PENGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL
YANG BERBASIS
PRODUKSl BERSIH
li! I
OLEH
:
CHAIRLIL FADJAR SOFYAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTttUT
PERTANIAN
BOGOR
ABSTRAK
Chairul Fadjar Sofyar, Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis Prduksi Bersih. Di bawah bimbingan Hadi S. Alikdra sebagai
Ketua,
Koeswardhono Mudikdjo
den
Eriyatno masingmasing s-ai anggota komisi.Usaha Kecil merupakan salah satu pelaku kunci dalam proses pembangunan nasional. Kemampuan Usaha Kecil dalam mempertahankan kondisi usahanya pada saat krisis ekonomi menrpakan bukti nyata sektor Usaha Kecil memiliki kekuatan. Selaras dengan pendapat Naisbitt (1994), bahwa pada
kondisi perekonomian global yang serba terbuka menyebabkan kegiatan Usaha
Besar
menjadisemakin
rawan, sebaliknya kegiatan Usaha Kecil justru semakin mampu bertahan.Jumlah Usaha Kecil sebesar 42.326.520 unit krpotensi mendomng tejadinya krisis lingkungan disebabkan limbah yang dihasilkan secara kumulati menjadi jumlah yang besar serta penggunaan sumberdaya alam sebagai bahan baku produksi dilakukan secara berlebihan. Kerusakan lingkungan yang tidak segera ditanggulangi, berdampak menumbuhkan kondisi ketiiak4abilan bisnis yang akhimya menyebabkan sernakin sulitnya melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
Pokok permasalahannya adalah k l u m ada kebijakan puMik yang secara efektii mengarahkan atau menjaga agar Usaha Kecil melaksanakan prinsip prinsip produksi bersih. Kebijakan saat ini masih hers-ktt umum dalam
ha1
pemanfaatan sumberdaya
alan
dan baku mutu limbah, sehingga diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif.Obyek penelitian adalah tiga jenis Usaha Kecit yaitu taproka, pembatikan dan penyamakan kulit. Pemilihan obyek penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketiga
jenis
Usaha K d l tersebutterrnasuk
dalam 14 jenis industri penghasil limbah yang cukup berbahaya sebagaimanatercantum
dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor :'KEP- 031MENKLHIIII1991. Lokasi penelitian ditentukan sacara putpmke berdasarkan keberadaan dan jumlah Usaha Kecil terpilih serta pengelompokannya di daerahyaitu Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, Kabupaten Klaten dan
Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Garut Propinsi dawa Barat. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan rnenggunakan serangkaian kombinasi metode analisis yang terdiri atas: m e t d e statistik inferensi , metode analisis M EP (Measurement Environmental Performance),
analisis SAST (Strategic Assumption Surfacing and Testing) serta metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opporfunities and Threats) di sam ping metade AH P (Analytical Hierarchy
Process).
Hasil penilitian mengindikasikan bahwa (1) ketga kelornpok
usaha
kecil tidak krbeda secara signifikan dalam persepsinya terhadap faktor-faktor pengembangan kebijakan, sehingga faktor-faktor pengembangan kebijakan tersebut dapat bersifat inklusif, (2) ketiga kelompok UsahaKecil
memiYki keragaman organisasi yang tinggi terhadap aspek lingkungan alam dan aspek bisnis serta cenderung berperilaku lebih mementingkan aspek bisnis dibanding pada aspek lingkungan. Selain itu, analisis SAST telah menghasilkan asurnsi- asumsidasar
pengembangan kebijakan, alternatif strategi kebijakan dan prioritas kebijakan datam pengembangan Usaha Kecil b h s i s produksi bersihdidapatkan melalui analisis SWOT dan AHP.
Model SUKLiS dapat dilaksanakan apabila terpenuhinya kondisi adanya (1) ketejaminan kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan negara melalui penegakan hukum dan pengawasan oleh Pemerintah, (2) interaksi dan partisipasi aktif dari seluruh Stakeholders yang terkait datam pelaksanaan produksi bersih mulai dari perencanaan, implementasi dan pengawasannya, (3) ketersediaan informasi
tentang
teknologi produksi bersih (4) kesadaran,kesiapan dan konsistensi semua elemen bangsa dalam menegakkan hukum tentang lingkungan, (5) tolok ukur yang jelas untuk keberhasilan program
yaw
sesuai dan me~yangkut penerapan teknobgi produksi brsih secara komprehensif.
Hasil verifikasi melalui studi komparasi kebijakan dan FGD di 3 lokasi penelitian, mengindikasikan bahwa model SUKLiS dapat lebih mewujudkan fungsi perlindungan bagi Usaha Kecil dan masyarakat sekiarnya, mengingat penerapannya sebagai sarana pembangunan berkelanjutan sesuai dengan konse psi Industrial
Ecdogy
(El) dan relevan deng an pemikirantemada
p ling kung an (Ecdogical Thinking).Pelaksanaan model SUKLiS pedu didukung dan diperlu kan keterpaduan kebijakan yang tercakup
dalam
berbagai ketentuan perundang-undangan, sepertiABSTRACT
Chairul Fadjar Sofyar. Pdicy Development of Cleaner Production Based Small Enterprises. A Case Study in fapioka, Tannin Leather and Batik
Processing Small Industries (Counselor: Hadi S. Alikodra, as chaihan; Kooswardhono Mudikdjo and Eriyatno, as member)
This research was conducted to construct a model of
development @icy
for small enterprises which based on
cleaner
production,
andable
to
integrate three aspects: economic, social and environment. Theimportance
of environmental managemeni issues in globalizath era induced fhisobjective.
This research was carried out through system approach by using several methods, such as: Statistical inference, SAST (Strategic Assumption Surfacing and Testing), SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) analysis; MEP (Measurement Environment Performance) and AHP (Analytical Hieramhy Pnxess) as comprehensive analytical technique fo design appropriate public policy. Field
survey
combined with consolidated opinrbn of stakeholders. throush focus gmup discussions had produced basic essumpfions and strategic prionfy in developing policy for small enterprrses.This research indicated that most small enterpn'ses did
not
fullyconcern
on the cleaner production principles. Therefore, the @icy model called SUKLiS was developed as clusfering of gmups of similar small enterprises which produce indifferent waste, and the management based on lndusfrial E d q y concept. The SUKLiS model also indudes strengthening competency of the responsible small scale enterprises on the pollution contrd, environmental quality enhancement and proactive technical regulation along with profective actions. Incentive mechanism should be introduce for small enfeipn'ses and other instifuths which is applying successfully cleaner production progmm. Community participation improvement as well as policy coordination supportedby
infomatrbn exchanges among stakeholders was recommended.SURAT PERNYATAAN
Saya msnyatakan dengan
sebenar-benarnya
bahwa segala pemyataan dalamDisertasi saya yang berjudul :
Pengembangan Kebijakan
Usaha
Kwil yang hrbasis Produksi Bemihadalah gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembirnbing,
kecuali
yang denganjelas
ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pemah diajukan untuk mernperobh gelar apapun di Perguruan Tinggi lain.PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
USAHA
KEClL
YANG
BERBASlS PRODUKSI BERSlH
OLEH
:
CHAIRUL FADJAR SOFYAR
Disertasi
sebagai salah satu syarat
untuk
memperoleh gelar M o rpada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan
.
SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR
Judul Disertasi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
: PEGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL YANG BERBASIS PRODUKSI BERSIH
: Chairul Fadjar Sofyar
:
99522908
J
: llmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui,
1.
