• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antioksidan Pada Formula Tablet Teripang Keling (Holothuria Atra).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antioksidan Pada Formula Tablet Teripang Keling (Holothuria Atra)."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA FORMULA TABLET

TERIPANG KELING (

Holothuria atra

)

AHMAD FAUZAN LUBIS

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Aktivitas Antioksidan pada Formula Tablet Teripang Keling (Holothuria atra)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

AHMAD FAUZAN LUBIS. Aktivitas Antioksidan pada Formula Tablet Teripang Keling (Holothuria atra). Dibimbing oleh SRI PURWANINGSIH dan KUSTIARIYAH.

Teripang mempunyai nilai ekonomi tinggi, dan sejak lama dimanfaatkan sebagai makanan yang dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit dan meningkatkan kesehatan. Teripang keling merupakan salah satu jenis teripang yang kurang dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan rasa teripang keling yang pahit sehingga kurang diminati oleh masyarakat. Jenis teripang keling dari beberapa penelitian mempunyai senyawa aktif yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik kimia teripang keling utuh, daging teripang keling dan serbuk teripang, menentukan formulasi terbaik dalam pembuatan tablet teripang keling berdasarkan standar Departemen Kesehatan RI, serta menentukan aktivitas antioksidan dan senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan pada ekstrak tablet teripang keling. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah metode kempa langsung dengan memakai 6 formulasi dengan perlakukan perbedaan jenis serbuk yaitu serbuk dari teripang utuh dan serbuk dari daging teripang. Tablet terpilih berdasarkan standar dari Departemen Kesehatan RI yang meliputi uji karakteristik fisik tablet dan stabilitas masa simpan. Tablet teripang keling diuji aktivitas antioksidan dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Pengujian untuk menentukan senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan dengan kromotografi lapis tipis (KLT) dan bioautografi antioksidan dan juga untuk menentukan gugus fungsi dengan menggunakan analisis Fourier Transform Infrared (FTIR).

Rendemen serbuk teripang ini tergolong rendah, rendemen serbuk untuk teripang keling utuh sekitar 10,26% dan daging teripang keling 9,82%. Kandungan protein serbuk teripang utuh sebesar 60,89% lebih rendah dibandingkan serbuk daging teripang sebesar 63,57%. Formula terpilih dari tablet teripang keling berdasarkan uji karakteristik fisik dan uji stabilitas masa simpan tablet adalah formula A2 dengan komposisi formulasi serbuk Holothuria atra (25%), Ac-Di-Sol (2%), L-HPC (2%), Aspartam (0,5%), mentol (0,2%), talk (1%), Mg stearat (1%) dan laktosa:manitol (67,8%) serta mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 97,22 ppm. Hasil uji KLT dan

Bioautografi memperlihatkan bahwa golongan senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah Steroid. Uji FTIR menyatakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan mempunyai kemiripan dengan golongan senyawa sterol.

(5)

SUMMARY

AHMAD FAUZAN LUBIS. Antioxidant Activity of Sandfish (Holothuria atra) Formula Tablet. Supervised by SRI PURWANINGSIH and KUSTIARIYAH.

Sandfish have high economic value, and have long been used as a health food believed to cure several diseases and increasing healthcare. Sandfish is one species of sea cucumber that has not optimally utilized. This is because the natural bitter taste of sandfish people dislikes. Several sandfish from other studies has active compounds that are potential to be developed. This study aimed to determine the chemical characterization of sandfish, sandfish meat and sandfish powder, determine the best formulation in manufacturing Holothuria atra tablet based on DEPKES RI standard and to determine the antioxidant activity and the active compounds that act as antioxidants in the extract of Holothuria atra tablets. The method used in the manufacture of tablets is the direct compression method using 6 formulations to treat the kind of powder substance that is the ingredient of sandfish are intact and substances from the meat of sandfish. Tablet chosen based on the standards of the Ministry of Health that includes the physical characteristics of the test tablet and shelf-life stability. Tablet rivet sandfishtested the antioxidant activity by the method of 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Tests to determine the active compounds that act as antioxidants with thin layer chromatography (TLC) and bioautography antioxidants and also to determine the functional groups using analysis of Fourier Transform Infrared (FTIR).

