• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi komunikasi KH. Ahmad syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan pondok pesantren al-hidayah Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "strategi komunikasi KH. Ahmad syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan pondok pesantren al-hidayah Jakarta Barat"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ahmad Mursyidi

NIM: 107051002596

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI

KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI

DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT

LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ahmad Mursyidi NIM: 107051002596

Dibawah Bimbingan

Dr. Hj Roudhonah, MA NIP. 195809101987032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 10 Juni 2011

Panitia Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal, LK, MA Umi Musyarofah ,MA

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

Penguji I. Penguji II.

Drs. H. Mahmud Djalal, MA Drs. H. S. Hamdani, MA Nip. 19520422 198103 1 002 NIP. 19550309 199403 1 001

Pembimbing,

(4)

i

ABSTRAK

Ahmad Mursyidi 107051002596

Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat

Pada zaman sekarang ini nilai-nilai akhlak yang sudah tertanam di dalam masyarakat sudah mulai menurun, untuk itu, KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani sebagai seorang pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan sebagai kiai di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mempunyai peranan penting untuk membentuk masyarakat yang berakhlak karimah. Selain itu juga untuk meyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakatnya yang meliputi aqidah, ibadah, syari’ah, dan akhlak, dalam aspek akhlak perlunya pembinaan akhlak yang baik bagi masyarakat, oleh karena itu diperlukan adanya strategi komunikasi KH. Syarifuddin Abdu Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar tujuan tersebut tercapai.

Bagaimana strategi komunikasi dan metode apa saja yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Bagaimana bentuk komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Apa saja hambatan-hambatan komunikasi dalam pembinaan akhlak ?

Strategi komunikasi yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak adalah; Mengenal komunikan, menentukan pesan, membujuk, mengontrol, mengantisipasi, merangkul dan strategi memberi kabar gembira dan peringatan. Metode yang digunakan adalah cerita, diskusi, tanya jawab, ceramah dan nasihat. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin lebih cenderung kepada komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi. Faktor penghambatanya adalah pemanfaatan waktu, kondisi dari komunikan dan sikap orang tua yang apatis.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.

(5)

ii

Alhamdulillah. Suatu ungkapan rasa syukur yang begitu tulus yang hanya

dipersembahkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu Allah limpahkan kepada pemimpin seluruh umat manusia hinggga akhir zaman, Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kepada para pengikutya yang setia menjalankan ajaran-ajarannya.

Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, cukup banyak kesulitan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut soal pendanaan, pengumpulan bahan bacaan, dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan juga membantu penulisan skripsi ini, terutama penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arif Subhan, MA.

(6)

iii

4. Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Umi Musyarofah, MA.

5. Pembimbing skripsi, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA yang telah memberikan arahan, nasihat serta bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh motivasi. Semoga Allah memberikan kasih sayang kepadanya.

6. Para dosen Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan sebagian ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh civitas akademika yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Seluruh petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta petugas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi dalam penulisan skripsi ini. 8. KH. Ahmad Syarifuddin selaku pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan

tokoh agama masyarakat kampung Basmol, serta kepada para informan yang telah memberikan informasinya kepada penulis

(7)

iv

11. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa’nya serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepda kawan-kawan seperjuangan KPI A, C, D khususnya KPI B angkatan 2007, Syarif Fadilah, Ahmad Khumaidi, Rifqi Ridho, Fatan Nur Hamidi, Ilham Berlian dan Wahyudi yang telah membantu dan memberikan masukan-masukan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. My Lovely Ines Sukma Wati yang selalu setia menemani, mendo’akan serta selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekuarangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi, maupun analisanya. Oleh karen itu, saran dan kritik dari para pembaca akan disambut dengan senang hati demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berharap karya tulis yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dalam upaya memahami khazanah dalam ilmu komunikasi

Jakarta, Januari 2011

(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...……… i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………...……… v

DAFTAR TABEL………..……… viii

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Pembatasan dan Perunusan Masalah………...……….. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..………… 7

D. Metodologi Penelitian….………... 8

E. Tinjauan Pustaka………..……….. 12

F. Sistematika Penulisan………. 13

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi……….. 15

1. Pengertian Startegi Komunikasi…….……….. 15

2. Tahapan-Tahapan Strategi Komunikasi... 16

B. Pengertian Komunikasi……….……… 17

1. Definisi Komunikasi………. 17

2. Unsur-Unsur Komunikasi………. ... 20

3. Bentuk Komunikasi……….. . ……. 24

C. Pengertian Akhlak……… 27

1. Definisi Akhlak……… 27

2. Pembinaan Akhlak……… 28

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.. 28

D. Masyarakat………. 29

(9)

vi

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI KH. AHMAD

SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DAN GAMBARAN

UMUM KAMPUNG BASMOL

A. Biografi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani……… 33

1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani…… 33

2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani ………. 35

3. Karya KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani…………... 39

B. Kampung Basmol……….... 39

1. Keadaan Penduduk……… 40

2. Keadaan Ekonomi, Agama dan Budaya……… 41

3. Tingkat Pendidikan……… 44

4. Sarana Prasarana……… 44

C. Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah……… 45

BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH A. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak……….. 48

