modernisasi: Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH

DITENGAH MODERNISASI

Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ahmad Syah

Mas’ud

109032200027

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAKSI

Skripsi ini berusaha menganalisa sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah di tengah modernisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur dengan menggunakan key informan; Kiyai, Ustadz, Pengurus , dan Santri. Untuk menganalisa dinamika sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah, penulis menggunakan analisis sosiologis dengan teori perubahan sosial. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal perubahannya dilihat dari bertambah dan berkurangnya penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dan perubahannya dilihat dari adanya inovasi oleh aktor/kiyai dan pengurus pesantren Az-Ziyadah. Sedangkan faktor eksternalnya yakni, perubahannya dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat lain dan dipengaruhi oleh sitem pendidikan formal yang maju.

Peneliti menemukan bahwa adanya perubahan sistem pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah dari sistem pendidikan tradisional menjadi sistem pendidikan modern pada aspek kelembagaan, bangunan, metode pengajaran, dan sebagian kurikulum pembelajaran yang sudah dimodifikasi, namun tidak menghilangkan karakteristiknya sebagai pesantren yang mengajarkan nilai-nilai ke-Islaman dengan mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikulum pembelajaran yang merupakan ciri khas dari pesantren salafiyah. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pondok pesantren Az-Ziyadah dan juga faktor dari luar pesantren Az-Ziyadah yang telah mempengaruhi terjadinya perubahan sitem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT karena berkat rahmat, nikmat, hidayah dan izin-Nya sehingga penulis selalu diberikan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.

Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan keikhlasannya baik fisik, moril maupun meteril telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Yusron Rajak, MA selaku pembimbing skripsi penulis yang senantiasa membimbing, memotivasi dan menginspirasi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini Jazakumullah Khoiran Katsiron.

3. Bapak Prof. Dr. Zulkifli selaku ketua program studi Sosiologi atas motivasi serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

(7)

vi

Husnul Khitam, M.Si selaku sekertaris jurusan yang telah mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Program Studi Sosiologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus ini, baik di dalam maupun di luar kelas perkuliahan.

6. Kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik penulis tercinta atas bimbingan moral dan spiritual, dukungan, do’a dan restunya, syukron katsiron ‘ala

kulli hal. semoga Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan

keselamatan.

7. Pimpinan, Pengurus, Asatidz/asatidzah Pondok Pesantren Az-Ziyadah Tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur, serta semua informan, atas segala informasi yang diberikan.

8. Man-teman Sosiologi angkatan 2009, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan motivasi kalian thanks all my friends and I love you.

9. Teman-teman tongkrongan Bang Rifqi, Bang Heru, Bang Yudi, Bang Jamal, Bang Rosihan, Bang Fahmi, Bang Purnomo, dan segenap teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan, atas dukungan, motivasi yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas skripsi ini.

(8)

vii

B. Batasan dan Pertanyaan Penelitian ………. 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 3

D. Tinjauan Pustaka ………. 4

E. Kerangka Teori dan Kerangka Berfikir ………... 8

1. Pengertian Perubahan Sosial ………...………. 8

a. Faktor-faktor Perubahan Sosial ………... 11

b. Proses Perubahan Sosial ………. 12

2. Sistem Pendidikan Pesantren …………..………... 15

3. Pengertian Modernisasi ……… 18

4. Kerangka Berfikir ………. 20

B. Selayang Pandang Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………. 33

1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……… 33

2. Kondisi Umum Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……… 36

a. Identitas Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………. 36

b. Kondisi Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……….………. 36

1. Sarana Untuk Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……… 36

(9)

viii

3. Sarana Penunjang ………..………... 38

4. Kondisi Santri ………..……... 39

c. Struktur Organisasi dan Lembaga di Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………. 44

1. Kedudukan Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………... 44

2. Program dan Kelembagaan Pendidikan Pondok Pesantren Az- Ziyadah …... ………... 46

BAB III TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Proses Pendidikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………. 47

1. Pendidikan Formal……….………... 51

2. Pendidikan Non-formal …………...……… 58

B. Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam Menaggapi Modernisasi …... 63

1. Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……… 64

2. Kurikulum Pemerintah dalam Sistem Pendidikan ………...……. 66

C. Perubahan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah ….. 67

1. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Az- Ziyadah Jakarta………. 67

a. Faktor Internal ……….…….. 69

1. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk ……….……... 69

2. Penemuan-penemuan Baru (Inovasi) ……….……. 71

b. Faktor Eksternal ……….…... 74

1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ……….…… 74

2. Sistem Pendidikan Formal yang Maju ……….…… 76

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ……….….….. 78

B. Saran ……….…….… 80

DAFTAR PUSTAKA ………. x LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Bukti Bimbingan

Lampiran 2 Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi

Lampiran 3 Interview Guide

(10)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Faktor Perubahan Sosial ………... 13

Bagan 1.2 Skema Kerangka Berfikir ……….... 22

Bagan 1.3 Proses Analisis Data ……….... 27

Bagan 2.1 Struktur Organisasi PP Az-Ziyadah ……… 46

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sarana Santri PP Az-Ziyadah ……….. 38

Tabel 2.2 Sarana di Madrasah PP Az-Ziyadah ………... 38

Tabel 2.3 Sarana Penunjang PP Az-Ziyadah ……….. 39

Tabel 2.4 Data Santri Mukim PP Az-Ziyadah 2014 ………... 41

Tabel 2.5 Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah …... 42

Tabel 2.6 Data Santri Non-mukim PP Az-Ziyadah 2014 ………... 44

Tabel 2.7 Kegiatan Mingguan Santri Salafiyah Az-Ziyadah ………. 45

Tabel 2.8 Program Kelembagaan dan Keadaan Santri PP Az-Ziyadah …. 47 Tabel 3.1 Kurikulum Pelajaran Tsanawiyah Az-Ziyadah ……….. 53

Tabel 3.2 Kurikulum Pelajaran Aliyah Az-Ziyadah ………... 56

Tabel 3.3 Mudzakarah Ba’da Ashar………... 60

Tabel 3.4 Mudzakarah Ba’da Maghrib………... 61

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tradisional Islam yang sangat tua, mengakar dan luas penyebarannya di Indonesia. Hingga saat ini pesantren masih saja eksis di tengah arus modernisasi. Hal ini berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional Islam di kawasan dunia muslim lainnya, dimana akibat gelombang pembaharuan dan modernisasi yang semakin kencang telah menimbulkan perubahan-perubahan yang membawanya keluar dari eksistensi lembaga-lembaga pendidikan tradisional (Azyumardi Azra, 1999:95).

Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan karena karakter dan eksistensinya sebagai lembaga yang tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (Nurcholis Madjid, 1997:3). Dalam penyelenggaraannya, pesantren membentuk komunitas yang dipimpin oleh kiyai dan dibantu beberapa ustadz yang hidup bersama di tengah para santri, dengan bangunan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan dan sekaligus tempat belajar mengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. (Mastuhu, 1994:6).

(12)

2

pesanteren harus siap menghadapinya dan menanggapi gejala-gejalanya secara kritis (Ginandjar, 1996).