The yield of sandfish powder is considerably low. Yield of sandfish powder are 10.26% and sandfish meat powder are 9,82%. The protein content of sandfish powder are 60,89% lower compared to sandfish meat powders of 63,57%. Formula elected from the sandfish tablet test based on physical characteristics and stability test of the shelf life of the tablet is the formula A2 with the composition of the powder formulation Holothuria atra (25%), Ac-Di-Sol (2%), L-HPC (2%), Aspartame (0.5%), menthol (0.2%), talk (1%), magnesium stearate (1%) and lactose: mannitol (67.8%) and has antioxidant activity with IC50 value of 97.22 ppm. TLC test and Bio-autography showed that the class of antioxidant compounds are steroid, and suspected compounds at FTIR test, that act as antioxidants compound has similarities to the sterol class.

Keywords : antioxidant, Bioautografi, FTIR, Holothuria atra, sandfish, stability, tablets, TLC

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Hasi Perairan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA FORMULA TABLET

TERIPANG KELING (

Holothuria atra

)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Aktivitas Antioksidan pada Formula Tablet Teripang Keling (Holothuria atra)

Nama : Ahmad Fauzan Lubis NIM : C351110121

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi Ketua

Dr Kustiariyah, SPi, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perairan

Dr Ir Wini Trilaksani, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah tablet teripang, dengan judul “Aktivitas Antioksidan pada Formula Tablet Teripang Keling (Holothuria Atra)”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini, diantaranya adalah :

1. Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi. dan Dr.Kustiariyah, SPi MSi. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan yang diberikan.

2. Dr Desniar, SPi MSi yang telah bersedia selaku dosen penguji luar komisi dan memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan penyelesaian tesis ini. 3. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perairan Dr Ir Wini Trilaksani, MSc,

dosen, karyawan, dan pengelola laboratorium atas ilmu, bantuan, dan fasilitas yang diberikan selama penelitian dilakukan sampai penyelesaian tesis ini.

4. Poiteknik Tanjungbalai atas kemudahan izin belajar dan bantuan dana studi bagi penulis.

5. Orang tuaku alm. Zulkarnain Lubis dan Raja Fachrial yang selalu menjadi inspirasiku.

6. Istriku Misbah Sururi Harahap dan anakku Fathiya Azzahrah Fairuz Lubis, serta seluruh keluarga atas nasehat, doa, semangat, dan tenaga yang telah diberikan.

7. Rekan-rekan Teknologi Hasil Perairan (Frets Jonas Rieuwpassa MSi,

Wahyu Ramadhan MSi, Safrina Dyah Hardiningtyas MSi,

drh Titot Bagus Afrianto MSi, Wayan Kukuh Feryana MSi, Zakiyul Fikri MSi Andra SPi,) dan teman-teman lainnya atas kerjasama, keceriaan dan semangatnya.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Hipotesis Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 4

Tahapan Penelitian 4

Analisis Data 14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Karakteristik Teripang Keling (Holothuria atra) 15

Formula Tablet Teripang Keling 18

Penentuan formulasi terbaik tablet teripang keling 20

Antioksidan pada Formula Tablet Teripang 25

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Bioautografi Antioksidan 26

Kelompok Gugus Fungsi 29

4 SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 35

(13)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi tablet teripang keling (Holothuria atra) 6

2 Batas penyimpangan bobot rata-rata tablet 10

3 Randemen teripang keling sebelum dan sesudah pengeringan 16

4 Hasil analisis proksimat teripang keling 17

5 Residu logam berat pada teripang keling 17

6 Hasil proksimat tablet teripang keling 19

7 Nilai aktivitas aw dengan penyimpanan selama 30 hari pada suhu

30°C dan 50°C 24

8 Jumlah bakteri dengan penyimpanan selama 30 hari pada suhu 30°C

dan 50°C 25

9 Nilai IC50 aktivitas antioksidan pada formula tablet teripang 26

10 Nillai Rf hasil fraksinasi ektrak metanol dari tablet teripang keling 27

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir proses preparasi bahan baku dan pembuatan serbuk

teripang keling 5

2 Diagram alir proses pembuatan tablet dari serbuk Teripang keling 7 3 Teripang keling yang digunakan dalam penelitian 15 4 a) Serbuk teripang keling utuh dan b) serbuk daging teripang keling 16

