• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Toke Dalam Membentuk Jaringan Sosial Ekonomi Untuk Mendapatkan Gula Aren (Studi Deskriptif di Desa Hutabaringin Kec. Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Toke Dalam Membentuk Jaringan Sosial Ekonomi Untuk Mendapatkan Gula Aren (Studi Deskriptif di Desa Hutabaringin Kec. Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI TOKE DALAM MEMBENTUK JARINGAN SOSIAL

EKONOMI UNTUK MENDAPATKAN GULA AREN

(Studi Deskriptif di Desa Hutabaringin Kec.Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal)

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD IDRIS 040901017

DEPARTEMEN SO

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Strategi Toke Dalam Membentuk Jaringan Sosial Ekonomi Untuk Mendapatkan Gula Aren (Studi Deskriptif Di Desa Hutabaringin Kec.Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal)”. Desa Hutabaringin Kecamatan Puncak Sorik Marapi. Dimana sebagaian besar masyarakat hidup sebagai petani aren yang disebut dengan “maragat”. Toke merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh keuntungan dari perilaku ekonomi yang dilakukannya, untuk hal ini para toke tersebut harus mampu membuat tindakan-tindakan rasional baginya untuk mendapat nilai tertentu dari tindakannya tersebut, disamping ia juga mempunyai pesaing-pesaing dengan para toke lainnya untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan, yang dalam hal ini adalah gula aren.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan Dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan adalah warga desa Hutabaringin dan pihak- pihak yang terkait dengan pembangunan desa Hutabaringin. Interperetasi data dengan mengunakan catatan-catatan dari setiap kali turun kelapangan.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, keluarganya, serta para sahabatnya yang telah berjuang membawa ummatnya ke jalan yang benar.Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik yang berjudul “STRATEGI TOKE DALAM MEMPERTAHANKAN JARINGAN SOSIAL EKONOMI UNTUK MENDAPATKAN GULA AREN” (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutabaringin, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara). Secara ringkas skripsi ini menggambarkan strategi toke dalam mempertahankan jaringan social ekonomi untuk mendapatkan gula aren.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari semua pihak skripsi ini tidak akan selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril, maupun materil sehingga skripsi ini dapat di selesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan ke pada kedua orang tua orang tua tercinta ayahanda Sahrin Rangkuti dan Almarhumah Sofiah yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terima kasih dan tanda bakti ananda.

(4)

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution., MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.Si, Ketua Departemen Sosiologi dan Ibu Dra. Rosmiani. M.si, selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Universitas Sumatra Utara.

3. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Bapak Drs. Sismudjito, M.si. Selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide dan pemikiran dalam pembimbingan penulis dari awal kuliah hingga penulisan sripsi ini.

4. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Hj.Harmona Daulay, M.si. Selaku dosen Wali dan juga selaku oang tua di Medan, yang bisa mengerti dan menerimaku baik dalam keadaan suka maupun duka. Dan mencurahkan waktu, tenaga, ide dan pemikiran dalam pembimbingan penulis dari awal kuliah hingga penulisan sripsi ini.

5. Segenap dosen, staf , dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara kak Feni, Devi, dan Kak Beti yang telah cukup banyak membantu administrasi penulis selama masa perkuliah.

6. Terima kasih yang tidak dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada keluarga Bapak Drs. Kariono,M.si. dan Ibu Sopiatun Selaku orang tua yang telah banyak menyumbangkan buah fikiran dan materi.

(5)

8. Adek-adekku yang tercinta Nuryanti Rkt, Arif, Abib, dan Ica. “Terima kasih banyak atas dukungannya selama ini.”

9. Muhammad Farwis Nst, Laila Salma, yang telah banyak memberikan doa dan nasehatnya sehingga penulis bisa tetap semangat.

10. Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat di butuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak atas waktu dan kesediannya para informan.

11. Kelurga Nasution tulang Darman Nst,Tulang Amir, Etek Erma Nst,Etek Fausiayah nst, Etek Hawariyah . yang telah banyak memberikan doa dan nasehatnya sehingga penulis bisa tetap semangat.

12. Bapak Rahmad Sayuti S,ag, uak Sajuti Nasution, Udak Yusuf S,Sos Nasution. Udak Arlen Lubis ,Udak Rahmad Nasution. “Terima kasih atas segala doa, dukungan dan perhatiannya.”

13. Sahabat Sahabatku selama kuliah yang bisa mengerti dan menerimaku baik dalam keadaan suka maupun duka: Sulhan Pohan (Ilmu Komputer-USU) Siti Fatimah (Unimed 09) (bang Amek Sos 01), Heru ( Sos 04), Subani (FE-USU 04), Bang Rozak (AN 97) Siti Aisyah (Unimed 08), Rosidah (UMSU 08), Dian (Graha Kirana FE 07), Nursalimah Rkt (IAIN 03). Zulfikar (IAIN 03), Sukri (ISDP 05), hendra (Pajak 05) Naga Sakti (Antro 04).

(6)

saya pernah lalui bersama kalian selama menuntut Ilmu di Departemen Sosiologi Fisip USU.

15. Keluarga besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) FISIP USU, Abang/kakak stambuk 2002-2005 dan adik adik junior sosiologi sambuk 2007-2009.

16. Sahabat-sahabatku di Forum Mahasiswa Sorik Marapi Mandailing Natal (FORMASI MADINA): Bang Abdul Rozak Tanjung, Pikar, Bang Sein, Zainul Aris (Kesos 05), Mansur (Sos 03) dan lain lain. Beserta adik adik: Sahir, Masitoh, Ismail, Siti Maharani dan lain lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan, keterbatasan untuk itu penulis mengharapkan masukan dan yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermamfat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2010

(7)

DAFTAR ISI

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Defenisi Konsep ... 6

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Metode Penelitian ... 20

3.2. Lokasi Penelitian ... 20

3.3. Informan ... 21

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.5. Interpretasi data ... 22

3.6. Jadwal Kegiatan ... 23

3.7. Keterbatsan Penelitian ... 23

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPERETASI DATA ... 25

4.1.Sejarah Desa Hutabaringin dan Asal mula nama desa Hutabaringin……… ……….. 25

4.2. Topografi, Keadaan Alani dan Batas Wilayah ... 27

4.3. Administrasi Desa ... 29

4.4 Tata Penggunaan Lahan ... 31

4.5. Komposisi Penduduk ... 32

4.6. Sarana dan Pra sarana desa. ... 37

4.7. Profil Informan ... 41

4.7.1. Informan Kunci (key Informan) ... 41

4.7.2. Informan Biasa ... 45

4.8 Proses Pembuatan Gula Aren ... 46

(8)

4.8.2 Strategi Toke Gula Aren Dalam Mempertahankan

Jaringannya……….………50

4.8.3 Toke-Toke yang Membeli Gula Aren ... 56

4.8.4 Hambatan dalam menjalankan usaha gula aren ... 60

4.8.5 Patron Klien dalam Penjualan Gula Aren ... 64

BAB V PENUTUP ... 68

5.1. Kesimpulan... 68

5.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Strategi Toke Dalam Membentuk Jaringan Sosial Ekonomi Untuk Mendapatkan Gula Aren (Studi Deskriptif Di Desa Hutabaringin Kec.Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal)”. Desa Hutabaringin Kecamatan Puncak Sorik Marapi. Dimana sebagaian besar masyarakat hidup sebagai petani aren yang disebut dengan “maragat”. Toke merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh keuntungan dari perilaku ekonomi yang dilakukannya, untuk hal ini para toke tersebut harus mampu membuat tindakan-tindakan rasional baginya untuk mendapat nilai tertentu dari tindakannya tersebut, disamping ia juga mempunyai pesaing-pesaing dengan para toke lainnya untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan, yang dalam hal ini adalah gula aren.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan Dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan adalah warga desa Hutabaringin dan pihak- pihak yang terkait dengan pembangunan desa Hutabaringin. Interperetasi data dengan mengunakan catatan-catatan dari setiap kali turun kelapangan.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara agraris, walau sekarang ini banyak para ahli ekonomi atau ahli bidang ilmu lainnya yang mungkin tidak setuju dengan statement tersebut dengan alasan bahwa Negara Indonesia masih mengimpor bahan pokok yang dianggap mampu diproduksi oleh negara dan bangsa ini. Banyak anggapan masyarakat bahwa agraris identik dengan beras, jagung atau makanan pokok lainnya. Padahal disamping itu banyak tanaman-tanaman lain yang sangat menjanjikan untuk dapat dikembangkan jika dibudidayakan. Salah satunya adalah tanaman aren, dimana tanaman ini mampun memproduksi gula.