Komisi
PembimbingProf. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS. Ketua
2. Ketua Program Studi
Pengelolaan
Sum
berdaya Alam dan LingkunganDr. Ir-Suriono H. Sutiahio, MS.
ah Pascasarjana
v
m4
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Mei 1954 di Bandung, Jawa Barat, sebagai Putera ketiga dari Alm. Bapak Sofyar dan Ibu Sekartini Sofyar. Penulis adalah alumnus Fakuhas Ekonomi, Universitas Padjajaran tahun 1979 dan menyelesaikan pendidikan Pascasa jana ( 5 2 ) Jurusan Manajemen Sumberdaya Manusia di lPWl pada tahun 1996. Selanjutnya,sejak
tahun
2000 memulai pendidikan Pascasa jana(S3)
pada Program Studi Pengelolaan Sum berdaya Lingkungan, IPB.Perjalanan karir struktural mengantarkan penulis menjadi Sekretaris Menteri Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 2001 dan sampai April 2004 masih aktif dalam jabatan tersebut. Sebelumnya bertugas sebagai Deputi Bidang Pengembangan Usaha pada Badan Pengembangan Sumberdaya Koperasi dan UKM (BPS-KPKM) tahun 2000-2001, dan sebagai Asisten Deputi Umsan Tatalaksana Koperasi dalam periode tahun 1999-2000,
sedang
tahun 1 998-1 999 sebagai Direktur Perdagang an Distribusi danAneka
Jasa pada Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM.Kegiatan di masyarakat, Penulis sarnpai sekarang masih akti di kepengurusan lkatan Aiumni Universitas Padjajaran (IKA-UNPAD) sebagai
anggota Komite Eksekutif. Di samping itu, masih aktiif dalam Pimpinan Paripuma Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN), sebagai Pengarah pada Central Development Small and Mediuni Enterprises (CD-SMEs) serta sebagai Ketua I dalam kepengurusan Yayasan Pendidikan Koperasi (YAPENKOP).
Penulis terlibat aktii dalam berbagai Tim Nasional untuk mendukung kegiatan- kegiatan yang terkai w a n pengembang an KUKM serta untuk penyelesaian berbagai masalah strategis di tingkat nasional, baik secara internal maupun lintas
sektoral.
Penulis juga sefing mengikuti kegiatan Diskusi Ilmiah, Seminar,
Lokakarya, Simposiurn baik sebagai peserta, narasumber dan pembicara, di
tingkat lokal, nasional, rnaupun intemasional, temtama yang terkait dengan bidang pemberdayaan usaha kecil dan persoalan lingkuttgan hidup. Sabh satu tulisan yang dihasilkannya telah mengungkapkan keterkain Usaha Kedl dengan Lingkungan, adalah Urgensi Pengem bang an Produk-produk Usaha Kedl
Pada Tahun 1980 menikah dengan Rucky Andayani dan dikafuniai t ~ a
orang Putera yaitu Randy Ravenala (mahasiswa S1 di Arizona State University,
PRAKATA
Segala puji dan syukur yang mendalam kami panjatkan kehadirat AHah S W yang menjadi sumber ilham, sumber ilmu pengetahuan dan yang ernpuNYA pitar kebenaran, kebaikan serta kesempumaan tertinggi. Hanya karena-NYA-lah semua bejalan dengan lancar dan baik, sehingga studi dan penulisan Disertasi yang bejudul
"
Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil Yang BerbasisProduksi Bersih" ini dapat disusun dan diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS, Bapak Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikjo, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno, M.Sc., selaku Kornisi Pembimbing yang dengan bijak dan sabar senantiasa memberikan motivasi, bimbingan, arahan kepada penulis di tengah kesibukan bsliau, yang kesemuanya menjadi mutiara sangat berharga bagi penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Menteri Negara Koperast dan UKM atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan studi Pascasa jana di IPB.
Ungkapan terima kasih,
secara
khusus kami sampaikan pula kepada yang terhormat :1. ReMor lnstitut Pertanian Bogor;
, 2 . Prof. Dr. Lr. Hj. Syafrida Manuwoto,
M.Sc.,
Dekan Sekolah Pascasa jana IPB; 3. Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Sc, Dekan FakuRas Teknologi Pertanian IPB dansebagai penguji luar komisi ujian tertutup;
4. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.Sc., Ketua Program Studi PSL, IPB;
5. Para Dosen di lingkungan program studi PSL dan Sekolah Pascasajana IPB khususnya : Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.Sc., Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.Sc., Prof. Or. Ir. Marimin, M.Sc., Dr. lr. Ligaya ITA Tumbelaka,
M.Sc.,
Dr. Ir.Andry
.Indrawan, M.Sc., Dr. Ir. Yonny Koesrnaryono, Dr. Ir. Mahfud,M-S;
atas bekal ilmu, arahan dan segala masukan
yaw
diberikan dan bermanfaat bagi penulisan disertasi ini.Kepada selunrh jajaran di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM,
terima kasih atas dukungannya. Untuk ternan-teman sepejuangan di kelas Bangda, terima kasih atas spirit dan dukungan serta kebersmaan dan bantuan diskusinya, dengan harapan semoga kekmpakan tersebut dapat t m s brlanjut.
Kepada orang tua yang penulis sayangi, Ayahanda
(Am.)
Sofyar dan lbunda Sekartini Sofyar sebagai sum& kasih sayang, yang telah rnernbesarkandan rnendidik penulis dengan berbagai petuah yang bijak dan doadoa yang tak henti-hentinya mengalir. Hanya untaian rasa terima kasih yang tulus dan
kebanggaan sebagai Putranya-lah yang dapat penulis persembahkan. Khusus
kepada yang penulis
sayangi
dan kasihi,Istri
tercinta Rucky Andayani, anak- anakku Randy Ravenala, Rama Devara, dan Dayan RivaMi, yang telah menunjukka~ kasih sayangnya dengan penuh pengertian, seialu =bar dansetia
mendampingi serta memberikan dukungan moril
dan
spirit dati waktuIce
waktu,Kepada rekan-rekan: S o e h t o Hadisoegondo, Yogasmara Ariadji, Redy Handoko, Yani, Wildan, Suhaimi, Agus, Asep, Etra, Agus Efferrdi, Sugianto yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta mernberikan berbagai input
yaw
krharga guna mendukung penyelesaian Oisertasi ini disampaikan pula rasa terirna kasih.Kepada Kernenterian Lingkungan Hdup, Biro Pusat Statistik '(BPS), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gadjah M d a (UGM), Universitas Lampung (UNLAM), Pemda Kabupaten Lampung Tengah, Klaten, Sukoha jo, dan Garut atas dukungan kelancaran pelaksanaan penelitian kami.
Kepada seluruh staf di bagian administrasi Sekolah Pascasajana IPB dan Program Studi PSL, terirna kasih atas bantuannya dalam memperlancar kegiatan studi Penulis dan kegiatan lain yang sehingga terselenggara untuk memenuhi syarat penyelesaian program doktoral ini. Akhimya untuk semua pihak yang telah begitlr banyak memberikan dukungan dan kontribusi baik
secara
langsung maupun tidak langsung, namun dalam hal ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tiada terhingga atas dukungannya.Atas segala niat dan ha1 terbaik yang teiah diberikan kepada Penulis, tiada balasan yang dapat disampaikan selain doa tulus semoga Allah SWF mernbalas amal dan budi baik yang telah diberikan dan semuanya serrantiasa berada dalam lindungan-Nya. Amin.
lbarat iak ada gading yang tak retak, begitupun Disertasi ini, untuk itu segala saran dan koreksi kiranya dapat menjadi masukan yang berharga bagi
penyempurnaannya.
Bogor, 08 April 2004
Halaman
...
ABSTRAK ii
...
ABSTRACT v
...
RIWAYAT HIDUP ix
...
PRAKATA xi
...
OAFTAR IS1
...
XII~...
OAFTAR TABEL xv
...
DAFTAR GAMBAR xvi
...
I. PENDAHULUAN 1
...
1
.
1. Latar Belakang 1...
1.2. Pokok Pernasalahan 9
...
1.3. Tujuan Penelitian -10
...
1.4. Manfaat Penetitian 10
...
II
.
