• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meditasi Dalam Pandangan Anand Krishna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meditasi Dalam Pandangan Anand Krishna"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Theologi Islam

Oleh

Dini Listia

102032124623

Jurusan Perbandingan Agama

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

U I N Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah………. 7

C. Metode Penelitian ………... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II BIOGRAFI ANAND KRISHNA ... 10

A. Riwayat Hidup Anand Krishna ... 10

B. Karya-karya Anand Krishna ... ... 20

BAB III MEDITASI DAN AGAMA ……….... 24

A. Pengertian Meditasi ... 24

B. Tujuan Meditasi ... 26

C. Meditasi: Pandangan Beberapa Agama... 31

BAB IV MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA ... 39

A. Pengertian Meditasi ... 39

B. Tujuan Meditasi ... 43

C. Manfaat Meditasi ... 56

D. Macam-macam Meditasi ... 58

E. Praktik Meditasi ... 60

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran-saran ... 72

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kehidupan modern cenderung mendekatkan manusia pada kekuatan di

luar dirinya. Kekuatan tersebut adalah sekumpulan materi yang diusung oleh kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebahagian hidup diukur dari sejauh mana

penguasaan manusia atas materi. Setiap individu cenderung memiliki hasrat untuk

memuaskan kehidupan materialnya. Dalam kondisi tersebut, suasana kompetisi tidak

bisa dihindarkan. Pada kenyataannya, yang menang berujung pada kepuasan, sementara

kondisi yang kalah selalu berujung pada kegelisahan dan keputusasaan hidup.

Tidak hanya itu, kebahagiaan yang diukur oleh pemenuhan hasrat material

terkadang juga luput dari ukuran kepuasaan. Tidak sedikit manusia merasakan

kehampaan di tengah gelimang nikmat materi. Bagi kaum agamawan dan kaum

spiritual, penyebab utama kondisi tersebut adalah kebahagiaan yang tidak bersumber

dari dalam diri manusia sendiri. Kebahagiaan yang dicari dan diperoleh bersumber dari

luar dirinya. Sementara segala sesuatu yang bersumber dari luar dirinya tidak bersifat

permanen. Mereka mencari kebahagiaan abadi dari benda-benda yang tidak abadi.

Tidak sedikit manusia menyadari dirinya ibarat mesin di alam modern. Mereka

beraktivitas dan bertindak layaknya mesin yang telah dirancang sedimikian rupa. Hidup

mereka telah terjadual sesuai tuntutan aktivitas yang memungkinkan untuk memperoleh

kebahagiaan materi. Tujuan utama adalah untuk meraih kebahagiaan. Namun

(4)

kesadaran individu itu sendiri. Mereka memperoleh kebahagiaan dari kondisi hidup

layaknya seorang robot yang memiliki kesadaran.1

Menurut Anand Krishna, semua persoalan tersebut besumber dari ketidasadaran.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup, namun

untuk bebas memilih tersebut diperlukan kesadaran. Memilih atas dasar kesadaran

seperti halnya bertindak dan berperilaku atas dasar kesadaran. Dengan demikian

manusia mengenal dan menemukan jati dirinya, sebab tidak bersandar pada kekuatan di

luar dirinya.2

Banyak di antara manusia yang merasa tidak merasa puas dengan kebahagiaan

yang bersifat materi dan yang mengalami kekalahan dalam persaingan hidup melarikan

diri dari kehidupan dengan stres dan putus asa. Mereka yang telah begelimang nikmat

materi merasa hampa dan stres, sementara yang kalah merasa putus asa dan hendak

melarikan diri dari kehidupan dunia.

Di samping dua hal itu, aneka ragam persoalan juga tidak lepas dari cerita hidup

setiap orang. Beban kerja yang berat, persaingan bisnis yang ketat, lalu lintas yang

padat, ataupun persoalan keluarga yang bikin penat dapat memicu timbulnya stres dan

putus asa. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah munculnya perasaan tertekan,

marah, frustrasi, atau sedih.3

Secara medis, kondisi stres dan putus asa berdampak buruk, merugikan.

Pendekatan medis memiliki alternatif jalan keluar, seperti dengan pengendalian melalui

pertahanan fisik. Pertahanan fisik bisa ditempuh dengan cara meningkatkan kesehatan

(olahraga), menikmati hidup (cukup tidur dan santai), serta merawat diri. Meski

demikian, pendekatan medis tidak cukup menyelesaikan persoalan tersebut, sebab

1

Anand Krishna, Ilmu Medis dan Meditasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 38.

2

Krishna, Ilmu Medis dan Meditasi, h. 39.

3

(5)

tekanan hidup yang bisa memunculkan stres dan putus asa juga tidak lepas dari

persoalan batin dan mental. Karena itu, pendekatan mental juga diperlukan. Dalam

konteks inilah meditasi merupakan alternatif pilihan bagi mereka yang hendak

menyelesaikan persoalan hidup yang menghimpit pikiran, memberikan tekanan,

memunculkan stres dan menghadirkan putus asa.4

Alternatif meditas juga menunjukkan bahwa upaya penyelesaian tersebut

diperlukan sebagai bentuk pencarian hakikat dan inti kehidupan dengan merujuk pada

potensi diri sendiri. Bagi Anand Krishna, meditasi merupakan jalan menuju ke diri

sendiri yang memungkinkan manusia memperoleh kebahagiaan yang bersumber dari

dalam diri. Dengan meditas, seseorang bisa belajar menjalani hidup dengan baik atas

dasar keinginannya sendiri dan mencoba mengatasi masalah yang dihadapi. Apa pun

yang terjadi selalu diterima dan disyukuri. Perasaan inilah yang menimbulkan keinginan

untuk menikmati hidup dari sisi baiknya.

Terdapat kenderungan orang yang mengalami kondisi stres dan putus asa akibat

memisahkan dimensi kehidupan materi dan batin. Menurut Anand Krishna konsep ini

seperti halnya memisahkan antara mind dan body. Meditasi merupakan upaya penyatuan

dua dimensi dalam diri manusia itu. Kembali pada potensi diri sendiri ini juga dilakukan

dalam tradisi “Yoga” yang berarti sebuah bentuk latihan yang dilakukan untuk

mencapai integralitas dan keutuhan ruhani. Potensi diri sendir pada yoga berbentuk

pemaksimalan potensi batin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tradisi yoga

adalah mendengar suara batin yang memuat saripati moral dasar kehidupan, berpikir,

serta merefleksikan suara batin yang memuat inti kehidupan. Sementara langkah utama

yoga adalah mengalihkan diri dari kehidupan temporer menuju kehidupan abadi, di

4

(6)

mana kebahagiaan yang hendak diperoleh tidak bersifat semu, namun mampu

merangkai kebahagiaan materi sekaligus kebahagiaan batin.5

Dengan demikian, meditasi dipandang sebagai upaya mengatasi kekeliruan

dalam cara pandang manusia atas alam kehidupan, seperti terhadap alam modern.

Kekeliruan itu berasal dari cara pandang manusia atas diri, lingkungan, bahkan atas

Tuhannya. Manusia tidak mampu menyeimbangkan elemen-elemen dasar yang

mengitari hidupnya. Lebih jauh manusia tidak mampu lagi menjadikan dimensi spritual

sebagai media untuk memahami kehidupan. Alam modern yang seharusnya

menghadirkan kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan hidup, malah menimbulkan

tekanan, stres dan putus asa yang bisa merugikan kehidupan manusia itu sendiri.

Manusia kini terperangkap dalam dunia citraan meterialistis dan bersifat fisikal.

Segala hal yang berada di balik yang nampak dianggap tidak ada. Penampakan lebih

penting dari kebenaran. Tidak ada waktu bagi manusia untuk merenungkan makna dan

memandang apa yang berada di balik segala yang nampak. Saat itulah, cara pandang

atas kehidupan mesti berubah, jika manusia ingin tetap berjalan harmonis di permukaan

bumi ini.6 Saat itulah manusia membutuhkan metode baru yang mampu mengontrol diri

mereka. Metode itu sendiri tidak lagi diupayakan berasal dari sains dan teknologi yang

terbukti rapuh dalam memayungi realitas hidup manusia.7

Dunia yang didominasi oleh kebudayaan yang berpusat pada materi cenderung

membakar-bakar keinginan. Kecukupan materi, bukan hanya harta, namun juga

kedudukan dan kekuasaan yang dijadikan parameter keberhasilan. Itulah paradigma

dunia modern tentang sukses dan bahagia. Sehingga semangat hidup adalah semangat

5

Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 148-149.

6

Sukidi, New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), h. 173.

7

(7)

kerakusan dalam persaingan. Manusia tidak melihat dimensi internal sebagai faktor

terpenting keberhasilan.

Menurut Sri Pannyavaro Mahathera, salah seorang pemikir Buddhisme, sumber

dari kondisi ini adalah ketidakpedulian manusia pada kecenderungan negatif pada

dirinya sendiri. Nafsu keserakahan ada dalam diri setiap orang.8 Keserakahan tak

memiliki batas kepuasan, tidak mengenal pertimbangan, kepedulian, dan saat untuk

berhenti. Nafsu serakah mudah berubah menjadi kebencian dan menjadi benih

kehancuran. Bila suatu saat keserakahan tak mampu memberikan kepuasan sesaat,

kebencian muncul ke permukaan, melahirkan kemarahan, keinginan untuk

menghancurkan, permusuhan, balas dendam, bahkan pembunuhan. Karena itu,

diperlukan upaya untuk mengintropeksi diri, dengan berusaha memasuki relung diri

yang terdalam dengan jalan meditasi.