B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak………..……… 59

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak………. 66

1. Faktor Pendukung………. 66

(10)

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 70

B. Saran…...………. 73

DAFTAR PUSTAKA………. 75

(11)

viii

1. TABEL 1: Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol…. 41

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman yang moderen ini nilai agama yang sudah tertanam dalam diri masyarakat mulai tergeser dengan adanya budaya-budaya asing yang dapat merusak tingkah laku moral bangsa, disana sini terdengar macam-macam kenakalan, perkelahian, penyalah-gunaan narkotika, kehilangan semangat untuk belajar, ketidak patuhan terhadap orang tua dan sebgainya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini masyarakat makin lama sudah menurun akhlakul karimahnya. Dalam pergaulan pada saat ini sudah tidak memandang lagi akan nilai-nilai moral, karena pergaulan bebas dalam masyarakat.

Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, apabila sumber daya manusianya mempunyai akhlak yang baik, keimanan yang mantap dan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun apabila tanpa akhlak yang baik dan keimanan yang kuat serta moral yang tidak bertanggung jawab, maka suatu negara tidak akan dapat berkembang karena masyarakatnya tidak berakhlak baik dan hanya dapat merusak moral bangsa ini. Allah SWT telah menjelaskan dalam al-Qur`an surah al-A‟raaf ayat 56.

(13)

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan, bahwa Allah akan selalu mencurahkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang mempunyai akhlak dan budi pekerti yang baik, karena apabila seseorang tidak mempunyai akhlak yang tidak baik, maka akan dapat merusak diri sendiri dan lingkungan, bahkan dapat merusak moral bangsa ini, karena kelakuan dan perbuatan yang buruk yang sudah tidak memandang lagi nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Dalam pembentukan akhlak setiap muslim, Allah SWT telah mengutus rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad;

إ

قاْخأْا مراكم امِمتأ تْثعب امَّ

Artinya: “Sesungguhnya saya (Nabi Muhamma SAW) diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR.Imam Ahmad)1

Allah SWT telah menjelaskan juga didalam al-Qur`an surah al-Qalam ayat 4.









Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar berbudi pekerti

yang agung.”

1

(14)

3

Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik, karena di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, yang pantas dan patut dicontoh oleh setiap umatnya.

“Menurut analisis Imam al-Ghozali, dalam pembinaan akhlak terintegrasi dalam pelaksananan rukun Islam, hasil analisis Imam al-Ghozali terhadap rukun Islam yang lima telah menunujukan dengan jelas bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat itu mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntunan Allah. Selanjutnya rukun Islam yang ke dua adalah mengerjakan shalat lima waktu, shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Selanjutnya, rukun Islam yang ketiga adalah zakat, karena zakat mengandung pendidikan akhlak yaitu agar orang dapat membersihkan hartanya dari hak orang lain. Lalu rukun Islam yang ke empat adalah puasa, karena puasa merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh agama seperti mencuri, berjudi, berzina dan lain sebagainya. Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji, hubungan ibadah haji dalam pembinaan akhlak karena dalam pelaksanaan ibadah haji tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji”. 2

Selain dari pengamalan rukun Islam, “metode pembinaan akhlak dapat pula di bentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi‟at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu, menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari”.3

Pembinaan akhlak adalah satu pembinaan budi pekerti yang dilakukan dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia, masksudnya adalah pembinaan akhlak yang terpuji yang berdasarkan pada al-Qur`an dan hadist, akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala

2

Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996h, 158

3

(15)

bentuk prilaku, yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, keluarga, masyarakat dan negara.

Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau pun tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri dalam berinteraksi sehari-hari. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam keseharian sengaja atau tidak disengaja manusia pasti melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Kehadiran seorang kiai di dalam lingkungan masyarakat sangat berperan dalam membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlakul karimah, ia bukan hanya sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah-masalah krusial yang dihadapi masyarakat. Biasanya kiai adalah pemimpin nonformal sekaligus pemimimpin spiritual, oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi yang baik antara kiai dengan masyarakat yang berada dilingkungan pesantren agar terciptanya keakraban sehingga kiai mampu mengetahui sejauh mana watak dan sifat warga masyarakat di lingkungan pesantrennya.

Menurut Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dari transformasi metodologi menuju demokrtisasi institusi menjelaslkan bahwa:

(16)

sosio-psikis-kultural-5

politik-religius menyebabkan kiai menempati posisi kelompok elit dalam struktur sosial dan politik di masyarakat”.4

KH. Syarifudin Abdul Ghani selaku ketua yayasan Pondok Pesantren al-Hidayah, juga aktif di organisasi sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI (Majlis ulama Indonesia) tingkat DKI Jakarta, “beliau adalah sosok kiai yang sangat disegani juga sangat memperhatikan masyarakatnya yang berada di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.”5

Dalam kesibukan beliau sehari-hari sebagai ketua yayasan al-Hidayah atau di dalam organisasi lain dan di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, beliau masih menyempatkan waktunya untuk membina akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau mengajar dibeberapa majlis taklim di daerah lingkungan masyarakat Pondok Pesantren al-Hidayah, banyak warga masyarakat yang mengikuti pengajian yang beliau pimpin, karena pesan moral yang disampaikan beliau sebagai komunikator menggunakan bahasa yang menarik dan tidak menyulitkan jama‟ah (komunikan), sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima oleh jama‟ah.