Gelombang modernisasi yang semakin kuat telah menimbulkan berbagai macam pengaruh dalam setiap intitusi di masyarakat seperti institusi pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika sistem pendidikan pesantren salafiyah yang merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia, seperti pondok pesantren Az-Ziyadah yang menganut sistem pendidikan salafiyah yang berdiri pada tahun 1948 dengan menggunakan sistem sorogan, bandongan, dan halaqoh, serta dengan kajian kitab-kitab kuning sebagai kurikulum keilmuannya, dihadapkan pada modernisasi dalam aspek sistem pendidikan dan teknologi yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah sehingga menuntut pihak pesantren membuka ruang untuk perubahan (Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 2008).

Berdasarkan pernyataan di atas maka perlu dikaji bagaimana pondok pesanren Az-Ziyadah dengan sistem pendidikan salafiyahnya menghadapi modernisasi yang berlangsung sedemikian kuatnya yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah seperti sekarang ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin membahas bagaimana dampak yang dihasilkan modernisasi dalam aspek sistem pendidikan yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah. Terkait masalah tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian ini dengan judul “Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah di Tengah Modernisasi”. Studi Kasus di Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80,

(13)

3 B. Petanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas ada beberapa indikator pertanyaan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah?

2. Bagaimanakah respon pondok pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi modernisasi?

3. Bagaimanakah dampak dari modernisasi terhadap sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan masalah tersebut, tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pendidikan pesantren Az-Ziyadah di tengah modernisasi.

b. Untuk mengetahui respon masyarakat pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi modernisasi.

c. Untuk mengetahui damapak dari modernisasi terhadap sistem pendidkan pesantren salafiyah Az-Ziyadah Jakarta Timur.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:

(14)

4

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wacana pemikiran bagi ilmu pengetahuan sosial dan perubahan sosial, mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan terhadap pondok pesantren yang dewasa ini dihadapkan kepada moderenisasi.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pesantren tentunya bukan penelitian yang baru. Penelitian tentang pesantren telah banyak dimuat di dalam buku-buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, ataupun disertasi. Dengan demikian penelitian yang membahas tentang pesantren bukanlah penelitian yang baru, karena telah ada penelitian sebelumnya. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian sebelumnya.

Pertama, Jurnal Tesis oleh Tukiman Supriadi (2013) misalnya penelitian Tukiman Supriadi berjudul “Perubahan Pola Kepemimpinan Pesantren Darul Hidayah

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya”. Penelitian tersebut menggunakan

(15)

5

praktik, lembaga, otoritas dan semangat tradisionalnya ketika berhadapan dengan pengaruh modern. Hasil penelitiannya menggambarkan bahwa terdapat perubahan pola kepemimpinan kiai berdampak pada meningkatnya daya tahan pesantren dalam menghadapi perubahan zaman.

Persamaan penelitian Tukiman Supriadi dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang persoalan yang terkait dengan respon pesantren tentang modernisasi dalam konteks perubahan sosial pesantren. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitian tentang perubahan pola kepemimpinan pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

Kedua, Selain Tukiman Supriadi, ada juga Jurnal Tarbiyah STAIN Pekalongan oleh Ismail (2007), yang berjudul “Pesantren dan Perubahan Sosial”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dalam bidikan sejarah, para the founding father pondok pesantren (para Kiyai) dalam mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren bertujuan untuk proses pendalaman ilmu agama (Tafaqquh Fi al-Din). Masyarakat sekitar secara ikhlas dan istiqomah mengikuti jejak kiyai. Namun dalam perkembangannya, kehadiran pondok pesantren juga merupakan embiro “kampung peradaban” dimana kehadirannya dalam suatu komunitas masyarakat mengakibatkan

terjadinya perubahan tata kehidupan sosial disekitarnya, baik yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan sebagainya.

(16)

6

pesantren arah kebijakan pendidikannya, kontekstualisasi keilmuan yang diajarkan di pesanren, tata kelola pembiayaan, struktur kepemimpinan dan lainnya.

Persamaan penelitian Ismail dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada kajian penelitiannya yaitu mengenai pesantren dan perubahan sosial yang menganalisa dengan analisis pendidikan. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

Ketiga, Selanjutnya penelitian Tesis yang dilakukan oleh Bayu Adrianto (1997) penelitian tersebut berjudul “Siasat Pesantren Nurul Ummah di Tengah Perubahan Sosial”. Penelitian tersebut memaparkan hasil penelitiannya mengenai pergeseran

strategi yang dilakukan oleh pesantren Nurul Ummah dalam rangka mencapai misi kepesantrenannya, yakni “politik” kultur yang mapan yang bersifat ortodoksi murni

bergeser menuju “politik” kultural yang lebih moderat dalam hal penyelenggaraan

kinerja sistem pesantren.

Persamaan penelitian Bayu Adrianto dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren di tengah perubahan sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya tentang siasat atau lebih kepada strategi politik dalam hal penyelenggaraan kinerja sistem pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

Keempat, adalah Jurnal Falasifa oleh M. Shodiq (2011) dengan judul “Pesantren dan Perubahan Sosial”. Ia membahas mengenai pesantren dan perubahan

(17)

Al-7

Husna Surabaya. Dalam telaahnya menyatakan bahwa pada saat ini di Indonesia terdapat ribuan pesantren, tetapi tiap-tiap pesantren memiliki kekhasan tersendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan figur Kiyai, lingkungan sosialnya dan terletak pada orientasi pesantren dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakatnya. Perbedaan jenis pesantren ini bukan berarti melihat pesantren dengan kerangka dikotomis yang ketat, tetapi dilihat sebagai suatu iklim sosioreligius dimana peran-peran pola hubungan saling terkait satu sama lain dan kita dapat melihat pesantren pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan peran pengembangan dan pendidikan agama Islam.

Persamaan penelitian M. Shodiq dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas pesantren dan perubahan sosial di tiga pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

Kelima, Jurnal Departemen Agama RI yang ditulis oleh Neneng Habibah (2007) dengan judul “Modernitas Pesantren” studi kasus di Pesantren Al-Mizan

(18)

8

dua kurikulum untuk memperoleh legalitas formal setara dengan SMU, maka disisipkan kurikulum gontor dengan tidak menghilangkan tradisi ke-pesantrenan sebagai lembaga kajian khazanah ke-Islaman. Sedangkan untuk menambah kegiatan ekstrakurikuler, ditunjang dengan kajian kitab-kitab klasik dengan model pengkajian kontemporer sebagai pengembangan wawasan kepada santri/siswa.

Persamaan penelitian Neneng Habibah dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan modernisasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas tentang model pendidikan pesantren modern. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan pesantren di atas, baik yang berdasarkan penelitian maupun hasil refleksi dan telah diterbitkan dalam buku dan jurnal. Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian di atas, maka penelitian tentang tradisi pesantren memang sudah ada yang mengkaji sebelumnya, akan tetapi penulis melihat bahwa penelitian yang secara khusus berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah di tengah modernisasi belum ada. Terlebih penelitian yang secara khusus lagi yang dilaksanakan di Pondok Pesantren az-Ziyadah, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Oleh karena itu penelitian mengenai topik dalam proposal ini menjadi perlu untuk penulis teliti.