Meditasi bukan berarti upaya melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak

sesuai harapan individu, melainkan upaya mencari jalan yang lain dari apa yang

biasanya dilalui. Jika modernitas menghadirkan realitas seperti yang tampak di depan

mata, maka meditasi menghadirkan jalan di balik itu. Kalangan yang mengangungkan

meditasi sebagai sebuah jalan menganggap bahwa modernitas telah mengabaikan

universalitas dalam kesadaran kosmis. Pikiran mereka tercarai-berai pada dimensi

tertentu yang bersifat lahiriah. Meditasi merupakan salah satu cara untuk menjawab

beberapa tantangan dan kekacauan modernitas, karena meditasi juag juga memiliki

dimensi spiritualitas, sementara spiritualitas hampir dimiliki setiap agama sebagai

nilainya.

8

(8)

Di tengah kondisi ketika manusia menjauh dari kesadaran sejatinya, meditasi

justru mampu menuntun untuk menelusuri kembali tiap lapis kesadaran itu dengan

melakukan perjalanan ke dalam diri untuk mencapai puncak pemekaran potensi diri

manusia. Oleh karena itu, dari beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas,

maka penulis akan membahas Meditasi dalam pandangan Anand Krishna, salah satu

tokoh yang akhir-akhir ini mengkampanyekan meditasi. Meditasi yang dimaksud di sini

adalah meditasi yang dimaksudkan dalam karya-karya Anand Krishna.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas muncullah masalah yang akan dibahas dalam skripsi

ini bahwa meditasi adalah salah satu cara untuk mengantisipasi dampak modernitas.

Upaya ini dipakai sebagai pendekatan utama dalam pemikiran Anand Krishna. Adapun

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah meditasi, tujuan dan manfaat

meditasi, macam-macam dan praktik meditasi dalam pandangan Anand Krishna.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library Research). dengan

menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah: Atisha-Melampaui

Meditasi, Ilmu Medis & Meditasi, Meditasi & Neo Zen Reiki: Seni Memberdayakan Diri

1, Meditasi & Neo Zen Reiki: Seni Memberdayakan Diri 2, Meditasi & Neo Zen Reiki:

Seni Memberdayakan Diri 3, Renungan Harian, Sehat Dalam Sekejap, Fiqr: Memasuki

(9)

Meditasi Sufistik, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2004), Herbert Benson M. D & Mirian

Z. Klipper, Respon Relaksasi, Teknik Meditasi Sederhana untuk Mengatsi Tekanan

Hidup, (Bandung: Kaifa, 2000), Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan

Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme (Jakarta: Sunyata, 1998). Adapun metode

pembahasan menggunakan tiga metode, yakni deskriptif, komparatif, dan analitis.

Ketiganya bersamaan membangun isi skripsi.

Metode deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek semata-mata

apa adanya (objektif). Langkah ini diambil sebagai awal yang sangat penting karena ia

adalah dasar bagi penelitian selanjutnya. Sebagai suatu Pemikiran, Meditasi

sebagaimana yang dikemukakan oleh Anand Krishna tentu tidaklah lahir dari ruang

hampa secara sosio-historis, dan kondisi tersebut sekaligus menjadi latar belakang

kemunculan serta motif-motif pemikiran Anand tentang meditasi.

Metode perbandingan diketengahkan untuk melihat pemikiran Anand tentang

meditasi dengan mengurai beberapa pandangan agama sekaligus diletakkan dalam

konteks wacana keberagamaan. Secara dialektis pemikiran Anans tentang meditasi

memiliki hubungan dengan pola-pola keberagamaan maupun praktik lainnya.

Metode analitis dianggap perlu karena menghasilkan penelitian yang bersifat

aposeteriori. Dengan memakai metode ini, diharapkan tersingkap pengaruh pemikiran

Anand tentang meditasi dengan realitas kehidupan keberagamaan di sekitarnya, sikap

dan tanggapannya dalam menatap nilai-nilai keberagamaan yang berlaku pada

zamannya, serta pandangannya terhadap dunia modern. Metode penulisan skripsi ini

mengacu pada pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syarif

(10)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan Anand

Krishna tentang meditasi. Selain itu tentu saja penelitian ini juga sebagai skripsi untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di bidang teologi Islam.

E. Sistematika Pembahasan

Mengacu pada metode penelitian di atas, pembahasan dalam penelitian ini

disistematisasikan sebagai berikut. Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang

menguraikan argumentasi seputar signifikansi studi ini. Selain itu, dalam pendahuluan

dijelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Selanjutnya, pada Bab II, akan dibahas Riwayat Hidup Anand Krishna dan

karya-karyanya

Pada bab III akan dipaparkan tentang Meditasi dan spiritualitas Agama.

Pembahasan diawali dengan pengertian meditasi, tujuan dan fungsi meditasi secara

umum, serta meditasi dan spiritualitas ; pandangan beberapa agama.

Bab IV merupakan bab pokok dari penelitian, yang berisi tentang pandangan Anand Krishna tentang meditasi, yang meliputi pengertian meditasi Pengertian Meditasi, Tujuan Meditasi, Fungsi dan Manfaat Meditasi, Macam-Macam Meditasi, dan Praktik Meditasi

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

(11)

A. Riwayat Hidup Anand Krishna

Anand Krishna (selanjutnya disebut Anand), lahir di kota Solo pada tanggal 1

September 1956, dari seorang ayah bernama Tolaram dan seorang Ibu bernama

Shamibai. Anand merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya yang bernama

Devi, enam belas tahun lebih tua dari Anand.9

Ayah Anand adalah kelahiran Shind, salah satu propinsi di Pakistan, sehingga

Anand Krishna adalah keturunan dari bangsa Shind. Sang ayah, Tolaram, berasal dari

keluarga pegawai negeri dan tuan tanah. Sementara kakek Anand adalah seorang

District Collector untuk sebuah daerah yang bernama Badaain di Shind. Dari segi

pekerjaan, Tolaram merupakan sosok yang mampu mendobrak tradisi keluarga dengan

memasuki dunia bisnis dengan berdagang kecil-kecilan.10 Sebelum Anand lahir,

Tolaram sudah memikirkan untuk memberikan nama Krishna. Nama tersebut

didasarkan atas perhitungan horoskop India yang begitu rumit dengan memperhatikan

detik, dan jam lahir sang anak, yang kemudian diberi nama berawalan “K” yaitu

Krishna.

Peristiwa yang patut dicatat dalam proses kelahiran Anand adalah ketika

Tolaram bertemu dan memberikan bantuan kepada seorang janda yang ditinggal

suaminya karena kecelakaan mobil, sementara janda tersebut harus membiayai enam

orang anaknya. Setelah menerima bantuan, janda tersebut mendoakan kepada Tolaram

9

Anand Krishna, Melampaui Kelahiran dan Kematian : Reinkarnas hidu tak pernah berakhir. (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998) h.14

10

(12)

bahwa ia akan akan memiliki seorang Putra yang akan lahir di tengah-tengah keluarga,

dan akan membawa tanda dipunggungnya dalam bentuk tanda Shiva.11

Ketika Anand lahir dan menangis, orang-orang disekelilingnya pun gembira

bahkan ada yang berteriak dengan keras dengan ungkapan “bayi laki-laki, seorang bayi

laki-laki..!”. Tolaram pun datang sambil berlari-lari. Sebagaimana ramalan seorang

perempuan janda yang pernah di bantu olehnya, Anand lahir ke dunia dengan memiliki

tanda yang berwarna putih di punggungnya. Tanda yang dimaksud adalah Trisula Shiva,

yang dalam pandangan orang Hindu simbol tersebut memrupakan simbol kekuasaan

Tuhan akan masa lalu, masa kini dan masa depan. Dalam pandangan seorang Muslim,

tanda itu jelas berbentuk Bulan Sabit dan Bintang. Tanda itu adalah bukti kelemahan,

keanggunan dan kemurahan Allah. Tolaram tidak mempersalahkan perbedaan tersebut,

karena Allah tidak berbeda dengan Shiva. Bedanya hanya seperti memanggil satu orang

dengan nama yang berbeda.

Semasa kecil, Tolaram sering menyanyikan Sufi Kalaam, lagu-agu persembahan

mistik Sindhi, Shah Abdul Latif, seorang Sufi besar yang dipuja-pujanya yang tidak

pernah memandang perbedaan satu jalan dengan jalan yang lainnya, karena semua jalan

dengan jalan lainnya, sama-sama menuju kebenaran. Saat usia Anand 3 tahun, ia

seringkali diberi buku-buku bergambar oleh Ibu Naniek. Bagi keluarga Anand, Ibu

Naniek adalah Guru, karena telah mengajarkan bahasa Indonesia kepada Ibu dan Kakak

perempuannya.12

Saat Anand berusia 4-5 tahun ini, keluarga Anand bermukim di Solo, tepatnya di

jalan Coyudon di sebuah rumah toko dengan penataan ruang bawah dijadikan toko,

11

Krishna, Soul Quest, h.14-15

12

(13)

sementara ruang atas dijadikan tempat tinggal. Di ruang atas inilah Anand sering

bermain sendirian dan membolak-balik koleksi buku ayahnya.