Selain itu, kiai Syarifuddin sebagai pemimpin spritual dalam masyarakat berusaha memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya didalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh apabila ada seorang yang melanggar peraturan agama seperti berjudi, minum-minuman keras, maka kiai harus berperan untuk melarang dan memberi nasihat-nasihat dan memperbaikinya agar warga

4

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga,2005), h. 29

5

(17)

masyarakat itu tidak mengulangi perbuatan tersebut serta dapat mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.

Komunikasi dan interaksi yang terjadi anatara kiai dan masyarakat ini diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam pembinaan akhlak terhadap masyarakat, lebih khusus masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Basmol. Oleh karena itu dapat di lihat, betapa pentingnya seorang figur kiai bukan hanya membina akhlak dan budi pekerti kepada santrinya saja, akan tetapi lebih-lebih kepada masyarkat sekitar yang berada di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Basmol agar terwujudnya masyarakat yang madani.

Sehubungan dengan konteks dakwah dan sosial inilah, KH. Ahamd Syarifuddin Abdul Ghani sebagai kiai sekaligus ketua yayasan Pondok Pesantren al-Hidayah yang berada di jl- al-Hidayah Basmol adalah sosok kiai yang mempunyai ciri-ciri seperti yang telah disebutkan di atas. Beliau sebagai seorang figur kiai menekankan kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah agar mempunyai budi pekerti yang baik serta bermoral dalam berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari.

Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan mengungkap prihal startegi komunikasi yang dilakukan oleh kiai pondok pesantren terhadap masyarakat lingkungan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi "Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak

(18)

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka dalam penilitian ini penulis ingin membatasi masalah yang ingin diteliti mengenai strategi komunikasi dan bentuk komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak hanya pada di kampung Basmol Jakarta Barat.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol ?

2. Bagaimana bentuk komunikasi yang di terapkan oleh KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol ?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hiayah kampung Basmol ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

(19)

2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat strategi komunikasi dalam membina akhlak pada masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi positif dalam bidang studi akhlak dan khususnya dalam ilmu komunikasi. b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan dokumentasi ilmiah dalam studi akhlak dan ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan seberapa penting komunikasi sebagai media dalam pembinaan akhlak.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

(20)

9

prediksi”6. Pendekatan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif, “pendekatan kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih”.7

Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan di Kampung Basmol Jakarta Barat. Penelitian di mulai sejak Bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2011

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan yang menjadi objek penelitiannya adalah strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Gahni dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.

4. Teknik pengumpulan data

Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

6

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi.(Bandung Remaja Rosdakarya:2007),h24.

7

(21)

a. Observasi

Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”.8 Peneliti mengamati langsung objek yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan dan bentuk komunikasi serta strategi komunikasi yang dilakukan KH. Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Basmol.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara/interview adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.”9

Wawancara berarti adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).”10

Peneliti mewawancarai dan bertanya langsung kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang tepat, wawancara ini ditunjukan kepada ketua yayasan al-Hidayah Basmol yaitu bapak KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dan ketua RT 15 Bapak Mat Hasyim, Ketua RW 06 Bapak Madinah, Sesepuh

8

Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Bumi Akasara, 2000), h. 54

9

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186

10

(22)

11

Kampung Basmol Bapak Asmat Arsyad dan Warga masyarakat Kampung Basmol yaitu, Bapak H. Turmudzi, Bapak Heri Jaya Subrata dan Muhammad Ibnu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti tidak hanya dokumen resmi”11

Teknik dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, “karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.12

Untuk melengkapi data yang sudah diperoleh melalui observasi dan wawancara, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data-data tersebut berasal dari artikel, media elektronik, dan foto-foto sebagai lampirannya.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, lalu dianalisis dengan tehnik triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga hasil data sementara dari observasi, dokumentasi, dan wawancara kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, kemudian data-data tersebut diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan metode dekriptif analisis dengan pendekatan kualitatif

11

Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial.( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 70

12

(23)

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta CeQDA tahun 2007

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi/penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang pembahasannya hampir sama dengan judul yang peneliti bahas, yaitu :

1. Strategi Komunikasi Prof. DR. KH. Didin Hafiduddin, M.Sc, dalam mensosialisasikan zakat di Indonesia oleh penulis Muhammad Alvi (Skripsi : UIN 2008.) Pembahasan masalah skripsinya adalah tentang bagaiman KH. Didin Hafiduduin mensosialisasikan zakat di Indonesia dan membahas kegiatan yang dilakukan oleh Didin Hafiduddin dalam mensosialisasikan zakat.

2. Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan, oleh penulis Agus Ratina (skripsi UIN 2009.) Skripsi tersebut membahas tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar khusunya pada mata pelajaran akhlak.

(24)

13

Berbeda dari skripsi di atas, penelitian yang penulis lakukan untuk menyusun skripsi ini adalah lebih cenderung mengarah kepada strategi komunikasi serta bentuk komunikasi KH. Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-hidayah Basmol Jakarta Barat

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan menjadi lima bab yang meliputi:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi menegenai studi ini. Dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II Berisi tentang tinjauan teoritis mengenai defenisi komunikasi, strategi komunikasi, bentu-bentuk komunikasi, unsur-unsur komunikasi, pengertian masyarakat, Masyarakat dengan Kehidupan Beragama, pembinaan akhlak dan definisi pondok pesantren.

[image:24.595.109.525.77.456.2]
(25)

keadaan ekonomi, sosial, budaya dan sekilas tentang Pondok Pesantren al-Hidayah.

BAB IV Dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, dan bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, serta faktor penunjang dan penghambat dalam pembinaan akahlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.

(26)

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “strategi adalah ilmu dan seni menggunkan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus”.1

Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa: “strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manjemen untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan taktik oprasionalnya.”2

Demikian pula pada strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planing) dan manajemen (managemen communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan.

Jadi, strartegi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan terebut, stretegi komunikasi harus dapat menujukan bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),h. 1092

2

(27)

2. Tahapan-tahapan Startegi Komunikasi

Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dalam proses strategi komunikasi terdapat beberapa tahapan-tahapan dalam prosesnya, di antaranya yaitu :

a. Perumusan Strategi

Dalam perurumusan strategi, konseptor harus mempetimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menenetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan startegi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

“Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.”3

b. Implementasi strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.

“Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanaya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalanakan bersama budaya perusahaan dan organisasi.”4

c. Evalusi Strategi.

3

Ali Murtopo, Startegi Kebudayaan, ( Jakarta: Centre for Strategic and International Studies-CSIS,1978).h 8

4

(28)

17

Tahap akhir dari menyusun strategi adalah “evaluasi implementasi strategi, evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai, dan dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evalausi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperluakn untuk menentukan sasaran yang dinyatakan telah tercapai”.5

Ada tiga amacam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:

1.) Meninjau faktot-fakor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yanag ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begtitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implememnatsi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2.) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat diilakukan dengan menyidiki penyimpanan dari renacana, mengevalusi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevalausi strategi harus mudah diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.

3.) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti yang ada ditinggalkan atau merumuskan strategi baru. Tindakan korekratif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan hasil yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.6

B. Pengertian Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi adalah “merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun

5

Ibid.h. 3

6

(29)

definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi)”.7

“Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan Communication berasal dari berperkataan latin, yaitu:

1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan. 2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana

3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas 4. Communico, yang berarti membuat sama.

5. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna”.8

Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.

Adapun pengertian komunikasi menurut istilah atau terminology banyak dikemukakan oleh sarjana-sarjana yang menekuni ilmu komunikasi yaitu ;

1.) Laswell, 1960, mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan dengan akibat atau hasil apa” ( Who? Says what?

Iin which chanel? To whom? With effect?.)” 9

2.) Rogers dan D. Lawrence Kincaid mendefinisikan komunikasi adalah “suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

7

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.19

8

Ibid

9

(30)

19

informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.10

3.) Sedangkan menurut William J. Seller, memberikan komunukasi yang lebih bersifat universal. Dia mengatakan bahwa komunikasi adalah “proses dengan mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti”.11 4.) Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana, mendefinisikan komunikasi

adalah “proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau meruabah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”.12

5.) James A.F Stoner, dalam bukunya yang berjudul: manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah “proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan”13

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, simbol, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika lambangnya tidak dimengrti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif.

2. Unsur Unsur Komunikasi

10

Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.20

11

Arni Muhammad, komunikasi Organisasi.( Jakarta:Bumi Aksara, 2009).cet ke-10.h. 4

12

Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008).cet.ke-7. h.5

13

(31)

Dari pengertian komunikasi yang yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi anatara manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Menurut Joseph de Vito menambahkan lagi adalah faktor lingkungan dan umpan balik dan unsur-unsur ini bisa disebut juga elemen atau komponen komunikasi yaitu:

a. Komunikator

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber atau komunikator sebagai pembuat atau pengirim informasi, dalam komunikasi antar manusia.

Yang dimaksud dengan sumber atau komunikator disini adalah “dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri, sumber ini yang perlu di perhatikan adalah memandang kredibilitasnya terhadap sumber kepercayaan baru, ataupun lama. Sumber yang disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. “14

b. Pesan

Pesan adalah “suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang telah dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain”.15

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah “sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

14

Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h. 24

15

(32)

21

tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahaun, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda”.16

Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema, sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mempengruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Namun pesan juga dapat disampaikan secara panjang lebar, tapi yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau informasi.

c. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.