(11)

dikentalkan melalui proses pemanasan kemudian dicetak. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi. Namun tanaman ini kurang mendapatkan perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagi pihak. Padahal permintaan produk-produk yang dihasilkan tanaman ini, baik untuk kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri terus meningkat. Budidaya tanaman aren baru mendapat perhatian mulai tahun 2002 setelah mendapat perhatian pemerintah untuk mendapat teknologi tentang aren. Teknologi tanaman aren yang sudah diteliti antara lain teknik pembibitan, teknik penyadapan dan pengawetan nira, teknik pengolahan gula cetak, gula semut dan teknik pengolahan "palm wine". Tanaman aren ini tersebar pada hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti Papua, Maluku, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Sulawesi, Bengkulu, Kalimantan selatan dan Nangro Aceh Darusalam (http://id.wikipedia.org).

(12)

Pemerintah Sumatera Utara perlu memasyarakatkan tanaman aren atau enau karena lebih menguntungkan di banding sawit dan punya prospek masa depan.Selain menjanjikan keuntungan lebih besar dibanding sawit, tanaman aren juga punya prospek cerah di masa depan. Satu batang pohon tanaman aren yang produktif mampu menghasilkan sekitar dua sampai lima liter nira yang bila diolah menjadi gula mencapai berat sekitar satu kilogram.

Harga gula aren di tingkat petani per kilonya Rp10 ribu, sementara di pasaran mencapai Rp16 ribu. Dapat dihitung berapa yang dapat dihasilkan per hektare lahan aren yang bisa ditanami sekitar 250 batang pohon. Banyak nilai tambah lain dari tanaman aren dari mulai batang sampai ijuk yang kesemuanya bisa memberikan keutungan bagi petani. Untuk itu perlu peran pemerintah memasyarakatkan tanaman aren guna meningkatkan kesejahteraan petani.

Di Sumatera Utara sendiri sejauh ini belum ada yang khusus menyediakan bibit tanaman aren. Kebanyakan aren tumbuh liar di hutan atau kebun penduduk. Sementara permintaan akan produk gula aren, alkohol termasuk ijuk yang dihasilkan pohon aren sampai saat ini cukup tinggi. Bukan hanya dari dalam negeri, gula, alkohol dan ijuk dari aren juga diminati pasar internasional. Prospek pohon aren yang cukup menjanjikan itu lanjutnya harus menjadi perhatian pemerintah. Indonesia sangat potensial menjadi negara pengekspor terbesar produk dari pohon aren untuk menggantikan sawit (http://www.waspada.co.id).

(13)

Dimana sebagaian besar masyarakat hidup sebagai petani aren yang disebut dengan “maragat”.

“Maragat “ merupakan istilah lokal yang ditujukan bagi pelaku petani gula aren secara individu yang mengolah gula aren secara langsung untuk kebutuhan hidupnya. Proses pengolahan ini dilakukan secara turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi dan sebagiannya dilakukan dengan kerja sama dengan toke dalam istilah “Marbola”. Marbola merupakan sistem bentuk kerja sama antara toke dengan petani gula aren dalam hal proses produksi.

Pada dasarnya keberadaan toke juga merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh keuntungan dari perilaku ekonomi yang dilakukannya, untuk hal ini para toke tersebut harus mampu membuat tindakan-tindakan rasional baginya untuk mendapat nilai tertentu dari tindakannya tersebut, di samping itu dia juga mempunyai pesaing-pesaing dengan para toke lainnya untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan yang dalam hal ini adalah gula aren.

(14)

Hubungan-hubungan yang ada antara petani gula aren dengan toke terjadi akibat dari minimnya modal yang dimiliki oleh petani gula aren, sehingga mereka (petani aren) berusaha mencari pihak yang mampu memberikan perlindungan serta bantuan kelanjutan kegiatan pertanian yang menjadi mata pencaharian hidup utama mereka.

Pola hubungan ini merupakan aliansi (kerja sama) dari dua kelompok atau individu yang tidak sederajat, baik sosial maupun secara ekonomi dan non ekonomi. Sehingga menempatkan petani aren dalam kedudukan yang lebih rendah (inferior) dan toke dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior), pola hubungan inilah yang disebut patron-klien. Hubungan ini telah berlangsung dalam frekuensi waktu yang telah lama dan ada dua pihak atau lebih sebagai pelaku utamanya.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti strategi agen dalam mempertahankan jaringan sosial ekonomi untuk mendapatkan gula aren di Desa Hutabaringin Kecamatan Puncak Sorik Marapi Kabupaten Mandiling Natal.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah: bagaimana strategi toke gula aren dalam mempertahankan jaringan sosial ekonomi untuk mendapatkan gula aren?

(15)

1. Memberikan gambaran tentang bagaimana strategi toke gula aren dalam mempertahankan jaringan sosial ekonomi untuk mendapatkan gula aren di Desa Hutabaringin.

2. Memberikan gambaran tentang kehidupan toke gula aren dalam menjalin hubungan sosial dengan petani.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai strategi toke dalam mempertahankan jaringan sosial ekonomi.

2. Untuk menjadi bahan informasi dan masukan bagi masyarakat/petani, khususnya pemerintah sebagai pengambil keputusan guna peningkatan kepedulian dan tingkat kesejahteraan kehidupan petani yang ada di Kecamatan Puncak Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

1.5 Defenisi Konsep

Untuk menghindari timbulnya salah persepsi dan untuk memperjelas arah penelitian maka penulis memilih konsep-konsep yang berkenaan dengan teori-teori yang diajukan. Adapun konsep-konsep yang diajukan adalah sebagai berikut:

(16)

2. Toke/Agen adalah orang yang mempunyai uang dan berminat menjalankannya dalam bidang pertanian.Jadi pengertian agen atau pemilik modal dalam penelitian ini adalah seseorang yang menerima hasil panen para petani berupa gula aren dan mempunyai modal serta dipinjamkan kepada petani, kemudian akan dikembalikan oleh petani setelah hasil pertanian mereka panen dengan syarat-syarat yang telah mereka sepakati bersam sebelumnya.

(17)

BAB II Kajian Pustaka

Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh toke agar dapat banyak merekrut pelanggan adalah mengemas produk mereka dengan inovasi dan kreasi modren yang mengikuti kualitas selera pelanggan.

Veblen memandang selera sebagai senjata dalam kompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antarpribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika masyarakat tradisional, kepercayaan seseorang sangat dihargai sedangkan dalam masyarakat modren, penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi. Konsumsi dapat dilihat sebagai pembentuk identitas. Barang-barang simbolis dapat juga dipandang sebagai sumber dengan mana mengkonstruksi identitas dan hubungan-hubungan dengan orang lain yang menempati simbolis yang sama (Damsar, 2002:12).

Menurut Weber, gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu adalah konsumsi. Konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup yang dapat berubah, dan tergantung pada persepsi tentang selera dari orang lain (Damsar, 2002:121).

(18)

Strategi toke dalam merekrut pelanggan diwujudkan dalam bentuk tindakan sosial yang penuh arti dilakukan oleh toke itu sendiri. Menurut Weber tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjek bagi dirinya (Damsar, 2002:124)

Tindakan toke menyangkut prilaku perdagangan yang merupakan pertukaran prilaku dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk melakukan adaptasi trend dan model yang beredar dipasaran. Dan merekapun memperhitungkan strategi dan merek dengan tujuan agar memperoleh keuntungan sebagai pendapatan hidup sehingga strategi yang dilakukan dapat mempertahankan usahanya.