TlNJAUAN PUSTAKA 1 22.1. Pengembangan Usaha Kecil
...
122.2. Aplikasi Produksi Bersih
...
19...
2.3. Pengembangan Kebijakan 33
...
...
2.4. Pendekatan Sistem
.
.
39...
2.5. Industrial Ecology -45
...
2.6. Metode Strategic Assumption Surfacing and Tesfing (SAS T) 52
...
2.7. Metode
Measumrnent
of Envimmental Performance (MEP) -54 2.8. Strengths, Weaknesses, Opportunifies andThreats
(SWr07)
...
Analisys -58
...-...
...*.*..
2.9. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)-
62...
2.10. Verifikasi -65
...
I II
.
METODOLOG1 PENELlTlAN -66...
.
3.1 Kerangka Penelitian 66
...
3.2. Obyek Penelitian
-68
...
3:3
.
Tahapan Penelitian 71...
3.4. Teknik Analisis
..
-74...
IV
.
KEADAAN UMUM OBYEK PENELITIAN 82...
4.1. Kondisi Qaerah Penelitian 82
...
4.2. Kondisi Usaha Keel dan Penerapan Produksi bersih
.
86...
...
V . ANALISIS KOMPONEN KEBIJAKAN - 1 13
...
5.1. Faktor Pengembangan Kebijakan 1 13
...
5.2. Kinerja Usaha Kecil 1 1 8
...
...
5.3. Asumsi Dasar Pengemhangan Kebijakan .. 129
...
V1
. PRIORITAS KEBljAKAN 1366.1. Analisis Kebijakan
...
1%...
6.2. Prioritas Kebijakan 143
...
VII . MODEL KEBIJAKAN PUBLlK 1 !50
...
7.1. Kebijakan Usaha Kecil ....
...
150...
7.2. Model Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis 154...
7.3. Verifikasi Model 166
...
...
Vt ll
.
KESIMPULAN DAN SARAN...
1 6 9...
8.1
.
Kesimpulan 1 6 9...
8.2. Saran -170
...
DAFTAR PUSTAKA 172
DAFTAR TABEL
Halaman
Keuntungan Penggunaan Metode AHP
...
64Responden Usaha Kecil di masingmasing Lokasi Penelitian
...
71Penilaian Kriteria Berdasarkan
Skala Perbandingan
Saaty...
81Kondisi Usaha Kecil Tapioka di Kabupaten Lampung Tengah ... 106
Kondisi Usaha Kecil Pembatikan di Kabupaten Klaten dan Sukoha rjo
....
109Kondisi Usaha Kecil Penyamakan Kulit di Kabupaten Garut ... 111
ldentifikasi Faktor-Faktor Pengembangan Kebijakan Sesuai Nilai
.
. Keknt~san...
117Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Tapioka di
...
Kabupaten Lampung Tengah 122 Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Tekstil di...
Kabupaten Klaten dan Sukoharjo 1 24 Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Penyamakan Kulit...
di Kabupaten Garut 127 Asumsi-Asumsi Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis Produksi Bersih...
133OAFTAR GAMBAR
Halaman
Usaha Kecil Sebagai Penyebab Krisis Lingkungan
...
:.... 4Laju Peningkatan Limbah dan Polusi. serta Penyusutan Sumberdaya
...
Alam (UNDP. f 998) 4
Laju Penggunaan Energi. Logam dan Sumberdaya Alam yang
...
Terbaharukan (UNDP. 1998) 5
lnteraksi Usaha Kecil dengan Lingkungan (Alikodra. 2002)
...
15Diagram Venn Harmonisasi Kepentingan Ekonomi. Sosial dan
Lingkungan dalam Pengembangan Usaha Kecil
...
18 Proses Perurnusan Kebijakan Berdasarkan Model Eastonian (Parson.1995)
...
36Peran lnformasi pada Sistem
Manajemen
(Eriyatno, 1998)...
43 Struktur Paradigma Sistem Sosial yang Ada (Ehrenfeld, J.R., 1997)...
46Struktur Paradqma Sistem Sosial Berbasis Industrial Ecology
...
(Ehrenfeld. J.R.. 1997) 47
Penetapan Proyek Industrial Emlogy yang Ideal (van Berkel. R.,
Aplikasi Hukum Ashby yang Memerlukan Keragaman pada
...
Pengukuran Kine j a Organisasi 55
....
Alternatif Posisi Perusahaan dalam Berbagai Posisi (Rangkuti. . 1998)
60
Kerangka Penelitian Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil
...
Berbasis Produksi Bersih 67
Lokasi Peneritian Sentra Usaha Kecil Tapioka di Kabupaten Lampung
...
Tengah 68
Lokasi PeneNan Sentra Usaha Kecil Tekstil Kabupaten Klaten dan
...
Sukoha j o di Propinsi Jawa Tengah 69
Lokasi Penefitian Sentra Usaha K e d l
Penyamakan
Kulit Kabupaten...
Gawt di Propinsi Jawa Barat 69
...
Kerangka Teknik Analisis 75
...
...
Diagram Alir Proses Produksi lndustri Tapioka
..
..
..
90 Proses Minimalisasi Limbah Prduksi lndustri Tapioka...
(Kementerian Negara Llngkungan Hiup.
20011)
92Diagram Proses Pembatikan
...--.-...
96Diagram Proses Penyamakan Kulit
...
100Kine j a Aspek Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
Tapioka di Kabupaten Lampung Tengah
...
121 Kine j a A s w Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil' Tekstil di Kabupaten Klaten dan SukohaFjo...
,.....
123Kine j a As@ Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
Penyarnakan Kulit di Kabupaten Garut
...
125Kine j a Aspek Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
...
pada 3 (tiga) Lokasi Penelitian 128
...
Peta Kuadran Asumsi 134
...
Matrik Dampak Pengaruh Menyilang 141
...
Stt-uktur AHP 145
...
Hasl Perhitungan Menggunakan Metoda AHP 147
...
Keterlibatan Pemerintah dan Masyarakat dalam Prduksi Bersih 158
...
Keterkaitan Faktor Kebijakan dan Teknolagi Ramah Lingkungan -160
...
Model Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis (SUKLiS) 161
...
BAB
l
PENDAHULUAN
Usaha Kecil rnerupakan salah satu pelaku kuna dalam proses pernbangunan nasional. Kemampuan Usaha Kecil dalam mempertahankan kondisi usahanya pada saat krisis ekonomi merupakan bukti nyata sektor Usaha Kecil memiliki kekuatan. Selaras dengan pendapat Naisbitt (1984), bahwa pada kondisi perekonomian global yang serba terbuka menyebabkan kegiatan Usaha Besar menjadi semakin rawan, sebaliknya kegiatan Usaha Keal
justru
semakin mampu bertahan.Ha!
tersebut berkaitan dengan sistem bisnis dan kelenturan terhadap perubahan yang tejadi yang dimiliki oleh Usaha Wl. Sistem bisnisyang sederhana, fukus pada kegiatan komoditas dan bertumpu pada modal sendiri memungkinkan Usaha Kecil mampu bertahan
dad
gejolak krisis ekonomi.Bsrdasarjcan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, jumlah
Usaha
Kecil mencapai 99,85% dari total pengusaha nasional (42.326.520 unit) serta memberikan .kontribusi pada PDB sebesar 40,55%. Dalam ha1 tenaga keja, Usaha Kecil mampu menyerap 88,40% (70.282.178 orang) dari total angkatan keja pada tahun becsangkutan. Posisi tersebut menunjukkan, bahwa Usaha Kecil berpotensi menjadi penyangga sekaligus penggerak dinamika perekonornian nasianal.
