• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghambatan perkecambahan biji dan pertumbuhan anakan akasia (Acacia nilotica ) (L.) Willd ex. Del dengan zat penghambat tumbuh dan Naungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghambatan perkecambahan biji dan pertumbuhan anakan akasia (Acacia nilotica ) (L.) Willd ex. Del dengan zat penghambat tumbuh dan Naungan"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

PENGHAMBABATAN PERKECAMBAHAN

BIJI DAN

PERTUMBUEAN

ANAKAN (Acacia

nilotica)

DENGAN

ZAT PENGHAMBAT TUMBUJH DAN NAUNGAN

ABSTRAK

$ 2

i; g o

;: p$. J

a G . n s

p

3 g g s s Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Pengaruh konsentrasi air Iaut

AL), alelopati alang-alang (AA) dan sereh (SR) terhadap perkecambahan A.

a:xeo

a

3 $ & 5

P ~ Z S Q

ilotica, (2). Interaksi antara pengaruh alelopati alang-alang (AA), sereh (SR) dm

~ E .

.

Q

,9

rkonsentrasi air laut (AL) terhadap perkecambahan A. nilotica,

dan

(3). Pengaruh

m a n'?

3 Q Q 2

.

s Q c cinteraksi

-.

konsentrasi air laut (AL) dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan P

B

2

2

sanakan A. nilotica.

0 s * Q

w c n E L s

g.

E -9

e:

a

3.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menguji perkecambahan adaIah

a. 2.

s q P e ZRancangan Acak Kelompok (RAL) pola faktorial dengan

dua

faktor. Faktor pertama

3 Q

f f g ; Yaclalah air laut dengan 6 tingkat konsentrasi (AL 0%, AL 20%, AL 40%, AL60%, AL

S P E Q 1

g 3 3 ,80%, dan AL 100%). Falctor kedua adalah senyawa alelopati alang-alang dan sereh

5 & I idengan 6 tingkat konsentrasi (AA 0%, AA 20%, AA 40%, AA 60%, AA 80%, dm

5 2 8

n

Q

& s

fAA loo%, d m SR 0%, SR 20%, SR 40%, SR 60%, SR 80%,

dm

SR 100 %).

9 3 $kdangkan Rancangan Percobaan yang digumkan

untuk

menguji pengaruh

I

,a

iperldcuan terhadap pertumbuhan anakan A. nilotica adalah Rancangan Acak

C

Z Q

-. , 9 f.Kelompok (RAK) dalam pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah air

Q

i.

2

'laut dengan 6 tingkat konsentrasi (AL 0%, AL 20%, AL 40%, AL 60%, AL SO%,

f

.=

3

'0 0 Pdan AL 100%). Faktor kedua adalah naungdn dengan 3 tingkat naungan (NO 55%,

$ $

-

LNG

65%,

dan

NG 75%). Data dianalisis dengn ANOVA

dan

jika ada pengaruh antar

$

i g

n perlakuan maka dilanjutkan dengan uji DUNCAN dan LSD.

Q Z E

a Hasil riset menunjukkan bahwa (1). Faktor tunggai air laut, dan ekstrak sereh

Q

gg.

efektif untuk rnenghambat perkecarnbahan biji A. nilotica dengan konsentrasi 40%-

1

8 "

g

-9 100%. Namun tidak demikian halnya dengan ekstrak alang-alang. (2). Ada efek

saling rnemperkuat (sinergik) antara kombinasi perlakuan air iaut dan sereh terhadap

8.

S

L perkecambahan biji A. niloticu tidak demikian halnya dengan perlakuan kombinasi

5

$

ekstrak alang-alang dan air laut. Efek penghambatan paling efektif diperoleh pada m

z

kornbinasi AL loo%,

dan

SR 100%, efek penghambatan perkecarnbahan mencapai

r 90%. (3). Faktor tunggai naungan dan air laut mempunyai efek penghambatan

f

s qerhadap parameter pertumbuhan (tingg tanman, jumlah tangkai dam, diameter

"

0

s ~ b a t a n g , dan prosentase kematian) A. nilotica. Masing-masing perlakuan n~emberikan

-.

n

E Oefek yang berbeda. Namun kombinasi paling efektif rnenghambat pertumbuhan A.

9 ~ n i l o t r c o adalah NG3AL5 (naungan 75% dm konsentrasi air laut 100%). Ada

E

3

CQ Rnteraksi efek saling rnemperkuat masingmasing faktor tersebut terhadap

3 tpertumbuhan A. nrlotica. (4). Perlakuan air laut berpengaruh terhadap kerusakan

t! paringan organ tanaman A. nilohm, khuhususnya akar, batang, dan dam. Sehingga pada

E

7 2 4 MST sebagian besar tanaman uji mati akibat

tidak

tolem terhadap perlakuan. (5).

~ H a s i l analisis parameter fisik dan kimia tanah menunjukkan

bahwa

ada gejala

&eningkatan beberapa unsur mikro daiam tanah akibat perlakuan air laut pada media u j i , ha1 ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)

PENGHAMBABATAN PERKECAMBAHAN

BIJI DAN

PERTUMBUEAN

ANAKAN (Acacia

nilotica)

DENGAN

ZAT PENGHAMBAT TUMBUJH DAN NAUNGAN

ABSTRAK

$ 2

i; g o

;: p$. J

a G . n s

p

3 g g s s Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Pengaruh konsentrasi air Iaut

AL), alelopati alang-alang (AA) dan sereh (SR) terhadap perkecambahan A.

a:xeo

a

3 $ & 5

P ~ Z S Q

ilotica, (2). Interaksi antara pengaruh alelopati alang-alang (AA), sereh (SR) dm

~ E .

.

Q

,9

rkonsentrasi air laut (AL) terhadap perkecambahan A. nilotica,

dan

(3). Pengaruh

m a n'?

3 Q Q 2

.

s Q c cinteraksi

-.

konsentrasi air laut (AL) dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan P

B

2

2

sanakan A. nilotica.

0 s * Q

w c n E L s

g.

E -9

e:

a

3.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menguji perkecambahan adaIah

a. 2.

s q P e ZRancangan Acak Kelompok (RAL) pola faktorial dengan

dua

faktor. Faktor pertama

3 Q

f f g ; Yaclalah air laut dengan 6 tingkat konsentrasi (AL 0%, AL 20%, AL 40%, AL60%, AL

S P E Q 1

g 3 3 ,80%, dan AL 100%). Falctor kedua adalah senyawa alelopati alang-alang dan sereh

5 & I idengan 6 tingkat konsentrasi (AA 0%, AA 20%, AA 40%, AA 60%, AA 80%, dm

5 2 8

n

Q

& s

fAA loo%, d m SR 0%, SR 20%, SR 40%, SR 60%, SR 80%,

dm

SR 100 %).

9 3 $kdangkan Rancangan Percobaan yang digumkan

untuk

menguji pengaruh

I

,a

iperldcuan terhadap pertumbuhan anakan A. nilotica adalah Rancangan Acak

C

Z Q

-. , 9 f.Kelompok (RAK) dalam pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah air

Q

i.

2

'laut dengan 6 tingkat konsentrasi (AL 0%, AL 20%, AL 40%, AL 60%, AL SO%,

f

.=

3

'0 0 Pdan AL 100%). Faktor kedua adalah naungdn dengan 3 tingkat naungan (NO 55%,

$ $

-

LNG

65%,

dan

NG 75%). Data dianalisis dengn ANOVA

dan

jika ada pengaruh antar

$

i g

n perlakuan maka dilanjutkan dengan uji DUNCAN dan LSD.