Saat berusia 6-7 tahunan, Anand untuk pertama kalinya menyaksikan

kematian nenek dari pihak Ayah. Neneknya meninggal di rumah dalam keadaan tenang

dan seluruh keluarga berkumpul mengelilingi ranjangnya. Pada hari itu juga jasadnya

diperabukan ke tepi Bengawan Solo yang sudah dipersiapkan tumpukkan kayu bakar,

kemudian diletakkan di atas tumpukkan kayu lalu dibakar. Sesekali Anand menengok

kebelakang untuk melihat kobaran api yang menghanguskan tubuh neneknya yang

sudah tidak berdaya.13 Ayah Anand mengundang seorang biarawan Budha dan seorang

muslim untuk membacakan do’a, lalu ada doa-doa itu dibacakan menurut tradisi Sindhi.

Anand memasuki bangku sekolah (waktu itu masih SR-Sekolah Rakyat) pada

usia yang kelima di tahun 1961. Namun karena situasi yang sangat genting dengan

pemberontakan G/30/S/PKI pada tahun 1965, ia belajar di Indonesia hanya empat

tahun, karena waktu peristiwa itu. Saat usianya sembilan tahun, ia terpaksa

meninggalkan Indonesia bersama Ayahnya ke India. Selama belajar di India, Anand

dapat menyelesaikan pendidikan secara cepat, dan pada usia empat belas (14) tahun

telah dapat menyelesaikan jenjang pendidikannya sampai lulus dari SMA (Sekolah

Menengah Atas).14

13

Krishna, Melampaui Kelahiran dan Kematian, h. 40

14

(14)

Selama belajar di sekolah, Anand termasuk anak yang tekun membaca buku

pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang ditugaskan gurunya disekolah,

sehingga pulang sekolah ia tidak perlu belajar lagi. Setelah pulang sekolah, Anand

menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku spiritual koleksi ayahnya serta

membaca novel. Dengan ketekunan tersebut, ia bisa memasuki Universitas pada usia 15

tahun, tepatnya tahun 1971, pada jurusan kedokteran, di salah satu Universitas di India.

Namun hanya enam bulan Anand kuliah, ia keluar dan kembali ke Indonesia.

Sewaktu di India, Anand bertemu dan berguru dengan seorang mistikus sufi

Sheikh Baba yang juga penjual (atau dengan sebutan lain: tukang) es balok. Sheikh

Baba mengantarkan Anand berkenalan dengan dunia tasawuf pada usia yang masih

belia. Perkenalan Anand dengan Sheikh Baba melalui Nagma, keponakan Sheikh yang

membantu berjualan es balok.15 Melalui Sheikh Baba inilah Anand mengenal

latihan-latihan Sufi, mengenal Jalaludin Rumi, seorang mistik sufi pengarang Matsnawi.16

Melalui Sheikh Baba pula, Anand mengenal Islam.17 Pada usia 15 tahun, Anand

mendalami ajaran Yesus secara serius dan sering ke Gereja, baik Katolik maupun

Protestan.18 Ia pun mengenal dan memahami beberapa ajaran Agama.

Sejak tahun 1973, Anand, yang waktu itu berusia 17 tahun, aktif dalam

organisasi masyarakat pada Yayasan Sri Satya Sai milik Sri Satya Sai Baba. Menurut

penuturan Anand, Sai Baba berbeda dengan Sheikh Baba yang memerkenalkannya

dengan dunia tasawuf. Sai Baba adalah guru spiritual Anand. Sai Baba sangat terkenal

karena mukjizat-mukjizatnya dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah, seperti

15

Anand Krishna, 99 Nama bagi Orang Modern (Jakarta : Gramedia, 1999) h. 8

16

Anand Krishna, Matsnawi, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru tak Berbingkai (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000), h.3

17

Di sampaikan Anand Krishna dalam Diskusi Klub Kajian Agama (KKA) Paramdina di Hotel Reagent pada tanggal 22 september 2000.

18

(15)

sekolah dan politekhnik, bahkan sampai rumah sakit dan perguruan tinggi. Pengikut Sai

Baba lebih dari 100 juta, baik yang berbeda di India maupun yang di luar India.19 Anand

menjadikan Sai Baba sebagai guru spiritual karena ia tertarik dengan ajaran cinta dan

kasih.20

Semasa di India, Anand sebenarnya tidak pernah mendengar tentang Sai Baba.

Anand tertarik dengan Sai Baba karena mengkonfirmasi keyakinannya tentang cinta

kasih. Pada tahun 1975, Anand pergi ke India bertemu dengan Sai Baba. Semenjak itu,

sepulang dari India, Anand lebih apresiatif terhadapnya, dan mulai aktif di

organisasinya di Indonesia sampai posisi Sekretaris Nasional. Selama 11-12 tahun

lamanya Anand aktif dan total di organisasi tersebut dan mengundurkan diri pada tahun

1986. Meskipun aktif di Yayasan Sai Baba, Anand tidak menutup kehadiran guru-guru

yang lain, termasuk Krishna Mukti (yang bertemu di Southerland, Swiss dan India),

Antony de Mello (yang bertemu di India) dan lain sebagainya. Sai Baba pula yang

memperkenalkan dan mengajarkan Anand tentang Meditasi.

Di usia ke-21 (1977), Anand melangsungkan pernikahan dengan Rani dan

selang dua tahun dikaruniai anak laki-laki yang bernama Prashant. Prashant mempunyai

adik perempuan yang hanya berbeda satu tahun bernama Pooja. Sejak umur lima tahun,

anak-anak ini diberi kesempatan oleh Anand untuk memperoleh pendidikan dasar di

sekolah Baba.21 Setelah menikah, Anand pergi ke Jepang untuk bekerja sambil belajar.

Di negeri Jepang ini Anand mengenal sekaligus mendalami ajaran Tao teh Ching.22

Anand tinggal di Jepang sampai tahun 1979.

19

Anand Krishna, Seni Memberdayakan Diri I : Meditasi untuk Management Stres dan Neo Zen Reiki untuk Kesehatan jasmani dan Rohani (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999), h. 10

20

Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 10

21

Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 13

22

(16)

Setelah dari Jepang, Anand pergi ke Amerika untuk menyelesaikan dan

memperoleh gelar MBA dari Pasific Southern University di kota Hawai. Dengan modal

gelar MBA, Anand berkutat dalam dunia bisnis modern sebagai marketing Director

(Sainth Group of Companies, Indonesia, tahun 1979-1986) CEO (D’Jar Inc, USA tahun

1986-1989) dan Director/Shareholder (Svarna Artha Interbuana, Jakarta, 1989-1991).23

klimak dari karir pekerjaannya, setelah bekerja selama 19 tahun, dari juru ketik sebuah

perusahaan yang hanya memiliki dua staf hingga menjadi direktur pemasaran pada

perusahaan besar. Anand mendirikan pabrik garmen, pakaian jadi untuk di ekspor ke

Bekasi. Belum sampai setahun, Anand terkena penyakit Leukimia, Kanker Darah.

Penyakit tersebut disebabkan terlalu capek, keletihan dan kesehatan yang terabaikan,

atau dalam bahasa Anand sendiri, yaitu Interfensi keberadaan, bahasa lain dari takdir.

Penyakit yang diderita Anand ini termasuk penyakit yang berbahaya dan kemudian

menjadi sejarah tersendiri bagi kehidupannya, di mana ia nyaris putus asa dengan

penyakit tersebut.

Sebetulnya Anand mulai merasa terserang penyakit sejak sekitar bulan Oktober

hingga November 1990, namun ia tetap tidak mau ke dokter. Penyakit Anand terdeteksi

oleh dokter pada bulan Maret 1991, ketika ia terjatuh di kamar mandi saat menggosok

gigi. Sejak itu Anand mesti berurusan dengan rumah sakit. Anand kekurangan sel-sel

darah merah dan harus segera ditransfusi darah segar. Penyakit ini merupakan keanehan

bagi Anand, karena enam bulan yang lalu ia menjadi donor darah. Namun sejak 5-6

bulan terakhir Anand merasa lesu, cepat capek, dan itu tidak begitu dirasa dan

diperhatikan. Anand berurusan dengan rumah sakit selama beberapa bulan, namun tidak

ada kemajuan dari penyakitnya.

23

(17)

Anand mencari jalan lain dengan mencari mukjizat agar sembuh dari

penyakitnya meskipun kemungkinan kecil. Bersama sang istri dan seorang sahabat dari

kalangan organisasi Sai, Anand berangkat ke India untuk menemui Sri Satya Sai Baba

yang merupakan guru spiritualnya. Namun Sai Baba tidak menemui Anand sama sekali.

Dengan penuh keyakinan, setelah Baba mengatakan kepada anaknya bahwa ‘Ayahmu

tidak sakit’, Anand merasa Baba sudah menyembuhkannya. Anand pun kembali ke

Indonesia. Setelah sampai di Indonesia, karena persoalan menumpuk baik dari

perusahaan maupun keluarga, Anand yang pada awalnya menikmati kehidupan tenang

selama satu bulan, penyakitnya kambuh kembali sehingga sempat berpikir untuk bunuh

diri. Anand kembali ke India untuk menemui Sang Guru. Meski demikian, Sang Guru

tetap tidak mau menemuinya. Akhirnya Anand pergi ke kota Bangalore, India Selatan.