E. Kerangaka Teoritis dan Kerangka Berfikir 1. Teori Perubahan Sosial

(19)

9

masyarakat, sehingga menghasilkan pola kehidupan yang baru ( berbeda dengan pola kehidupan sebelumnya). Perubahan sosial mencakup perubahan dalam nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, kekuasaan dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya. Berikut beberapa perspektif mengenai perubahan sosial antara lain yaitu:

Pertama, perubahan sosial itu berubahnya sistem sosial (perubahan pada struktur, kultur, dan interaksi sosial). Karena itu, perubahan seharusnya terjadi pada seluruh aspek kehidupan. Bagi kelompok ini, perubahan yang terjadi pada suatu fenomena saja tidak dianggap sebagai perubahan sosial (Yusron Razak, 2008:180)

Kedua salah satu tokoh sosiologi yang menekankan perubahan sosial pada sistem sosial adalah Farley, yang mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu. George Ritzer juga berpendapat sama bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada variasi hubungan antara individu, kelompok, organisasi sosial, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu (Sztompka, dalam Yusron, 2008:180)

(20)

10

Keempat, Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun kerena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwaperubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab intern maupun sebab-sebab ekstern (Samuel Koenig, 1957:279, dalam Ismail, 2011).

Kelima, Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. MacIver membedakan antara utilitarian elements dengan culture elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material (Soerjono Soekanto, 1990:301).

(21)

11 a. Faktor-faktor Perubahan Sosial

Secara umum, ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor dari luar (Eksternal). Faktor internal berusaha menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan mencari sumber-sumber perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Aliran-aliran evolusioner dan struktural fungsional merupakan aliran-aliran yang menggunakan faktor ini. Sebaliknya faktor eksternal berusaha menjelaskan asal-usul perunahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan mencari faktor-faktor dari luar. Dalam penelitian ini, akan melihat sumber-sumber perubahan dengan tidak hanya memperhatikan faktor-faktor dari dalam, tetapi juga faktor-faktor perubahan yang dari luar. Dua faktor ini sebenarnya tidak pernah diabaikan oleh para ahli sosiologi dan antropologi mengingat pentingnya pendekatan sejarah dan kontak kebudayaan sebagai sumber perubahan sosial (Robert H. Lauer,1993:117)

(22)

12

Akan tetapi tidak semaua faktor di atas bekerja dalam suatu perubahan sosial. Dalam konteks perubahan pada pondok pesantren, misalanya, ditemukan beberapa faktor saja yang bekerja, yaitu bertambah dan berkurangnya penduduk, inovasi, pengaruh kebudayaan lain dan sistem pendidikan formal yang maju (Mundzier,2009).

Beriku adalah skema faktor perubahan sosial:

Bagan 1.1: Skema Faktor Perubahan Sosial.

b. Proes Perubahan Sosial

Proses perubahan sosial dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu inovasi (inovation) atau penemuan baru, difusi (diffusion), dan akibat (consequences). Inovasi merupakan suatu proses bagaimana gagasan baru diciptakan atau dikembangkan, difusi merupakan proses di mana gagasan baru tersebut disebarluaskan dalam sistem sosial tersebut, dan akibat merupakan hasil diterimanya (adopsi) gagasan baru dalam sistem sosial atau ditolaknya (rejection) gagasan baru (Wahyu, 2005:2-3)

Inovasi merupakan proses sosial dan kebudayaan yang meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan yang meliputi suatu penemuan baru, jalanya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke masyarakat, dan

Faktor Internal

Faktor Perubahan Sosial

Faktor Eksternal

Manfes

Laten Indiviual

Kolektif

Discovery,

Invention, Inovation, dalam Sistem Pendidikan Pondok

(23)

13

cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari, dan akhirnya dipraktikan dalam kehidupan masyarakat. Inovasi dapat dibedakan dari discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat maupun gagasan yang diciptakan oleh individu maupun kelompok. Discovery menjadi invention ketika masyarakat sudah menerima dan menerapkan penemuan baru itu ( Koentjaraningrat, 1964).

Difusi adalah penyebaran unsur-unsur budaya dari individu ke individu lain dan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi berlangsung, baik di dalam masayarakat maupun antar masyarakat. Difusi dapat dikatakan berhasil jika penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai mereka dapat menikmati kegunaanya. Proses tersebut merupakan pendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat secara luas (Ralph Linton, dalam Mundzier, 2009:40).

(24)

14

seleksi, dan penjabaran unsur-unsur kebudayaan tersebut (Mundzier, 2009:41)

Setelah selesai tahap mengintegrasian, berikut adalah tahap terminal atau tahap berhenti sementara dari keseluruhan hasil akhir perubahan yang sedang terjadi. Hal ini dapat terwujud sebagai ekuilibrium, kemantapan yang menyeluruh dan konsistensi dalam kebudayaan. Begitu juga terdapat suatu perasaan sejahtera dan aman serta menyenangkan, perasaan berkedudukan atau berkepribadian tinggi, dan mempunyai rasa harga diri atau keyakinan pada diri sendri yang besar pada warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam keadaan disorganisasi, ruang lingkupnya biasany amat kecil, atau bisa juga amat besar yang berwujud sebagai disintegrasi menyeluruh pada kebudayaan tersebut. Suatu keadaan disorganisasi yang serius pada sebuah masyarakat dapat terjadi karena adanya konflik, perang, atau penaklukan, bisa juga karena adanya kontak hubungan di antara dua kebudayaan yang berbeda (Mundzier, 2009:41).

(25)

15

ingkungan sosial yang lebih maju atau baik. Sebagai contoh, industri di pedesaan , telah membawa teknologi modern ke pedesaan sehingga banyak mengubah wajah pedesaan. Oleh karena itu dengan masuknya industri ke pedesaan memungkinkan terjadinya berbagai perubahan yang diperlukan oleh manusia. Misalnya, semula pekerjaan mereka satu-satunya di bidang pertanian. Setelah adanya industri, penduduk di pedesaan bisa bekerja di luar sektor pertanian, seperti menjadi buruh, pedagang, penjual jasa, atau lainya (Mundzier, 2009:43).

Segi negatif perubahan sosial, selain dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial sekaligus juga bisa menjadi masalah sosial. Beberapa contoh pengaruh negatif proyek pembangunan antara pengangguran, aksi-aksi protes, kriminalitas, imitasi gaya hidup, dan lain-lain. Contoh lain, dengan adanya proyek pembangunan di pedesaan, beberapa petani bisa-bisa malah kehilangan tanah pertaniannya karena uang hasil penjualan tanah yang terkena proyek pembangunan tidak dibelikan tanah lagi, tetapi dibelikan keperluan yang tidak produktif (Mundzier, 2009:41).

2. Sistem Pendidikan Pesantren

Di dalam Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 11 dan 3 disebutkan bahwa: “Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui dua jalur yaitu jalur

(26)

16

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah (non-formal) adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar melalui kegiatan belajar mengajar yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang ( http://www.unpad.ac.id/wp-conten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014).