Selain itu saluran komunikasi yang terdapat pada indra manusia, “ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, yang digolongkan sebagi media komunikasi antarpribadi”.17

d. Komunikan

16

Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h. 24

17

(33)

Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber, Penerima bisa terdiri dari satu orang, atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima merupakan peranan paling penting dalam proses komunikasi karena komunikan adalah “yang menjadi sasaran dari komunikasi, jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan barbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada komunikator (sumber), pesan atau saluran”.18

e. Efek

.Efek atau pengaruh adalah “perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang merupakan tindakan”19

Efek mrupakan akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan tingkahlaku seseorang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunuikasi itu berhasil.

f. Umpan Balik (Feed Back)

Feed back adalah “tanggapan, jawaban atau respons komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima dan berjalan.”20

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

18

Ibid. h.26

19

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.46

20

(34)

23

umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima

g. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan pada empat macam yaitu limgkunagn fisik, lingkungan sosial budaya, lingungan psikologis, dan dimensi waktu.

Menurut Hafied Changara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa:

“Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat lingkungan fisik. Lingkungan sosial menunjukan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi. Lingkungan psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Sedangakan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi, banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu”. 21

Jadi dalan proses komunikasi, setiap unsur memilki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi tergantung dari unsur-unsur yang ini, bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikut sertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.

3. Bentuk Komunikasi

21

(35)

Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi dikalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkatn atas sudut pandang masing-masisng pakar menurut pengalaman dan bidang studinya.

Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yaitu “komunikasi antarpribadi, komunikasi antar kelompok kecil, komuniaksi public

dan komunikasi massa”.22

R Wayne Pace dengan teman-temanya dari Bringham Young University dalam bukunya Technicues for Effective Communivcation (1979) membagi bentuk-bentuk komunikasi atas tiga tipe yaitu, “komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi serta komunikasi khalayak”.23

Adapun yang dimaksud dengan bentuk-bentuk komunikasi di sini adalah; komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication), komunikasi kelompok (Group Communication) dan komunikasi massa (Mass Communication)

a. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi adalah “komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon”.24

Menurut Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengatakan bahwa:

22

Ibid. h.29

23

Ibid. h.30

24

(36)

25

“Secara umum, komunikasi antrapribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal-balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantra orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.”25

Jadi, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilaksanakan oleh dua orang secara tatap muka (face to face), dimana komunikator bisa memberi pesan secara langsung dan komunikan juga dapat menerima dan menanggapi pesan dari komunikator secara langsung, serta dapat memberikan umpan balik (feed back) secara langsung, seperti percakapan, dialog dan wawancara.

b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Spech/ Communicatin, yang telah

disadur oleh Sasa Djuarsa yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunya ilmu komunikasi mengatakan bahwa:

“komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karekteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.26

Jumlah dalam komunikasi kelompok tidak bisa ditentukan jumlah orangnya, hanya terdapat istilah small group yaitu sekumpulan orang yang berjumlahnya sedikit dan large group yaitu sekumpulan orang yang jumlahnya

25

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.106

26

(37)

lebih besar, tapi tidak bisa ditentukan berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa orang yang termasuk kelompok besar.

c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa adalah “penyampaian pesan komunikasi melalui atau menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan telivisi yang ditujukan kepada umum”27

Komunikasi massa dapat didefinisikan juga “sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, telivisi, surat kabarm dan film.”28

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baiknya lambat atau tertunda dan sangat terbatas, akan tetapi, dengan perkembangan teknoogi komunikasi yang begitu cepat, khusunya media massa elektronik seperti radio dan telivisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.

Jadi, komuniaksi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada sejumlah ornag yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton telivisi, tidak tampak oleh sikomunikator.

C. Pengertian Akhlak

1. Definisi Akhlak

27

Ibid,h. 137

28

(38)

27

Menurut dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu “isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yufilu, aif’alan yang berarti al-sajiah (perangai), at-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak, dasar), al’adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).”29

Menurut istilah dalam pengertian akhlak, banyak para pakar yang mendifinisikan akhlak, ibnu Maskawih medifinisikan akhlak yaitu “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memrlukan pemikiran dan pertimbangan”.30

Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, dalam Mu'jam al-Washith, Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.31

Namun dari definisi akhalak tersebut diatas nampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya

2. Pembinaan Akhlak.

Pembinaan akhlak merupakan gabungan dari kata yang berkaitan yaitu pembinaan dan akhlak. Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa dan agama menjelaskan bahwa:

29

Jamil Shaliba, al-mu’jam al-fulsafi, juz 1 (Mesir: Dar al-Kitab al-Mishiri, 1978),

h.539. Lihat pula Luis Ma’luf, kamus al-Munjid, (Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, t.t), h.194; Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm.19.

30

. Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlak wa Tathir al-A'raq. (Mesir: Mathba'ah al-Mishiriyah, 1934), cet I, h. 40.

31

(39)

“Arti dari pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilakasanakan secara sadar, berencana, terancang teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menambahkan, mengembangkan suatu dasar kpribadian yang seimbang dan utuh dan seluas pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, mengembangkan dan meningkatkan kearah tercapainya, martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.”32

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khsuusnya dan pada pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang sudah sama popular, Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi.

“Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik.

Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhaap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembentukan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaiut pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembniaan yang dibauat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Fitrah dan kecendrungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode”.33

D. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

32

Zakiah Darajat. Ilmu Jiwa dan Agama (Jakarta: Bulan Bintang,1976), h, 36.

33

(40)

29

Masyarakat dalam bahasa inggris sering dipakai dalam istilah yaitu “society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat

sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta”, berpartisipasi.”34

Sebagaimana dengan hal-hal ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

Memang agak sukar untuk memberikan batasan tentang masyarakat, oleh karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai factor, sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, ada juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya

Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi masyarakat (society) seperti misalnya:

a. Mac Iver dan Page berpendapat bahw masyarakat adalah “suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama anatara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tinglah laku serta kebebasan-kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hussbungan social. Dan masyarakat selalu berubah”35

b. Ralph Li nton menyatakan bahwa: “Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yan telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dna menganggap diri

34

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 116

35

(41)

mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”36.

c. Selo Soemardjan menyatakan bahwa: “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.”37

Dapat dirumuskan maka definisi masyarakat secara khusus adalah “kesatuan hidup manuisia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.38

2. Masyarakat dengan kehidupan beragama

Terlepas dari bentuk hubungan anatara agama dengan masyarakat, baik dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama, “maka dalam setiap masyarakat agama masih tetap memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Agama sebagai anutan manusia, terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber untuk mengatur norma-norma kehidupan”.39

Agama adalah “merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, seperti di kutip Dr. Harun Nasution dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspek, agama adalah ajaran yang berasal dari kitab suci.”40

Berbicara lebih lanjut mengenai fungsinya agama sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan serta pemeliharaan masyarakat, artinya bahwa dalam mengatur kehidupan sosial, agama memiliki kekuatan untuk memaksa dan

36

Ibid.

37

Ibid.

38

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118

39

Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 253

40

(42)

31

mengikat masyarakat untuk mau mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain, agama juga berperan dalam membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajiban-kewajiban sosial mereka.

Agama membentuk taqwa, berpangkal dari taqwa inilah terbentuk kebudyaaan Islam, itulah yang disebut masyarakat Islam. Kebudayaan Islam ialah cara brfikir dan cara merasakan taqwa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat dalam suatau ruang dan suatu waktu. Sedangkan masyarakrat Islam adalah kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudyaan Iskam yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaanya, kelompok itu bekerjasama dan hidup bersama berdasarkan prinsip-prinsip al-Qur`an dan Hadis dalam tiap segi kehidupan.”41

E. Pesantren

Pesantren adalah “berarti santri dengn awalan "pe" dan akhiran "an" berarti tempat tinggal para santri”42, yang lazim disebut dengan istilah pondok.

Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, “pondok berasal dari bahasa Arab

funduq”, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana”.43

Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu; “kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam kalsik. Kelima elemen tersebut merupakan cirri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan

41

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi,cet, ke-2, (Jakarta: Bulan Bintang 1976), h. 102

42

Zamarkasyi Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, cet, ke-6, (Jakarta: LP3ES,1994),h. 18.

43

(43)

pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Sekalipun kelima elemen ini saling menunjang eksisitensi sebuah pesantren, tetapi kiai memainkan peranan yang begitu sentral dalam dunia pesantren”.44

44

(44)

33

BAB III

SEKILAS TENTANG BIOGRAFI

KH. AHMAD SYRIFUDDIN ABDUL GHANI

DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BASMOL

A. Biografi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani “di lahirkan di kampung Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat pada tanggal 1 Juli 1957”1, kiai Syarifuddin yang biasa di sapa warga Basmol dengan ustadz Syarif merupakan anak terakhir dari sebelas bersaudara, yaitu “ustadzah Jawiyah, ustadz Jawahir, ustadzah Salimah, Ustadzah Husna, M. Syatiri (almarhum), Ustadz Abdul Rohman, Ridwan (almarhum), M. Isa, Zahrudin (almarhum), Sanwani (almarhum) dan ustadz Ahmad Syarifuddin, beliau dilahirkan dari pasangan KH. Abdul Ghani bin M. Zein bin Muqri bin Sama’un yang berprofesi sebagai guru madrasah, dan ibunya bernama Ny. Alijah yang berasal dari Kedoya Jakarta Barat, dia adalah seorang ustadzah yang mengajar di beberapa majlis taklim di daerah Kedoya dan sekitarnya”.2

Dimasa kanak-kanak, “kiai Syarifuddin sering berkelahi dengan kakak-kakaknya, terkadang juga dengan teman sebayanya, dan sering dimarahi ketika tidak menuruti perintah orang tuanya. Namun dibalik kenakalan beliau dimasa

1

Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 02 Maret 2011

2

Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin

(45)

kanak-kanak, beliau rajin membantu ayahnya mengambilkan air wudhu untuk melaksanakan shalat maghrib, beliau juga dididik dengan ketat dalam mempelajari ilmu agama dan mengaji oleh ayahnya”.3