Q Z E

a Hasil riset menunjukkan bahwa (1). Faktor tunggai air laut, dan ekstrak sereh

Q

gg.

efektif untuk rnenghambat perkecarnbahan biji A. nilotica dengan konsentrasi 40%-

1

8 "

g

-9 100%. Namun tidak demikian halnya dengan ekstrak alang-alang. (2). Ada efek

saling rnemperkuat (sinergik) antara kombinasi perlakuan air iaut dan sereh terhadap

8.

S

L perkecambahan biji A. niloticu tidak demikian halnya dengan perlakuan kombinasi

5

$

ekstrak alang-alang dan air laut. Efek penghambatan paling efektif diperoleh pada m

z

kornbinasi AL loo%,

dan

SR 100%, efek penghambatan perkecarnbahan mencapai

r 90%. (3). Faktor tunggai naungan dan air laut mempunyai efek penghambatan

f

s qerhadap parameter pertumbuhan (tingg tanman, jumlah tangkai dam, diameter

"

0

s ~ b a t a n g , dan prosentase kematian) A. nilotica. Masing-masing perlakuan n~emberikan

-.

n

E Oefek yang berbeda. Namun kombinasi paling efektif rnenghambat pertumbuhan A.

9 ~ n i l o t r c o adalah NG3AL5 (naungan 75% dm konsentrasi air laut 100%). Ada

E

3

CQ Rnteraksi efek saling rnemperkuat masingmasing faktor tersebut terhadap

3 tpertumbuhan A. nrlotica. (4). Perlakuan air laut berpengaruh terhadap kerusakan

t! paringan organ tanaman A. nilohm, khuhususnya akar, batang, dan dam. Sehingga pada

E

7 2 4 MST sebagian besar tanaman uji mati akibat

tidak

tolem terhadap perlakuan. (5).

~ H a s i l analisis parameter fisik dan kimia tanah menunjukkan

bahwa

ada gejala

&eningkatan beberapa unsur mikro daiam tanah akibat perlakuan air laut pada media u j i , ha1 ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.

(121)

PENGHAMBATAN PERKECAMBAHAN BIJI DAN PERTUMBUHAN

ANAKAN AKASIA (Acacia

nilotica)

(L.)

Willd.

ex. DeL DENGAN

ZAT PENGHAMBAT TUMBUH DAN NAUNGAN

SUJI HARTINI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANUN BOGOR

(122)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Akasia (A. niloticu (L.) Willd. ex. Del, merupakan spesies perenial berduri, tumbuhan irll awalnya ditemukan di barat daya Queensland Australia, dengan lqu penyebaran tinggi. Saat ini telah dikenal sembilan subspesies akasia (Brenan 1983). yaitu :

1. Acacia. nilofica subspesies rndica 2. A. n subspesies leucoplea Willd.

3. A. n. subspesiesfarnesiana Willd.

4. A. ti. subspesies ferruginea DC.

3. A. n. subspesies catechu Willd. 6. A. n. subspesies horrida (1.f.) Willd.

7. A. n. subspesies sinuata (Lour.) Merr.

8. A. n. subspesiespennafa Willd. 9. A. n. subspesies senegal Willd.

Akasia tersebar luas di Afrika tropika dan subtropika dari Mesir dan Mauritania sampai Afnka Selatan. Beberapa subspesies tersebar luas di Asia timur seperti Birma. A. nilotica subspesies indica juga tumbuh di Ethiopia, Somalia,

Yaman, Oman, Pakistan, India, dan Birma. Kemudian juga ditanm di Iran, Vietnam (Ho Chi Min City), Australia (Sidney dan Queensland) serta di Cambean (Brenan

1983; Reynolds clan Carter 1990).

(123)

2 &tanam di savana Bekol dengan tujuan yang sama yaitu sebagai sekat bakar untuk mencegah menjalarnya kebakaran dari savana ke kawasan hutan (BTNB 1999).

lnvasi A. nilofica telah menyebabkan terdesaknya berbagai spesies rumput sebagai komponen utama penyusun padang rumput Baluran. Rumput sebagai sumber pakan utama satwa telah tergeser keberadaamya oleh A. nilotica, sehingga satwa mencari altematif pakan lain. Salah satunya adalah daun dan biji A. niloticu. Namun sebagai sumber pakan utama, rumput tetap tidak dapat tergantikan (Sabamo 2002; Djufri 2002). Fenomena ini menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem di Taman Nasional Baluran, sehingga menyebabkan berkurang dan menyusutnya pakan utama bagi herbivora. Kondisi ini bila tidak tertangani secara baik, maka pada gilirannya menyebabkan terancamnya kehidupan satwa di kawasan ini.

Kehadiran A. nilotica di Taman Nasional Baluran Jawa Timur dipandang sebagai ancaman bagi kelestarian komunitas padang rumput di daerah tersebut, sehingga mendesak untuk ditangani. Salah satu altematif yang dapat dilakukan adalah dengan cara memutus siklus hidupnya, yaitu dengan menghambat perkecambahan dan pertumbuhan anakan A. nilotica.

Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan sifat fisiologis A. nilotica

sebagai spesies yang bersifat sangat invasif di komunitas padang rurnput Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Kehadiramya akan menwnkan luas daerah feeding ground banteng, rusa dan herbivora laimya. Bila tidak ditangani segera akan menururkan kualitas ekosistem

d~

kawasan ini secara keseluruhan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi dan menghentikan meluasnya invasi A . nrlorica agar penyebaramya tidak bertambah luas, namun sampai saat ini upaya tersebut belurn memberikan hasil secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meneliti secara mendalam tentang aspek fisiologi tumbuhan A. niloticu, sehingga siklus hidupnya dapat diputus, misalnya mencegah pertumbuhan biji. Bila rantai siklus hidup A. nilorica dapat diputus maka regenerasinya dapat dicegah, dan pada giliramya pengaruh invasi spesies tersebut terhadap kelestarian komunitas padang rumput Baluran dapat diatasi.

(124)

3 dan air laut memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap perkecambahan tanaman. Peningkatan konsentrasi senyawa alelopati berkorelasi dengan kemampuan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman (Wattimena 1988).

Selain itu perkecambahan dan pertumbuhan juga dapat dihambat dengan pemberian naungan. Radiasi matahan merupakan faktor penting bagi proses ekofisiologi tanaman.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut di atas maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian, dan pada kesempatan ini diajukan judul penelitian

"Penghambatan Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Anakan Akasia (Acacia

nilotica) (L.) Willd. ex. DeL dengan Zat Penghambat Tumbuh d m Naungan".

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk;

1. Mengetahui pengamh perlakuan air laut, ekstrak alang-alang dan ekstrak sereh terhadap prosentase perkecambahan biji A. nilotica, serta interaksinya. 2. Mengetahui pengaruh perlakuan naungan dan air laut terhadap tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah tangkai daun, clan prosentase kematian anakan A. nilotica, serta interaksi antar keduanya.

3. Mengamati kemsakan jaringan (akar, batang, dan daun) anakan A. nilotica

akibat perlakuan air laut.

4. Mengetahui perubahan tingkat kesuburan tanah pada media percobaan akibat perlakuan air laut.

Hipotesis

1 . Ada pengaruh perlakuan air laut, ekstrak alang-alang dan ekstrak sereh

terhadap prosentase perkecambahan biji A. nilotica.

2. Ada pengaruh perlakuan naungan dan air laut terhadap tinggi, diameter batang, jumlah tangkai daun, dan prosentase kematian anakan A. nilotica.

3. Ada pengamh perlakuan air laut terhadap kerusakan jaringan (akar, batang, dan daun) anakan A. nilotica.

(125)

4

Pada percobaan pertumbuhan tidak memberikan ekstrak alang-alang dan sereh, ha1 ini mengingat waktu pengamatan yang lama dan membutuhkan volume penyiraman yang besar maka perlakuan ini dianggap kurang efisien. Sehingga perlakuan yang dicobakan hanya faktor intensitas naungan dan konsentrasi air laut.