Namun demikian, Usaha Keul masih menghadapi beberapa kendala
dengan keterbatasan kemampuan mempertahankan usahanya yang disebabkan beberapa ha1 antara lain: (1) keterbatasan
kemampuan
internal wganisasi yang berkaitan erat dengan aspek pengambilan keputusan tentang pemasaran,permodalan usaha dan kernarnpuan manajemen usahanya,
dan
(2)kualitas
produk yang dihasiUran M u m konsisten karena masih memakai
tekndogi
tradisional
yang
banyak didasarkanpada
praktek pengalaman dan keterampilan perorangan. Pada beberapa Usaha Kecilditemukan
adanya diskontinyuitas proses produksi sebagai akibat ketergantungan pada pasdtan bahan bakuseperti kasus Usaha Kecil pengolahan tapioka di Lampu~g yang terpakk tutup karena kurangnya bahan baku. Kelangkaan bahan baku menyebabkan harga bahan baku menjadi mahal, sehingga biaya produksi meningkat. Apabila harga jual tidak berubah maka peningkatan biaya produksi menyebabkan berkurangnya keuntungan usaha bahkan dapat menyebabkan kerugian akibat biaya produksi relatif lebih b s a r dibandingkan harga jual. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Usaha Kecil masih belum cukup mandiri dan memiliki kekuatan untuk bersaing yang pada akhirnya rnenyebabkan tingkat mortalitas kelompok Usaha Kecil relatif tinggi.
Permasalahan lainnya muncul ketika Usaha Kecil berinteraksi dengan pasar internasional.
Pasar
bebas dunia telah menetapkan suatupersyaratan
yang lebih ketat dalam menerima produk
yang
akan diperdagangkan, terutama dengan maksud untuk menjagadan
melindungi kelestarian lingkungan hidup. Produk industri umumnya, tennasuk produk Usaha Kedl, akan dapat masuk.
pasar global kalau mengikuti persyaratan global denganmeminiRlalkan titrrbdnya
dampak negatif bagi kelestarian lingkungan usahanya (ecdahding), misahya melalui pengendahn M a p berkembangnva polusi dara (U'ment, 2QW). Pmduk-produk yang mempunyai latar belakang rnerusak lingkungan akan
dihambat untuk masuk pasar karena dianggap tidak memenuhi standar lingkungan (Kuhre, 1998).
konsep dan praktek IS0 Seri 14001 ke dalam
Standar
Nasional Indonesia (SNI). Konsekuensinya adalah diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terkait, termasuk Usaha Kecil. Kondisi demikian menyebabkan permasaiahan yang dihadapi Usaha Kecil lebihkompleks,
yaitu selain berupaya meraih gisiensi ekonomi untuk memperoleh laba usaha dan meningkatkan kapasitas (skala) usahanya, juga harus memenuhi standarisasi produksi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.Beberapa upaya pembinaan terhadap Usaha Kecil yang dYakukan oleh Pemerintah masih difokuskan pada
aspek
ekonorni, dengan alasan untuk peningkatan kesejahteraan pengusaha kecil dan keluarganya. Usaha Kecil dalam memenuhi kepentingan bisnisnya seringkali mengeksploitasi surnberdaya. alam secara berlebihan yang mengakibatkankemsakan
dan pencemaran lingkungan (Sumarwoto, 1999). Dalam jangka panjang, penurunan kualitas lingkungan akan menurunkan eksistensi Usaha Kecil (Pearce, 1992). Kerusakan lingkungan yang tidak segera ditanggulangi, berdampak pada psningkatan kondisi ketidak-stabilan usaha (bisnis) yang akhimya menyebabkan semakin buruknya rancangbangunUsaha
Kecil secara berkelanjutan (Richard, 1996). Pada masa mendatang fokus upaya pembinaan Usaha Kecil tersebut perlu diterapkan secara bijak, mengingat kalau tidak dikendalikan maka berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.Hubungan antara Usaha Kecil dan Krisis Lingkungan digambarkan oleh k v a l l (1985) sebagaimana Gambar 1. Pertama, limbah yang dihasilkan oleh
Usaha Kecil
secara
kumulatif dalam jumlah yang besar akan rnendomng1
Gwnbar 2menunjukkan
bahwa delam k u ~ n wakW 1980 - 1998, kju%.T--
pem angan
limbah
wmhbqgatelah
msningkat
t
a
m
h i w a
20%,sedangkan
laju
pencemaran yang diakibatkanOM
NOxdan
C@ jugaikut
meningkai tajam hingga 20%
-
25%. Disisi
lain, laju pmyusubn sumberdayaalam,
dilihat dari
jumlah ketersediian air bersIh danluas
lahan hutan,
dalamkuiun
waktu
1970-1996 menurun tajarn hingga 40%. Ekaplnitasisumbdaya
alam lainnya seperti:
energi,
lagam, maupunsumberdaya
alam
yangterbaharukn, juga menunjukkn kecenderungan dilakukan
aecara
berlebihan.DA terbaharuka n
160
Gambar 3.
mu
psnggunaan enmgi, logain dan sumkrdayaaiam
yangterbahanrkan
(UNDP,
W90)Gambar
3
memprlhatkan
baM
dalam kurun wak€u W50-1996, fajupenggslnaan
energi
meningkat tajamhingga
3OE%.Sedanghn
lajslpenggunaan
lagam
dunia dalam kurun waktu 1980-1996 juga mmunjukkan peningkatanyaw
cukup
signman, M i k i a n
pula
penggmaan
surnkrdaya slam yangterbaharukan,
seperti
kayu, tangkapan hasil lautdan
pemanfaatan air, telah1996). Meskipun sumberdaya alam itu dapat diperbaharui, npmun sumberdaya alam seperti kayu, tangkapan hasil laut dan air tersebut apabila dieksplotasi melebihi laju proses pemulihannya akan mengakibatkan timbulnya krisis lingkungan yang berkepanjangan.
Kondisi tersebut, perlu dicermati sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
kebijakan
tentang tlsaha termasuk Usaha Kecil. Mengingat jumlah Usaha Kecil yang sangat besar di Indonesia, maka dalam rangka menghindari tejadinya krisis lingkungan, kegiatan Usaha Kecil pedu diintmensi agar tidak semata-mata dilaksanakan untuk memenuhi kepentingan ekonomi yang diselaraskan dengan aspek sosial, tapi juga hams dapat membantu memenuhi tuntutan kepentingan lingkungannya (aspek ekologis).Upaya yang perlu dilakukan adalah menyediakan kebijakan publik tentang Usaha Kecil yang mampu mendorong terwujudnya perubahan
perilaku
dan wawasan (pandangan) para pengusaha kecil dan sfakehdde~ lainnya, dari
sekedar berfikir menghasilkan produk menjadi pengambil keputusan yang berpandangan holstik dengan wawasan 'menghasilkan produk yang diperlukan masyarakat, melalui kegiatan yang sesuai dengan kondisi sosial
setempat,
yang ramah lingkungan serta ikut mendukung keiestarian lingkungannya".Perubahan tersebut menjadi landasan dalam proses pengembangan kebijakan rnaupun proses pelaksanaannya yang mendwong berbagai program
atau kegiatan pemanfaatan surnberdaya Ingkungan secara
M h
efisien dandapat melindungi ketersediaannya, serta aplikasi dari kegiatan eksploitasinya secara berkelanjutan (Pearce, 1989). Penerapan kebijakan dan b e h g a i
program yang dikembangkan perlu dijaga konsistensinya melalui sistem pengawasan dan kontrol, termasuk upaya pubiikasi inforrnasi kualitas
rnungkin
keiika
ditemukan banyak penyimpangan dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam praktek (Bingham, 1989). Menurut Economopoulos (1 983) kunci kesuksesan dalam sistem kontrol terhadap polusi atau pencemaran lingkungan adalah pengembangan strategi yang efektii yang memperhatikan aspek ekonomi, teknis dan manajemen atau organisasi. Langkah tersebut diharapkan akan dapat mengoptimalkan terjaganya kualitas dan jumlah produkindustri yang dihasilkan.