Di Bangalore, Anand bertemu dengan Bapak Shastry, seorang mistikus yang

juga menguasai astrologi kuno berdasarkan lontar-lontar yang ia miliki. Anand

mapointment (petunjuk atau janji) dari “Buku Kehidupan” yang dibacakannya, bahwa

yang menyembuhkan penyakitnya adalah dirinya sendiri. Hasilnya tetap nihil,

penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Anand pun pergi ke berbagai negara, hingga ke

dukun dan paranormal. Ia mencari ketenangan dengan mengunjungi tempat-tempat

ibadah (Gereja, Mesjid, Wihara, Candi, dan tempat-tempat ibadah lainnya) yang pada

akhirnya menuntunnya bertemu dengan Lama, seorang Bikshu (Bikku) dari pegunungan

Himalaya di Leh (laddakh-India) yang kebetulan mengunjungi Daratan India. Sang

Lama menawarkan kepada Anand untuk menuju ke Leh. Anand menuju ke Leh

menemui Sang Bikshu tersebut. Di Leh inilah Anand menemui kehidupannya dan

(18)

november 1991.24 Proses penyembuhan penyakit inilah yang menjadi inspirasi untuk

menekuni meditasi. Setelah sembuh, Anand kemudian berkonsentrasi untuk mendirikan

Padepokan Anand Ashram di kantornya jalan Sunter Mas Barat II-E, Blok H-10/1

Jakarta-14350. Tempat inilah yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat pelatihan

meditasi.

Untuk menelusuri dan memahami pemikiran Anand bukanlah hal yang mudah,

karena dalam menyampaikan pemikirannya, ia cenderung mengalir, bahkan tidak

nampak teori yang melandasi pemikirannya. Namun, dalam buku-buku yang ditulis

olehnya, dapat ditemukaan satu hal yang selalu menjadi pembahasaannya yaitu tentang

meditasi. Meditasi inilah yang dapat dibaca dan dianalisa serta dipraktikan dari apa

yang disampaikan oleh Anand.

Lebih jauh harus dirujuk pula dari latar belakang kehidupan dan orang-orang

yang mempengaruhi pemikiran Anand. Ia selalu mengalami pengalaman spiritual,

bahkan sejak dalam kandungan sampai ia menderita penyakit Leukimia. Penyakit

Leukimia inilah yang menjadi pelajaran sekaligus renungan serta perubahan besar

dalam dirinya. Oleh karena itu, secara umum, pemikiran Anand sangat dipengaruhi oleh

perjalanan spiritual dalam hidupnya.

Pemikiran Anand juga dipengaruhi oleh beberapa orang yang sangat dekat

dalam hidupnya, di antaranya Ibu Naniek, seorang yang sejak usia belia mengingatkan

dan mengajarkan Anand tentang semua pelajaran kehidupan di masa lalu serta

memberikan buku-buku dan komik. Melalui buku dan komik itulah Anand mempelajari

legenda Jawa yang diinspirasi oleh cerita besar Ramayana dan Mahabarata dari India.

24

(19)

Anand juga belajar Injil bergambar yang saat Anand masih belia tidak terlalu banyak

buku tentang nabi-nabi Muslim dan tokoh-tokohnya.

Kedua adalah Sheikh Baba, seorang penjual es balok yang juga seorang sufi.

Sheikh Babalah yang mengantarkan Anand berkenalan dengan dunai tasawuf pada usia

yang masih belia. Melalui Baba inilah Anand mengenal latihan-latihan Sufi dan

mengenal Jalaludin Rumi. Ketiga adalah Sri Satya Sai Baba saat ia aktif di organisasi

masyarakat Yayasan Sri Satya Sai milik Sri satya Sai Baba. Baginya, Sai Baba adalah

guru spiritual. Ia terkenal karena mukjizat-mukjizatnya dan pemenuhan kebutuhan

masyarakat bawah, seperti sekolah dan politeknik, bahkan sampai rumah sakit dan

perguruan tinggi. Anand menjadikan Baba sebagai guru spiritual karena tertarik dengan

ajaran cinta dan kasih. Melalui perkenalan dengan Baba, Anand mempelajari meditasi

yang selanjutnya dikembangkannya

Ketiga orang di atas sangat mempengaruhi pemikiran Anand dalam mempelajari

dan mengembangkan meditasi. Selain ketiga orang tersebut, patut juga di catat beberapa

orang yang bersentuhan secara spiritual dengan Anand, yaitu Krishna Mukti, Antony de

Mello, Bapak Shastry. Melaui Bapak Shastry, Anand mendapatkan apointment

(petunjuk atau janji) dari “Buku Kehidupan” yang dibacakannya, yang ketika Anand

menderita Leukimia Bapak Shastry inilah yang mengatakan bahwa menyembuhkan

penyakitnya adalah diri Anand sendiri. Pernyataan inilah yang direnunginya dan

membawa keyakinan akan kesembuhan penyakitnya. Perjalanan dan perjumpaan

dengan beberapa tokoh serta ragam tradisi yang ditemui membuatnya mencapai

kematangan berpikir seperti saat ini.

Pengalaman dan perjalanan yang panjang membentuk konstruksi pemikiran

(20)

kecil ia telah diajarakan untuk menerima perbedaan dari kedua orang tuanya serta tradisi

dan pertemuannya dengan beberapa tokoh. Pengalaman meditasi yang diperoleh Anand

dari berbagai guru juga memberi sumbangan atas bangunan pemikiran tersebut.

Meditasi inilah yang kemudian ia kembangkan dengan memadukan tradis-tradisi yang

ia temukan dari berbagai agama dan negara.

B. Karya-Karya Anand Krishna

Karya-karya Anand berawal ketika ia sering memberikan ceramah-ceramah

tentang kesadaran, baik di dalam maupun di luar negeri. Ceramah-ceramah tersebut

direkam dan menghasilkan beberapa buah kaset. Dari ceramah-ceramah tersebut

banyak usulan dan harapan dari banyak pihak terutama yang sering mendengar

ceramah-ceramahnya, agar ceramah-ceramahnya dibukukan. Anand kemudian

menyetujui usulan tersebut, dengan syarat isi buku tersebut tidak diedit isinya dan harus

sama dengan isi rekaman ceramahnya. Dari terbitan buku pertama, banyak sekali orang

yang berminat terhadap buku tersebut. Banyaknya permintaan untuk menerbitkan

buku-bukunya, menjadikan pihak PT. Gramedia Pustaka menawarkan untuk bekerja sama

dalam penerbitan, termasuk juga dalam hal penjualannya. Sampai disinilah Anand

kemudian secara produktif menulis buku.

Dalam setiap penulisan buku-bukunya, Anand tidak pernah memikirkan terlebih dahulu apa yang akan ditulis untuk bukunya, semuanya mengalir begitu saja. Anand sering mengemukakan bahwa dalam setiap penulisan buku-bukunya tak pernah terpikirkan hal-hal yang bersifat komersial apalagi untuk mencari popularitas. Tidak ada satu pun buku yang ditulisnya berdasarkan pesanan atau desakan pihak penerbit. Anand menulis buku mengalir saja, dan apa yang saat itu ada dipikirannya maka saat itu pula langsung menulis. Dalam karya-karyanya, Anand juga nampaknya tidak diawali oleh salah satu metodologi ilmiah.

Karya-karya Anand Krishna berupa buku telah berjumlah lebih dari 100 buah

dengan jumlah buku yang terkait dengan sipiritualitas berjumlah lebih dari 50 buku.

Sebahagian dari karya-karya tersebut, Anand memiliki perhatian untuk membahas

(21)

lebih banyak membahas meditasi dalam kerangka praktis, atau tuntunan untuk

melakukan meditasi25. Secara umum terdapat beberapa buku yang secara spesifik

membahas tentang meditasi, yaitu :

1. Seni Memberdayakan Diri 1 : Meditasi & Neo Zen Reiki.

Buku ini merupakan buku panduan pertama tentang Seni memberdayakan diri,

yang berisi tentang tuntunan untuk melakukan meditasi. Dalam buku ini,

Anand memadukan meditasi dengan Neo Zen Reiki. Neo Zen Reiki

merupakan penemuan Sensei Usui yang sudah diimprovisasi dan

dikembangkan setelah terapan intensif dan penggalian lebih jauh dari berbagai

manuskrip kuno dalam bahasa Sansekerta.

2. Seni Memberdayakan Diri 2 : Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran.

Buku ini merupakan buku panduan kedua tentang seni memberdayakan diri,

yang membahas tentang meditasi. Sebagai buku panduan kedua, buku ini

merupakan kelanjutan dari buku yang pertama yang membahas tentang

tuntunan untuk melakukan meditasi. Kelebihan dari buku yang kedua ini

adalah merupakan tuntunan lebih lanjut tentang tekhnik meditasi yang

diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan memajamklan konsentrasi,

sehingga meditasi dapat tercapai secara maksimal.

3. Seni Memberdayakan Diri 3: Athisa, Melampaui Meditasi untuk Hidup

Meditatif.