Manfaat Penelitian

(126)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani A. nilotica

Desknpsi A. nilotica pertama sekali dilakukan oleh Linnaeus (1753) dan diberi nama Mimosa indica. Berdasarkan sejarah taksonominya tumbuhan ini pernah juga diberi nama ilmiah A: arabica dan A scorpiodes. A. nilotica termasuk pohon dengan tinggi 2.5-25 meter, membentuk percabangan dekat dengan permukaan tanzh. Kulit batang dan cabang utama betwarna kelabu hingga hitam atau kecoklatan dengan permukaan yang kasar, oleh adanya celah-celah atau retakan-retakan memanjang (longitudinal). Dun berpasangan dengan panjang 1-13 cm, lurus hingga membentuk sudut 110~-120~, ujung duri nmcing, benvama putih hingga keperakan. Daun benvma hijau terang, pada ibu tangkai daun dijumpai kelenjar. Anak daun berpasangan dengan jumlah 7-36 pasang, panjang anak daun 1-7 X 0.5-1.5 mm. Bunga majemuk benvarna kuning, mempunyai rambut-rambut halus, bunga biseksual. Buah tunggal, benvarna coklat gelap atau abu-abu, lurus hingga berlekuk- lekuk. Kulit buah seperti beludm, panjang 5-20 cm X 1.2-2.2 cm. Jumlah polong 2-3, setiap polong memiliki 6-12 biji, berbentuk bulat telur hingga bulat, benvarna kecoklatan atau kehitaman, kulit biji tebal dan keras (Backer dan Bakhuizen 1965; BTNB 1999). Gambar A. nilorica disajikan pada Gambar-I.

Ekologi dan Distribusi A. nilotica

(127)

6

Di Australia, sebagian besar area A. nilotica adalah & Queenstand dengan laju invasi yang masih sedikit dilaporkan dari daerah teritorial bagian utara, New South Wales, dan Australia Selatan. Pada daerah yang bersalju distribusi A. nilotica

[image:127.547.46.484.33.626.2]

terbatas, misalnya di negara selatan. Bolton dan James (1985) menunjukkan invasi sekitar 6.6 juta hektar atau 25% dari luas padang rumput Mitchell, dengan kepadatan pada area tersebut sekitar 0,6 juta hektar. Distribusi dan densitas spesies ini terus meningkat (Reynolds dan Carter 1990). Menurut Duke (1983)

A.

nilotica

berasal

dari Mesir Selatan lalu tersebar ke Mozambique dan Nepal, kemudian di introduksi ke Zanzibar, India dan Arab. Sekarang ini menjadi persoalan yang serius sebagai gulma di Afrika Selatan.

Gambar la. A. nilotica dewasa sedang berhunga dan berbuah b. A. nilotiw yang menginvasi TNB

(128)

7

sebagian besar dilakukan oleh hewan-hewan yang memakan biji tersebut. Di Australia biji disebarkan oleh hewan peliharaan. Di Afrika dan India, juga banyak insekta yang menyerang biji dewasa.

Menurut Duke (1983) A. niloticu tumbuh dengan subur di daerah yang kering, dan kehadirannya melimpah. Tumbuh pada ketinggian 10-1340 m dpl, hidup pada kisaran kondisi yang luas, juga tumbuh dengan ba,k pada kisaran variasi tanah yang luas, kelihatannya sangat berkembang pada tanah aluvial, tanah lapisan atas tipis benvarna hitarn, tanah liat, juga dapat tumbuh pada kondisi tanah yang miskin unsur hga (NAS 1980). Kisaran hidupnya dari gurun Subtropika ke daerah Subtropika kering sampai gurun tropika ke zona kehidupan kering hutan tropika. A.

niloticu dilaporkan juga toleran terhadap presipitasi tahunan berkisar 3,8-22,8 mrn

(rata-rata dari 12 kasus = 12.0 mm), rata-rata temperatur tahunan 18,7-27,8'~ (rata-

rata dari 12 kasus = 24,1°c), dan pH berkisar 5-8 (rata-rata dari 10 kasus = 6,9).

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman berbeda di antara jenis tanaman, jenis garam dan konsentrasinya di dalam tanah Pengaruh tersebut &pat menimbulkan gangguan atau stres. Stres tersebut ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Pengaruh salinitas misalnya terjadi karena pengaruh ion-ion yang spesifik yang membahayakan pertumbuhan tanarnan melalui fotosintesis, respirasi, reaksi-reaksi enzimatik dan lain-lain. Pengaruh tidak langsung misalnya, meningkatkan tekanan osmotik larutan tanah &lam lingkungan perakaran tanaman yang menyebabkan gangguan terhadap sistem penyerapan air dan hara tanaman. Akibatnya tejadi dehidrasi atau kehilangan air pada tanaman (Levitt 1980).

(129)

8 Black (1984) menyatakan bahwa pengaruh osmotik inilah yang menyebabkan tanaman yang tumbuh dengan tingkat salinitas yang tinggi pertumbuhamya terhambat, daunnya relatif kecil, berwarna hijau kebiruan dan timbulnya lapisan lilin yang tebal. Gejala semacam ini muncul pada tanah-tanah dengan berbagai komposisi garam, sehngga dapat disimpulkan bahwa reaksi tanaman yang kerdil dan daumya benvarna hijau kebiruan memang disebabkan oleh pengaruh stres osmotik.

Salinitas dapat menganggu serapan air dan hara tanaman, sehingga tejadi gangguan keseimbangan hara di dalam tanaman. Pengaruh salinitas terhadap bobot kering

dan

serapan hara oleh tanaman jagung dan barley menunjukkan suatu korelasi yang positif antara tingkat salinitas tanah terhadap kadar Mn, Zn, pada daun dan

batang. Selanjutnya dinyatakan bahwa terdapat korelasi yang negatif antara salinitas tanah dengan serapan hara P, K, Ca dan Cu pada bagian vegetatif tanaman barley. Hasil penelitian pada tanaman kelapa varietas dalam, menyatakan bahwa peningkatan taraf garam NaCl meningkatkan kadar Na pada dam, tetapi tidak ada

korelasi yang nyata dengan unsur P. Peningkatan salinitas meningkatkan kadar Na dan P pada tanaman padi, meskipun tidak sampai terjadi kekahatan. Tanaman kelapa varietas dalam, peningkatan garam NaCl cenderung meningkatkan kadar Na pada

dam dan menurunkan kadar K.

Salinitas yang tinggi di berbagai jenis tanaman pada padi perlakuan garam NaCl temyata menurunkan kandungan K dan meningkatkan kandungan Na, Ca, Mg dan C1. Salinitas tanah yang tinggi dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman. Keracunan ini diakibatkan oleh ion-ion spesifik seperti ion Na, CI dan So4 yang berasal dari NaCl dan NazS04 yang banyak terdapat pada tanab-tanah dengan tingkat salinitas yang tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi proses fisiologi tanaman seperti laju fotosintesis, transpirasi serta sintesis klorofil.

Ion CI lebih berpengaruh terhadap kerusakan jaringan daun

dari

pada ion Na. Gejalanya terlihat nekrosis dan ujung daun terlibat seperti terbakar. Ion C1 bersifat racun bagi tanaman jika konsentrasinya lebih besar atau sama dengan 2%. Ion C1 yang terakumulasi di dalam daun menyebabkan pontensial osmotik sel-sel daun menurun, sehngga sel daun mengalami dehidrasi (Ortega dan Kretchman 1982).
(130)

9 berkuraig. Levitt (1980) menyebutkan bahwa resistensi tebu terhadap garam dipengaruhi oleh varietas tebu yang ditanam. Tebu disiram dengan air salin (6000 umhoslcm) hanya menunjukkan tanda-tanda stres pada awal perkecambahan. Setelah periode tiga bulan penyiraman dengan air salin tersebut tidak lagi memberikan efek terhadap pertumbuhan, hasil dan kadar gula.