Secara konseptual, Endres (1 989) menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menerapkan sistem pmduksi bersih (cleaner
production), yang didukung oleh tata
aturan
dan kebijakan yang mendasarinya. Contoh dari pndapat ini misalnya dalam ha1 penerapan kebijakan tentang lingkungan, yang diwujudkan melalui penetapan itriteria standar emisi; atau penetapan syarat penggunaan teknologi; maupun ketentuantentang
pelarangan penggunaan sejumlah bahan baku tertentu dalamkegiatan
produksi.Orientasi
penerapan
konsep
dan sistem tersebut adalah mengubah sasaran kegiatan pengendalian kondisi lingkungan, dari pola pengaturan dan pengawasan secara ketat, menjadi kegiatan pengendalian yang berpola memenuhi prmintaan pasar serta dilengkapi dengan penerapansistem
insentif
bagi pihakgihak yang telah berupaya memenuhi kriteria Ingkungan yang ditapkan. Adapun kriteria-kriteria dimaksud mencakup antara lain: (1) efisiensi penggunaan sumberdaya; (2)ketepatan ekologis, yang bukan
berdasar
trial ande m
m d e t
(3) terwujudnya inovasi penyempumaan teknologi; dan (4) kelayakan politisnya (Endres, 1989).alam dan bersifat parsial sektoral (Sodikin, 2003). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa dukungan
kebijakan
terhadap penerapan praduksi bersih dikalangan Usaha Kecil belum efektif. Weston dan Studrey (1994) menyatakan bahwa suatu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hambatan penerapan teknolqi benih meliputi aspek teknis sebesar 10% (ketersediaan danketerampilan), aspek keuangan sebesar 30%
dan
aspek kebyakan (organisasi dan legislatif) mencapai 60%.Berkaitan dengan hal tersebut, Silalahi (1981) berpendapat, bahwa proses penegakan hukum lingkungan perlu mempertimbangkan dan memperhatikan
secara
seksarna
dua faktor kritis, yaitulaw
enforcement atau upaya penegakan hukum dalam praktek, dan compliance atau upaya menciptakan kondisi agar masyarakat bersedia mentaati ketentuan dalam praktek atassejumlah
ketentuan dan perundang~ndangan tentang lingkungan.Secara operasional diketahui ada dua pendekatan
yang
dipakai untuk menerapkankonsep
produksi bersih sebagai pilihan guna menjaga keiestarian lingkungan, yakni: (1) pendekatan yang mengacu padapertimbangan
teknis; dan(2)
pendekatan
yang mengacu pada pertimibangan aspek sosial, dalam artibahwa pelaksanaannya akan
melibatkan
partisipasi masyarakat. Keterkaitandua
pendekatan itu dapat ditemulran melalui aplihsi kebijakan yang mencakup program produksi bersih di kawasan industri dengan orientasi untuk mengendalikan dampak pencemaran lingkungan
yang
terjadi.P m s pengendaliannya diintegrasikan melalui proses internhi antar komponen ekonomi, sbsial
dan
lingkungan, yang saling terkaidalam
kerangka menumbuhkan Usaha Kecil. Kom ponenekonomi
terkait dergan aspek bisnis melalui pengambilan keputusan yang rasional, komponen sosial terkait denganterkait dengan aspek
menjaga
kdestarian dan kualitas lingkungannya yang dapat mendukung proses pembangunan berkelanjutan.1 2 .
Pokok
PermasalahanKegiatan usaha yang dilakukan Usaha Kecil bertujuan rnengkonversibn bahan baku melalui proses produksi yang menghasilkan suatu produk yang diterima dan mempunyai nilai ekonomis. Oalam perkembangannya dasar
pertimbangan nilai ekonomi berubah menjadi nilai usaha yang tidak hanya
ditentukan oleh kepentingan prduksi namun juga memperhatikan sumberdaya alam. Hal tersebut disebabkan aktivitas usaha dapat menimbulkan dampak
negatif yang cukup potensial terhadap siklus bahan baku, eksploitasi, ekstraksi, dan transformasi~ya ke dalam proses konsumsi energi, hasii limbah, pemakaian
p d u k serta buangan oieh
konsumen
(Puspita, 1993).Oengan
demikian nilai usaha diekspresikan sebagai fungsi rrilai produkdan
prosesdengan
melibatkan fungsi kontrol sejalan dengan fungsi konversi energi dan sumberdaya ataudengan
kata lain tercipta harmonisasi pemenuhan antara keperttingan ekonomi, sosial dan lingkungan.Mernperhatikan peran Usaha Kecil yang amat
b a r
dan penting dalam ketahanan ekonomi masyarakatmaka
upaya pemberdayaan Usaha Kecil telah menjadi pernasalahan nasional. Kebijakan puMikharus
mampu mendorong peningkatankapasitas
Usaha Kecil rnenjadi rnandiri dan M a y a saing sertaPokuk pemasalahannya adalah belum ada kebijakan publik yang secara
efektii mengarahkan atau menjaga agar Usaha Kecil melaksanakan prinsip prinsip produksi bersR. Kebijakan saat ini bersifat umum cialam ha1 pemanfaatan
sumberdaya alam dan baku mutu limbah, sehingga dipedukan strategi kebijakan
yang lebih komprehensif.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mewmuskan kebijakan Usaha Kecil yang
brbasis produksi bersih. Tujuan operasionalnya adalah (1) rne~iumuskan
asumsi-asumsi dasar pengembangan kebijakan, (2) rnenganalisis kineja Usaha
Kecil dan (3) rnerumuskan prioritas strategi kebijakan.
1.4. Manfaat Penelitian
1) Bagi Pemerintah : rnemberikan masukan dalam rnerumuskan kebijakan publik pengembangan Usaha Kecil, yang mampu menghannonisasikan aspek ekonomi (bisnis);
sosial
(peran serta masyarakat) maupun lingkungan fisik atau kualitas kondisi lingkungannya. Selain itu jugamemberikan masukan dalam merurnuskan strategi pembinaan Usaha
Kecil untuk penyusunan programgrogram pengembangan
Usaha
Kecilyang berdaya saing dan sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan bet-kelanjutan.