Dalam sistem pendidikan pesantren terdiri dari berbagai unsur-unsur pesantren, menurut Mastuhu (1989) dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Aktor atau pelaku, Kiyai, Ustadz, Santri, dan Pengurus.

b. Sarana perangkat keras: Masjid, Rumah Kiyai, Pondok atau Asrama Santri, Gedung Sekolah atau Madrasah, Tanah untuk: olah raga, pertanian, perternakan, makam dan sebagainya.

c. Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib, perpustakaan, pusat dokumentasi, dan penerangan, cara mengajar (sorogan, bandongan, dan halaqah), keterampilan, pusat pengembangan masyarakat, dan alat-alat pendidikan lainnya.

Unsur-unsur pesantren berbeda antara satu pesantren dengan pesantren lainnya, hal ini dapat dilihat dari besar kecilnya pesantren bersangkutan. Untuk pesantren kecil unsur-unsurnya cukup dengan kiyai, santri, asrama atau pondok, kitab-kitab keagamaan, dan metode pengajaran, akan tetapi untuk pesantren besar perlu ditambah dengan unsur-unsur lain, seperti: Ustadz sebagai pembantu kiyai dalam pengajaran, gedung sekolah atau madrasah, pengurus, tata tertib dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan (Mastuhu, 1989:55-56).

(27)

17

wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut,

setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiyai atau pembantu kiyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an dan kenyataan merupakan bagian yang penting sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya dipesantren (Dhofier, 1985:28).

Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan

seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut “Halaqah” yang artinya sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan

seorang guru (Dhofier, 1985:28).

(28)

18

Sistem pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pendidikan salafiyah di pesantren Az-Ziyadah yakni mencakup beberapa unsur sistem pendidikan pesantren yaitu: penghuni atau aktor pondok pesantren (Kiyai, Ustad, Pengurus dan Santri), kurikulum, kitab yang diajarkan, metode pengajaran, dan sarana prasarana (Gedung Asrama, Sekolah/Madrasah) di pesantren Az-Ziyadah.

3. Pengertian Modernisasi

Kata modernisasi berasal dari dua kata suku kata yaitu modern yang berarti mutakhir dan sasi yang artinya proses. Jadi modernisasi adalah proses pemutakhiran (Dr. Gumilar, 2004:9.3).

Modernisasi dalam kamus Sosiologi (Nicholas, Stephan, Turner, 2010), meliputi peningkatan keaksaraan, urbanisai dan penurunan tradisional. Perubahan ini dilihat dari segi peningkatan diferensiasi sosial dan struktural.

Sedangkan menurut Giddens mendefinisikan modernisasi berdasarkan empat institusi dasar. Pertama adalah kapitalisme, yang biasanya dicirikan oleh produksi komoditas, kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak memiliki hak milik, dan sistem kelas yang berasal dari karakteristik-karakteristik ini. Kedua adalah industrialisme, yang terdiri dari penggunaan sumber kekuasaan tak bernyawa dan mesin untuk memproduksi barang. Industrialisme tidak terbatas pada tempat kerja, dan ia mempengaruhi setting-setting lain, seperti “transportasi, komunikasi, dan kehidupan rumah tangga”.

(29)

19

yaitu kekuatan militer, atau kontrol atas sarana kekerasan, termasuk industrialisasi perang (George Ritzer, 2009:607-608).

Menurut Harun Nasution (1996:11), dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, modernisasi atau modernisme, seperti yang terdapat dalam “aliran -aliran modern dalam Islam” yakni Islam dan modernisasi” modernisme dalam

masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan teknologi modern.

Soerjono Soekanto (1990) mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :

a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.

b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.

c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.

d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,

(30)

20

Apabila dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi pesantren dapat dibedakan antara faktor-faktor internal dan eksternal.

a. Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari dalam masyarakat pesantren, misalnya :

1) Bertambah dan berkurangnya penduduk (perubahan di pesantren dilihat dari bertambah dan berkurangnya peserta didik atau santri) 2) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau

penemuan ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya (b) invention, penyempurnaan penemuan penemuan pada discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan (c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru

menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah ada.

b. Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang berasal dari luar pesantren, dapat berupa:

1) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. 2) Pendidikan Formal yang Maju.

4. Kerangka Berfikir

(31)

21

Bagan 1.2: Skema Kerangka Berfikir

Sistem PendidikanPondok Pesantren Az-Ziyadah

Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam Menanggapi Modernisasi

Teori Perubahan Sosial

Faktor Internal Faktor Eksternal

 Bertambah dan

berkurangnya penduduk

 Penemuan-penemuan baru (Inovasi)

 Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

 Sistem pendidikan formal yang maju

Perubahan Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah

Dampak Modernisasi Terhadap Sistem Pendidika Pesantren

(32)

22 F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara field research yaitu kegiatan penelitian dilakukan di lapangan. Bodgan dan taylor (dalam, Winarno Surakhmad, 1985:132) mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dan perilaku yang diamati.

Dalam penelitian skripsi ini dilakukan pada Pondok Pesantren Salafiyah az-Ziyadah kel. Klender, Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur dan dari penelitian tersebut nantinya akan diperoleh data deskriptif baik yang berupa dokumen ataupun penjelasan secara lisan mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Data tersebut penulis peroleh dari pengurus pesantren, para ustadz (Pengajar), dan santri (Siswa) serta kumpulan data yang berbentuk dokumen.

2. Sumber Data

Karena penelitian ini adalah jenis penelitian field research (penelitian lapangan) maka dalam pengumpulan data, penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:

(33)

23

(pengajar) dan santri yang keberadaan terkait dengan Pondok Pesantren Az-Ziyadah Duren Sawit Jakarta Timur.

b. Sumber data sekunder mencakup referensi maupun penelitian yang berhubungan dengan pondok pesantren dan modernisasi baik berupa kritik maupun komentar, selain itu juga mencakup referensi lain yang berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diambil dari penelitian ini dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut:

Pengamatan (observation) kemampuan dari peneliti bagaimana melihat subjek penelitian, dalam pengamatan peneliti mendapatkan subjek dari yang diamati (Moleong, 2010:175).

Tehnik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data agar memperoleh hasil yang valid adalah :

a. Observasi

(34)

24 b. Wawancara

Selain menggunakan observasi, penulis melakukan wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang mencakup cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu mencoba mendapatkan keterangan lisan dari seorang informan dengan percakapan berhadapan muka (Koenjtaraningrat,1989:32).

Dalam peneilitan skripsi ini penulis melakukan wawancara langsung secara mendalam terhadap penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dengan informan 10 orang, yakni:

1) Pemimpin pondok pesantren Az-Ziyadah KH. Marzuki, S.Ag, untuk memperoleh data mengenai sejarah dan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah.

2) Pengurus pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadz Syakir S.Ag sebagai pengasuhan santri, Ustdzah Eva Hendrawati, S.Pd.I sebagai Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Ustadz Abdul Wadud sebagai Tata Usaha (TU), untuk mendapatkan gambaran tentang pendapat dan responnya terkait dengan masalah sistem pendidikan pesantren salafiayah Az-Ziyadah di tengah modernisasi.

(35)

25

tentang pendapat mereka mengenai sistem pendidikan salafiyah Az-Ziyadah di tengah modernisasi.

4) Santri/siswa pondok pesantren Az-Ziyadah antara yaitu Rizalul Hadi, Nurotul Aini dan Yulia Rahma yang merupakan santri dan santriwati yang menimba ilmu di pondok pesantren Az-Ziyadah, diharapkan dapat mendapatkan gambaran tentang pendapat mereka mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.