Brugnoli d a n Lauteri (1994) mengemukakan bahwa adanya NaCl menyebabkan kandungan K dalam tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris) menurun dengan tajam. Akan tetapi Na j u g mampu menghindarkan tanaman dari keracunan K dengan cara menghambat angkutan K. Hal senada juga dikemukakan oleh Cushnahan et al. (1995) menunjukkan bahwa pemberian Na pada tanah dengan kadar K yang tinggi akan menurunkan konsentrasi K dan rasio KIMg pada rumput pakan ternak Namun demikian pada kadar K tanah rendah pemberian Na tidak begitu berpengamh terhadap konsentrasi hara K, Ca, dan Mg di dalam tanaman, serta tidak mempengaruhi perolehan bobot kering tanaman. Hal ini berbeda dengan hasil- hasil penelitian yang menunjukkan bahwa respon tanaman terhadap Na biasanya hanya terjadi pada kondisi media kekurangan K (Cushnahan et al. 1995). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada kondisi kekurangan K maka pemberian Na dapat menurunkan kadar karbohidrat di dalarn tanaman. Sebaliknya pada kondisi kecukupan K maka pemberian Na justru dapat meningkatkan bobot karing tanaman secara nyata ( Cushnahan et al. 1995).

Porcelli et al. (1995) menyatakan bahwa produksi biomasa dan hasil biji tanaman Brassica sp, berhubungan dengan rasio m a . Kondisi media sodik menunjukkan bahwa rasio K/Na tidak mempengaruhi hasil biomasa dan biji Brassrcu napus. Pada kondisi tersebut pengaruh buruk salinitas lebih banyak berkaitan dengan potensial osmotik dan bukan pada hubungan antara ion-ion. Selain itu tanaman memiliki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan ion secara

a h f

terhadap perubahan status hara lingkungamya. (Diem dan Godbold 1993).

Alelopati

(131)

10 kimia tercakup pengertian aktivitas menghambat (inhibitoryl dan merangsang (stimulatory) pertumbuhan tanaman lain. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian istilah alelopati ini direduksi menjadi hanya terbatas kepada m a h a

"saling merugikan" (mutual sz&eering) (Putnam dan Tang 1986).

Sebenamya banyak h a i l penelitian menunjukkan adanya sifat senyawa alelopati yang merangsang pertumbuhan tanam& lain. Namun karena fenomena ini dianggap timbul secara "kebetulad' dan "tidak disengaja", maka sifat positif dm senyawa alelopati ini luput dalam analisis dan tidak mendapat perhatian yang

Alelopati adalah pengaruh yang merugikan (menghambat, memsak) baik langsung maupun tidak langsung dari suatu tanaman terhadap tanaman lain melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungan tanaman tersebut. Berdasarkan pengamhnya terhadap tanaman lain maka zat kimia yang bersifat alelopati dapat dibagi menjadi auroroxic dan antitoxic. Dikatakan autotoxic jika bahan penghambat tadi &pat

mematikan atau menghambat anakan sendiri atau individu lain yang sejenis. Sedangkan antitoxic jika bahan penghambat tadi &pat mematikan atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang berbeda (Laude 2004; Soekisman dkk. 1984).

Laude (2004) membedakan pengertian alelopati dengan persaingan ruang tumbuh. Alelopati adalah setiap pengaruh yang merugikan langsung atau tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungan hidup tumbuhan. Sedang persaingan merupakan pemindahan atau pengurangan satu atau beberapa faktor lingkungan seperti air, ham, 02, dan cahaya yang diperlukan oleh tumbuhan lain.

Menurut Odum (1993) dan Barbour el al. (1987) Alelopati adalah suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan zat kimia yang &pat menghambat perhunbuhan jenis lain atau bersaing dengan tumbuhan tersebut.

Dari pengertian atau pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Alelopati adalah pengaruh yang mengganggu, menghambat atau merugikan perkecambahan, pertumbuhan atau proses metabolisme tumbuhan.

2. Alelopati dlsebabkan oleh senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan dan dlepas atau dibebaskan ke lingkungan hidup tumbuhan lain.

(132)

11 Beberapa senyawa kimia yang menimbulkan alelopati tersebut, di antarany adalah asam phenol, phenolic lacton, flavinium, asam abscisis, coumarin (kumarin), terpen, asetogenin, steroid dan alkaloid (Djufri 1999; Laude 2004). Selanjutnya Laude (2004) mengemukakan, selain zat penghambat pertumbuhan tersebut di atas, senyawa lain adalah asam benzoat dan turunannya, senyawa asam lemak berantai panjang, tanin, sulfida, glikosida, purin, nucleosida dan lain-lain.

Menurut del Moral dan Muller dalam Djufri (1999) cineole, phelladrene, a l p pinene, dan beta pinene adalah zat-zat penghambat yang mudah menguap yang dproduksi oleh Eucalyptus camaldulensis dan cineole serta alpa pinene terlihat paling penting & dalam aktkritas alelopati ini. Selain itu juga dikemukakan bahwa bagian daun dan akar tumbuhan merupakan sumber zat penghambat yang paling konsisten. Dibandingkan bagian zkar, daun mempunyai potensi yang lebih besar sebagai sumber zat penghambat.

Pengaruh bahan atau senyawa kimia alelopati yang masuk ke lingkungan berasal dari bagian tanaman di atas tanah seperti air tembus (throughfall), guguran serasah atau bagian tanaman di bawah tanah seperti senyawa yang dikeluarkan akar. Pengaruh alelopati dapat dilihat secara nyata pada suatu komunitas vegetasi yang didominasi oleh satu jenis pobon. Dalam komunitas tersebut sifat kimia tanah akan sangat dipen- oleh bahan kimia yang dihasilkan oleh jenis yang dominan, dan hanya jenis-jenis yang toleran terhadap pengaruh bahan tersebut yang dapat mempertahankan populasinya, (Djufri 1999; Djufri 2002).

Zat kimia yang bersifat alelopati tersebut dapat dikeluarkan melalui dekomposisi tanaman. Sisa-sisa tanaman yang dibenamkan dalam tanah akan mengalami penguraian dari senyawa komplek menjadi senyawa sederhana oleh mikroorganisme. Sel-sel pada sisa tanaman yang didekomposisi kehilangan perrneabilitas membrannya sehingga senyawa kimia di dalamnya dapat dilepaskan.

Pengaruh Naungan Terhadap Tanaman

(133)

12 fotokimia yaitu fotosintesis, dan (c). Efek morfogenetik yang berperan dalam regulasi dan stimulan dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Pitono et 01. 1996). Junawati

dan

Muhammad (1997) menambahkan bahwa pengaruh intensitas penyinaran terhadap pertumbuhan tanaman lebih besar dibanding pengaruh dari perubahan dalam waktu penyinaran. Melalui efek naungan diperlukan jurnlah maksimum dari intensitas cahaya untuk memberikan jumlah energi optimum pada semua daun dalam satu tanaman. Laju fotosintesis sangat berkurang selama cahaya suram, tetapi tidak semua tmaman mempunyai respon terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Beberapa tanaman hanya memerlukan sepersepuluh dan cahaya matahari penuh. Perbedaan &lam kebutuhan cahaya mengalubatkan adanya klasifikasi tanaman yaitu tanaman cahaya terbuka dan tanaman naungan. Tanaman- tanaman yang tumbuh baik pada cahaya penuh disebut tanaman cahaya (hellofit). Pada umumnya tanaman yang memerlukan cahaya penuh tidak efisien dalam fotosintesis (Haqadi 1996). Darwati et ul. (1992) melaporkan bahwa interaksi cahaya

dan waktu panen berpengaruh nyata pada berat kering batang dan berat kering rimpang jahe.