5 Tablet teripang keling hasil kempa langsung 18

6 Nilai rataan keseragaman bobot tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ) 20 7 Nilai rataan kekerasan tablet (Formulasi menggunakan serbuk

teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ) 21 8 Persentase keregesan tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang

utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan

serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ) 22

9 Perbandingan waktu hancur tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ). 23 10 Hasil fraksinasi ekstrak tablet teripang keling menggunakan ektrak

metanol tablet teripang keling 27

11 Hasil Bioautografi dengan ekstrak metanol 28

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai aktivitas aw selama penyimpanan selama 20 hari 37

2 Jumlah bakteri selama penyimpanan selama 20 hari 38 3 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Analisis Kadar air 39 4 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Analisis Kadar Protein 39 5 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Analisis Kadar Lemak 40 6 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Analisis Kadar Abu 40 7 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Uji Keseragaman Bobot 41 8 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Uji Kekerasan 41 9 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Uji Keregesan 41 10 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Uji Waktu hancur 42 11 Hasil Uji Statistik RAL Faktorial Uji Aktivitas Air (aw) 43

(15)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teripang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena sejak lama dimanfaatkan sebagai makanan yang dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit dan meningkatkan kesehatan (Dance et al. 2003). Indonesia merupakan salah satu negera terbesar sebagai pengekspor teripang untuk dunia. Dalam pasar Internasional, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor teripang untuk dunia, ekspor teripang Indonesia dalam bentuk daging kering (beche-de-mer), usus asin (konowata) dan gonad kering (konoko) (Karnila 2011).

Penyebaran teripang di Indonesia meliputi perairan pantai Sumatera (bagian barat dan timur), pantai utara Jawa, Bali, Nusa Tenggara, pantai timur Kalimantan, pantai Sulawesi (bagian selatan dan utara), Maluku dan Papua (KKP 2011). Data produksi teripang menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia pada tahun 2010 sebesar 4.599 ton dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar 5.768 ton (SIDATIK 2014).

Teripang mempunyai senyawa bioaktif yang telah terbukti secara ilmiah memiliki sifat antioksidan yang dapat meredam radikal bebas yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif (Hing et al. 2007). Senyawa bioaktif yang terdapat pada teripang antara lain lektin (Mojica dan Merca 2005), sterol, glikosida triterpen (Stonik 1986), kondroitin, kondroitin sulfat E (Kariya et al. 1990), steroid (Kustiariyah 2006), vitamin B1, B2, B6, A, C, D, dan E, asam-asam amino, asam lemak (miristat, palmitat, stearat, docosahexesaenat (DHA), eicosapentaenat (EPA), karotenoid, senyawa flavonoid dan polifenol (Nurhidayati 2009).

Pemanfaatan bahan alam sebagai sumber antioksidan alami dalam pembuatan makanan sehat, suplemen maupun obat-obatan terus berkembang. Menurut Boer (2000), konsumsi obat yang mengandung antioksidan terus meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang aktivitas radikal bebas yang dapat membahayakan tubuh dan menimbulkan beberapa penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung dan kanker. Andayani et al. (2008) menyatakan bahwa tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit. Manimaran dan Rajneesh (2009) menambahkan bahwa peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif. Bila jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (eksogenik) yaitu flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E, maupun berbagai jenis sayuran dan buah-buahan (Soeksmanto et al. 2007).

(16)

2

mukopolisakarida, glucasaninoglycans, omega-3, omega-6, omega-9, asam amino dan kondroitin (Jawahar et al. 2002).