Toke dalam strategi mempertahankan usahanya berusaha melebarkan jaringannya dan merekrut pelanggan melalui teori aksi tentang tindakan sosial sebagai konsep dasar dari Talcott Parsons mengatakan bahwa manusia merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya dan memiliki kebebasan untuk bertindak. Menurut teori aksi manusia merupakan aktor yang aktif dan kreatif dari realitas sosial. Asumsi teori aksi yakni:

1. Tindakan manusia mulai dari kesadaran sendiri sehingga subjek dan situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

2. Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi tidak dapat diubah dengan sendirinya.

(19)

Talcott Parsons menggunakan istilah ”action” mengatakan secara tidak langsung aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan diri individu dengan menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dan karekteristik sebagai berikut:

1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi/situasi serta dapat membatasi tindakan untuk mencapai tujuan.

5. Aktor berada di bawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan (Ritzer, 1995:57).

Talcott Parsons juga mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu organisme yang hidup, agar dapat bertahan hidup dan mencapai suatu tujuan maka perlu empat prasyarat fungsional yaitu :

1. A-Adaptation (Adaptasi)

- Bahwa semua sistem sosial berawal dari hubungan dua (2) orang sampai dengan sistem sosial yang lebih besar dan rumit, harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dihadapinya baik itu lingkungan fisik atau sosial.

- Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras dan mungkin dapat diubah dari lingkungan.

- Juga dapat dilakukan proses transformasi aktif dari situasi itu, yakni menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

(20)

Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggo ta sistem sosial.

3. I-Integration

Agar suatu sistem sosial dapat berfungsi secara efektif maka diperlukan adanya tindakan solidaritas di antara individu-individu terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang mampu menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dapat dikembangkan dan dipertahankan. 4. L-Latent Patent Maintenance (Pemeliharaan Pola-pola yang Laten)

Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh sehingga mengarah pada terhentinya interaksi. Ini dapat dikatakan wajar, tetapi harus diperhatikan agar komitmen terhadap kelompok tetap utuh sehingga interaksi sistem dapat dilanjutkan bila dirasa perlu (Doyle, 1984:131).

2.2 Jaringan Sosial

Selain mempertahankan usahanya dengan melebarkan jaringannya dan merekrut pelanggan dapat juga melalui pembentukan jaringan sosial atau pola kerjasama yang dapat diterapkan oleh toke yaitu:

1. Jaringan sosial yang dibentuk adalah pola kerja sama pemberi toke dengan penerima petani aren yang berdasarkan pada sistem perjanjian toke.

(21)

secara bersama-sama ke dalam suatu sistem terpadu. Keterlekatan hubungan timbal-balik dan koneksi semuanya merupakan hubungan jaringan baik setiap tindakan tertentu melekat dalam struktur yang lebih luas (Damsar, 2002:45). Aktor dalam jaringan sosial berhubungan satu dengan lainnya. Melalui jaringan sosial, individu-individu ikut serta dalam tindakan yang respositas (hubungan timbal-balik) dan melalui hubungan ini pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa yang dibutuhkan satu sama lain.

2.4 Modal Sosial

Modal Sosial adalah (social capital) pertama kali muncul dalam kajian masyarakat (community studies) untuk menunjukkan pentingnya jaringan hubungan pribadi yang kuat dan dalam (crosscutting), yang berkembang perlahan-lahan sebagai landasan bagi saling percaya, kerjasama, dan tindakan kolektif dari komunitas yang bersangkutan. Jaringan ini menentukan bertahannya dan berfungsinya sebuah kelompok masyarakat. Walaupun pada awalnya kajian tentang modal sosial ini lebih merupakan upaya untuk memahami kehidupan kelompok-kelompok penduduk perkotaan dan para penghuni daerah-daerah kumuh (slums), dalam perkembangan selanjutnya teori tentang modal sosial banyak membantu para peneliti kajian organisasi (organization studies) dan praktisi bisnis (http://74.125.153.132/search? ).

(22)

dengan modal sosial maka usahanya bisa berjalan. Karena walaupun seseorang punya modal besar belum tentu bisa membeli gula aren.

Adapun penjelasan dari pada elemen-elemen modal sosial adalah:

1. Kepercayaan

Sebagaimana dijelaskan Fukuyama (1995), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh

di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur,

dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial

merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) kemudian mencatat

bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan

sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.

Menurutnya ‘We expect othersto manifest good will, we trust our fellow human

beings. We tend to work co-operatively, to collaborate with others in collegial

relationships (Cox, 1995: 5). Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk

dari modal sosial yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya

lembaga-lembaga sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial

yang harmonis (Putnam, 1995). Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomie

dan perilaku anti sosial (Cox, 1995).

2. Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan

tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang.

Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar

sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan

(23)

mendukung iklim kerjasama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995). Norma-norma dapat

merupaka pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

3. Jaringan

Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar

manusia (Putnam, 1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan

interaksi, memungkinkan tumbuhn ya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-aringan sosial yang kokoh.

Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun

inter-relasi yang kental, baik bersifta formal maupun informal (Onyx, 1996).

Putnam (1995) berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan

memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari

partisipasinya itu.Bersandar pada parameter di atas, beberapa indikator kunci yang

dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain (Spellerber, 1997; Suharto, 2005b):

1. Perasaan identitas

2. Perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan alienasi

3. Sistem kepercayaan dan ideologi

4. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan

5. Ketakutan-ketakutan

6. Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat

7. Persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas

8. (misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan,

9. transportasi, jaminan sosial)

10. Opini mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu

11. Keyakinan dalam lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada

(24)

12. Tingkat kepercayaan

13. Kepuasaan dalam hidup dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya

14. Harapan-harapan yang ingin dicapai di masa depan

Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah (bottom-up), tidak

hierarkis dan berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, modal

sosial bukan merupakan produ k dari inisiatif dan kebijakan . Namun demikian, modal

sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik (Cox,

1995; Onyx, 1996).

2.5Patron-Klien

Patron-klien merupakan sebagai suatu hubungan (dua orang) yang melibatkan

persahabatan instrumental, dalam hal ini patron yang memiliki perdagangan, menggunakan pengaruh dan sumber-sumber yang ada padanya untuk memberikan perlindungan, kemudahan dan informasi harga, keuntungan dan sebagiannya kepada klien yang berstatus rendah. Namun walaupun patron memberikan perlindungan dan bantuan dalam bentuk yang lain sangat dibutuhkan klien untuk menghindari kesulitan yang sering mengancam kehidupan dan keluarganya oleh para ahli ilmu sosial melihat secara ekonomis secara ekonomi kerja sama yang terjadi antara patron-klien tidak saling menguntungkan. Yang selalu beruntuk dalam kerja sama ini adalah pihak patron sebagai pelindung

(25)

peralihan barang dan jasa, nilai perdagangan diantara mereka maupun dalam sifat kelengkapan pertukaran tersebut.

Dalam kehidupannya, masyarakat memiliki suatu kebutuhan yang mendasar yaitu keinginan untuk mempertahankan hidup. Keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan. Manusia tidak hanya bertindak dan melakukan pemilihan terhadap sejumlah metode dan cara untuk mencapai tujuan yang bervariasi. Tindakan manusia selalu mengandung tujuan serta melibatkan variabel-variabel yang ada didalam dirinya yang saling mengkait, yaitu: emosi, pikiran serta mengikuti berbagai peraturan dalam kehidupan, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan pribadinya sendiri.

Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pola pertukaran yang tersebar, jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh james scott berkaitan dengan kehidupan petani adalah:

(26)

2. Jaminan krisis subsistensi, patron menjamin dasar subsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh permasalahan pertanian (paceklik dll) yang akan mengganggu kehidupan kliennya

3. Perlindungan dari tekanan luar

4. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas perlindungannya.

5. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.

Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah jasa atau tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian makanan secara periodik dll. Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi tingkat ketergantungan dan penlegitimasiannya kepada patron adalah perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar kemungkinannya ia melihat ikatan patron-klien itu menjadi sah dan legal.