Wawancara ini disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka yang dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam agar mendapatkan informasi secara bebas demi keluasaan dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan dimulai dari umum, kemudian masuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan pokok bahasan. (Burhan Bungin, 2009:108).

4. Analisis DataInterpretasi Data

Untuk mengolah dan medeskripsikan agar data lebih bermakna dan mudah dipahami maka digunakan prosedur analisis data yang dikembangkan oleh Glasser dan Strauss, (dalam, Moleong, 2010: 288), adapun prosedur analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

(36)

26

simpulkan bahwa proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan ide seterti yang disarankan data (Lexy J. Moleong, 2004:105). Bagan 1.3 menunjukan analisis data yang akan dilakukan peneliti.

Bagan 1.3: Proses Analisis Data

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan penulis lakukan yakni di Pondok Pesantren Az-Ziyadah, yang beralamatkan di Jln. Madrasah Tanah 80, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Alasan penulis memilih penelitian ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah karena pondok pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang berlokasi di daerah Ibu kota Jakarta yang masih kental dengan nuansa pondok kesalafiyahannya meski di tengah arus modernisasi.

Sumber Data Pengumpulan Data

Data

Interpretasi Data Penyatuan Data

Data

(37)

27 G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini akan disajikan dalam empat bab, masing-masing bab akan memaparkan informasi sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan: Pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Umum: Gambaran umum pondok pesantren, gambaran umum pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta meliputi sejarah, kondisi umum, identitas, kondisi fisik, kondisi santri, struktur organisasi dan program dan kelembagaan pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah.

Bab III Temuan dan Analisis Data: Proses pendidikan PP Az-Ziyadah Jakarta di tengah modernisasi, respon PP Az-Ziyadah Jakarta dalam menanggapi modernisasi, Perubahan sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah.

Bab IV Penutup: Secara khusus berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap pokok-pokok permasalahan.

(38)

28 BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren

Lembaga pendidikan Islam dikenal dengan sebutan pesantren pada kenyataanya kini sangat beragam. Lembaga itu memperlihatkan gambaran sebuah lingkungan pendidikan dengan segala unsurnya, yang secara tradisional berkembang sebagai pusat kegiatan pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaquh fi al-din). Sementara itu, lembaga pendidikan serupa, karena berangkat dari unsur-unsur modern, tidak disebut sebagai pesantren. Kenyataan keagamaan ini menuntut pencarian kriteria umum yang mungkin mempersatukan penyebutan pesantren, jika lembaga pendidikan ini masih akan terus dikembangkan. Kenyataannya memang membuktikan bahwa sistem pendidikan pondok pesantren yang berkembang secara dinamis hingga dewasa ini tetap diterima oleh masyarakat. (Mundzier, 2009:53)

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang asal-usul lembaga pendidikan yang disebut pesantren. Pendapat pertama menyatakan bahwa pesantren merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari praktik pendidikan pra-Islam atau masa kekuasaan Hindu-Budha. Pendapat ini, antara lain, diungkapkan oleh Brugmans, Manfred Ziemek, dan Nurcholis Madjid. Berikut adalah pendapat para tokoh tersebut tentang asal-usul pesantren:

(39)

29

Ziemek menyatakan bahwa pesantren merupakan hasil perkembanhan secara paralel dari lembaga pendidikan pra-Isalam yang telah melembaga berabad-abad lamanya. (Manfred Ziemek dalam Mundzier, 2009:54)

Begitu juga Nurcholis Madjid menyatakan bahwa pesantren memiliki bangunan historis dengan lembaga pendidikan pra-Islam yang telah ada sejak masa kekuasaan Hindu-Budha, lalu orang Islam meneruskan dan meng-Islamkan-nya. (Nurcholish Madjid, 1997:3)

Pendapat kedua, dikemukan oleh Bruinessen, pesantren memiliki kecendrungan sama dengan sistem pendidikan Islam di Timur Tengah. Tesisnya menyatakan bahwa Al-Azhar dengan riwaq-nya merupakan model yang diambil pesantren pada akhir abad ke-18/19. Ia juga menyatakan bahwa di Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok lembaga semacam pesantren baru ada setelah abad ke-20. Namun pesantren Tegal Sari Jawa Timur merupakan salah satu pesantren tertua , didirikan pada tahun 1742. Demikian pula pesantren di Jawa sejak bentuknya yang paling tua merupakan suatu kombinasi antara madrasah dan pusat kegiatan tarekat. (Martin van Bruinessen, 1995:24-25)

(40)

30

salafiyah sampai khalafiyah, atau tradisional sampai modern, dan konvensional sampai kontemporer.

Secara umum pondok pesantren dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Pesantren salafiyah sering disebut pesantren tradisional atau konvensional, sedangkan pesantren khalafiyah disebut pesantren modern atau kontemporer.

1. Pesantren Salafiyah

Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan yang khas pondok pesantren, baik kurikulum maupun metode pendidikannya. Bahan ajaran meliputi ilmu-ilmu Agama Islam dengan menggunakan kitab-kitab klasik berbahasa Arab sesuai dengan tinggkat penjenjangnnya. Pembelajaran di pondok pesantren dapat diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan cara klasikal. Jenis pondok pesantren ini pun dapat meningkat dengan membuat kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum model pondok pesantren yang bersangkutan, yaitu disusun sendiri berdasarkan ciri khas yang dimiliki oleh pondok pesantren. Penjenjangan dilakukan dengan cara memberikan kitab pegangan yang lebih tinggi dengan funun (bidang ilmu) yang sama setelah suatu kitab selesai dipelajari. Para santri

dapat tinggal di dalam asrama yang disediakan di lingkungan pondok pesantren, dapat juga tinggal di luar ingkungan pondok pesantren (santri kalong). (Mundzier, 2009:86)

(41)

31

pelajarannya kepada para santri secara individual di langgar, masjid, atau kadang-kadang di rumah-rumah. Di pesantren, metode ini dipergunakan pada santri tingkat rendah. Melalui metode ini, perkembangan intelektual santri dapat ditangkap kyai secara utuh. (Mujamil Qomar, 2007:142)

Metode wetonan atau bandongan adalah metode yang paling umum di lingkungan pesantren. Dhofier mengemukakan bahwa metode ini adalah suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menerjemahkan, menerangkan, mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab, sedangkan sekelompok santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. (Dhofier dalam Mundzier, 2009:87)

Wetonan dalam praktiknya selalu berorientasi pada transfer pengetahuan

tanpa melalui kontrol tujuan yang tegas. Dalam metode ini, santri bebas mengikuti pelajaran karena tidak diabsen. Sedangkan santri yang mengikuti pelajaran melalui metode wetonan adalah mereka yang berada pada tingkat menengah.

Metode muhawarah adalah suatu kegiatan bercakap-cakap dengan bahasa Arab yang diwajibkan pesantren kepada santri selama mereka tinggal di pondok. Metode mudzakarah merupakan suatu penemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti akidah, ibadah, dan masalah agama pada umumnya. Sedangkan metode majlis ta’lim merupakan metode pengajaran agama Islam yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri jama‟ah yang

(42)

32

Metode ini bukan saja dihadiri oleh santri mukim dan santri kalong melainkan juga oleh masyarakat umum.