2) Bagi Usaha Kecil : meningkatkan kualis
proses
pengarnbilan keputusan bisnis, yang bemrientasi pada hamnisasi aspekekonomi,
sosial dan lingkungan sehingga Usaha Kedl mampu mengembangkan
3) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan : introduksi metddogi yang merangkai berbagai teknik analisis rnelalui pendekatan sistem untuk
BAB
I1
TlNJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan Usaha Kecil
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil menyatakan bahwa Usaha Kecil merupakan 'kegiatan ekonomi rakyat" yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
serta
status kepemilikan, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha Kecil tersebut mencakupUsaha
Kecil informal, Usaha Kedl tradisional maupun kegiatan ekonomi rakyat lain yang berskata mikro. Di bebrapanegara,
definisi Usaha Kecil hanya memakai satu kriteria, yaitu jumlahtenaga
keja saja atau ada juga yang menambah kriteria dengan besarnya hasil penjualan (Rietveld, 1989). Dalam Undang-undang No. 9tahun
1995 tentang Usaha Keul, ada pengertian Usaha Kecil yang juga rnencakup Usaha Kecil informal, Usaha Kecil tradisional maupun kegiatan ekonomi rakyat lain yang berskala mikro.Dalam P a d 5 Bab HI Undang-undang No. 9 bhun 1995 semra spesiftk ditetapkan
kriteria
Usaha Kecil, s e m i krikut:1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usahs;
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar; 3) Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;
4 Berdiri sendiri,
bukan
merupakan anak perusahaan atau cabarrg perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau yang berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;5)
Be-ntuk
usaha orang perseorangan, badan m h ayaw
tidak berbadanDalam penelitiannya, BPS (2004) memakai definisi operasional tentang Usaha Kecil, yaitu
sebagai
:"Kegiatan ekonomi,
yaw
dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan memiliki omzet penjualan sebesar satu miliar rupiah atau kurang.Omzet
itu dihitung dalam satu tahun kerja."Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) mendefinisikan 'Industri Kecil", dengan memakai kriteria
kekayaan
bersih danornzet
usaha, yang mengacu pada batasan Usaha Kecii dalam Undang-Undang Namar 9 tahun1995 tentang Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
'Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseoranganlnrmah tangga maupun suatu badan, dengan tujuan untuk memproduksi barangljasa guna diperniagakan secara komersial; yang mempunyai
kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200 juta dan mernpunyai nilai penjualan {omzet) per tahun sebesar Rp. 1 miliaclkurang".BPS (2004) menyatakan, bahwa jumlah Usaha Kecil tercatat 42.326.520,
meningkat sebesar 2,93016 dari tahun sebelumnya. Kontribusinya pada PDB agak naik dari 40,26% (2002) menjadi 40,55014 (2003). Sedangkan
jumlah pengusaha
kecil tetap pada posisi 99.85% dari jumlah seluruh pengusaha yang ada. Usaha Kecil memiliki kapasitas dan peluang menampung tenaga keja barn, yang diindikasikan jumlah tenaga keja yang dapat diserap Usaha Kecil pada tahun
2002 tercatat sebanyak 68,2 juta, sedang pada tahun
2003
jumlah itu menjadi 70.282.178 mng, atau naik sebesar 2,86%.FaHa
tersebut menunjukkan Usaha Kecil merniliki peran dan posisi strategis dalam perekonomian nasional.Usaha Kecil mempakan begian integral dari dunia usaha nasional dan
mengemban fungsi melayani kebutuhan ekonomi masyarakat
luas
#cam prima.wahana untuk melakukan proses pemerataan dan peningkatan pendapatan bagi rnasyarakat kecil
serta
memenuhi kebutuhan aspek sosial pelakunya. Usaha Kecil juga diharapkan dapat ikut mendorong terjadinya percepatan dalam proses pertumbuhan ekonomi nasional serta menjagastablitas
kondisi perekonomianpada khususnya (Sartika dan Soejoedono, 2002).
Pengembangan Usaha Kecil dilakukan
melalui
peningkatan peiuangdan
pembinaan kemampuan Usaha Kecil, seperti: pencadangan usaha, pemberian bantuan pendanaan atau permodalan usaha;
serta
pembinaan teknis kualitassumberdaya manusia. walaupun belum sepenuhnya berhasil rnemperkuat kemampuan dan posisi Usaha Kecil sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Sartika dan Soejoedono, 2002). Pola keberpihalian yang beialan
selama
ini masih belum efektif, sehingga Usaha Kedi belum sepenuhnya memperoleh pelayanan yang optimal. Hal tersebut disebabkan belum adanya iklim usaha yang kondusif dan dukungan kebijakan yang implementatif yang menjadikan interaksi yang harmonis dan salingmelengkapi
antara Usaha Kecil denganstakeholders lainnya terutama Usaha Menengah dan Usaha Besar. Kalaupun sudah ada kebijakan namun penerapan kebijakan tersebut sering tidak dijalankan atau dipatuhi.
Permasalahan
Usaha
Kecil menjadi lebih komplek, terutama dalam menghadapi penrbahan ekonomi dunia dengan krlakunya era perdagarsganbebas. Perubahan tersebut menuntut Usaha K&l untuk mampu memenuhi persyaratan IS0 14001 sehingga menjadi kmbaga ekarmmi yang tangguh dm
satu kesatuan
komponen
sisternik yang ferdiri atas; input, proses dan outputyang dihasilkan sebagaimana tersaji pada, G a m h r 4 (Alikodra,
2002).
Gambar 4,
Interaksi
Usaha Kecil dengan Lingkungan (Altkodra,2002)
Skerna pada
garnbar
4, menunjubn Wrkaitan antar komponen d a msitstem
kegiatan
UsahaKecil
dengan lingkungannya, Ketakairtan komponen inputdengan
tingkungan digambarkan melalui penggunaan surnkrdayaa b .
Kegiatan
dcspl05tasi
secaratidak
bertebihan harus d i l a W n untukm e n w
keseimbangan dam. J i b
kegiatan
eksploitarsi s u m M a y a alamdlakukan
sewra
Webihanakan
berpotensi
merusak ekistensi lingkungan di sewmya,Keterka'Mn kedua adaiah antara
proses produksi dahm
sisfm kegiafanUsaha
Kecil
dengan lingkungan. Proses rnerupakanpengolahan
input untukmengubah bentuk dan
memberi
nilai tambah. Dslam prosestersebut
apabilaieknologi
proses
yang
digunaQcan tidakrarneh
lingkunganakan
b e r p ~ ~Keterkaitan ketiga adalah antara output dalam sistem kegiatan Usaha Kecil dengan lingkungan. Komponen output berupa produk berpotensi mencemari lingkungan atau membahayakan kelangsungan hidup konsumen, antara lain produk yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, pengiunaan kemasan yang
suht
didaur uiang dan limbah yang tidak memenuhi baku mutu. Adanya keterkaitan antara sistem kegiatan Usaha Kecil dengan lingkungan merupakan fakta yang hams dipertimbangkan dalam pembangunan Usaha Kecif.Secara ekologi, pernbangunan merupakan gangguan terhadap keseimbangan. Gangguan terjadi akibat adanya perubahan dari keseimbangan lama kepada keseimbangan baru yang memiliki potensi pengaruh terhadap kestabilan sistem ekologi (Achmadi, 1992). Soemarwoto (1 999) menyatakan kalau ditinjau dari sisi ekologi. proses pembangunan sebenamya merupakan suatu "gangguan". Gangguan itu akan mempenga~hi keseimbangan lingkungan, yang
kemudian
akan kembali tercapai pada posisi baru setelah melalui proses pembangunan. Uraian itu telah menernpatkan
Usaha
Kecil dalam dinamika pembangunan nasional yang berkelanjutan.Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berorientasi lingkungan telah menjadi pehatian intemasional. Pada tahun 1982 di Rio de Jeneim,
Brasilia, kesepakatan antar
negara
telah menghasilkan paradigma pernbangunan barn, yang dikenal sehagai 'pembangunan krkelanjutan" (sustainabledevelopment). Keputusan tersebut merupakan komitmen kerjasama global
seluruh negara di dunia dalam rnewujudkan keberlanjutan perekonornian dan
masyarakat yang berwawasan lingkungan (Sulaiman, 2001). Seluruh Negara di hara pkan secara konsisten menggunakan prinsipprinsip pem bangunan berkelanjutan, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup generasi di masa
Kebutuhan adanya kebijakan yang memperhatikan kepentingan lingkungan muncul karena proses pembinaan Usaha Kecil sampai saat in; masih berorientasi pada as@ pertumbuhan saja, dan belum mempertimbangkan aspek-aspek lain yang
terkait
dan berpengaruh timbal balik. AIasan rasiohalnya karena Usaha Kecil lebih membutuhkan perolehan penciapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengenda5an pencemaran masih dipamlang sebagai kegiatan parsial atau terpisah dari kebijakan ekonomi, sehingga berbagai aspek selainaspek
ekonomi akan dipenuhi apabila telah berhasil memenuhi kebutuhan ekonominya (Puspita, 1993).Hal tersebut berdampak pada penanganan masalah-masalah lingkungan
yang
hanya
dipandang sebagai bukan prioritas utama. Walaupunintensitas
efekburuk dari kegiatan Usaha Kecil belum menyentuh tingkat yang mengkhawatirkan, apabila dibiarkan
akan
menyebabkan turunnya kualis daya dukung lingkungan secara berkelanjutan. Selain itu, jumlah kumulati Usaha Kecil yang cukupbesar
menyebabkan jumlah kumulatif beban limbah menjadi signifikan dalam rnerusak lingkungan. Sebagaicontoh
Usaha Kecil yang bergersk di bidang industri tekstil, pulp,kertas
atau industri pengolahan bahanbaku kulit, secara kolektii menjadi sebab yang signifikan daiam peningkatan pencemaran di
sungai.