(27)

Norma-norma tersebut akan dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi dikeduanya.

Tujuan dasar dari hubungan patron klien bagi klien yang sebenarnya adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila hubungan dagang/pertukaran yang menjadi dasar pola hubungan patron klien ini melemah karena tidak lagi memberikan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan maka klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron menjadi tidak adil dan eksploitatif. Yang terjadi kemudian legitimasi bukanlah berfungsi linear dari neraca pertukaran itu.Oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada tuntutan dari pihak klien terhadap patronnnya untuk memenuhi janji-janji atau kebutuhan dasarnya sesuai dengan peran dan fungsinya.

(28)

toke yang mengumpulkan dari petani. Dan dari petani di jula ke distributor ke kota kota besar di indonesia. Dan peroses ini berjalan disebabkan karena adanya jaringan sosial. Skema jaringan sosial mulai dari petani hingga ke pedagang”toke” gula aren sampai pada konsumen.

Gambar 2.1

Mata Rantai Hubungan Perdagangan Gula Aren di Desa Hutabaringin Petani Aren Anak buah

toke

Toke Besar

Penampung dalam partai besar di kota medan

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis Penelitian yang di gunkan dalam penelitian inin adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualaitatif dimaksud untuk umemahami penomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secata holistik (utuh). Misalanya tentang perilaku , motivasi tindakan dan sebagainya(moleong, 2005:4-6)

Metode kualitatif ini digunakan dalam penelitian ini karena: 1. penelitian ini melihat individu secara holistik (utuh)

2. pendekatan ini menggunakan latar alamiah, dengan maksud menggambarkan penomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode seperti: wawancara, observasi dan lain lain.

3. pendekatan ini berikap emik, peneliti dapat memanguna pandangan sendiri tentang apa yang di teliti secara rinci.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Mandailing Natal, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Desa Hutabaringin. Alasan penelitian ini karena :

1. Penduduk yang ada di kecamatan mempunyai mata pencaharian hidup utama dari bertani.

(30)

3.3 Informan

a. Informan kunci (key informan )

Informan dalam penelitian ini beberapa infotmn kunci yang mengetahui banyak mengenai permasalahan yang ingin di ungkapakan dalam penelitian ini.

Adapun beberapa Karakteristik informan utama yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Lamanya menjadi agen ± 5 tahun.

2. Agen tersebut mempunyai pelanggan minimal 10 orang.

3. Adanya pengakuan dari masyarakat setempat bahwa ia benar-benar seorang Toke.

b. Informan Biasa

Informasi yang ingin di proleh dari informan ini adalah petani aren

yaitu petani gula aren 10 orang dengan kriteria yaitu, Lamanya menjadi petani ± 10 tahun.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer:

(31)

2. Wawancara yaitu dengan mengadakan kontak atau berhadapan langsung dengan responden yang tujuannya untuk mengumpulkan data dengan wawancara mendalam.

b. Data sekunder:

1. Dokumentasi.

2. Studi kepustakaan Yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas melalui buku, media cetak, dokumen dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk lebih memahami strategi toke gula aren dalam mempertahankan jaringan sosial ekonomi.

3. Data on line (Internet ). 4.

3.5. Interperetasi Data

Data-data yang berasal dari observasi, wawancara yang diperoleh dari sumber data penelitian ini dikumpulkan dan dikategorikan sesuai tema kajian permasalahan, setelah itu diadakan penganalisaan data dan ditambah dengan data dari studi pustaka untuk diuraikan dengan uraian deskriptif dimana pemecahan masalah dilakukan dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak.

(32)

Jadwal kegiatan

NO Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Pra-observasi √

2 ACC Judul

3 Penyusunan proposal penelitian √

4 Seminar proposal penelitian √

5 Revisi Provosal Penelitian √

6 Penelitiam lapangan √

7 Pengumpulan data dan analisis data √

8 Bimbingan √

9 Penulisan laporan ahir √ √

10 Sidang meja hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian.

(33)
(34)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Sejarah Desa Hutabaringin dan Asal mula nama desa Hutabaringin

Sejarah mengenai berdirinya desa Hutabaringin sampai saat ini belum ada secara tertulis, penulis membuat tulisan ini berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh-tokoh adat masyarakat setempat. Berdasarkan penuturan tokoh adat setempat diperoleh informasi bahwa yang membuka desa Hutabaringin adalah marga (kien) Nasution yang kuburannya berada di atas perbukitan di pinggir desa. Kuburan tersebut menghadap matahari terbit (timur), berbeda dengan kuburan yang ada pada saat ini yang menghadap kiblat. Informan tersebut mengambil kesimpulan bahwa pada saat desa dibuka warganya belum memeluk agama Islam atau mungkin belum mengenal agama. Berdasarkan silsilah keturunan yang ada di desa Hutabaringin diperkirakan bahwa desa Hutabaringin dibuka pada sekitar tahun 1600-an.

Nama desa Hutabaringin pada mulanya adalah Pagaran Singkam, Pagaran dalam konsep Mandailing adalah satuan pemukiman penduduk yang jurnlahnya masih sedikit, sedangkan Singkam adalah nama pohon yang dahulunya banyak

(35)

Pada tahun 1948 diadakan pemilihan kepala desa secara langsung oleh warga desa, sejak saat inilah tarlola dolok/Tadolok berhanti nama menjadi desa Hutabaringin. Sampai saat telah terjadi 5 (lima) kali penggantian kepala desa di desa ini, berikut ini adalah nama-nama kepala desa yang pernah memimpin desa Hutabaringin sejak tahun 1948 yakni: A. Nasution, Raudrn Nasution, Asnawi Nasution, Basri Lubis, Mirhan Nasution dan Rahmad nst (sarnpai saat ini).

Pada tanggal 23 November 1998 kabupaten Mandailing Natal dimekarkan dan kabupaten Tapanuli Selatan. Pada saat dimekarkan Kabupaten Mandailing Natal terdiri atas 8 kecamatan, kemudian pada tahun 2003 setelah dilakukan pemekaran jurnlah kecamatan bertambah rnenjadi 17 kecamatan. Salah satu kecamatan yang dimekarkan adalah kecamatan Kotanopan yang merupakan kecamatan induk desa Hutabaringin. Kecamatan Kotanopan dimekarkan menjadi 4 kecamatan dan desa Hutabaringin kemudian bergabung dengan kecamatan Tambangan padahal secara fisik desa ini lebih dekat dengan kecamatan Lembah Sorik Marapi yang ibu kota kecamatannya berada di Pasar Maga.

(36)

Tambangan dan menolak bergabung dengan kecamatan Lembah Sorik pertemuan tersebut kemudian dibawa ke Camat dan pada akhirnya desa menjadi bagian dan kecamatan Tambangan.

Penolakan masyarakat tersebut merupakan akibat dari adanya akhir tahun 1999 antar desa Hutabaringin dan sekitarnya dengan desa terkait dengan adanya pembalakan hutan (lllegal Logging) dihulu Hutabaringin dan di kaki Gunung Sorik Marapi. Pada tahun 2004 desa dimekarkan menjadi dua desa yaitu Hutabaringin dan Hutabaringin julu.

Pada bulan April 2007 Pemerintah Daerah Mandailing Natal melakukan pemekaran kecamatan, salah satu kecamatan yang dimekarkan kecamatan Tambangan, kecamatan ini dimekarkan menjadi 2 kecamatan Tambangan dan kecamatan Puncak Sorik Marapi. Kecarnatan Puncak Sorik Marapi terdiri dari 11 desa salah satunya adalah desa Hutabaringin.

4.2. Topografi, Keadaan Alani dan Batas Wilayah

Topografi wilayah kabupaten Mandailing Natal terbagi atas tiga bagian dataran rendah dengan kemiringan 0o-2o di bagian pesisir pantai barat, dengan kemiringan 2o-15o, dan dataran tinggi dengan kemiringan 7o-4o geografis desa Hutabaningin merupakan daerah dataran tinggi dengan 20o-15o, desa Hutabaringin merupakan salah satu desa yang paling gunung Sorik Marapi (2.145 meter) yakni sekitar 10 Kilometer. Wilayah berada dalam kemiringan yang cukup tinggi tersebut membuat pengatur rurnah penduduk disusun secara berbanjar mengikuti kontur tanah perbukitan.