Pemberian naungan pada tanaman terteiltu menyebabkan tanaman tersebut memperoleh intensitas cahaya matahari dan suhu udara yang lebih sesuai untuk pertumbuhannya; dengan demikian pengaruh yang merugikan dan intensitas cahaya matahari yang berlainan dan suhu udara yang tinggi dapat dikurangi atau dihilangkan (Pantja 1985).

(134)

13 Hampir semua (99%) energi radiasi matahari berada di daerah gelombang pendek, yaitu antara 0,15 pm dan 40 pm (radiasi gelombang pendek). Komposisi spektral dari radiasi matahari adalah : 9% dalam daerah ultra violet (h I 0,4 pm) ;

45% dalam daerah tarnpak (visible lighf) (0,41 pm I h h 0,47 pm); 46% dalam daerah infra merah ( h 2 0,74 pm) (Prawirowardoyo 1996).

. ,

Cahaya mempakan bagan dari kisaran spektrum elektromagnetik radiasi surya. Menurut Treshow (1970) cahaya adalah bagian dari spektrum elektromagnetik radiasi surya pada panjang gelombang 360-760 pm. Spektrum ini adalah spektrum cahaya tampak yang terdiri dari spektmm merah jauh, kuning, bim clan hijau.

S p e k t ~ m cahaya tampak adalah spektrum yang dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR (Photosy~lrheric Active Radiation) atau energi cahaya tarnpak. Di dalam proses fotosintesis radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan disimpan ke dalam gugus (CHzO), atau karbohidrat di dalam sel organ (Nasir 2001). Spektrum ini biasa kita sebut dengan cahaya.

Melalui kedua reseptor cahaya di atas, tanaman merubah energi cahaya menjadi energi kimia pada proses fotosintesis, sehingga terbentuk senyawa-senyawa kaya energi atau fotosintat. Fotosintat inilah yang digunakan pada proses pertumbuhan dan perkembangan seperti inisiasi daun dan bunga, perkembangan akar, pematangan buah da.n sebagainya, disamping juga digunakan pada proses respirasi. Proses fotosintesis terbagi menjadi dua macarn reaksi. Kedua reaksi tersebut adalah bersifat siklik (cyclicplzpfosyntlzericphosphorilation) dan reaksi yang bersifat non-siklik (non- cyclicphosporilat~on).

(135)

14

Perkecambahan

Perkecambahan biji dapat diartikan tumbuh dan berkembangnya struktur- struktur penting embrio yang menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan tanaman pada keadaan lingkungan yang menguntungkan (Supriamo 1995). Perkecambahan dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat pada suatu embrio dalam perkembangan benih menjadi semai (Sutopo 2000). Kuswanto (1996) menambahkan bahwa benih dikatakan berkecambah jika benih tersebut telah muncul plumula dan radikula dari embrio dan diharapkan dapat menghasilkan kecambah normal, jika faktor lingkungan mendukung. Dalam proses perkecambahan terda~at dua aktivitas penting yaitu aktivitas morfologi ditandai dengan kemunculan organ-organ tanaman dan aktivitas kimiawi yang diamati dengan proses fisiologis hormon dzn enzim yang menyebabkan terjadinya perombakan zat cadangan makanan. Aktivitas kimiawi ini berperan sebagai pengendali energ yang

akan digunakan dalam aktivitas morfologi (Anshari 1995).

Tahap-tahap perkecambahan biji dimulai dengan adanya penyerapan air, diikuti dengan kegiatan sel dan aktivitas enzim hidrolik serta naiknya tingkat respirasi biji, selanjutnya terjadi penguraian cadangan makanan seperti pati, lemak, dan protein m e n j d bentuk-bentuk yang lebih sederhana yang dapat larut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh, kemudian asimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi & daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan sel-sel baru, dan terakhlr merupakan pertumbuhan dari kecambah dengan proses perkecambahan, pembesaran,

dan

pembelahan sel-sel pada titik-titik tumbuh (Sutopo 2002).
(136)

15

Berdasarkan pada karakter kotiledon 'tersebut terdapat 5 kombinasi karakter kotiledon pada semai yaitu fanerokotilar-epigeal-asimilasi (F-E-A), fanerokotilar- epigeal-cadangan makanan (F-E-C), fanerokotilar-hipogeal-cadangan makanan (F-H- C), knptokotilar-epigeal-cadangan makanan (K-E-C), dan kriptokotilar-hypogeal- cadangan makanan (K-H-C). Mengacu pada kriteria tersebut maka dapat

dikemukakan bahwa tipe perkecambahan biji A. nrlorrca adalah F-E-A dan F-E-C.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih Faktor Dalam

Tingkat K e m a k a n Benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memilila cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio sebelurn sempurna (Sutopo 2002).

Pertambahan berat kering embrio masak

pada

endosperm yang masak lebih besar dibandingkan dengan pada endosperm belum masak. Cadangan makanan yang terdapat pada endosperm yang belum masak masih belum cukup tersedia bagi

pertumbuhan embrio selengkap yang tersedia pada endosperm masak, dan tampaknya te jadi pengubahan-pengubahan baik pada embrio dan endospenn selama proses pemasakan biji berlangsung, yang akan memungkinkan embrio berkecambah lebih cepat.

Beberapa jenis tanaman, seperti tomat, benihnya yang belum masak dapat berkecambah serta menghasilkan tanaman normal. Tetapi benih tersebut tidak memiliki kekuatan turnbuh dan ketahanan terhadap keadaan yang tidak baik seperti yang dimiliki oleh benih masak (Sutopo 2002).

Ukuran Benih

(137)

16

kecil, mungkin pada embrionya lebih besar. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorghum, makin besar dan berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula. Dinyatakan pula bahwa berat benih berpengamh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besamya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen. Benih yang lebih besar atau berat biasanya dihasilkan kecambah tanaman yang lebih besar. Penelitian dengan menggunakan benih bunga matahari diketahui bahwa berat benih 68 mg menghasilkan berat kecambah 101 mg; berat benih 58 mg menghasilkan kecambah 88 mg, sedangkan berat benih 17 mg menghasilkan kecambah 27 mg, (Sutopo 2002).

Dormansi

Benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenamya hidup (viable) tetapi tidak dapat berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang cukup syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman atau &pat juga seiama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya.

Dormansi disebabkan berbagai faktor antara lain: impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudimenter, "afrer ripening", dormansi sekunder dan bahan- b&an penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah. misal: perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat dan lain-lain.

Penghambai Perkecambahan

Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Zat tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi

(138)

17 Pertumbuhan

Dalam arti sempit pertumbuhan berarti pembelahan sel (pe~ngkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan mempakan proses yang tidak dapat berbalik. Proses yang disebut belakangan meliputi hidrasi dan vakuolasi (pembentukan vakuola). Proses d$erensiasi' (spesialisasi sel) seringkali cfianggap sebagai bagian dan pertumbuhan. Perkembangan tanaman membutuhkan pertumbuhan dan diferensiasi (Franklin et al.

1991).