Buku ini merupakan buku panduang ketiga tentang seni memberdayakan diri

yang membahas tentang meditasi. Sebagai buku panduan ketiga, buku ini

merupakan kelanjutan dari buku panduan yang pertama dan kedua, sekaligus

25

(22)

sebagai penyempurna dari kedua buku diatas. Kelebihan dari buku ketiga ini

adalah merupakan panduan dan tuntunan untuk dapat melakukan meditasi

secara maksimal. Akan tetapi tidak cukup sekedar melakukan meditasi,

melainkan praktik meditasi tersebut harus berimbas kepada praktik

klehidupan. Sehingga seorang yang melakukan praktik meditasi, maka dalam

kehidupannya akan nampak sebagai seorang yang meditative, yang pada

akhirnya meditasi dapat dijadikan sebagai gaya hidup.

4. Renungan Harian: Sarana Penunjang Meditasi.

Dalam buku ini, Anand lebih banyak membahas tentang fenomena kehidupan

yang patut menjadi renungan bahkan menjadi pelajaran dan dapat menjadi

sumber inspirasi untuk melakukan meditasi. Buku ini mengurai tuntutan

meditasi yang bersumber fenomena kehidupan yang telah diamati dan

renungkan. Renungan inilah yang kemudian dijadikan sebagai sarana

penunjang meditasi.

5. Ilmu Medis & Meditasi.

Buku ini merupakan buku yang membahas beberapa prinsip- prinsip dasar

tentang meditasi. Di samping itu buku ini membahas tentang ilmu medis yang

terkait dengan teori dan tekhnik meditasi. Dalam buku ini, Anand melakukan

dialog dengan Dr. B. Setiawan yang membahas tentang meditasi dalam

tinjauan medis. Lebih jauh, buku ini menguraikan tentang kesesuaian pralktik

meditasi dalam tinjauan ilmu Medis.

6. Fiqr , Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi

Dalam buku ini dikemukakan bahwa ditengah aksi kekerasan yang terjadi di

(23)

relevan. Lewat buku ini, Anand mengajak berenang dalam kolam kasih, dan

memasuki pencerahan para sufi melalui proses Takhali (pembersihan diri),

Tahalli (pembenahan diri), dan Tajalli (pencerahan). Lebih jauh buku ini

(24)

BAB III

MEDITASI DAN AGAMA

A. Pengertian Meditasi

Meditasi seringkali dipakai bergantian dengan kontemplasi.26 Meditasi

dipandang sebagai tahap persiapan untuk meraih tingkat kontemplasi. Meditasi

melibatkan konsentrasi dan memfokuskan kesadaran pada satu titik, atau symbol-simbol

tertentu. Meditasi terkait dengan agama, sedang kontemplasi terkait dengan hal yang

lebih umum. Meditasi berasal dari bahasa latin Meditari, yang berarti refleksi atau

konsentrasi. Sedang kontempalasi itu diambil dari bahasa latin Cum, yang berarti With

dan Templum yang berarti ruang atau tempat kontemplasi. Kontemplasi merupakan

kondisi spiritual yang mengarah kepada praktek asketisme. Hal ini didapati dari budaya

Yudaisme, Kristen dan Islam.

Meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Hal

yang senada juga dikemukakan oleh Moeslim Dalid dari Yayasan Krishnamurti

Indonesia, yang mendefinisikan meditasi sebagai suatu cara, metode, dan latihan yang

dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.27

Perlu diperhatikan, dalam melakukan meditasi setiap orang akan memiliki

pengalaman yang unik, dan tidak ada keseragaman. Setiap orang akan mengalami

pengalaman yang berbeda tergantung potensi diri yang dimiliki sang meditator.

Meditasi juga dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan

hubungan erat sang meditator dengan Tuhan ; meditasi pada yang abstrak, tidak

berbentuk, dan tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan

26

Winston L King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief) The Encyclopedia of Religion, Vol. 9 (New York : Mac Millan Library Reference USA), h. 325

27

(25)

tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh

karena itu, satu hal yang penting adalah bahwa Tuhan hanya bisa dirasakan dengan

kehadirannya, dan kehadirannya tersebut yang coba untuk dirasakan selama meditasi.

Dalam meditasi, sang meditator juga dapat merasakan lahirnya suatu cahaya.

Lahirnya cahaya di dalam hati adalah konsep yang paling abstrak yang dapat diterima,

yang tidak mempunyai bentuk, tidak mempunyai bahan-bahan, dan tidak mempunyai

berat. Jadi itulah sebagai titik permulaan, setelah meditasi berlangsung khusu dan lebih

khusu, maka akan terungkap setiap diri dari dalam diri pelaku meditasi. Dan pasti ada

saatnya, pada suatu ketika akan mendapat pengalaman yang sangat berharga, seperti

dalam bentuk mempunyai suatu persangkaan tentang sesuatu, bukan karena pernah

melihatnya atau merabanya tetapi karena sudah merasakannya, dan pengalaman

tersebut akan sangat sukar untuk dipahami.28

Penting untuk diperhatikan, bahwa banyak orang melakukan meditasi, tapi

banyak dari mereka tidak tahu apa yang sedang berlangsung dalam sistem selama

meditasi, karena mereka tidak memperhatikan untuk apa ini terjadi. Seseorang harus

siap siaga untuk sebuah transmisi dan tindakannya menurut sistem. Baru kesenangan

atas meditasi yang sesungguhnya dimulai. Apakah seseorang mempunyai pengalaman

atau tidak, transmisi akan bekerja dan melengkapi tugasnya. Tetapi kegembiraan yang

sesungguhnya datang adalah saat mengetahui apa yang telah diperoleh.29

B. Tujuan Meditasi

Di zaman modern saat ini, yang sarat dengan tantangan eksistensi kemanusiaan

banyak orang yang masih mencari makna hidupnya, yaitu suatu kehidupan yang sesuai

28

Diurai dan disedrhanakan dari www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

29

(26)

dengan fitrah manusia dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak dapat dipungkiri,

bahwa banyak manusia terjebak dengan permainan kehidupan dunia semata yang pada

akhirnya mengantarkan kepada suatu ruang kosong dalam kehidupan. Kehidupan

ekonomi mereka makmur, akan tetapi benyak diantara mereka yang merasa hidupnya

hampa.30

Di era modern ini, banyak manusia mengalami problem yang akut, seperti

kehilangan identitas diri dan teralienasi dari dirnya sendiri. Kemodernan telah menyeret

manusia dalam kehidupan material matematis yang dangkal dan kering sehingga timbul

kegersangan, kalau tidak kekeringan, dalam kehidupan manusia. Manusia modern

diarahkan kepada pemenuhan kehidupan materiil dengan hitungan matematis, semua

tingkah laku dan perbuatan dihitung dengan untung brugi. Orientasi manusia dalam

kehidupan modern ini diarahkan sedemikian rupa bahwa hidup ini adalah pemenuhan

kepuasan materi an sich, tidak lebih dari itu.31

Manusia modern dicekoki dengan berbagai iming-iming bahwa kepuasan hanya

diperoleh setelah memiliki hal yang bersifat materi. Dengan keterpenuhan atas

hal-hal tersebut seakan-akan kebahagaian serta-merta dapat diraih dan dinikmati.

Penciptaan image disebar lewat berbagai jalur yang mampu menyentuh segala penjuru

kehidupan manusia dari kamar tidur, rumah, perkampungan, ruas-ruas jalan sampai

perkantoran dan kembali ke rumah lagi – sehingga kalau bisa manusia bermimpi pun

memimpikan hal itu. Gaya hidup direkayasa sedemikian rupa dengan pesan “inilah

hidup masa kini”, “inilah citra manusia modern”, dan slogan-slogan lain lain yang

30

www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

31

(27)

murni pemenuhan kebutuhan hidup yang materailistik semata. Sehingga yang terjadi

pada manusia modern saat ini adalah suatu sikap kehampaan.32

Untuk mengatasi hidup yang hampa ini, banyak orang yang menempuh jalan

untuk melakukan meditasi. Meditasi merupakan suatu proses, dimana setiap orang akan

menjalankannya untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai, yaitu suatu tujuan

yang sudah ditetapkan sebelumnya atau sudah dikodratkan.

Meditasi merupakan aktivitas yang paling penting, kalau orang ingin membuat

disiplin diri atas dirinya sendiri. Karena pada awalnya hal ini akan memungkinkan

terjadinya disiplin mental, kemudian hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin

fisik, mengatur kehidupan, memberi ketentraman di dalamnya, menghasilkan disiplin

mental yang lebih besar dan lebih besar, lalu menghasilkan dukungan terhadap diri

seseorang , semacam perputaran yang menopang diri untuk membuat tujuan dapat

dicapai. Oleh karena itu tanpa sedikit kedisiplinan tujuan tidak dapat dicapai. Jadi suatu

tujuan memungkinkan untuk dicapai selama mempunyai kedisiplinan diri.33

Jika tidak ada disiplin mental, maka disiplin fisik tidak dapat terjadi. Itulah

mengapa bermeditasi. Untuk memperoleh pengaturan terhadap pikiran, membuatnya

menjadi disiplin, membuatnya memungkinkan bagi seseorang untuk menggunakan

pikiran kemanapun memilihnya, biasanya dalam bentuk proses berikut ; -

menggunakan pikiran, tidak menggunakan pikiran, dan selanjutnya menggunakan

pikiran kembali - dengan demikian mencapai 100 % kekuatan pikiran, sehingga

memungkinkan apa yang sudah dijanjikan dari suatu meditasi akan menjadi mahir

dalam hal apapun yang dikerjakannya.34

32

www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

33

www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

34

(28)

Ketika orang melakukan meditasi, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin

diraihnya. Tujuan meditasi sendiri bermaca-macam, tergantung pada masing-masing

orang yang melakukannya. Akan tetapi, secara umum dapat dirumuskan bahwa tujuan

melakukan meditasi adalah

1. Mencari makna hidup. Hal ini dilakukan, karena dengan meditasi setiap

orang akan dapat merenungkan proses kehidupan sehingga mampu menjadi

refleksi untuk memaknai kehidupan. Tujuan yang pertama ini merupakan

tujuan yang yang cukup berat untuk diraih. Oleh karena itu, meditasi harus

dilakukan secara terus menerus dan dengan penuh kesungguhan. Tujuan

yang pertama ini lebih diarahkan untuk menjawab rasa dan kondisi

kehampaan dalam kehidupan manusia.