(37)

kedalarn kalegori berbahaya. Apabila terjadi letupan di kawah pusat yang berupa danau maka lahar panas akan menghantam desa ini dan desa lain disekitarnya. Gunung Sorik marapi pernah meletus pada tahun 1830. 1879, 1892, 1893, 1917, 1970, dan 1986. Pada letusan tahun 1892, hujan lahar menelan korban jiwa sebanyak 180 orang (Manalu, dalam lkhsan, 2005).

Keadaan tanah yang cukup subur di desa Hutabaringin dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bekerja di bidang pertanian dengan mengolah sawah dan kebun. Curah hujan di desa ini juga sangat mendukung untuk pertanian sehingga masyarakat di desa ini rnenggantungkan mata pencahariannya dan bercocok tanam. Desa Hutabaringin dialiri oleh dua aliran sungai yaitu Aek Incor dan Aek Batang yang dimanfaatkan warga untuk mengairi persawahan dan kepentingan sosial lainnya.

Secara geografis desa Hutabaringin memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah desa Hutanamale dan Kampung Lamo

(perkebunan warga).

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Sorik Marapi, dan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah desa Hutanarnale.

(38)

Kepala Desa (Rahmad Nasution) 4.3. Administrasi Desa

Desa Hutabaringin merupakan desa yang terletak di kecarnatan Puncak Sorik marapi, kabupaten Mandailing Natal. Desa ini memiliki luas wilayah ± 350 hektar. Adapun jarak antara desa Hutabaringin dengan pusat pemerintahan Kecamatan ± 2,5 km. Dengan pemerintahan Mandaling Nata berjarak ± 16 km, sedangkan jarak dengan ibukota propinsi Sumatera Utara adalah 1.696 km.

Secara struktural pemerintahan desa Hutabaringin dapat dilihat pada bagan berikut ini

Gambar 1.

Struktur Organisasi Pernerintahan Desa Hutabaringin

(39)

Keterangan:

Kepala desa : Rahmad Nastion Sekretaris desa : Buyung Sakti Rangkuti Ketua BPD : Pintor Nasution Anggota:

1. Aswar Nasution 2. Ikhwan Rangkuti 3. Sakban Nasution 4. Darwis Nasution

Kaur Kemasyarakatan: Zulkifli Rangkuti Kaur Pembangunan : Ruslan Nasulion Kaur Kepegawaian : Sulaiman

Lembaga pemerintahan desa merupakan lembaga formal paling penting yang ada di desa Hutabaringin telah memiliki perangkat pemerintahan desa yang lengkap, namun secara umum peran kepala desa sangat dominan dalam menjalankan fungsi lembaga, sementara perangkat desa lainnya seperti kepala-kepala urusan dan BPD tidak banyak memainkan peranan dalam menyelenggarakan pemerintahan desa.

(40)

Hatobangon juga memegang peranan kunci dalam peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan warga misalnya upacara perkawinan, kematian, dan juga dalam menangani perselisihan anatar warga. Tokoh agama terdiri dan orang-orang yang menjadi pernimpin dalam kegiatan keagamaan seperli guru agama, khatib dan imam di Mesjid, alasannya mengapa mereka dihormati adalah pandangan bahwa mereka merupakan penjaga moralilas kehidupan bermasyarakat.

4.4 Tata Penggunaan Lahan

Desa Hutabaringin yang memiliki luas wilayah ±350 bekiar terbagi atas beberapa bagian lahan seperti lahan persawahan. perkebunan, pemukiman, perkuburan, rumah ibadah, sarana pendidikan dan sebagainya. Adapun jumlah luas lahan-lahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2.

Tata Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pertanian

A. Persawahan 60 17,14

B. Perkebunan 150 42,86

2 Pemukiman 3 0,86

3 Perkebunan/Tanah wakaf 1 0,29

4 Tanah Adat 100 28,57

5 Lahan yang belum digarap 36 10,28

(41)

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutabaringin, 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk perkebunan menempati posisi yang paling tinggi yakni 150 Hektar. Jumlah ini termasuk lahan yang ditumbuhi pohon aren yang tumbuh secara alamiah, sarnpai saat ini belum ada kebiasaan dari warga untuk menanam pohon aren. Meskipun lahan perkebunan yang dirniliki desa ini cukup luas namun tidak semua warga memiliki lahan, sebagian dan mereka mengerjakan lahan milik warga desa yang tinggal di perantauan, disamping itu ada juga lahan milik warga desa yang dibeli dan penduduk desa Hutabaringin.

4.5. Komposisi Penduduk

Secara demografi desa Hutabaringin dapat dilihat dan berbagai komposisi penduduk. Untuk memudahkan proses penyusunan datanya maka komposisi penduduk desa Hutabaringin akan dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin

Dibawah ini adalah tabel komposisi penduduk desa Hutabaringin berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 3.

(42)

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 216 Jiwa 46.46%

2 Perempuan 249 Jiwa 53.54%

Total 456 Jiwa 100%

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutabaringin, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk desa Hutabaringin yang berjenis kelamin perempuan Iebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. jumlah penduduk yang berjenis kelamin

Pernpuan sebanyak 249 jiwa, ecangkan penduduk yang berenis kelamin laki-laki hanyak 216 jiwa.

2. Komposisi penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Konposis penduduk desa I luIaharinin hcrdasark;m usia dapat dihlmt pada thel berikut:

tabel. 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok usia Jumlah persentase

0-15 175 jiwa 38.28%

>15-24 93 jiwa 20%

>24-80 171 jiwa 36.77%

>80 23 jiwa 4.95%

Total 465 jiwa 100%

(43)

Manusia adalah makhluk sosial yang mernpunyai dua kehutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kehutuhan tersebut saling berhuhungan dan harus seimbang. Agama termasuk kebutuhan rohani yang sangat penting karena turut mempengaruhi tata kehidupan sosial. Secara sosiologis agama mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah fungsi edukatif, penyelamat, dan kontrol sosial (social control).

Desa Hutabaringin merupakan wilayah yang homogen dalarn hal agama, semua penduduknya rnerneluk agama Islam hal ini menandakan bahwa agarna Islam memberikan pengaruh yang cukup kuat dalarn setiap sendi kehidupan masyarakat di desa ini. Nilai-nilai ajaran agarna Islam masih sangat dipegang teguh oleh Agama sebagai fungsi kontrol sosial masih sangat jelas terlihat pada kehidupan sehari -hari.

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Disamping agamanya yang homogen suku bangsa penduduk desa Hutabaringin juga bisa dikatakan homogen karena hanya terdapat dua keluarga saja yang melakukan perkawinan dengan suku bangsa lain yakni dengan suku bangsa Jawa dan Sunda. Keadaan tersebut mernbuat masyarakat masih sangat memegang nilai-nilai dan adat istiadat suku bangsa Mandailing hal ini dapat dilihat pada upacara perkawinan dan upacara adat lainnya.

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Bidang pekerjaan

(44)

padi dan palawija sudah berlangsung sejak lama, hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil lahan yang ada.

Tidak semua penduduk memiliki lahan, karena sebagian lahai adalah milik warga yang bermukim di perantauan, mereka yang tidak memiliki lahan sawah dapat mengolah lahan orang lain dengan sistim bagi hasil (1/3 untuk pemilik dan 2/3 untuk pengelola). Dengan alasan kekurangan lahan yang ada di desa, akhir ini berkembang pola penyewaan lahan dengan terlebihi dahulu memberikan jaminan emas kepada pemilik sawah dan pembagian hasil panen tetap seperti di atas.

Sedangkan untuk hasil ladang/kebun, karet merupakan produksi andalan desa ini, namun sejak tahun 1 990-an hasilnya mulai mengalarni kernerosotan, saat ini hasil karet berkisar 400-500 Kilogram/Minggu, dengan harga jual berkisar 7000/ Kilogram. Penurunan produksi Karet dan desa ini akihat hanyaknya penduduk yang melakukan konversi dan kebun karet ke kebun jeruk pada tahun 1990-an.