Teripang keling (Holothuria atra) merupakan salah satu jenis teripang yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan belum adanya nelayan yang memanfaatkan sebagai salah satu target usahanya. Jenis teripang ini jarang ada yang mengkonsumsi karena rasanya yang pahit sedikit sehingga harganya relatif murah (Pringgenies et al. 2012). Kandungan teripang keling ini sebenarnya sangat potensial karena ekstrak Holothuria atra mengandung alkaloid, steroid dan triterpenoid serta saponin (Septiadi 2013). Potensi senyawa bioaktif yang dimiliki teripang keling ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dibidang biofarmaka. Pengembangan untuk dapat mengembangkan potensi dari teripang keling ini adalah suatu produk yang dapat mengatasi permasalahan rasa pada teripang ini tanpa menghilangkan manfaat dari teripang itu sendiri. Bentuk produk yang tepat mengatasi masalah ini adalah bentuk sediaan tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan yang praktis, banyak ditemui, mudah dibawa, dapat menyamarkan rasa dan mudah diproduksi serta lebih aman dari penambahan bahan-bahan kimia lainnya (Lachman et al. 1994).

Masyarakat kini mulai perduli terhadap kesehatan dan mulai menjalankan pola hidup sehat dengan mengkomsumsi suplemen yang bermanfaat bagi tubuh. Kebiasaan hidup sehat bertujuan untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif sejak dini. Pilihan yang paling mudah untuk masyarakat adalah mengkonsumsi antioksidan sintesis karena dianggap lebih praktis tetapi antioksidan sintesis memiliki efek toksik. Berdasarkan kebiasaan masyarakat inilah, maka dibutuhkan sumber antioksidan yang mudah dikonsumsi serta aman untuk tubuh. Pada penelitian ini dilakukan formulasi tablet dengan penambahan tepung teripang keling (Holothuria atra) yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami yang dapat cepat diabsorbsi oleh tubuh.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dijelaskan teripang keling merupakan salah satu jenis teripang yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kandungan senyawa aktif dari teripang keling sangat berpotensi sebagai antioksidan. Rasa pahit dari teripang keling ini menjadi faktor yang membuat jenis teripang ini kurang diminati oleh masyarakat, oleh karena itu yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi yang yang tepat untuk mengatasi permasalahan rasa pahit teripang keling, sehingga dapat dikonsumsi agar menjadi sumber antioksidan alami.

Tujuan Penelitian

(17)

3

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini:

1 Tersedianya informasi tentang kandungan gizi dan residu logam dari teripang keling (Hoothuria atra)

2 Diperoleh formulasi tablet teripang keling yang baik

3 Diperoleh aktivitas antioksidan dan senyawa aktif yang berperan dalam aktivitas antioksidan dari tablet teripang keling.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis utama dari penelitian ini adalah teripang dapat diformulasikan dalam sediaan tablet yang mempunyai aktivitas antioksidan sehingga dapat memberikan nilai tambah pada teripang keling, sedangkan hipotesis spesifiknya adalah sebagai berikut :

1 Teripang mempunyai senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan. 2 Teripang dapat diformulasikan dalam sediaan tablet

3 Formulasi tablet sesuai persyaratan dari Departemen Kesehatan RI

4 Hasil pengujian formulasi terbaik memungkinkan tablet teripang keling dapat diaplikasikan sebagai suplemen antioksidan.

5 Tablet dari teripang keling dapat memberikan nilai tambah secara finansial.

Ruang Lingkup Penelitian

1 Karakterisasi bahan baku teripang keling (Holothutia atra) yang terdiri dari perhitungan rendemen, analisis proksimat, dan analisis residu logam berat. 2 Formula tablet teripang keling yang terdiri dari pencetakan bentuk tablet dan

analisis proksimat.

3 Penentuan formulasi terbaik tablet teripang keling yang terdiri dari pengukuran karakteristik fisik tablet dan stabilitas masa simpan tablet.

4 Penentuan tablet teripang keling terbaik yang terdiri dari pengujian aktivitas antioksidan dengan DPPH, pengujian senyawa aktif dengan KLT dan Bioautografi antioksidan dan penentuan gugus fungsi.