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, dikategorikan sebagai faktor lingkungan (ekstemal) dan faktor genetik (internal) (Franklin et al. 1991). Faktor Ekstemal meliputi iklim, cahaya, temperatur, panjang hari serta tanah. Faktor internal meliputi; ketahanan terhadap tekanan iklim, dan biologis, laju fotosintetik, respirasi, pembagian hasil asimilasi dan N, klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya, tipe dan letak meristem, kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, aktivitas enzim, pengaruh langsung gen (misalnya, heterosis, epistasis), dan diferensiasi.

Pertumbuhan dan diferensiasi

Perkembangan tanaman mempakan suatu kombinasi sejumlah proses kompleks, yaitu proses pertumbuhan dan cfiferensiasi yang mengarah pada akumulasi berat kering. Proses diferensiasi memiliki tiga syarat: (1) hasil asimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan untuk dimanfaatkan kebanyakan kegiatan metabolik, (2) temperatur yang menguntungkan, dan (3) terdapat sistem enzim yang tepat sebagai perantara proses diferensiasi. Apabila ketiga persyaratan ini terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga respons diferensiasi ini akan tejadi: (1) penebalan dindmg sel,

(2)

deposit

dari

sebagan sel, dan (3) pengerasan protoplasma (Franklin et al. 1991). Proses yzng ketiga ini penting untuk mencegah rusaknya protoplasma karena tekanan dam, seperti dingin, panas, atau kekeringan. Misalnya, bibit stok atau pindah tanam
(139)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai September 2004 sampai Mei 2005. Pengambilan sampel biji dilakukan dI Taman Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur, dan penelitian laboratorium dilakukan di Program Studi Analisis Lingkungan Jurusan Biologi FMIPA IPB Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan daiam penelitian ini adalah biji A. nilotica

yang diambil dari lapangan yaitu dI Taman Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur, air laut, alang-alang, sereh, cawan petri, kertas merang gelas ukur, b!ender, aquades dan botol untuk menyimpan lamtan stok, jeregen, lat kayu, tennometer, jangka sorong, lux meter, kamera digital, timbangan digital, cangkul, tempayan,

polibag, hand sprayer, paranet dan mikroskop.

Metode

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk pengujian perlakuan terhadap perkecambahan biii A. nilorica adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pol3 faktorial. Faktor yang dimaksud adalah air laut (AL), ekstrak alang-alang (AA) dan ekstrak sereh (SR) masing-masing 6 taraf yaitu 0%, sebagai kontrol, 20%, 40%,

60%, 80% dan 100%. Setiap perlakuan dilakukan 5 ulangan. Kombinasi yang

dicobakan untuk perkecambahan adalah antara air laut dengan ekstrak alang-alang, dan air laut dengan ekstrak sereh. Desain percobaan disajikan pada Gambar 2.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui pengamh perlakuan air laut (AL) dengan naungan (NG) terhadap pemunbuhan anakan A . nilotica

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RATS) pola faktonal. Faktor yang dimaksud adalah air laut dengan 6 taraf yaitu: ALO (0% air laut sebagai kontrol). ALl = 20%, AL2 = 40, AL3 =60%, AL4 = SO%, dan AL5 = 100%. Faktor naungan

dengan 4 taraf yaitu NGO (tidak dinaungi, sebagai kontrol), NG1 = 55%, NG2 =

(140)

DESAIN PERCOBAAN MENGGUNAKAh'

RANCANCAN ACAK LENGKAP (RAL)

AAOALO AAOALl AAOALO AAOALI AAOALO AAOALI AAOALO AAOALI AAlALO AAlALl AAlALO AAlALl AAlALO AAlALl AAlALO AAlALl

I AAlALO AAlALl

AA2ALO AA2ALI AA2ALO AA2AL1

AA2 AA2ALO AA2AL1 AA2ALO AA2ALI AA2ALO M A L I AA3ALO AA3AL1 AA3ALO AA3ALI

AA3 AA3ALO

/

AA3ALi AA3ALO AA3AL1

1

Kombinasi Perlakuan

AL2 = Air Laut 40%

A13 = As Laut 6Pk

[image:140.541.85.450.131.658.2]

AL4 = Air Laut 80% AL5 = Air Laut 100%

Gambar 2. Desain percobaan kombinasi perlakuan air laut dan ekstrak alang-alang terhadap prosentase perkecambahan biji

A. nrlofrcu

I

AAOALO / AAOALI / AAOAL2 / AAOAL3

I

AAOAL4

I

AAOAL5
(141)

DESAlN PERCOBAAN MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL)

[image:141.541.86.447.114.576.2]

POLA FAKTORIAL SROALO SRIALO SRIALO SRIALO SRIALO SRIALO SR2ALO SR2ALO SR2ALO SR2ALO AL5 Pedakuan SRO SROALl SRIALI SRlALl SRlALl SRlALl SRIALI SR2ALI SR2ALI SR2ALI SR2AL1 Kombinasi

Gambar 3. Desain percobaan kombinasi perlakuan air laut dan ekstrak sereh terhadap prosentase perkecambahan biji A. nilotica

ALI ALO SROALO SROALO SROALO SROALO

Bentuk umum dan model l~nier adifiif RAL adalah sebagai berikut :

Y , , = , u + G , + E , , a t a u Y , = , u + & , ,

AL2

1

AL3

/

AL4

dimana : i = 1,2 ..., t dan j = 1,2 ..., r

Yi, = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

p = Rataan umum

6 = Perngaruh perlakuan ke-i = Pi-iu

E i, = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

(142)

Pelaksanaan Percobuun

Perkecumbuhcn

Biji yang telah dikoleksi dari lapangan. lalu dibersihkan dan dipilih secara teliti untuk dijadikan sebagai biji yang dikecambahkan pada media yang telah disediakan, agar biji yang diuji bersifat homogen maka biji dipilih berdasarkan ukuran dan berat yang sama (relatif sama). Langkah selanjutnya biji-biji yang terpilih dilakukan skarifikasi. Skarifikasi yang digunakan disini adalah secara fisik dengan cara menyiram dengan air panas kemudian biji dibiarkan dalam keadaan terendam sampai 24 jam. Setelah itu biji dikecambahkan dalam cawan petri yang telah dilapisi oleh kertas merang 3 lapis, dalam setiap cawan ditanam sebanyak 10 biji A.

niloticu.

Penyiraman dilakukan setiap hari bila kondisi media uji dalam keadaan kering, volume penyiraman sesuai kebutuhan untuk mempertahankan keadaan kertas merang tetap basah dan biji terendam setengahnya (10-15 ml), baik menggunakan air laut, ekstrak alang-alang dan ekstrak sereh. Masing-masing faktor terdiri dari 6 taraf.

Air laut (AL), ALO, (O%), AL1 (20%), AL2 (40%), AL3 (60%), AL4 (80%), AL5 (100%). Sementara itu ekstrak alang-alang dan sereh terlebih dahulu dibuat larutan sebagai larutan biang yang dianggap 100%. Larutan biang ini dibuat dengan perbandingan 1:5. dimana 1 kg alang-alang atau sereh yang telah di cincang halu. dan 5 liter aquades. Larutan biang kemudian dilakukan pengenceran, air laut (AL), sereh (SR) masing-masing 20%, 40%, 40%, 6G%, 80% dan 100%. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke-15.