Pada tahun 1990-an hingga tahun 2001 di desa ini berkembang budidaya jeruk dan hampir semua penduduk memilki tanaman jeruk, desa ini pernah mengeluarkan jeruk sekitar 15 Ton per minggu, namun hal itu tidak berlangsung lama. Sejak lahun 2000 tanaman jeruk tidak produktif karena dilanda harna tanaman. Setelah tanaman jeruk habis warga kemudian berarah dengan menanarn karet kembali dan tanaman kakao sebagai tanarnan pengganti jeruk. Selain tanaman karet desa ini juga rnempunyai produk andalan, yakni gula aren yang diolah dan pohon-pohon aren yang hanyak tumbuh secara alarniah di desa ini, saat ini desa Hutahaningin mengeluarkan sekitar 1,5 Ton/minggu dengan harga jual Rp. 7000,-! Kg. gula aren ini kemudian dikirim ke kota Medan.

(45)

Tabel dibawah ini memperlihatkan pembagian jurnlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 5.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Ti ngkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah persentase

1 Belum sekolah 97 orang 20.86%

2 Buta huruf 5 orang 1.07%

3 Tidak tammat SD 5 orang 1.07%

4 SD 207 orang 44.52%

5 SLTP 84 orang 21.72%

6 SLTA 41 orang 8.60%

7 Perguruan tinggi 10 orang 2.15%

Total 465 orang 100%

Sumber: kantor kepala desa tahun 2010

(46)

4.6. Sarana dan Prasarana Desa

Untuk menunjang aktifitas rnasyarakat, di desa Hutabaringin terdapat berbagai sarana dan prasarana yang mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut kehidupan sehari-hari masyarakat didesa ini dapat berjalan dengan lebih baik.

Adapun sarana dan prasarana tersebul anlara lain:

Sarana Transportasi

Sarana transportasi ke desa dan keluar dan desa Hutaharingin setelah terjadinya konflik dengan desa Pasar Maga sudah cukup baik dan lancar, masyarakat ang dahulunya berorientasi ke Pasar Maga kini beralih ke Pasar Kayu Laut dan Panyabungan. Rute yang melewati desa Sibanggor ke Pasar Kayu Laut yang semula hanya dilalui angkutan sekali serninggu yakni pada hari selasa saja (hari pekan) kini dilalui angkutan pedesaan setiap hari, menurut seorang informan saat ini terdapat sekitar 35 mobil angkutan pedesaan (minibus Anatra) yang melewati jalan desa ini dan menghubungkannya dengan ibukota kabupaten Mandailing Natal. Untuk rnencapai ibukota Kabupaten Mandailing Natal hanya dihutuhkan waktu sekitar 45 menit saja karena kondisi jalan rnelalui rute ini lurnayan baik.

(47)

warga mengambil kesempatan dengan cara membuka warung makan bagi para sopir angkutan, dan adapula yang membuka bengkel.

Sarana pendidikan

Sarana pendidikan sudah dapat dinikinali oleh niasyarakat desa karena sudah tersedianya sarana transportasi yang cukup niemadai, yang menghubungkan desa ini dengan Ibu kota Kabupaten. Desa Hulabaringin saat ini terdapat sebuah Sekolah Dasar (SD), adapun muridnya berasal dari dua desa yaitu Hutahaningin dan Hutabaringin Julu. Pada Tahun Ajaran 2006/2007 terdapat 189 siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah ini. Saat ini terdapat 7 (Tujuh) orang tenaga pengajar ditambah seorang kepala sekolah yang memberikan pengajaran di sekolah ini.

Sekolah Menengah Pertarna (SMP) terdapat di desa Hutalombang dan di desa Kampung lamo yang jaraknya rnencapai 2 Km dan desa Hutabaringin, mereka biasanya berjalan kaki untuk rnencapai sekolah ini. Sedangkan bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka harus ke ibu kola kabupaten karena di kecamatan Puncak Sorik Marapi hanya terdapat satu sekolah Madrasah Aliyah Sawsta (setingkat SMA). Sekolah tersebut kurang diminati warga karena fasilitas belajar yang tersedia masih kurang memadai, disamping itu guru tenaga pengajarnya tidak lengkap sehingga siswa harus tetap mengikuti pelajaran tambahan ke kota kabupaten agar tidak ketinggalan pelajaran.

Sarana Kesehatan

(48)

klinik ini karena menurut mereka biaya berobat disini sangat mahal. Seorang informan mengatakan ia menyesal berobat di klinik tersebut karena biaya yang dikenakan oleh bidan lersebut sangat mahal, pada saat ia berobat ia dikenakan biaya sehanyak Rp,20.000,—. Saat ini warga desa Hutabaringin masih ada yang menemui dukun apabila ingin berobat. warga rnasih jarang rnernakai jasa bidan desa dan mereka lehih sering memakai jasa dukun yang biasa menangani persalinan di desa ini.

Sebagian dan warga yang kurang mampu di desa Hutabaringin diberikan Kartu Sehàt secara gratis oleh Peinerintah Daerah Mandailing Natal, kartu tersebut dapat digunakan untuk berobat secara gratis di Puskesmas yang ada di Kecamatan. Ketika penulis melakukan observasi di lapangan, penulis melihat petugas dan Dinas Kesehatan Mandailing Natal yang datang memberikan Iayanan kesehatan gratis bagi warga pemegang kartu sehat, seyogiyanya mereka datang ke desa ini sekali dalam seminggu. Adanya pelayanan kesehatan gratis ini disambut dengan gembira oleh warga karena mereka merasa cukup terbantu.

(49)

Sarana Peribadatan

Di desa ini terdapat sebuah Mesjid yang berdiri kokoh di ujung desa, rnesjid tersehut sangat bagus untuk uktiran desa seperti desa Hulaharingin, rnesjid tersebut rnempunyai petugas adzan sehingga shalat berjamaah dapat dilaksanakan pada setiap waktu shalat. Selain rnesjid lerdapat 2 (dua) buah Musholla atau Langgar yang dapat digunakan sebagai sarana ibadah bagi warga.

Sarana Kemasyarakatan

Di desa Hutabaringin terdapat berbagai organisasi kemasyarakatan/lembaga sosial seperti Serikat Tolong Menolong (STM) berupa perkumpulan marga Nasution, Perkumpulan marga Rangkuti, kelompok pengajian kaum Ibu yang melakukan kegiatan pengajian pada setiap hari Minggu sore (hari pekan), dan Perkumpulan Naposo Nauli Bulung (Pemuda-Pemudi). Persatuan Naposo Nauli Bulung ini rnernpunyai kegiatan seperti melakukan pengajian/takdziah jika ada keluarga yang mendapat rnusibah kernalangan di desa, membantu pelaksanaan pesta perkawinan di desa, melakukan gotong-royong memhersihkan jalan desa atau gotong-royong mernbersihkan saluran air untuk Mesjid, dan melakukan kegiatan Olahraga seperti Bola kaki.

Sarana Kornunikasi

(50)

wartel yang paling dekat dari kampung mereka. Begitu juga dengan alat-alat elektronik seperti Televisi dan Radio belum semua warga rnemilikinya.

4.7. Profil Informan.

4.7.1. Informan Kunci (key Informan)

Dalam penelitian ini terdapat imforman kunci yang mengetahui banyak hal mengenai permasalahan yang ingin di ungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini terlibat langsung dalam proses mengusulkan, perencanaan pembangunan dan pengawasan terhap proses pembangunan di desa Hutatinggi. namun tidak semua informan dapat memberikan semua jawaban yang ingin diteliti, karena keterbatasan pengetahuan dari informan tersebut. Karena proses wawancara di lakukan pada saat sang informan sambil bekerja. Dan tidak semua informan dapat di cantumkan di dalam tuliskan ini

1. Sakti Rangkuty.

Beliau adalah warga desa Hutabaringin yang tinggal sudah lama di desa tersebut. Beliau berusia 45 tahun. Beliau sehari harinya bekerja sebagai petani aren di desa tersenut. Selain petani aren untuk menambah penghasilan beliau bercocok tanam di desa Hutabaringin. Sakti rangkutiy memiliki 3 anak kandung dan 4 anak tiri.