2. Pesantren Khalafiyah

Sementra itu pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, dengan kurikulum disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Pesantren khalafiyah biasanya menyelenggarakan kegiatan pendidikan jalur sekolah, baik itu jalur sekolah umum (SD, SMP, SMU, dan SMK), maupun sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA, atau MAK). Bahkan ada beberapa pesantren yang telah menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi (perguruan tinggi), seperti Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo dan Daarul Ilmi di Bandung. Biasanya kegiatan membelajaran kepesantrenan memiliki kurikulum dilaksanakan secara klasikal dan berjenjang. Metode yang digunakan sudah adaptif atau sudah mengadaptasi metode-meode baru, seperti tanya jawab, diskusi, karyawisata, hafalan/verbalisme, sosiodrama, widyawisata, problem solving, pemberian situasi, pembiasaan/habituasi, dramatisasi, (percontohan tingkah laku), reinforcement, stimulus-respons, dan sistem modul (meski agak sulit) (Mujamil Qomar, 2007:147).

(43)

33

itulah, pondok pesantren sering kali digolongkan ke dalam subkultur tersendiri di dalam masyarakat Indonesia. (Abdurrahman Wahid, 1980)

B. Selayang Pandang Pondok Pesantren Az-Ziyadah

1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Az-Ziyadah

Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang berlokasi di Daerah Tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur. Didirikan oleh seorang ulama kharismatik Al-Maghfurlah KH. Ahmad Zayadi Muhajir Al-Bantani.

K.H. Zayadi lahir pada 23 Desember 1918 di Kampung Tanah 80, Klender, Jakarta Timur. Ia anak dari pasangan H. Muhajir bin Ahmad Gojek bin Dato Muh. Sholeh dan Umi Anisah. Dari garis ayahnya, K.H. Zayadi adalah cucu ulama Banten, K.H. Muhammad Sholeh yang dikenal sebagai “Mu‟allim

Ale”. Dia hijrah dan menetap di Kampung 80. ibunya wanita asli Betawi. K.H.

Zayadi dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan ulama yang mempunyai akhlaq terpuji, sabar, tawadhu, berpendirian teguh, dan berusaha mencari keridhaan gurunya, sehingga wibawa dan kharismanya sangat tampak dan diakui oleh masyarakat Klender (Ahmad Jember, 2011).

Pada umur 15 tahun, atas saran gurunya K.H. M. Thohir, Cipinang Muara, dan K.H. R. Mustaqiem, Rawa Bening, ia mendirikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah. Tujuannya mencetak ulama, disamping mencerdaskan bangsa dan mengembangkan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah.

(44)

34

awalnya fokus pengajarannya adalah membaca dan menulis saja, yaitu kegiatan pengajian al-Qur‟an dan kitab kuning secara tradisional (dengan sistem bandongan atau weton dan sorogan) yang mengkaji tentang ilmu-ilmu agama yaitu tafsir, hadist, fiqih dan bahasa Arab. Hingga pada tahun 1971, ketika gedung madrasah dan bangunan asrama santri berdiri permanent, sistem pendidikannya mulai menggunakan sistem klasikal sehingga jumlah santrinya mencapai 6.600 orang. Mereka itu murid dari tingkat ibtidaiyah sampai aliyah (Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, 2013).

Visi Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah Mencetak Kader Ulama, Zu‟amma dan Agniya yang konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai Islami.

Sedangkan Misi Pondok Pesantren Az-Ziyadah menumbuhkan budaya ilmu, amal dan taqwa serta akhlaqul karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya kepada agama dan masyarakat (Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah).

Adapun sebagai gambaran umum perkembangan Pesantren Az-Ziyadah sebagai berikut:

 Sekitar tahun 1948 awal pendirian Pondok Pesantren Az-Ziyadah

menggunakan sistem pengajaran halaqoh dengan kajian kitab kuning yang merupakan ciri khas bagian dari setiap pondok pesantren.

 Pada tahun 1971 sistem pengajaran tersebut berubah menggunakan

pedekatan sistem klasikal yang sudah menjadi kebutuhan pada saat itu.

 Pada tahun 1991 Pondok Pesantren Az-Ziyadah mendirikan Sekolah

(45)

35

 Pada tahun 2001 sistem klasikal mengalami pengembangan dengan

mengikutsertakan para santri program pemerintah wajar Diknas 9 tahun. Program yang diikuti adalah program pendidikan dasar salafiyah, mengikuti ujian negara dibawah naungan Departemen Agama, sehingga para alumni Az-Ziyadah disamping memiliki kemampuan basic ilmu-ilmu kitab salafiyah juga mampu berkiprah di berbagai lapisan kebutuhan masyarakat.

 Pada tahun 2006 Pondok Pesantren Az-Ziyadah di lengkapi lagi dengan sebuah lembaga Pesantren Tinggi/ Ma‟had „Ali yang digagas

dan dipimpin oleh salah seorang alumni yang telah berhasil menjadi tokoh nasional, Dr. HH. A. Fadloli El-Muhir, yang seluruh maha santrinya/ Mahasiswanya tidak dikenakan biaya pendidikan setelah memenuhi persyaratan.

 Dan pada tahun pelajaran 2006/2007 juga didirikan sebuah lembaga

pendidikan menengah yang mengacu pada sistem pendidikan modern Gontor yaitu Tarbiyatul Mu‟alimin Mualimat Al-Islamiyah (TMI)

yang dikembangkan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah setingkat dengan madrasah Tsanawiyah dan „Aliyah dan mengikuti

(46)

36

2. Kondisi Umum Pondok Pesantren Az-Ziyadah a. Identitas Pondok Pesantren Az-Ziyadah

Nama : Pondok Pesantren Az-Ziyadah

Pemimpin Yayasan : Hj. Fatimah Hasbiyallah

Pemimpin Pondok Salafiyah : KH. Muhajir Zayadi

: KH. Marzuki HM, S.Ag dan

Tanggal Berdiri : Tahun 1948 M

Alamat : Jl. Madrasah Tanah 80 No.01 Klender Duren Sawit Jakarta Timur Kode Pos: 13470 Telp. (021) 8611412 – 8615482

(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014)

b. Kondisi Pondok Pesantren Az-Ziyadah

Pondok Pesantren Az-Ziyadah memiliki sarana dan prasarana (sarana penunjang) yang dapat menunjang keberhasilan proses pendidikan.

1) Sarana Untuk Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah

(47)

37

Tabel 2.1:

Sarana Santri PP Az-Ziyadah

NO NAMA

BANGUNAN

JUMLAH KEGUNAAN

1 Ruang Kamar 12 Lokal Tempat beristirahan santri yang Mukim 2 Dapur Umum 2 Lokal Tempat memasak 3 Kamar Mandi 16 Lokal

(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014)

2) Sarana di Madrasah/Sekolah

Sedangka sarana yang ada di Madrasah/sekolah akan penulis sajikan dalam tabel 2.2

Tabel 2.2:

Sarana di Madrasah PP Az-Ziyadah

NO NAMA

BANGUNAN

JUMLAH KEGUNAAN

1 Ruang Kelas 12 Lokal Tempat aktivitas pembelajaran santri 2 Ruangan Kantor 4 Lokal Tempat para

ustadz/guru mengurus pekerjaan sebagai

pengajar dan pengurus sekolah 3 Ruangan Guru 2 Lokal Tempat beristirahat

(48)

38

(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014)

3) Sarana Penunjang

Sedangkan sarana penunjang penulis sajikan dalam tabel 3.