Pertumbuhun

Pembuatun nnungun

(143)

DESAIN PERCOBAAN M E N G G U N A M RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK) POLA FAKTORIAL Dl RUMAH KACA

[image:143.547.110.393.123.478.2]

NGOALl NGOAL3 NGOALO NGOAL2 NGOAL5 NGOAL4

Gambar 4. Desain percobaan kombinasi perlakuan naungan dan air laut terhadap perhmbuhan anakan A. nzlorlca

NG1AL1 NGlAL3 N W 5 NG1AL4 NGlALZ NGlALO

Model linier dan penguraian keragaman untuk RAK adalah sebagai berikut :

Yij = ,u + z , +

p j +

E , ,

Dimana: i = 1,2 ..., t danj = 1,2 ...,

r

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

,u = Rataan mum r

,

= Pengaruh perlakuan ke-i

p,

= Pengamh kelompk ke-j E i, = Pengaruh acak pada perlakuan

ke-i dan kelompok ke-j

NGOALO NGOAL3 NGOAL5 NGOAL4 NGOALl NGOAL2 NGOALO

1

NGOALl

NGOAL2 1 NGOAL4

BLOK II

Semai

Perlakuan biji sama seperti pada percobaan perkecambahan yakni setelah dikoleksi, dibersihkan, dipilih dan diskarifikasi agar &pat memecah kulit biji A.

nilotica yang tergolong sangat keras. Setelah 24 jam biji tersebut disemaikan di nampan yang sebelumnya telah diisi dengan media tanah latosol yang diambil dari

(144)

23

sekitar Laboratorium Analisis Lingkungan. Penyiraman semai dilakukan setiap' hari sampai kapasitas lapang. Setelah tanaman A. nilotica benunur 4 minggu dlpindahkan ke dalam polybag. Selama 2 minggu tanaman disiram dengan air biasa dan belum dinaungi dengan tujuan agar tanaman beradaptasi. Setelah usia tanaman 2 minggu, polybag yang berisi tanaman diberi label sesuai dengan perlakuan yang dikehendaki kemudian dipindahkan ke dalam rak yang telah diberi naungan. Data yang dicacat adalah tingg tanaman, jumlah tangkai daun dan prosentase kematian. Pengukuran fluktuasi cahaya dan temperatur setiap jam diamati

dan

dicacat. Penyiraman dlakukan setiap

hari,

data diambil setiap 2 minggu sampai minggu ke-10 setelah tanaman. Khusus data prosentase kematian diambil sampai 14 MST.

Pengamatan Anatomis Organ

Untuk mengetahui gejala kerusakan anatomi organ anakan A. nilorica akibat pemberian air laut, maka diambil sampel organ meliputi akar, batang dan daun

untuk

dibuatkan preparat awetan, sehingga dapat diamati di bawah mikroskop tingkat

kerusakan

yang dialami masing-masing organ Preparat anatomis dikerjakan oleh laboratorium kultur janngan SEAMEO BIOTROP Bogor. Telcnik pembuatan preparat awetan disajikan pada Gambar 5.

Pengamatan Perubaban Kesuburan Tanah

Untuk mengetahui perlakuan air laut terhadap perubahan kesuburan tanah

diakhir percobaan, dilakukan analisis tanah meliputi parameter kesuburan antara lain; pH HzO dan pH KCL lM, C-organik, N total, P tersedia, kapasitas tukar Kation W O a c 1 N pH7, Ca-dd W O a c 1 N pH 7, Mg-dd m O a c 1 N pH 7, K d d W O a c 1 N pH 7, Nadd NH40ac 1 N pH7, AL-H dd KC1 1 N, dan tekstur 3 fraksi. Analisis data tanah ini menggunakan jasa laboratorium tanah S E W 0 BIOTROP Bogor.

Parameter

&n

Analisis data
(145)

FlKSASl DALAM FFA

Pemalian jaringan tanaman tanpa me& struWlr

yang dil&ukan dengan merendam material (organ) ke ddam laulan Fmaldehid Acetic Acid (FAA) dengan kompwsi : 50 nii asam asetat, 50 ml formalin, dan 900

mi alkohol95% untuk setiap 1 liter l d n . Perendam

an selama 12-24 jam.

. .

DEHiDRASi

Pengeluwn air dari dalam jaringan tanamw agar parafin dapat masuk ke ddam jaringan dengan tahapan sebagai berikut : Alkohol20% :3x5menl Alkohd 4Wb : 3 x 5 menit Alkohd 60% :3x5menit Alkohd 80% :3x5menit Alkohd 95% :3x5menit ~lkohd100% : 3 x 5 menit ORGAN

t

PRAPARAflNASl

Penghilangan alkohol dari jaringan agar jaingan dimasuki lai-utan parafin. Dilakukan dengan mencelup

kan material ke dalam alkohol100% dan Xybl dengan Wlapan s e w berikut :

Alkohd : Xyld

4 : il :3x5menl

3 : 1 :3x5menit

PEWTONGAN ORGAN 2 : 2 :3x5ment

Pemdongan menggunb 1 : 3 :3x5menit

kan mikmtom dengan 0 : 4 :3x5menit

PARAFlNASl

Proses pemasukan paafin ke dalam jaringan tanaman dengan tahapan sebagai M k u t :

Pencetakan paatin yang Xyld : Parafincair

mengandung material ke 1 :3x5menit

dalam bentuk blok 2 2 :3x5menit

1 3 :3x5menit

1 3 :3x5menit

[image:145.541.67.472.31.735.2]

0 4 :3x5menit

(146)

25

[image:146.547.78.453.59.518.2]

Xylol : Alkohol = I : I

Gambar 6. Teknik pewamaan organ tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada waktu tanaman berumur 2, 4, 6, 8, dan 10 Minggu Setelah Tanarn (MST). Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST. Pengamatan diameter batang dilakukan pada 6,8, dan 10 MST. Sedangkan pengamatan prosentase kematian dilakukan 6 , 8 , 10, 12, dan 14 MST.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan akan diujl dengan ANOVA, dan jika terdapat perbedaan antar perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut DUNCAN (Steel

(147)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh ekstrak alang-alang (AA) terhadap perkecambahan bijirl nilotica

Data tentang pengaruh ekstrak alang-alang terhadap perkecambahan biji A.

nilotica disajikan pada Gambar-7 dan Tabel-1.

I

'

.-

:=. 86

I 74

72

Konsentrasi Ekstrak

!

i Alang-alang (%)

I

, I

A L O o / . . A L ~ O % 0 ~ ~ ; 3

i

%

1

.AL60% .AL80% .AL'IOO%i 1

L...

~~

. .

~~ ~ ~~ 1

82ab

Ket : Angkbangka yang diikuC dengan hund

ked yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nvata berdasarkan uii Tabel 1. Uji beda nyata pengaruh konsentrasi

ekstrak alang-alang (AA) terhadap prosentase perkecambahan b~j'i A, nilotica

Gambar 7. Pengaruh ekstrak alang-alang (AA) terhadap prosentase perkecambahan biji A. nilotica

Perlakuan

Pengaruh ekstrak alang-alang dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan efek penghambatan perkecambahan biji A. nilotica. Pola penghambatan tidak menunjukkan kecenderungan tertentu, pemberian konsentrasi ekstrak alang- alang berturut-turut AA 100%, AA SO%, AA 60%, AA 40%, AA 20% (biji yang masih mampu berkecambah bertumt-tumt 80%, 80%, 82%, 78%, dan 82%). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semua konsentrasi ekstrak alang-alang yang dicoba tidak efektif untuk menghambat perkecambahan biji A. nilotica. Sebab pada konsentrasi ekstrak alang-alang loo%, biji A. nilotica masih dapat berkecambah sebesar 80%. Fakta yang menunjukkan perlakuan AA40% lebih rendah dari AA60%

diduga karena viabilitas benih yang dipakai mungkin sudah lebih rendah.

Hasil uji ANOVA (Tabel-]) terlihat bahwa pemberian ekstrak alang-alang dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan

[image:147.550.37.484.0.783.2]
(148)

27 biji A. nilotica. Namun hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa konsentrasi ekstrak alang-alang yang dicobakan dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh efektif terhadap penghambatan perkecambahan biji A.

nilotica. Artinya biji A. nilotica dapat mentolerir alelopati yang dikeluarkan oleh alang-alang. Fakta di lapangan juga menunjukkan gejala yang mendukung hasil penelitian ini, sebab anakan A. nilotica &pat hidup berdampingan dengan alang- alang.