2. Mecari ketenangan pikiran dan perasaan. Dengan mencapai ketenangan

pikiran dan perasaan, orang akan terhindar dari penyakit-penyakit yang

muncul dari gangguan jiwa, seperti stres. Sehingga bisa hidup sehat dan

bahagia.35 Tujuan yang kedua ini, secara praktis lebih diarahkan untuk

menjawab beberpa kebutuhan fisik yang sering mengganggu aktivitas

kehidupan manusia, sehingga manusia dapat menajalankan kehidupannya

lebih memiliki masa depan.

Dalam agama Budha, apapun alirannya, semua meditasi memiliki tujuan yang

sama, yaitu untuk mancapai Nibbana. Hal ini dikarenakan, tidak seorang pun dapat

mencapai Nibbana atau keselamatan tanpa mengembangkan pikiran memalui

meditasi.36 Di samping itu, menurut ajaran Budha, pelatihan-pelatihan meditasi akan

35

Tebba, Meditasi Sufistik, h. 11-12

36

(29)

membantu seseorang menyadari dan mengalami keutuhan-diri total (perfected

selflessness) yang menyebabkan hilangnya kesedihan dan menuju suatu keadaan

damai.37

Secara praktis, meditasi juga memiliki manfaat dan berfungsi terhadap

kesehatan. Berbagai eksperimen memperlihatkan, sebagaimana penelitian yang

dilakukan oleh Herbert Benson M.D dan Miriam Z. Klipper bahwa selama melakukan

meditasi terdapat penurunan nyata konsumsi oksigen tubuh. Setiap sel menggunakan

energi yang ada dalam bahan makanan dengan membakar sari-sari makanan secara

perlahan-lahan. Agar dapat membakar bahan tersebut, sel biasanya memanfaatkan

oksigen yang diangkut melalui aliran darah. Jumlah metabolisme tunggal dari setiap sel

yang menggunakan oksigen merupakan jumlah konsumsi oksigen, total tubuh.

Perubahan fisiologis utama yang dikaitkan dengan meditasi adalah penurunan laju

metabolisme. Penurunan metabolisme semacam itu, yang disebut hipometabolisme,

merupakan keadaan tenang. Sehingga dengan bermeditasi akan menyebabkan

pengurangan penggunaan sumber energi tubuh.38

Meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran untuk tujuan

mengatur pikiran dengan usaha manusia. Mungkin akan timbul pertanyaan, jika pikiran

seseorang dapat secara otomatis mengatur sendiri, mengapa harus bermeditasi ?.

Seluruh tujuan meditasi adalah untuk mengadakan pemutaran dari kenyataan hidup ini

bahwa pikiran adalah master/tuan setiap orang. Setiap diri harus menjadi tuan atas

pikirannya. Hanya sebatas ini, maka tugas selanjutnya adalah hanya membalikkannya

saja. Pikiran harus diatur, dan ini dapat dimungkinkan hanya dengan disiplin awal yang

digunakan untuk meditasi. Ini berarti bahwa sedikit kedisiplinan adalah hal pertama

37

Herbert Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi: Teknik Meditasi Sederhana untuk Mengatsi Tekanan Hidup, terj : Nurhasan (Bandung : Kaifa, 2000), h.125

38

(30)

yang dibutuhkan untuk menghasilkan disiplin yang lebih besar dan yang paling besar.

Jadi adanya sedikit kedisiplinan ini lah yang dibutuhkan, pertama secara fisik bahwa

sedikit kedisiplinan digunakan untuk meditasi dulu. Secara mental sedikit kedisiplinan

digunakan untuk mencoba meditasi terhadap apa yang harus dimeditasikan.

Selanjutnya, orang yang terlatih melakukan meditasi, maka akan dapat mengetahui apa

(31)

C. Meditasi: Pandangan Beberapa Agama

Hampir dapat dipastikan bahwa meditasi memiliki relasi yang sangat kuat

dengan meditasi. Bahkan lebih jauh dapat dikemukakan bahwa meditasi tidak dapat

dipisahkan dari aspek spritualitas, dan dapat menjadi implementasi dari spiritualitas

agama. Artinya bahwa meditasi dapat menjadi wujud dari spiritualitas agama. Sampai

disini yang menjadi titik temu untuk menjelaskan meditasi dan spiritualitas adalah

agama itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan antara lain dengan mengemukakan bahwa

meditasi terdapat dalam berbagai agama dan budaya. Setiap agama dapat dipastikan

memiliki dimensi spiritualitas, meskipun dengan cara dan praktik yang berbeda-beda.

Berikut akan diurai pandangan beberapa agama tentang meditasi dan spiritualitas :

a. Islam

Dalam Islam, meditasi diajarkan dan sangat terkait dengan dunia tasawuf. Jika

diidentifikasi secara serius, maka ada beberapa kegiatan spiritual yang dapat

dikategorikan sebagai sebagai praktek meditasi dalam tasawuf, antara lain :

muraqabah, muhasabah, wirid, tafakur, dzikir, do’a. ‘uzlah, dan i’tikaf.39 Untuk

memahami lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan spiritual ini, berikut akan diurai

penjelasannya:

a. Muraqabah ; konsentrasi penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa,

pikiran dan imajinasi serta pemeriksaan yang dengannya sang hamba

mengawasi dirinya sendiri secara cermat. Selama muraqabah berlangsung,

sang mengamati bagaimana Allah mewujud dengan jelas dalam kosmos dan

dalam dirinya sendiri. Muraqabah ada kaitannnya dengan mujahadah, yaitu

39

(32)

perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai

kecenderungan jiwa rendah.

b. Muhasabah ; analisis terus menerus terhadap hati berikut keadaannya yang

selalu berubah. Selama muhasabah, orang yang merenung pun memeriksa

gerakan hati yang paling tersembunyi dan rahasia. Dengan kata lain, dia

menghisab dirinya sendiri tanpa menunggu hari kebangkitan diakhirat kelak.

c. Wirid ; latihan spiritual denagn menyebut nama-nama Tuhan, biasanya

Al-Asma al-Husna, yang jumlahnya 99 nama. Wirid juga adalah tafakur,

mengerjakan shalat sunat, membaca al-Quran, zikir dan do’a. Dalam tarekat,

pengamalan wirid melahirkan transformasi batin secara bertahap. Namun

kadar transformasi spiritual ini tergantung pada rahmat Tuhan dan juga pada

kesucian niat serta ketulusan.

d. Tafakur ; merenungkan ciptaan Allah SWT, kekuasaannya yang nyata dan

tersembunyi serta kebesarannya diseluruh langit dan bumi. Tafakur sebaiknya

dilakukan setiap hari, terutama pada tengah malam. Karena saat tengah malam

adalah saat yang paling baik, lengang, jernih dan tepat untuk penyucian jiwa.

Selain istilah tafakur, dalam tasawuf juga ada istilah tadzakur. Kedua istilah

ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kedua

istilah tersebut berarti perenungan. Sementara perbedaannya adalah, menurut

sebagian ulama, tafakur merupakan cara tadzakur, sedangkan tadzakur adalah

wujud nyata tafakur itu sendiri.

e. Dzikir ; berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan

(33)

hakiki adalah sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat

Alla memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah,

sehingga seluruh wujudnya bisa bersatudengan yang Maha Mutlak.

f. Do’a ; berarti permintaan atau permohonan. Yang dimaksud adalah

permohonan manusia kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan

keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia adalah kesehatan, kemakmuran,

pengetahuan dan kedudukan yang tinggi serta terhindar dari musibah. Sesang

keselamatan diakhirat adalah masuk surga dan terhindar dari api neraka. Doa

merupakan kesempatan yang dimiliki manusia untuk mencurahklan keinginan

hationya kepada Tuhan, menyatakan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan

manusia kepada Tuhan.

g. Uzlah ; berarti mengasingkan diri. Yang dimaksud dalam hal ini adalah

mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat untuk menghindari

maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah, dzikir,

doa dan tafakur tentang kebesaran Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

h. I’tikaf ; berdiam diri atau melazimkan sesuatu yang baik atau buruk. Akan

tetapi, i’tikaf yang dimaksud dalam konteks meditasi adalah berdiam diri di

dalam mesjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.40

Meditasi dan kontemplasi terkait dengan tradisi Islam Ortodoks, khususnya

tradisi sufistik yang bertujuan untuk menghadirkan kondisi kesatuan antara hamba

dengan Tuhan melalui proses transendensi diri. Meditasi juga sering dikaitkan dengan

40

(34)

praktik zikir.41 Kegiatan-kegiatan spiritual sebagaimana telah dikemukakan di atas,

dalam Islam khususnya dunia tasawuf dapat dikatakan sebagai bentuk-betuk meditasi.