S a r a teoritis, gejala kerusakan lingkungan (baik Cngkungan alam
maupun sosial) banyak dipengaruhi oleh tingkat
kesejahteraan
penduduk Apabila tingkat kerniskinan penduduk tinggi, maka ada kecenderungan untuk menim bulkan dam pak bagi tingginya ting katkenrsakan
ling lrungan hidup(Retno,
Pembhan
tingkunganjuga
mnyehbkan pola hubunganhost-vektw-
a w n
penyakitberubah
yang
menyebabkan polapenyakif
jugaberubah
(Achrnad, 1992). krbagai
penyakit
Mirnyamuncul
dan hembang,sehingga
khususnya
dangan
sernakin tingginyapencemaran
lingkungan. !-fa! tersebutmengindikaslkan penenturn kebijahn dan pelahanam
program
yam
brkaitandengan pertmbuhan ekonomi, pewkhan
sosial
hams
mmperhifungkandalam pembangunan
nasiowl, teitmasukpengembangan Usaha
Wl
perlu
ditakukan
dengan
caramemanfaatkan
ekenario proses pembahanyaw
diarahkan atau difokuskan
dalom
mewujardkan
brbagai pefuang maupundorongan
(rnotivasi) kepada Usaha MI agar terwujud harmunkasik&utuhan
tiga aspek, yaitu
asp&
ekonorni,
msial
dm lingkungan (Oamhr 5).Gambar5. Diagram Venn
Harmmisasi Kepentingan
Ekonorni,
Sosialdan
Ungkungan &lain Pengembngan Usaha Kecit.
Fenomena
keterkaifan
yang
seimbang,
selaras
dan
terpadu dari tigaaspsk
daiam
diagram Ven itu perlu ditemukan oleh UsahaKeci!
secara
trmonie,karena
pengambitankaputusan
hams
dilaksJkan agar ketiga kepentingandapai
Artinya ada faktor-faktor kritis yang terkait erat atau rnerupakan bagian dari ketiga aspek tersebut, yang perlu dimmuskan secara efektii dengan tingkat kompetensi tertentu. Usaha Kecil diharapkan
mampu
mengendalikan faktor- faktor kritis tersebut. Pengelolaannya akan memadukan faktor-faktor dimaksud dalam skenario kegiatan usaha dari masing-masing Usaha Kecil bersangkutan, melalui penerapan kebijakan yang berbasis produksi bersih. Dalam hubungan itu, perlu diperhatikan pendapat Munasinghe (1982) yang menyatakan bahwa dalam pengembangan Usaha Kecit diperlykan iklim usaha yang kondusif disertai dengan penerapan kebijakan publik yang efektiif sertaselaras
dengan kondisi sosial dan kualitas lingkungannya.Oalam menyusun kebijakan tersebut perlu diperhatikan beberapa faktor
yang
dapat mempengaruhinya, yaitu antara lain (1) kulturkebiasaan, (2) keikutsertaan pemangku kepentingan kunci, (3) kemampuan teknologi, SDM dan Pranata kelembagaan, (4) interaksi antara konsumen dan produsen (Asis, 1 998). Kebijakan Usaha Kecil terkaiterat
dengan proses pengambilan keputusan dari masing-masing stakeholders yang hrsangkutan. Peran dan perilaku sumberdaya manusia dari kelompdt UsahaKecil
menjadi kompnenkritis
yang 'memerlukan proses pengelolaan yang efektif melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi sumberdaya manusia secara berkelanjutan.
dan sumberdaya alam yang merusak kelestarian daya dukungnya (Hasan, 1985).
Kehidupan manusia sangat ditentukan oleh kemampuan dan kebijakan manusia
saat ini dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya alam
yang
tersedia, Upaya yang mencakup penjagaan kelestarian kualitas lingkungan hidup menjadi'bahanresolusi dalam Sidang Umum PBB No. 2581 (XXiV) tanggal 15 Desember 1969.
Pembahasan isu tersebut terus krgulir sampai pada pelaksanaan Konferensi
PBB
tentang
Lingkungan Hidup Manusia, di Stockholm (5-16 Juni 1972).Konferensi menghasilkan sejumlah keputusan antara lain S f d h d m Dedaration,
yang kemudian disahkan menjadi resolusi pada Sidang Umum PBB No. 2997 (XXVI I) tanggal 15 Oesember 1972 (Danusaputro, 1980). Dalam
perkembangannya aspek lingkungan hidup ditempatkan sebagai salah satu
faktor kunci pokok bagi keberhasilan proses pembangunan berkelanjutan.
PBB kemudian membentuk WCED ( W d d Commission on Environment and Development) berdasar Keputusan Sidang Umum PBB No.
3W161
Desember 1983 yang bertujuan menangani masalah lingkungan hidup yang
semakin bertambah dan meningkat kompleksitasnya, di samping dampaknya mendunia. Dalam tugasnya, WCED memakai pendekatan penanganan masalah
lingkungan dan pembangunan yang bertumpu pada pilar-pilar: keterkaitan
(interdependency); keberianjutan (susfainabildy]; pernerataan (equity);
keamanan
dan risiko lingkungan; pendidikan dan komunikasi; seda kerjasama internasional. Pernyataan w i n g dalam laporan WCED bqudul mOurM m o n
Futum" (1987)adalah
bahwa "dunia memerlukanproses
pembangunan yang dapatmemenuhi
kebwtuhan saat ini, dengan rnengkompromikannya pada kemampuan generasi
Konsep produksi bersih diperkenalkan oleh UNEP (United Nations
Envimment
Program)
pada bulan Mei 1989, namun secara resmi ha1 tersembaru diajukan pada bulan September 1989 dalam Seminar on The Promotion of Cleaner Production yang dilangsung kan di Canterbury (Wi-, 1 996). Sejumlah negara yang tergabung
dalarn
PBB semakin menyadari pentingnya untuksegara
menerapkan program produksi bersih (cleaner produdion), Konsep tersebut rnerupakan satu upaya terpadu untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui m inimisasi limbah yang rneliputi reduksi pada sumber dan pernanfaatan limbah. Reduksi pada sumber adalah upaya secara preventif pada sumbemya dengan rnengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat
bahaya
limbah yang akan keluar ke lingkungan. Sedangkan pemanfaatan limbah dilakukan dengan prinsip recovery, muse, danrecycle.
Produksi bersih dapat didefinisikan sebagai "aplikasi kontinyu dari suatu strategi pencegahan lingkungan terhadap proses dan produksi untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan" (UNEP, 1992; ANZECC, 1998, Pudjiastuti, 1999; Alikodra, 2002). Sejalan dengan definisi tersebut dalam buku *Kebijakan Nasional Prduksi Bersiha
(2003)
disebutkan, bahwa produksi bersih rnerupakan: "strategi pengelolaan lingkungan yang krsifat preventif, terpadu dan ditetapkansecara
terus menems pada setiap kegiatan, mulai dari huluke
hilir, yang terkait dengan pros- pmduksi, produk dan jasa, untuk meningkatkan efisiensi penggunaansumberdaya
alam, mencegah tejadinya pencemaran lingkungan dan rnengurangi m t u k n y a limbah pada sumbemya, sehinggadapat meminimisasi resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan".