Pengaruh perlakuan air laut terhadap perkecarnbahan biji A. nilotica

Data tentang pengaruh air laut terhadap perkecambahan biji A. nilotica

disajikan pada Gambar-8 dan Tabel-2. Berdasarkan hasil penghitungan rata-rata prosentase perkecambahan (Garnbar-8) diketahui bahwa perlakuan air laut (AL) dengan konsentrasi yang berbeda memberikan penghambatan perkecambahan terhadap biji A. nilotica yang bzrbeda-beda pula. Prosentase perkecambahan biji A.

nilotica menunjukkan kecenderungan yang jelas yaitu semakin tinggi konsentrasi air laut yang diberikan semakin tinggi daya hambatnya, karena semakin rendah prosentase biji A. nilotica yang mampu berkecambah. Efehfitas penghambatan secara berurutan adalah sebagai berikut : konsentrasi air laut 100%, SO%, 60%, 40%, 20% dan 0% (kontrol) dengan prosentase perkecambahan masing-masing 16%, 22%, 34%, 44%, 64%

dan

90%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perlakuan air laut 40%, sudah efektif untuk menghambat perkecambahan biji A. nilotica.

sebesar 56%. Perkecarnbahan terbaik dihasilkan dari kontrol dengan prosentase perkecambahan biji A. nilotica mencapai 90%.

Hasil uji sidik ragam dan uji beda (Tabel-2) terlihat bahwa faktor tunggal berbagai kansentrasi air laut memberikan pengaruh yang nyata terhadap prosentase perkecarnbahan biji A. nilotica, hambatan tertinggi pada konsentrasi air laut 100% (ALSAAO) dan terendah (ALIAAO). Prosentase perkecambahan terbesar pada kontrol (ALOAAO). Hal ini disebabkan karena pada kontrol biji A. nilojica tidak mengalami stres akibat salinitas. Sebaliknya pada perlakuan air laut biji A. nilotica

(149)

28 daya hamhatnya. Hal ini sangat relevan dengan data yang ditunjukkan pada Gambar- 8 dan Tabel-2. Selanjutnya Porcelli el d . (1995) menyatakan bahwa pengaruh buruk salinitas lebih banyak berkaitan dengan potensial osmotik dan bukan pada hubungan antar ion-ion. Hal ini dimungkinkan karena tumbuhan memiliki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan ion secara aktif terhadap perubahan lingkungan (Diem dan Godbold, 1993).

Gambar 8. Pengaruh air laut (AL) terhadap prosentase perkecambahan biji A. nilotica

Tabel 2. Uji beda nyata pengaruh konsentrasi air laut (AA) terhadap prosentase perkecambahan

biji A. nilotka m..u...--...---.--u.. ...

Pengaruh kombinasi perlakuan air laut dan ekstrak alang-alang terhadap perkecambahan biji A. nilotica

Perlakuan

Konsenbasi 0% (ALOAAO)

Konsenimi 2096 (ALIAAO)

Konsenbasi 40% (AL2AAO)

Konsenimi 60% (AL3AAO)

Konsenbasi 80% (AL4AAO)

Konsenbasi 1 (ALSAAO)

Data prosentase perkecambahan seluruh kombinasi perlakuan disajikan pada Gambar-9 dan hasil uji DMRT drsajikan pada Tabel-3. Berdasarkan data pada Gambar-9 dapat dikemukakan bahwa prosentase perkecambahan terbanyak dihasilkan dari kontrol, dimana biji A. nilolicu dapat berkecambah mencapai 90%. Perlakuan yang efektif untuk menghambat perkecambahan biji A. nilor~cu adalah kombinasi perlakuan AL5AA5, AL5AA4, AL5AA3, AL5AA2, dan ALSAAI, dimana biji A. nilotica hanya mampu berkecambah 10%-12% saja.

Rata-rata per-

kecambahan (%) 90 a

64 b

44 c

34 d 22 e

16f

Ket : Angka-angka yang diikug dengan huruf

kecil yang sama pada kobm yang sama

[image:149.547.40.488.33.546.2]
(150)

29

-

---

I

AAO AAI AA2 AR3 AA4 && 1

I I

I I

!

-

Kosrsnb~4 5.b& AIBIIu-A*~~ (Kt

~p~ p~ ~7

I

i

1

+ A D +All -AL2 +AL3 + a 4 +AL5 ( I I

I . - . . - - - _ I

1

[image:150.550.86.470.72.305.2]

~~p

Gambar 9. Pengaruh kombinasi perlakuan air laut (AL) dan ekstrak alang-alang (AA)

terhadap perkecambahan biji A. nilotica

Secara keseluruhan kombinasi perlakuan yang dicobakan efektif menghambat perkecambahan biji A. niloliccl mencapai 56-90%, kecuali kombinasi perlakuan

ALOAAO, ALOAA 1 , ALOAA2, ALOAA3, ALOAA4, ALOAAS, AL I AAO, AL 1AA I, ALlAA2, A L I AA3,

dan

ALIAA4.

Berdasarkan Tabel-3 dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi antara kombinasi perlakuan air laut dengan ekstrak alang-alang terhadap penghambatan perkecambahan biji A. nrlotrcu. Daya hambat semakin besar dapat ditentukan oleh peningkatan konsentrasi air laut, hambatan terbesar yaitu mencapai 90% pada

perlakuan AL5AA5, kemudian diikuti AL5AA4, AL5AA3, AL5AA2, AL5AAI.

Prosentase biji A. n~loticu yang &pat berkecambah secara berumtan adalah lo%, 14%, 14%, 12%, dan 12%, namun berdasarkan uji DMKT 5% masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata, kecuali AL5Ab.5. Perlakuan AIAAAI-AL4AA5

(151)

30 AL3AA3. Perlakuan AL2AAI-AL2AA5 dimana biji A. nilotica yang mampu berkecambah berkisar 38%-44%. Berdasarkan uji DMRT 5% antar perlakuan memberikan efek yang sama kecuali antar perlakuan AL2AA2 clan AL2AA5.

Perlakuan ALlAA1-ALlAA5 dimana biji A.nilotica yang mampu berkecambah berkisar 48%-64%. Berdasarkan uji DMRT 5% antar perlakuan memberikan . . pengaruh yang berbeda, kecuali ALl AA 1 dan AL1 AA4.

[image:151.550.30.459.41.732.2]

Berdasarkan hasil uji ANOVA dan uji lanjut DMRT terlihat bahwa perlakuan kombinasi air laut (AL) dan ekstrak alang-alang (AA) dengan berhagai konsenhasi dapat -mempengaruhi prosentase perkecarnbahan biji A. nilotica. Kombinasi perlakuan yang dicobakan menghasilkan efek penghambatan perkecambahan biji A. nilotica yang berbeda-beda tingkatannya. Prosentase penghambatan perkecambahm terbesar dihasilkan pada perlakuan AL5AA5. Sedangan prosentase perkecambahan terbaik dihasilkan pada kontrol (ALOAAO) dengan prosentase perkecambahan mencapai 90%.

Tabel 3. Uji beda nyata pengamh interaksi perlak

Gambar

Gambar la. A. nilotica dewasa sedang berhunga dan berbuah
Gambar 2. Desain percobaan kombinasi perlakuan air laut dan ekstrak
Gambar 3. Desain percobaan kombinasi perlakuan air laut dan ekstrak sereh
Gambar 4. Desain percobaan kombinasi perlakuan naungan dan air laut
+7

Referensi

Dokumen terkait