2 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(18)

4

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang keling (Holothuria atra) yang berasal dari Kepulauan Seribu. Bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk membuat tablet adalah bahan penghancur Croscarmellose sodium (Ac-Di-Sol); bahan pengikat low-substituted hydroxypropyl cellulose (L-HPC); bahan pemberi rasa dan pemanis mentol dan aspartam; bahan pelincir, anti Lekat dan pelicin talk dan Mg Stearat; bahan pengisi laktosa dan manitol (Universitas Pancasila) dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pengujian analisis proksimat, pengujian mikrobiologi (Angka Lempeng Total), analisis aktivitas air (aw), uji senyawa aktif bahan-bahan kimia yang digunakan adalah

metanol, 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH), etil asetat, anisaldehid, Ferric Chloride, amonia pekat (25%), kloroform, aseton, n-heksana, aquadest dan TLC silica gel 60 F254.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat preparasi bahan baku, oven, blender dan ayakan. Alat pencetak tablet (KOASCA PRD), timbangan digital (Quattro), hardness tester (Erweka-Apparatebau), friabilator timer model (Vanderkamp), alat uji waktu hancur (Erweka Apparatebau), inkubator (BINDER), shaker (WiseShake SHO-1D), desikator, rotary evaporator (Heidolph VV 2000), lampu UV, dan pipa kapiler.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah preparasi bahan baku dan pembuatan serbuk teripang keling. Tahap kedua adalah formulasi, karakterisasi dan uji stabilitas tablet dari serbuk teripang keling (Holothuria atra). Penentuan formula terpilih berdasarkan karakter fisik dan stabilitas tablet yang disyaratkan oleh Depkes RI yaitu keseragaman bobot atau ukuran, kekerasan, keregesan, waktu hancur, aktivitas air, dan angka lempeng total.

Penelitian tahap pertama

Preparasi bahan baku dan pembuatan serbuk teripang keling

(19)

5

Gambar 1 Diagram alir proses preparasi bahan baku dan pembuatan serbuk teripang keling

Penelitian tahap kedua

Penelitian tahap kedua adalah formulasi tablet menggunakan serbuk dari teripang keling utuh dan serbuk daging teripang keling untuk mendapatkan formula terpilih. Penentuan formula terpilih berdasarkan karakter fisik dan stabilitas tablet yang disyaratkan oleh Depkes RI yaitu keseragaman bobot atau ukuran, kekerasan, keregesan, waktu hancur, aktivitas air, dan angka lempeng total.

Formulasi tablet dari serbuk teripang keling (Holothuria atra)

Pembuatan formulasi teripang keling menggunakan serbuk teripang keling utuh dan daging teripang keling serta penambahan aspartam dengan konsentrasi berbeda. Metode yang digunakan adalah metode kempa langsung meliputi penimbangan bahan, pencampuran, pengocokan dan pengempaan (Gambar 2).

Formulasi tablet dilakukan berdasarkan pada aturan pembuatan tablet yang tertera pada Handbook of Pharmaceutical Excipient (2006). Formulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet ini merupakan modifikasi formulasi Rachmawati (2011) yang terdiri atas enam formula. Bobot yang diinginkan untuk

Serbuk teripang utuh

Serbuk daging teripang

Analisis proksimat dan rendemen

Analisis proksimat dan

logam berat Pembersihan kotoran dan pembuangan bagian dalam

Teripang keling segar

Pengeringan dengan oven (suhu 50-60oC selama 6 hari)

Penepungan

Pengayakan (60 mesh)

Teripang utuh Daging

(20)

6

masing-masing formula adalah 800 mg, yang terdiri atas 25% serbuk teripang keling (formula A untuk serbuk teripang keling utuh dan formula B untuk serbuk daging teripang) sebagai bahan utama, konsentrasi aspartam yang berbeda yaitu 0%, 0.5% dan 1% serta selebihnya adalah bahan tambahan yang diperlukan dalam pengempaan tablet. Formulasi tablet yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi tablet teripang keling (Holothuria atra).