Pada tahun 1990 KH. Ahmad Syarifuddin menikah dengan Nurhasanah binti Sarwo Wahdi, lalu dari hasil pernikahannya dikaruniai lima orang anak, diantaranya tiga laki-laki dan dua perempuan, mereka adalah Jauhar, Syaza (almarhum), „Uzair, Muqoddas dan Fadiya. Sama seperti ayahnya, ustad Syarif juga mendididik anak-anaknya dengan sangat ketat dalam mempelajari ilmu agama.4

“Pada usia enam tahun kiai Syarifudin mulai masuk pendidikan formal

yaitu;

1. SR (Sekolah Rakyat) Cengkareng Jakarta Tahun 1963 – 1969 2. SLTP Jakarta Tahun 1969 – 1972

3. SMEP Jakarta Tahun 1972 – 1975

4. Madrasah Aliyah (MA) Annida Bekasi Tahun 1975 – 1978

5. SI Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah (Hadis) Tahun 1978-1982

6. S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah (Hadis) Tahun 1982 – 1985.”5

3

Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 20 April 2011

4

Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin

sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.15

5

(46)

35

2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

Pada tahun 1986 kiai Syarifudin pulang ke Indonesia setelah mengenyam pendidikan di Madinah Arab Saudi selama tujuh tahun. Aktivitas pertama yang beliau lakukan adalah mengajar di Madrsah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Hidayah kampung Basmol serta mendidik para santri Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, dan juga mengajar di beberapa majlis taklim yang ada di Jakarta.

Pengalaman demi pengalaman beliau rasakan, luasnya pergaulan serta banyaknya prestasi, serta kedalaman ilmu yang dimilikinya, sehingga beliau aktif dalam organisasi-organisasi tingkat kota dan provinsi DKI Jakarta. Lembaga-lembaga organisasi tersebut adalah :

1. Anggota Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Barat pada tahun 1988 – 2003

2. Sekertaris Syuriah Nahdlotul Ulama (NU) pada tahun 2004 – 2009 3. Ketua (STIT) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah al-Marhalah al-Ulya Bekasi

pada tahun 2004 - sampai sekarang

4. Ketua Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah (YAPPIA) Jakarta, pada tahun 2007 – sampai sekarang

5. Ketua Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia DKI Jakarta, pada tahun 2010 – sampai sekarang

6. Pimpinan di beberapa Majlis Taklim di daerah Jakarta dan Tangrang6

6

(47)

Sejak tahun 1986 KH. Ahmad Syarifuddin mendidik dan mengajar santri di Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau juga aktif mengajar di sekolah Madrsah Tsanawiyah al-Hidayah dan Madrasah Aliyah al-Hidayah kampung Basmol dan mengajar di beberapa Majlis Taklim di kampung Basmol yaitu:

1. “Hari Minggu pagi jam 09:00 WIB di Masjid al-Musari’in Kampung Basmol, kitab yang dikaji adalah Shoheh Bukhori, menerangkan hukum-hukum fiqih yang beradsarkan dari hadist-hadist shoheh 2. Hari Senen setelah shalat Subuh mengajar santri putra di rumah beliau

(ustadz Syarifuddin), kitab yang dikaji adalah Sunan Abu Daud yang menerangkan tentang hadis- hadis Rasulullah yang berdasarkan riwayat Abu Dawud, dan kitab Sunan Turmudzi yang menerangkan tentang hadist-hadis Rasulullah berdasarkan riwayat Imam Turmudzi. 3. Hari Selasa mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol

Jakarta Barat.

4. Hari Rabu setelah shalat Maghrib mengajar santri putri di rumah ustadz Syarifuddin, kitab yang dikaji adalah Fathul Mu’in, yang menerangkan tentang hukum-hukum fiqih dan Tafsir Ibnu Katsir, yang menerangkan tentang tafsir ayat-ayat al-Qur`an.

5. Hari Kamis pagi mengajar kaum ibu-ibu di Majlis Taklim al-Toyyibiah, kitab yang di kaji adalah Subulus Salam, menerangkan tentang hukum-hukum fiqih.

(48)

37

7. Hari Jum’at setelah shalat Isya di Masjid al-Musari’in Kampung Basmol, kitab yang dikaji adalah menjelaskan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum-hukum dan akhlak.

8. Hari Sabtu mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol Jakarta Barat” 7

Selain beliau mengajar beberapa majlis taklim di wilayah kampung Basmol Jakarta Barat, beliau juga mengajar di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, diantaranya;

1. “Hari Minggu setelah shalat Maghrib di Mushola al-Ikhlas Kebon Jeruk Jakarta Barat, kitab yang di kaji adalah Riyadus Sholihin yaitu menerengkan tentang hukum, akhlak dan tauladan Rasulullah SAW berdasarkan hadis-hadis shoheh.