Tabel 2.3:

Sarana Penunjang PP Az-Ziyadah

NO NAMA

BANGUNAN

JUMLAH KEGUNAAN

1 Aula 1 Lokal Tempat

Muhadloroh (Latihan Dakwah)

dan tempat acara khusus santri 2 Laboratorium 1 Lokal Tempat untuk

penelitian dan percobaan ilmiah 3 Lapangan 1 Lokal Tempat upacara,

latihan PASKOBRA dan tempat acara-acara

besar

4 Masjid 1 Lokal Tempat sholat,

pengajian dan peraktek keagamaan

(49)

39

belajar Ilmu Teknologi Komputer 6 Perpustakaan 1 Lokal Untuk santri

belajar dan membaca terkait dengan pelajaran (Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014) 4) Kondisi Santri

Santri merupakan sebutan untuk mereka yang belajar di suatu pondok pesantren. Meski ada banyak definisi yang diberikan para ahli tentang istilah santri, seperti yang diutarakan oleh Marzuki Wahid, dkk (1999), santri adalah orang yang sedang mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmu-ilmu agma dari kiyai-ulama (guru, teladan, uswah) (Marzuki Wahid dkk, 1999:130).

Sebagai sebuah pondok pesantren, Az-Ziyadah tentunya memiliki santri, karena santri merupakan salah satu bagian dari unsur sistem pendidikan pesantren. Di pesantren Az-Ziyadah ada 2 (dua) kategori santri, yaitu santri mukim dan santri non-mukim atau lebih dikenal dengan santri kalong.

a) Santri Mukim

(50)

40

pesantren saja. Meraka adalah orang-orang yang menimba ilmu di pesantren Az-Ziyadah serta bermukim di asrama pesantren Az-Ziyadah yang sudah disediakan, dan pada umumnya mereka berasal dari daerah-daerah di luar lingkungan pondok pesantren. Berikut adalah data santri Mukim Pesantren Az-Ziyadah 2014 yang penulis peroleh dari pengurus pesantren Az-Ziyadah:

Tabel 2.4:

Data Santri Mukim PP Aziyadah 2014

(51)

41

dan Madura -Cilacap: 1 santri

-Nganjuk: 1 santri -Banyumas: 1 santri -Bangkalan,

Madura: 1 risant 5 Luar Jawa 5 - -Riau: 1 santri

-Batam: 1 santri -Aceh: 3 santri

Total 46 17 63 Santri

(Sumber: Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 18/08/2014)

Untuk kegiatan harian santri mukim di pondok pesantren Az-Ziyadah penulis sajikan di tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5

Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah

NO JAM KEGIATAN PENANGGUNG

JAWAB 1 04:00-05:00 Bangun Tidur, Mandi

dan Sholat Shubuh

Ust. H. Muhajir

2 05:00-05:45 Pengajian Al-Qur‟an Pengurus ISPPA 3 05:45-06:30

06:30-12:15

-Sarapan Pagi -Masuk Sekolah

Pengurus ISPPA Ust. H. Marzuki 4 12:15-14:00 -Sholat Dzuhur

berjamaah -Makan siang

Pengurus ISPPA

(52)

42

6 15:00-18:00 -Sholat Ashar berjamaah

-Mudzakarah ba‟da Ashar

Pengurus ISPPA

7 18:00-19:00 -Sholat Magrib berjamaah

-Mudzakarah ba‟da

Magrib

Pengurus ISPPA

8 19:00-20:00 -Sholat Isya berjamaah

-Mudzakarah ba‟da Isya

-Makan malam

Pengurus ISPPA

9 20:00-22:00 Belajar malam Ust. Ali Ridho 10 22:00-04:00 Tidur Malam Keamanan

(Sumber: Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 18/08/2014)

b) Santri Non-Mukim/ Santri Kalong

Sedangkan santri yang non-mukim atau santri kalong yaitu mereka yang menimba ilmu di pondok pesantren tetapi tidak tinggal di asrama pondok pesantren, dan biasanya tempat tinggal mereka tidak jauh dari lokasi pondok pesantren.

(53)

43

Tabel 2.6:

Data Santri Non-mukim PP Az-Ziyadah 2014

NO NAMA LEMBAGA KEADAAN SANTRI

NON-MUKIM SANTRI

PUTRA

SANTRI PUTRI

1 MTs kelas I 26 25

2 MTs kelas II 21 31

3 MTs kelas III 22 25

4 MA kelas I 17 22

5 MA kelas II 18 24

6 MA kelas III 19 17

Jumlah

123 144

Total: 267 Santri (Sumber: Pengurus Pesantren Az-Ziyadah, 18/08/2014)

Dari data tabel di atas menunjukan bahwa ternyata keberadaan santri yang tidak mukim atau santri kalong di pondok pesantren Az-Ziyadah lebih mendominasi dari pada santri yang mukim.

(54)

44

Tabel 2.7

Kegiatan Mingguan Santri Salafiyah Az-Ziyadah

NO KEGITAN Hari Jam

1 Tamrinul Khutoba Senin 20:00 s/d Selesai 2 Istighosah, Yasinan Kamis 19:00 s/d Selesai 3 Latihan Bela Diri

Tapak Suci

Jum‟at 08:00 s/d Selesai

4 Ekskul B. Arab dan B. Inggris

Jum‟at 13:00 s/d Selesai

5 Latihan Pramuka Sabtu 13:00 s/d Selesai

(Sumber: Pengurus Pesantren Az-Ziyadah, 18/08/2014)

c. Struktur Organisasi dan Lembaga di Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah

1) Kedudukan Yayasan Pesantren Az-Ziyadah

(55)

45

Bagan 2.1 Struktur Organisasi PP Az-Ziyadah

(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014)

(56)

AL-46

2) Program dan Kelembagaan Pendidikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah

Untuk memenuhi cita-cita mulia Pondok Pesantren Az-Ziyadah yaitu Mencetak Kader Ulama, Zu‟amma dan Agniya yang

konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai Islami, maka diselenggarakanlah program pendidikan sebagai berikut:

Tabel 2.8:

Program Kelembagaan dan Keadaan Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah

(57)

47 BAB III

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

Semenjak dari terbentuknya Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah yang didirikan oleh Abuya Ahmad Zayadi Muhajir pada tahun 1948, pada waktu itu beliau mendirikan pesantren Az-Ziyadah tersebut berawal dari pengajian halaqoh di masjid Al-Husna Az-Ziyadah yang kemudian berkembang menerima santri mukim dengan sistem salafiyah dan metodologi pembelajaran model lesehan halaqohan. Pada tahun 1970 Az-Ziyadah mengalami perkembangan dan perubahan sistem yaitu mulai menggunakan sistem klasikal di mana santri belajar di kelas masing-masing tingkatan, mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan juga Aliyah, kurikulumnya menggunakan kurikuum salafiyah tidak menggunakan kurikulum kementrian departemen agama dan departemen nasional (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014).