Dengan demikian, meditasi dapat diidentikkan sebagai suatu kegiatan spiritual. Dalam

praktik sufisme (tasawuf), suatu aliran mistisisme Islam, meditasi juga dapat

menimbulkan pengalaman transendental.42

b. Budha

Meditasi merupakan salah satu tahapan dalam Budhisme untuk pengembangan

diri, sehingga bisa mencapai pencerahan dengan kebijaksanaan yang tinggi di dalam

dharma dan hidup secara bahagia. Kegiatan meditasi selalu dilakukan oleh ummat

Budha dari berbagai aliran Budhisme yang ada, khususnya pada saat melakukan puja

bhakti. Meskipun metode atau tahapan meditasi sebagaimana yang diajarkan oleh sang

Budha telah mengalami berbagai perkembangan. Sesuai kebudayaan masing-masing

negara dan aliran Budhisme yang di anut.43

Di antara aliran dalam agama Budha terdapat aliran aliran Theravada. Aliran ini

juga memiliki konsep dan tata cara melakukan meditasi sebagai upaya pendakiann

spiritual. Dalam aliran Theravada metode meditasinya menggunakan 2 (dua) latihan,

yang diajarkan oleh Sang Budha, yaitu Samatha dan Vipassana.44 Karena dalam

meditasi tanpa Samatha dan Vipassana, tidak ada kebersihan batin, karena untuk

bahagia mencapai nibbana batin harus bersih dan bebas dari noda-noda kotoran, maka

antara Samatha dan Vipassana terkait antara keduanya.45 Dua metode yang digunakan

41

King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 327.

42

King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 327

43

Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme (Jakarta: Sunyata, 1998), h. 80

44

Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme, h. 90

45

(35)

dalam latihan meditasi, yaitu: pertama, Samantha Bhavana: menditasi pengembangan

ketenangan batin; kedua, Vipassana Bhavana: meditasi pengembangan pandangan

terang.46

c. Yudaisme

Meditasi merupakan gagasan sentral dan otoritas tradisi Yahudi. Tradisi ini biasa

ditemukan dalam Mishnah dan Talmud. Meditasi dalam perspektif Yahudi ini

dipengaruhi oleh Gnostisisme dan Helenisme, yang merujuk kepada mistisime

Heikhalot. Meditasi juga merujuk pada tradisi Hasidic, bersumber dari pengaruh dari

fiosof Yahudi bernama Philo Judaeus. Dalam kontemplasi ala Hasidic transendensi

ketuhanan diraih dengan menjadikan obyek kontemplasi berupa Shekhinah atau

semangat ketuhanan. Tuhan hanya bisa dikontemplasi atau direnungi secara langsung

dengan menempatkan sebagai tujuan dunia. Kontemplasi dalam tradisi yahudi itu

dengan menempatkan jarak antara hamba dengan Tuhan. Dan jarak tersebut merupakan

kesatuan yang erat antara Tuhan dengan hamba.47

Dalam tradisi Yahudi, meditasi juga terkait dengan tindakan asketis yang

mengarah pada praktik kontemplasi yang dilakukan oleh jiwa (soul) melalui tujuh

tahapan menuju karakter perilaku yang baik. Kondisi tersebut dipandang sebagai

pengalaman mistik seseorang yang mendengar dan melihat secara langsung kepada

Tuhannya. Meski demikian, tidak ada bentuk kesatuan mistik di dalam kondisi tersebut,

sebab Tuhan hanya bersifat meliputu segalanya atau yang lain (wholly other).48

d. Kristen

46

Oka Diputhera, et al., Kuliah Agama Budaha untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta : Yasadari, 1997), h. 98

47

King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 325

48

(36)

Meditasi dan kontemplasi merupakan lingkaran monastik yang dianggap sebagai

tingkatan tertinggi dalam tradisi Kristen. Dalam agama Kristen, tradisi meditasi dan

kontempalssi dipengaruhi oleh literatur Hermetic dan filsafat Neo-platonisme.

Buku-buku Hermetic mengetengahkan tema tentang kesatuan mistik yang mengarah kepada

pengetahuan tentang Tuhan. Sementara plotinus menggambarkan empat tahap dalam

memperoleh pengetahuan ilahiah : 1) tahap keutamaan; 2) perkembangan pemikiran

yang melampaui persepsi indrawi; 3) trasendesnsi pikiran dalam meraih kesatuan; 4)

bersatu dengan yang satu.

Dalam tradisi kristen juga dikenal 3 tahap meditasi : 1) menempatkan subyek

(diri) dalam kehadiran Tuhan, 2) menyembah sesuatu diluar kehadiran Tuhan, sebagai

wasilah, dan 3) membayangkan segala sesuatu ini sebagai kehidupan Yesus. Menurut

Ignatius Loyola (1495-1956), salah seorang pendiri Jesuit, yang menggagas praktek

meditasi secara progresif, ia menganggap bahwa meditasi tidak bisa diwakili oleh

orang lain, melainkan harus keterlibatan subyek secara langsung. Caranya adalah

subyek itu harus membayangkan gambaran tertentu seperti kebangkitan Yesus.49

e. Taoisme

Taoisme-satu dari sistem filosofis berpengaruh dalam sejarah dan pemikiran

Cina- bermula pada abad keenam SM, melalui Chuang Tzu yang mengelaborasi ajaran

Lao Tzu mengemukakan konsep Taoisme dan memberikan penakanan kuat pada

individu. Untuk memparktekkan Taoisme, menurut Chuang Tzu, berarti “menganggap

yang fundamental sebagai esensi, menggangap berbagai hal sebagai yang tidak halus,

menganggap akumulasi sebagai kekurangan, dan mendiami sendiri dalam keheningan

49

(37)

yang spiritual dan akal. Melelui ketenangan pikiran, dalam hal ini juga termasuk praktik

meditasi, seseorang mencapai keserasian dengan alam dan kemudian dengan Tao yang

tunggal. Chuang Tzu mengatakan bahwa berdiam diri dalam keheningan dengan jiwa

dan akal berarti melaupakan segalanya.50

Di samping agama, dari aspek kebudayaan juga dapat ditemukan Praktik

meditasi, seperti dalam kebudayaan Shamanisme. Shamanisme merupakan salah satu

bentuk mistisisme, yaitu kidung atau lagu yang disuarakan oleh seorang Shaman, atau

orang suci, menimbulkan perasaan “terasuki” atau ndadi (trance). Shamanisme

dipraktikan bersama-sama dengan agama-agama suku di Amerika Utara dan Selatan,

Indonesia, Afrika, Siberia dan Jepang.51 Selain Shamanisme, tidak menutup

kemungkinan masih banyak kebudayaan lain di dunia yang juga mempraktekkan

meditasi, baik sebagai ritual semata atau menjadi proses pendakian spiritual.

Dengan memperhatikan dan menganalisa beberapa praktek keagamaan dan

kebudayaan sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat dikemukakan bahwa meditasi

dan spiritualitas, atau meditasi sebagai upaya spiritual ditemukan dalam beberapa

agama dan budaya.

50

Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, h. 148-149

51

(38)

BAB IV

MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA

A. Pengertian Meditasi

Pandangan tentang meditasi dalam pemikiran Anand Krishna terkait dengan

tradisi sufistik dan spiritualitas. Hal ini disebabkan perjalanan hidup Anand yang sarat

dengan pengalaman sufistik dan dunia spiritual serta intensitas pertemuannya dengan

tokoh-tokoh dan guru-guru spiritualnya. Secara khusus, ia mempelajari berbagai macam

aliran dan ajaran beberapa agama seperti pemikiran Jalaludin Rumi, seorang tokoh Sufi

besar yang sangat berpengaruh dalam tradisi sufi di dunia Islam.

Menurut Anand, meditas terkait dengan proses pembersihan diri (cleansing)

yang bisa dilihat dari sudut pandang tradisi sufisme Islam seperti proses takhalli, atau

pembersihan jiwa. Metode ini, bagi Anand, sering dilupakan oleh berbagai agama.54

Atas dasar itu, proses pembersihan diri dikaitkan dengan tahap-tahap meditasi

menurut para sufi, yakni takhali, tahalli, tajalli.

Pertama, takhalli atau tahap pembersihan. Tahap ini adalah pembersihan

pikiran. Hasilnya adalah pikiran menjadi bersih, tidak kotor, jinak, tidak liar, tenang dan

tidak bergejolak. Pikiran yang demikian sesungguhnya sudah bukan pikiran lagi. Ia

sudah mengalami proses daur ulang dan berubah menjadi kesadaran.

Kedua, tahalli atau tahap pembenahan. Anand menyebutnya dengan tahap

pembentukan ulang (creation of new mind). Ketiga, tajalli atau tahap pencerahan.