2. Hari Minggu setelah shalat isya di Masjid al-Ma’ruf Kebayoran Lama Jakarta Selatan, kitab yang dikaji adalah Kifayatul Akhyar yang menerangkan tentang hukum-hukum dalam fiqih, dan Tafsir Jalalain menerangkan tafsir dan asbabunuzul ayat-ayat al-Qur`an.

3. Hari Selasa setelah shalat Ashar di Masjid Nurul Janah Semanan Jakarta, kitab yang di kaji adalah Al-Muwatho menerangkan tentang hukum-hukum fiqih berdasarkan hadis-hadis Rasulullah yang di riwayatkan dari Imam Malik.

4. Hari Selasa setelah shalat maghrib di Masjid Gahiru Jami’ Darussalam Pesing Jakarta, kitab yang dikaji adalah Riyadus Shalihin.

7

(49)

5. Hari Rabu Mengajar di Sekolah Tinggi Tarbiah al-Marhala al-Nida Bekasi, setelah itu melakukan tugas di kantor MUI (Majlis Ulama Indonesia) untuk melakukan musyawarah.

6. Hari Jum’at setelah shalat Jum’at di mengajar kaum ibu-ibu di Majlis Taklim al-Muslimun Semanan Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Riyadus Sholihin.

7. Hari Jum’at setelah shalat Ashar di Masjid Agung al-Adzom Tangerang, kitab yang dikaji adalah Subulus Salam.

8. Hari Sabtu setelah shalat Maghrib di masjid al-Jannah pedongkelan Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad, menerangkan tentang hukum-hukum fiqih

9. Hari Sabtu setelah shalat Isya di masjid Baiturrahman Pesing Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad.”8

Di dalam kesibukan dan aktifitas ustadz Syarifuddin dalam mengajar di beberapa majlis taklim di DKI Jakarta dan sekitarnya, namun, “beliau masih menyempatkan waktu senggangnya untuk memperhatikan warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar warga kampung Basmol tidak terjerumus dalam tindakan-tindakan kejahatan yang dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan”.9

8

Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011

9

(50)

39

3. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

KH. Ahmad Syarifuddin mempunyai karya satu buah karangan kitab yaitu “Al-Badru Munir fi Takhriji Ahadist Syarhil Kabir. Kitab ini terdiri dari dua puluh

delapan (28) jus, yang setiap jusnya dikarang oleh satu orang, sementara KH. Ahmad Syarifuddin mengarang pada juz empat (4) yang terdiri dari empat ratus lima puluh delapan (458) halaman. kitab ini dijadikan sebuah kenang-kenangan oleh lulusan mahasiswa S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah (Hadis) angkatan 1982. Dalam kitab ini menjelaskan tentang hadis shoheh yang berhubungan dengan Al-Toharoh (bersuci) madzhab al-Imam Abi Hafidz Umar bin Ahmad al-Anshori al-Syafi’I (Imam Syafi’i). Kitab al-Badru Munir diterbitkan oleh percetakan Daarul ‘Ashima Riyadh Saudi Arabia pada tahun 2009”.10

B. Kampung Basmol

Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, diperoleh informasi bahwa “pada mulanya kampung Basmol bernama kampung Pesalo. Kemudian ada

seorang guru besar Jakarta yang berasal dari Depok bernama K.H. Abdul Majid yang memberikan nama Basmol (لمسب) yang artinya membaca bismillah” .11

Jarak kampung Basmol ke pusat pemerintahan yaitu kurang lebih 500 (lima ratus) meter dari kantor kecamatan Kembangan dan 2 (dua) Kilo Meter (KM) dari kantor wali kota Jakara Barat serta dengan batas-batas sebagai berkut;

10

Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 28 Maret 2011.

11

(51)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kampung Kapling/RW 08 Kelurahan Kedaung Kali Angke.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kampung Baru 3. Sebelah Timur berbatasan dengan RW 05 Kembangan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kali Cengkareng Drain Kelurahan Cengkareng.

1. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk kampung Basmol pada bulan februari 2011 sebanyak 4.549 jiwa, terdiri dari 2238 orang laki-laki dan 2311 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga (KK) Sebanyak 1.183 Jiwa. Jumlah penduduk ini merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di RW se-Kelurahan Kembangan Utara, hal ini disebabkan karena terjadi pemekaran jumlah RT yang semulanya hanya 12 RT kini menjadi 15 RT dimana areal tanah yang semula perkebunan kini menjadi tempat pemukiman penduduk. Dibandingkan dengan jumlah penduduk asli (Betawi) yang hanya 40% maka jumlah penduduk pendatang 60%. Hal ini terjadi karena banyak penduduk asli yang membuat rumah-rumah kontrakan yang penghuninya sebagian besar adalah pendatang12. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.

12

(52)
[image:52.595.112.529.74.422.2]

41

Tabel 1

Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol

NO TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2008 2098 2298 4396

2 2009 2211 2064 4275

3 2010 2199 2293 4492

4 2011 2238 2311 4549

Gambar

Gambaran singkat tentang keadaan penduduk kampung Basmol,
Tabel 1 Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol
Tabel 2 Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol
Tabel 3 Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol

Referensi

Dokumen terkait