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan berdasarkan temuan lapangan terkait dengan: Proses pendidikan di pesantren Ziyadah, respon masyarakat pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi modernisasi, serta faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan pesantren Az-Ziyadah.

A. Proses Pendidikan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah

(58)

48

dunia luar, yang kemudian seiring dengan perkembangan waktu oleh Hadimulyo (1985) menyebut pesantren sebagai “institusi cultiral” untuk menggambarkan sebuah budaya

yang mempunyai karakteristik sendiri tetapi juga membuka diri terhadap pengaruh-pengaruh dari luar (Sumarsih Anwar, 2007:205).

Pondok pesantren Az-Ziyadah adalah salah satu pondok pesantren di Jakarta yang saat masih mampu mempertahankan ketradisionalannya di tengah-tengah zaman. Az-Ziyadah tidak banyak dipengaruhi oleh zaman sebagimana pondok-pondok pesantren yang lain. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum pelajarannya yang masih mengajarkan kitab-kitab kalasik / kitab kuning sebagai materi pelajaran pokoknya, serta pengajian-pengajian yang masih saja mempertahankan sistem “deprok” atau mengaji di masjid.

Selain itu, ketradisionalanya juga tampak terlihat dari jadwal-jadwal liburnya seperti; Bulan Ramadhan (puasa), Idhul Fitri dan Idhul Adha, Maulid Nabi serta hari-hari besar Islam lainnya, serta hari libur setiap minggunya juga masih hari jum‟at (Dokumen

Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:12).

(59)

49

Proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah juga masih belum terlalu tercampur oleh pihak pemerintah. Hal ini terlihat dari bidang studi yang ada, Az-Ziyadah tetap masih mempertahankan pengajian-pengajian kitab kuning, baik di sekolah maupun pengajian-pengajian di luar jam sekolah. Meskipun ada beberapa bidang studi umum yang sudah mulai dipelajari di sekolah seperti; Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini disebabkan karena pelajaran-pelajaran tersebut bisa menunjang para santri dalam mempelajari keilmuan Agama Islam. Matematika misalanya, sangat mendukung para santri untuk dapat membantu dalam mempelajari Ilmu Falak serta Faroidh (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:13).

Jenjang pendidikan yang ada di pondok pesantren Az-Ziyadah mulai dari tinggkat Ibtidaiyah yang setara dengan Sekolah Dasar (SD), Tsanawiyah setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Aliyah setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Ma‟had Aly yaitu Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi. Pendidikan di pesantren

(60)

50

yakni ujian paket A, paket B dan paket C (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014).

Yang menjadi ciri khas pondok pesantren Az-Ziyadah sehingga tergolong ke dalam kategori pesantren salafiyah terletak pada kurikulum salafiyahnya yang masih mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikulum pembelajarannya, sebagaimana yang informan Syakir (31 th) utarakan yaitu;

Yang menjadi ciri khasnya itu, yaitu kurikulum salafiyahnya itu sendiri, Yaitu kurikulum yang dibuat oleh pendiri pondok pesantren dan tidak menggunakan kurikulum pemerintah dan itu sampai sekarang Az-Ziyadah bisa bertahan dengan ciri khasnya itu (Wawancara dengan Syakir Hasibuan S.Ag pada 18 Agustus 2014).

Hal serupa juga di utarakan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Az-Ziyadah, Eva Hendrawati (36 th) yang menyatakan bahwa:

Yang menjadi ciri khas pondok pesantren Az-Ziyadah ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah yaitu terletak di kurikulum salafiyahnya. Kurikulum salafiyah di sini yaitu masih menggunakan kitab-kitab kuning sebagai mata pelajarannya. Jadi disni itu kita masih menggunakan kitab-kitab kuning seperti Bulugul Marom, Fathul Qorib, Kifayatul Awam dan lain sebagainya (Wawancara dengan Eva Hendrawati pada 18 Agustus 2014).

Pendidikan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah penulis golongkan ke dalam dua (2) golongan pendidikan, yaitu; Pendidikan Formal dan Pendidikan Non-Formal dengan alasan sebagai berikut:

1. Pendidikan yang dilakukan di dalam kelas dan sudah memiliki kurikulum terencana serta proses sistematis dan berjenjang, disebut “Pendidikan

Formal” seperti; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah

Aliyah dan Perguruan Tinggi.

(61)

Al-51

Qur‟an, pengajian kisah-kisah Nabi Muhamad SAW (rawi) dan lain

sebagainya.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk di dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis (http://www.imadiklus.com/penertian-tiga-jenis-pendidikan/ Diunduh pada 5

November 2014). Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia No 20

tahun 2003 pasal 1 ayat 11 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” disebutkan

bahwa, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (http://www.unpad.ac.id/wp-conten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014).

Untuk mengetahui proses pendidikan pendidikan formal yang diselenggarakan di pondok pesantren Az-Ziyadah, penulis mengambil contoh proses pendidikan pada tingkatan pengajaran Tsanawiyah dan Aliyah sebagai bahan untuk meneliti bagaimana berjalannya proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah.

a. Program pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs)

(62)

52

PP Az-Ziyadah dalam program WAJARDIKNAS- 9 tahun, sehingga kelak para alumni Az-Ziyadah disamping memiliki kemampuan dasar ilmu-ilmu kitab salafiyah juga mampu berkiprah di berbagai lapisan masyarakat (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:12).

Untuk pengajar di Tsanawiyah, kebanyakan mereka lulusan dari berbagai pondok pesantren di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, atau bahkan ada juga mereka yang asli lulusan dari pondok pesantren Az-Ziyadah. Tetapi ada juga mereka para guru/usatadz yang lulusan dari perguruan tinggi, yaitu mereka yang mengajarkan Bidang Studi Umum seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel: 3.1

Kurikulum Pelajaran Tsanawiyah Az-Ziyadah

NO Bidang Studi Pengajar Nama Kitab Kelas

1 Fiqih Ust. Ali Akbar S.Pd.I

Fathul Qorib I-II-III

2 Tafsir Sufyan

Marzuki S.Pd.I

Tafsir Jalalain I-II-III

3 Bahasa Arab Ust. Ibnu Hajar Toha Putra I-II-III 4 Hadits Ust. Masduki Bulugul Marom I-II-III

5 Nahwu Fadilah Ahmad

S.Pd.I (Kelas: I&II) dan

Ahmad

(63)

53

8 Akhlak Ust. Wasihudin Akhlak I Taisirul Kholaq Akhlak II-III

Ta‟limn

Muta‟alim

I-II-III

9 Muhadatsah Ust. Muhidin I-II-III

10 Khot dan Imla Ust. Ustman I-II-III

11 Al-Qur‟an Ust. Ustman I-II-III

12 Qowid Al-Fiqh Ust Kosasih Mabadi Awaliyah I-II-III

13 Tamrin Ust. Matsani I-II-III

14 Shorof Ust. Qosim Amsilatu

Tasrifiyah

I-II-III

15 Muthola‟ah Ust. Matsani I-II-III

Gambar

Tabel 2.2:
Tabel 2.3:
Tabel 2.4:
Tabel 2.5 Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah
+7

Referensi

Dokumen terkait