(51)

hutabaringgin merpakan karunia rahmat alah yang maha kuasa yang menjadi pekerjaan sampingan istrinya.

Anaknya yang urutan ke tiga bekerja sebagai jualan kedai kopi di desa Hutatabaringin. Gula gula aren di bawa ke kedai kopi untuk di jual dan Naknya ah yang menampung gula tersebut di kedai kopi desa huta baringgin. Kedeai kopinya bersebelahan dengan mesjid yang ada di desa hutabaringin kota.

2. Arlen lubis

Bapak Arlen ini adalah seorang toke gula aren di desa Hutabaringin. Beliau berusia 50 tahun dan sudah lama bekerja sebagai toke gula aren. Dan pak arlen bekeja sebagai toke gula aren selama 30 tahun. Sudah barang tentu beliau sangat memahami betul tentang gula aren. Bapak ini sering memakai opidan erperwakan tinggi dan kulitnya sau matang.

Beliau memiliki 7 orang anak dan satu istri. Pak Arlen adalah warga desa Huttabaringin yang bermargakan lubis, pak Arlen setiap malam minggu membeli gula aren di desa Hutabatabaringin yang memiliki karyawan tiga orang. Nama namanya adalah Usri, Sakti, Mangkuto Rangkuti. Masing masing anggotanya jika pada malam hari pergi keliling kampung untuk mencari gula aren dan akan di timbang ke kedai kopi. Namun beliau juga sudah memiliki pelanggan tetap. Setelah di kedai kopi gula tersebut di bawa ke rumahnya.Anaknya yang paling besar sering membantu ayahnya dalam membeli gula aren. Beliau masih duduk kelas tiga SMP.

(52)

Sahir bani adalah mahasiswa USU. Namun selain bekerja sebagai mahasiswa beliau juga menjual gula merah di kota medan Beliau menampung gula merah yang di kirim dari Mandailing dan mereka lah yamg menampungnya di kota Medan. Dalam setiap minggu mereka menampung gula aren sekitar 4 ton dalam seminggu. Sahir Bani mengambil jurusan Teknik Mesin. Setiap hari Selasa gula mereka masuk dengan melalui pengangutan Mandailing Jaya yang ada di jalan Letda Sujono. Beliau menjualnya ke pasar Sambu. Yang merupakan pusat pasar kota Medan.

Sahir Bani bersal dari desa Hutabaringin. Di desa Hutabaringin merupakan tempat yang paling banyak gula Aren di kawasan Puncak Sorik Marapi. Di desa Hutabaringin yang menjadi pembeli gula Aren adalah bapak dari Sahir Rangkuti. Setiap malam minggu akan di adakan pembelian”pemugen” gula aren. Setiap hari senin akan di kirim ke Medan melalui pengangkutan mandailing jaya. Dan yang membawa gulanya adalah saudara aliasmin yang merupakan warga desa Hutabaringgin juga.

4. Budi raza

Budi raza warga desa Hutabaringin.yang berusia 30 tahun. Belia sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Dan istrinya berasal dari desa gunung manaon Panyabungan. Sekararng ini beliau sehari harinya menjadi petani. Di samping sebagai petani dia juga juga menjadi toke di desa Hutabaringin. Beliau bukan hanya menjadi toke gula aren namun menjadi toke segala hal seperti kayu manis dan coklat.

(53)

yang berasal dari Hutanamale. Jika keduanya bertemu di pasar maka situasinya menjadi ramai.

5. Ibu Elli

Beliau adalah berusia 44 tahun .yang bertempat tinggal di desa Kampung Lama beliau memliki 7 orang anak. Yang pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai toke gula aren terbesar di kecamatan Puncak Sorik Marapi salah satunya desa Hutabaringin adalah daerah pembelian gula aren yang memikili paling terbesar pengambilannya dari beberapa desa yang ada di Puncak Sorik Marapi. Dia memiliki cabang sebanyak 3 orang di desa Hutabaringin hampir seluruh hasil pertanian aren memonopoli gula aren. Dari penuturan beliau ,dia memberikan modal kepada toke-toke yang ada di seluruh Kecamatan Puncak Sorik Marapi agar toke yang ada dapat memberikan uang tunai kepada petani aren sehingga petani tidak bisa menjual kepada toke lain. Dari penuturan toke-toke yang ada di desa Hutabaringin beliau adalah sebagai toke terbesar di kabupaten Mandailing Natal. Beliau adalah distributor gula aren terbesar khususnya dikirim ke kota Medan, Padang dan Bogor.

4.7.2 Informan biasa

(54)

1. Zulkifli nasution

Zulkifli nastion (25 tahun)adalah petani aren yang bertempat tinggal di desa Hutabaringin.beliau masih lajang (belum kawin) akan tetapi beliau memiliki tanggung jawab yang sama dengan orang yang sudah berkeluarga karena orang tuanya sudah meninggal 10 tahun yang lalu, beliau memiliki saudara senyak 5 orang, satu orang sudah menikah dan yang lainya masih duduk di bangku sekolah. Beliau sudah 10 tahun menjadi petani aren sebagai mata pencaharian, dari penuturan beliau sering menahan gula aren karena menurut beliau lebih aman mengumpulkan gula aren untuk menunggu harga gula aren naik. Disamping itu juga beliau sering ikut mengolah kayu untuk membuat papan sebagai bahan untuk membuat rumah.

4.8 Proses Pembuatan Gula Aren

(55)

tapi, sebagai pencari kayu bakar di hutan untuk bahan bakar yang akan di jadikan untuk memasak gula Aren. Dalam wawancara dengan informan”

“saya hanya ikut membantu bantu suami kedalam hutan mencari kayu bakar dalam hari hari tertentusaja ketika waktu panen hari sabtu sekaligus membantu membawa

gula aren ke kampung” (wawancara pada Januari 2010)

(56)

Setelah gula aren tersebut di jual pada malam minggu. Para petani telah memperoleh imbalanya dari pekrjaanya tersebut. Uang dari hasil gula tersebut di serahkan ke pada ibu rumah tangga untuk di jadikan sebagai belanja keperluan sehari hari. Sedangkan sisanya di jadikan untuk ke perluan para laki-laki untuk minum teh manis di kedai kopi pada malam hari. Kedai kopi atau yang sering di sebut lopo kopi bagi masyarakat Mandailing merupakan tempat membuang rasa lelah karena seharian di ladang. Dan untuk saling menukar informasi apalagi sekarang sekarang ini menjelang pemilihan umum di mandailing natal. Sehingga lopo kopi sangat ramai di kunjungi para laki - laki.

Sedangkan para ibu-ibu pada hari minggu pergi ke pekan Kampung Lama. Pekan tersebut hanya buka sekali seminggu yaitu pada hari minggu. Di sini merupakan pasar tradisional yang menjadi tempat pertubuhan ekonomi kawasan tarlola-sibanggor. Para ibu-ibu bisanya membeli ikan laut dan ikan asin untuk keperluan seminggu. Dan juga minyak makan, minyak tanah untuk keperluan seminggu. Pokoknya semuanya untuk keperluan seminggu itu di beli di pasar kampung lamo. Karena masyarakat tidak pergi ke pekan karena sibuk di ladang. Masyarakat jarang membeli sayur sayuran karena sudah tersedia di pekarangan rumah. Sehingga yang paling di utamakan adalah ikan asin karena dari desa Hutabaringin sangat jauh dari laut sehingga ikan asin sulit untuk diproleh.