I )
Mengurangi
resiko manusia dan lingkungan dengan meminirnumkanpenggunaan bahan baku, air dan energi serta menghindari penggunaan bahan baku berbahaya dan beracun;
2)
Perubahan pola prduksi dan konsumsi, yang diterapkan pada proses produksi dan produk yang dihasilkan, melalui analisis daur hidup p d u k (product Itfe cycle analyses);3)
Perubahan pola pikir, sikap maupun tingkah laku dari semua pihak terkait(stakehWemI baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha, dengan melalui upaya menerapkan
pola
rnanajemen yang rnempertimbangkan aspek lingkungan;4) Aplikasi teknologi ramah lingkungan, manajemen maupun standar
prosedur operasional, sesuai dengan persyaratan
yang
ditetapkan.5) Arah pelaksanaan program produksi bersih krfokus pada upaya menciptakan pengaturan sendiri, dengan memakai pendekatan musy awara h mufakat (negotiated-mgulatofy
approach)
sehingg a a piikasi produksi bersih tidak hanya harus mengandalkan tersedianya pengaturan dari pemerintah, akan tetapi hendaknya dapat juga dikembangkan darikesadaran para pelaku ekonomi (Pudjiastuti, 1 999).
Dalam aplikasinya, konsep produksi bersih dikembangkn mernakai salah satu dad Mberapa strategi teknii yang dapat menangani penmaran dan polusi yang ada. Secara teknis ada 5 penerapan produksi bersih, yaitu :
yang dihasilkan, dan untuk itu perlu dipaharni
betul
analiis daur hidup produk yang akan dihasilkan. Strategi ini juga memerlukan perubahan pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak (stakehdde~s], seperti pemerintah, masyarakat atau kalangan dunia usaha.2) Strategi Reuse, sebagai strategi penggunaan teknologi yang memungkinkan Ymbah kembali dapat digunakan, tanpa mengalami
perlakuan fisika, kimia, atau biologi. Dalam praktek misalnya diwujudkan
dalam
bentuk penggunaan kembali untreatedwater,
atau bekas kemasanbahan kimia untuk mengemas bahan kimia
sejenis.
3) Strategi Reduction, sebagai strateg i pengurangan lim bah pada surnbernya yang dicapai dengan menerapkan tekndogi tertentu yang dapat
m e w
ah atau mereduksi timbulnya penmaran di awal produksi. Strategi ini dapat mengurangi dan meminimisasi pmggunaan bahan baku, air maupun energi serta pemakaian bahan baku berbahaya dan beracun (B3), sehingga resiko pencemaran dan kenrsakan lingkunganserta bahaya lain bagi manusia juga dapat direduksi.
4) Strateg i Recovery,
sebagai
strateg i pengg unaan teknolog i untuk memisahkan bahadenergi dari suatu lrnbah yang kwnudian dikembalikan dalam proses produksi dengadtanpa perlakukan fisika, kimia, atau biolog i. Im plikasinya diwujdkan misalnya dalam upayame-
reoover khrom dari limbah padat industri kulit atau rnemmver timahhitam dari limbah aki bekas.
5) Strategi Recyding, sekgai stmtegi daur ulang, berupa tekmlogi yang
menjadi biji plastiklpengolahan ulang atas air, energi dan lainnya (Pudjiastuti, 1999).
Aplikasi strategi teknis itu dapat dikaji melaiui misalnya upaya mengolah limbah air dan limbah padat memakai lnstalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang memanfaatkan proses dan teknologi murah. W e i !PAL yang telah ada saat ini dianggap
mcok,
misalnya untuk usaha industri skala kecil, khususnya Usaha Kecil Tapioka. Walaupun dari sisi waMu prosesnya relatif lambat,namun
hasilnya cukup efekttf karena dapat mereduksi kadar polutan sampai sebesar 90%. Langkah lain
yang
dapat dilakukan, dengan maksud untuk menghilangkan dampak timbah semaksimalmungkin,
dapat dilakukan misalnya melalui cara pemanfaatan kembali (muse) Embah padat yang adalmendaur-ulang (mcyde) limbah cair yang dihasilkan melalui sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah(1PAL). Hanya saja langkahlangkah tersebut belum mencakup upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kembali
kmponen limbah (mvery) di semua aliran yang ada atau memanfaatkan kembali hasil dimaksud untuk memenuhi kepentingan industri lain.Aplikasi produksi bersih mempunyai
fokus
kegiatan pada berbagai upaya untuk mengurangi dampak negatif yang tiinbur di seluruh tahap dalam siklus hidup produk yang dihasilkan, mulai dari proses ekstraksi k h a n baku,upaya
minimalisasi
limbah, mencegah pencematan, dan kemudian rwngurangi sumb8rpencemaran sampai pada pembuangan akhir, setelah produk sudah tidak lagi
dapat digunakan
(Alikodra,
2002). Menurut Weston dan Stucke~ (19941 walaupunbelum
ada kesepakatan tentang Mnisi teknologi bersih, namunkonsensus umum tentang tujuannya dinyatakan untuk meredmi tingkat emisi
lingkungannya (Falsafahnya pencegahan lebih balk dari penanganan akibatnya). Hal tersebut berbeda dengan pendekatan pada proteksi lingkungan yang hanya menerapkan pendekatan pada teknologi end of pipe (EOP) yang memfokuskan perlakuan pada polusi setelah dihasilkan dan kebanyakan hanya menghssilkan dampak lingkungan yang betianjut pada saat bahan-bahan polusi dipindahkan dari satu medium
ke
medium lainnya. Karena itu dalam aplikasi umum dari teknolologi bersih dicakup upaya: (1) menghasilkan proses baru dan (2) recovery dan reuse, di samping penanganan terhadap (3) kegiatan prosesnya (menerapan praktek produksi yang baik); (4) perubahan teknologinya (memodifikasiproses
atau peralatannya); (5) perubahan produknya (mendefinisikan kembali produknya); (6) memanipulasi bahan masukannya(menggantt masukan
yang
merusak).Penerapan konsep produksi bersih melalui proses pembinaan kelestarian lingkungan tidak han ya diarahkan kepada individu rnaupun kelompok yang berpotensi mencernari lingkungan,. melainkan juga kepada stakeholders
terkait
lainnya. Pendekatan tersebut menunjukkan
prlunya
perubahan perilaku, sikap dan wawasan seluruh stakeholders terkai tenrtama pelaku usaha, yang bukan hanya terfokus pada mencari kekbihan pendapatan namun juga harus dapat menyeimbangkan kepentingan lingkungan (Hasan, 1985). Peruhahan akan efektif apabila tersedia kebijakanyang
bersm%ntas
dcioral, muttidistpiiner, dantransdisipliner yang memuat program
hntuan
perkuatan, program insentifserta
dimaksud harus disusun secara holistik, yaitu secara efektii, terpadu serta pengintegrasian komponen dan programnya dilakukan secara berkelanjotan.
Weston dan
Stuckey
(1994) mengemukakan bahwa perhatian pemerintah atas teknologi bersih bagi kepentingan industri telah meningkat, namun harus diakui bahwa dalam proses penerapannya ada faktor pendorong maupun faktor penghambatnya. Sebagai mntoh dinyatakan bahwa pemerintah lnggris misalnya telah mengembangkan alat ukur yang dharapkan dapat mendorong industrirnenjadi mernpertimbangkan aplikasi teknologi bersih. Dalam hal ini yang berfungsi adalah Departemen Lingkungan dan Departemen Perdagangan dan lndustri dengan tugas masing-masing untuk mengendalikan polusi dan mernperbaiki lingkungan (sifatnya menggunakan legislasi dan mengaplikasikan regulasi)
serta
untuk mendorong industri agar berdaya saing dan melihat teknologi bersih sebagai sarana untuk meningikatkan efisiensi rnanufaktumya (sifatnya promosi).Di lnggris penerapan produksi bersih dilakukan
melalui
Pengendalian Polusi secara Terpadu (Integrafed Pollution Control-
/PC) dengansasaran
utamanya adalah:
'untuk meminimalisir dampak dari