Inilah tahap terakhir di mana pelaku meditasi bisa memilih duduk diam, hening atau

54

(39)

berdansa dan menari untuk mengungkapkan ketenangan dan kebahagiaan55. Sangat jelas

pengaruh sufi mewarnai pemikiran meditasi Anand. Berbagai buku yang ditulisnya

tentang tuntunan parktik meditasi sangat kental dipengaruhi dan diwarnai tradisi sufi

melalui spiritualitas. Dalam konteks ini, meditasi bukanlah suatu kegiatan yang instan,

melainkan sebuah proses dengan tahao-tahap tertentu.

Anand Krishna memandang meditasi sebagai gaya hidup yang terserap dalam

perilaku dan tindakan manusia dalam hidup kesehariannya. Karena itu, meditasi bukan

sekedar konsentrasi yang tercipta pada momen-momen tertentu. Konsentrasi hanya

sekedar anak tangga menuju meditasi. Meditasi juga tidak dapat didefinisikan sebagai

’semedi’, sebagaimana banyak dipahami. Duduk dan diam selama beberapa menit atau

beberapa jam yang disebut semedi, pada dasarnya bukan maditasi. Meditasi harus

menjadi dasar kehidupan seseorang, dan apabila sudah melakukan hal yang terakhir ini

maka seseorang tersebut dapat dikatakan sebagai seorang meditator56. Penjelasan Anand

ini mengisyaratkan bahwa meditasi bukanlah kegiatan yang instan dan untuk

kepentingan sesaat, melainkan harus dilakukan secara terus-menerus hingga

berimplikasi pada gaya hidup.

Ketika seseorang mengawali meditasi, mungkin tidak mampu untuk

benar-benar bermeditasi, bahkan untuk satu menit dalam waktu 1 jam sekalipun. Namun, lama

kelamaan seseorang akan mampu melakukan meditasi untuk waktu yang lebih lama.

Saat baru memulai, biasanya banyak waktu yang terbuang untuk menyesuaikan diri

dengan situasi meditasi, mencoba untuk mengontrol pikiran, menempatkannya dan

menyimpannya dalam obyek dari meditasi.52

55

Anand Krishna, Fiqr : Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi. (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2002), h. 11-12

56

Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1, h. 51

52

(40)

Berdasarkan penjelasan tersebut, menurut penulis, dalam proses menunju

kehidupan yang meditatif, praktik-praktik yang merupakan tahapannya harus dilakukan.

Tahapan-tahapan itulah yang mengandung momen-momen tertentu sebagai bagian dari

praktik meditasi. Saat itu tubuh hendaknya dalam kondisi yang nyaman, karena tidak

semua orang yang mampu melakukan meditasi dalam seluruh prosesnya, sehingga

memperoleh hasil yang diharapkan. Menggeliat-geliat, berputar dan mencoba

menemukan posisi yang menyenangkan. Setelah itu harus segera dimulai dengan

menyusun kekuatan pikiran dan perasaan.

Jadi jika memperhatikan hal-hal tersebut dengan baik, maka seseorang akan

benar-benar menghargai bahwa untuk meditasi secara pantas memerlukan banyak sekali

waktu. Hanya pada waktu memulai meditasi, akan ditemukan perkembangannya.

Meditasi menyediakan janji yang sangat banyak sesuai dengan kemampaun orang yang

melakukannya. Oleh karena itu, dengan melakukan meditasi secara kontinyu, lambat

laun akan menambah kemampuan untuk menerima perintah atas situasi yang ada.

Meditasi yang dilakukan secara kontinyu menjadikan pikiran terbiasa pada apa

yang harus dikerjakan. Jadi meditasi sebaiknya dipraktekkan seperti yang diperintahkan

dan dalam sikap yang sudah diatur, karena dengan demikian pelaku meditasi secara

otomatis masuk ke dalam keadaan meditasi pada waktu yang tepat.

Dengan demikian, meditasi meniscayakan kontinuitas. Sebab meditasi bukanlah

kegiatan sekedarnya yang hanya bertujuan untuk kepentingan sesaat seperti untuk

menyembuhkan penyakit atau untuk kesehatan. Namun lebih sebagai landasan dan

dasar hidup seseorang. Saat sampai pada titik, meditasi dapat dikatakan sebagai gaya

(41)

Dengan melakukan meditasi setiap orang akan mampu menyerap lebih banyak

intisari dari Tuhan yang di cita-citakan dan menaikkan setiap diri secara perlahan-lahan

sampai saatnya tiba, dengan keagungan-Nya dan berkat-Nya. Dengan demikian,

meditasi dapat mengantarkan manusia untuk berjumpa dan merasakan kehadiran Tuhan,

yang senantiasa mewarnai gerak hidup bagi sang meditator.

Menurut Anand, meditasi bukanlah gerakan atau bagian dari gerakan New Age.

Meditasi lebih diasumsikan dari ajaran tarekat Qadariyah dan tarekat Chistiyyah, yang

menimbulkan kecintaan kepada Allah.57

Terkait dengan agama dan spiritualitas, Anand berpandangan bahwa kedua hal

tersebut memiliki posisi yang sama-sama penting. Meskipun meditasi dan pemikirannya

sangat dipengaruhi tradisi sufi, akan tetap ia berpandangan bahwa ‘religion yes,

spiritualitas yes’. Agama, dalam pengertian ritus keagamaan, sangat dibutuhkan untuk

kelembutan jiwa. Menolak satu bentuk ritus akan berdampak kepada pencarian

ritus-ritus yang lain, seperti yang terjadi di Amerika sekarang. Satu bentuk ritus-ritus keagamaan

ditolak, tetapi kemudian mereka mencari ritus-ritus yang lain. Kalau seseorang telah

memeluk agama tertentu sejak kecil, akan lebih bagus dia melanjutkan dengan

agamanya itu.58

B. Tujuan Meditasi

Anand tidak secara spesifik menulis tentang tujuan meditasi. Namun dalam

beberapa bukunya dapat disebutkan dua hal yang menjadi tujuan Meditasi, yaitu

meditasi untuk keseimbangan dan meditasi untuk pencerahan hidup.

57

Wawancara Anand Krishna dalam majalah Panjimas, September 2003, No. 16, h. 32

58

(42)

a. Meditasi untuk Keseimbangan

Menurut Anand Krishna, meditasi sama dengan perluasan kesadaran. Tujuan

atau hasil akhir dari meditasi adalah samadhi atau keseimbangan. Setelah mencapai

keseimbangan, diharapkan tidak ada lagi rasa takut, rasa khawatir, rasa gelisah dan

cemas, serta perasaan lainnya yang menjadikan hidup tidak bersemangat dan pesimis.

Dalam proses mencapai keseimbangan diri, Anand mengemukakan beberapa hal dalam

diri manusia yang harus diketahui dan dipahami, dalam bentuk lima lapisan kesadaran,

yaitu :

Lapisan Fisik. Lapisan ini yang ditentukan oleh makanan. Makanan yang

dikonsumsi menentukan kesehatan fisik, karena untuk kegiatan manusia sehari-harinya

menggunakan fisik, dan lapisan fisik ini dikendalikan oleh lapisan berikutnya.

Lapisan Energi atau Psikis. Lapisan ini diperoleh dari alam sekitar lewat

pernapasan dan sebagainya. Setiap manusia mungkin dapat hidup tanpa makan dan air

untuk beberapa hari, akan tetapi dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan dapat

mempertahankan kehidupannya tanpa napas, tanpa energi. Fisik hanya merupakan

salah satu dari sekian banyak lapisan kesadaran yang membentuk kepribadian manusia.

Apabila setiap manusia menginginkan kesehatan secara menyeluruh, maka

lapisan-lapisan lain juga harus diolah, termasuk lapisan-lapisan Energi. Lapisan energi sendiri

dikendalikan oleh lapisan berikutnya.

Lapisan Mental atau Emosional. Lapisanini meperbudak manusia. pikiran yang

kacau akan membuat napas juga kacau. Sebagai contoh, dalam keadaan marah maka

napas akan ngos-ngosan, namun sebaliknya apabila keadaan tenang maka napas juga

akan tenang. Seluruh kepribadian manusia selama ini dikendalikan oleh lapisan

Referensi

Dokumen terkait

mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah menggunakan metode keuntungan flat sehingga sebagian anggota merasa keberatan dalam

Walaupun dalam hal ini setelah dilihat lebih lanjut ternyata diperusahaan ini sebelumnya menggunakan Electronic Data Processing, pencatatan persediaan dilakukan secara manual dan

Meskipun dari grafik terlihat bahwa ekstrak dalam dasar salep o/w memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dalam dasar salep w/o, hasil analisis ragam yang tidak nyata

Perseroan Terbatas adalah suatu unit kegiatan usaha yang didirikan sebagai suatu institusi badan hukum yang pendiriannya dilakukan melalui akta notaris, di mana suatu

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepastian dalam dunia usaha serta mendorong kemudahan berusaha, pemerintah kembali mengeluarkan peraturan baru, yang tidak lain

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: (1) Fimbriae S.mutans berfungsi sebagai sarana perlekatan pada reseptor spesifik

Pada siklus kedua ini, penelitian dilanjutkan dengan menganalisa atau menguji keaslian silabus dan rencana kegiatan harian yang disusun oleh guru. Metode yang

Gani Abdullah dalam tulisannya “Penerapan Azas Personalitas KeIslaman menurut Undang-Undang Peradilan Agama terhadap Sengketa Perkawinan” yang menerangkan azas umum Peradilan