(57)

4.8.1 Penguasaan Lahan Pohon Aren.

Masyarakat desa Hutabaringin hampir semuanya bertani dan menyadap aren. Namun tidak semua masyarakat desa hutabaringin memiliki lahan yang memikiki pohon aren. Masyarakat desa Hutabaringin biasanya pergi ke tempat pemilik lahan yang tidak bertani gula aren. Di desa Hutabaringin dari pengamatan penulis di sini toke gula aren tidak pergi mengambil gul aren ke pokoknya. Pohon aren tersebut di usahakan oleh orang lain. Namun gulanya di jula ke padanya dan pembagaian hasilnya dengan sistem 1:3. artinya petani dapat 2 sedangkan pemiliknya hanya satu jika uangnya hasil gula tersebut Rp 100.000. maka petani memproleh.Rp70.000. sedangkan untuk pemilik lahan hanya Rp 30.000. dari pengamatan penulis bisanya toke membeli gula arennya dengan harga jauh berbeda dengan yang lain biasanya beda seri rupiah. Dengan harga pasaran.atau yang sering di sebut dengan “patron klen”. Atau yang sering di sebut dalam istilah mandailing” marbola”. Dalam wawancara dengan informan. BS

“saya melakuklan pertanian gula aren ini dengan menggarap tanah orang lain, karena saya tidak punya lahan, tentu saya harus memenuhi kebutuhan hidup saya dengan menggarap pokok aren orang lain, ada yang saya usahakan ini mikik pak Arlen selaku toke gula aren

ada juga punya masyarakat yang bukan toke” (wawancara pada Januari 2010)

(58)

harganya di bebas mau menjual ke toke yang mana yang ia suka. Ia tidak mempunyai keterikatan dengan toke yang lain.

Dan ada juga warga desa Hutabaringin yang tidak mampu mengelola pokok aren yang ia miliki. Ia menyuruhnya oarang lain untuk mengusahakannya, seperti saudara dekatnya. Sistem pembagianya juga sama dengan yang lain yaitu 1 :3. namun ini bedanya dengan yang lain pengelolaan pokok aremn ini di usahakan oleh warga desa tersebut tamapa ada ke terikatan dengan toke yang lain. Ia bebasa memnjualnya ke mada yang hendak ia mau.

Di desa Hutabaringin merupakan pengasil gula aren tersebesar di kawsan Puncak Sorik Marapi. Dari desa Hutabaringin seminggunya mencapai 3,5 ton perminggunya. Gula tersebut di kirim ke Medan untuk pemenuhan kebutuhan gula arten di kota Medan. Biasanya para toke yang bersal dari desa Kampung Lamo yaitu bapak Puli menjualnya dengan melalui mobilnya sendiri yang di kirim ke Bandar Selamat kota Medan. Seperti itu lah proses penguasaan lahan di desa Hutabaringin dalam hal pengelolan gula aren.

4.8.2 Strategi Toke Gula Aren Dalam Mempertahankan Jaringannya

Pembelian gula aren oleh toke di desa Hutabaringin dengan menggunakan sistem jaringan sosial. Proses penjualan oleh masyarakat tidaklah seperti yang yang kita bayangkan. Bahwasanya ada seorang pemebeli ada seorang penjual.

(59)

menampungnya. Hampir toke toke yang lain tidak bias membeli gula di desa Hutabaringgin. Walaupun harganya jauh berbeda dengan toke yang biasa namun masyarakat tidak mau menjualanya. Ini kenapa ini di sebabkan karena sudah terjadi keterkatan antara petani dengan pedangan. Menurut penuturan bapak” AL”

“yang pertama kita sudah memberikan uang kepada dia sebelum ia jual kepada kita, kita juga punya hubungan persaudaraan yang baik kepada dia sehiing jaringa itu tetap kuat” (wawancara pada Januari 2010)]

Bapak Puli sebagai toke terbesar di desa Hutabaringgi mempunyai jarigan sosial kepada para petani cukup tinggi. Hampir 39 tahun bapak puli sudah menjadi toke gula aren. Usaha pembelian gula aren ini dulunya di usahakan oleh mertuanya. Setelah mertuanya meninggal yang bertempat tinggal di desa sibanggor tonga, maka di teruskan oleh istrinya bersama dirinya. Sekarang ini mereka tetap membeli gula aren di Hutabaringgin dengan meletakkan agen di desa tersebut. Bapak arlen lubis sebagai wakil dari bapak puli di desa Hutabaringgin. Jika pada hari saptu bapak Arlen akan pergi ke desa Kampung Lamo yang merupakan desa tempat tinggal bapak Puli, untuk mengambil uang untuk di beli di desa Hutabaringgin. Dan jika pada malam sabtu bapak Arlen

(60)

puli. Setelah gula di bawa ke Kampung Lamo langsung di muat di mobil truk bapak Puli. Sedangkan bapak Arlen datang ke Kampung Lamo untuk berhitung . Maka di kurangi modal dulu dan untungnya akan di bagi dua oleh bapak puli dengan pak Arlen.

Pak Puli mengikat para petani dengan memberikan uang terlebih dahulu ke pada para petani. Jika para petani tiba-tiba membutuhkan uang untuk berobat, menyekolahkan anaknya maka bapak Puli akan memberikanya. Maka para petani akan merasa berhutang budi terhadap bapak Puli. Inilah yang menyebabkan tidak ada toke-toke lain yang bisa datang ke desa Hutabaringgin. Walaupun harganya jauh berbeda dengan yang lainnya.

Sebuah komunitas terbangun sebuah modal sosial karena adanya ikatan – ikatan sosial di antara anggotanya. Komunitas warga desa Hutabaringin merupakan ikatan sosial di antara semua warga desa yang terdiri dari individu–individu dan atau kelompok – kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan kepada suatu tujuan bersama. Dalam warga desa dengan para saudagar saudagar sudah di bangun sejak dahulu.

Semua masyarakat desa satu sama lain pasti saling berhubungan, hanya saja kualitas hubungan di antara masing – masing warga akan sangat berlainan. Kualitas ikatan sosial akan terbangun apabila di antara warga saling berinteraksi pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan sosial tadi akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan – kegiatan bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan yang sifatnya sesaat.

(61)

itu melahirkan sebuah kerjasama. Kerjasama dalam bentuk penjualan gula aren Pedangang meminta agar para petani menjadi langganannya. Sedangkan petani meminta jika ia butuh pinjaman maka toke akan memberikannya. Berawal dari sebuah intraksi akan melahirkan sebuah kerja antara toke dengan pedagang.

Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara petani gula aren dengan toke. Ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Dalam kaitannya dengan toke gula aren. Modal kepercayaan antara toke dengan petani terjadin karena ada proses saling percayaan.

Kemampuan komunitas atau kelompok – kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota – anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut ‘modal sosial’. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai – nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan – ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar.

Kepercayaan tidak akan tercapai dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu :

(62)

Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu yang relatif lama.

Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai–nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut otomatis akan luntur.

2. Berbagi Informasi dan Kepedulian

Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama, membutuhkan informasi mengenai :

a. Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masing–masing.

b. Masalah–masalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka.

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 1. Struktur Organisasi Pernerintahan Desa Hutabaringin
Tabel 2.
tabel. 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

3.5 Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan

kemampuan siswa melakukan teknik dasar passing atas dalam permainan bola. voli dengan menggunkan metode explicit instruction pada siswa kelas VII

Sebaliknya, ketika seorang individu memiliki pengalaman mengetahui bagaimana proses sebenarnya dari kejahatan yang disajikan dalam bentuk reka ulang adegan kasus kejahatan tersebut

Berdasarrkan hasil uji f menunjukan bahwa kesadarran wajib pajak, sanksi pajak dan pelayannan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, bila

Perseroan Nama Perseroan Nama Perseroan Perseroan didirikan diganti menjadi kembali diubah berganti nama dengan nama PT Gunungcermai menjadi menjadi PT Desa Dekalb Inti PT Lippo City

Mengingat beberapa kader Pekka di wilayah masuk kedalam bursa pemilihan calon anggota legislatif di wilayahnya masing- masing, maka titik berat Pendidikan Politik yang

Berdasarkan analisis dan pembahasan Strategi Radio “Silaturahim” AM 720 Cibubur Bekasi dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Media Dakwah, dapat disimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan buruh perkebunan terhadap sistem pengupahan yang menyangkut jaminan yakni Jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja yang