Jenis Bahan (%)

Bahan baku Serbuk teripang

keling utuh

Serbuk daging Teripang

A1 A2 A3 B1 B2 B3

Holothuria atra 25 25 25 25 25 25

Ac-Di-Sol 2 2 2 2 2 2

L-HPC 2 2 2 2 2 2

Aspartam - 0,5 1 - 0,5 1

Mentol 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Talk 1 1 1 1 1 1

Mg Stearat 1 1 1 1 1 1

(21)

7

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan tablet dari serbuk teripang keling

Parameter penentuan formula terpilih tablet teripang

Parameter untuk menentukan formula terpilih pada formulasi tablet teripang yang dihasilkan meliputi a) karakteristik fisik tablet (keseragaman bobot,

Serbuk teripang keling utuh

Serbuk daging teripang

Penimbangan sebanyak 25%

Penambahan bahan pengisi yaitu Ac-Di-Sol 2%, L-HPC 2%, Mentol 0,2%, Talk 1%, Mg Stearat 1%

dan Laktosa : Manitol (1:1)

Penambahan Aspartam (kosentrasi 0%, 0,5% dan 1%)

A1 A2 A3 B1 B2 B3

Pencampuran dan pengocokan

Pengempaan tablet

Tablet teripang keling

Tablet teripang terpilih

Analisis proksimat, analisis fisik dan umur simpan tablet

sesuai Standar Depkes

Uji aktivitas antioksidan, KLT dan bioautografi antioksidan dan analisis

(22)

8

kekerasan keregesan dan waktu larut), dan b) stabilitas terhadap masa simpan sediaan tablet (aktivitas air dan angka lempeng total).

Prosedur analisis

Analisis bahan baku dan serbuk teripang keling Analisis kadar air (AOAC 2005)

Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sebanyak 5 g contoh dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C selama 5–8 jam atau hingga beratnya konstan. Cawan tersebut didinginkan desikator ±30 menit dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali.

Perhitungan kadar air :

Keterangan : A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)

C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram) Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105°C, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan diatas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Cawan itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600°C sampai pengabuan sempurna, cawan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan.Kadar abu ditentukan dengan rumus :

Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong (gram) B = Berat cawan dengan sampel (gram)

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram) Analisis kadar protein (AOAC 2005)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl. Sampel sebanyak 0,25 g, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambahkan 0,25 g selenium dan 3 mL H2SO4 pekat.

(23)

9

Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcresol green-methyl

red yang berwarna merah muda. Proses destilasi dihentikan setelah volume destilat mencapai 40 mL. Destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh.

Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : *) Faktor koreksi alat = 2,5

% Kadar protein = % N x faktor konversi* *) Faktor konversi = 6,25

Analisis kadar lemak (AOAC 2005)

Contoh seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua

ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak, Sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan

tabung soklet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (benzena), lalu direfluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pelarut akan ditampung di ruang ekstraktor, lalu labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C, lalu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3).

Perhitungan kadar lemak :

Keterangan : W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak kosong (gram)

W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

Analisis logam berat (BSN 2009)

Analisis dilakukan menggunakan 1 g contoh yang dimasukkan ke dalam labu destruksi 100 mL dengan ditambahkan 15 mL HNO3 pekat dan 5 mL HClO4,

kemudian didiamkan 24 jam. Sampel tersebut didestruksi hingga jernih, didinginkan, dan ditambahkan 10-20 mL air bebas ion, dilakukan pemanasan ±10 menit, diangkat, dan dinginkan.Larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL (labu dekstruksi dibilas dengan air bebas ion dan dimasukkan ke dalam labu takar). Larutan ditambahkan air sampai batas tanda tera, lalu dikocok dan disaring dengan kertas saring Whatman no.4. Sampel dipreparasi dan dianalisis sesuai dengan pengujian logam berat (Cd, Pb, Hg, Cu, As) pada analisis air (APHA 3110 untuk logam Cd, Pb, dan Cu; metode 3114 untuk As; dan metode 3112 untuk Hg).

(24)

10

Analisis karakteristik fisik tablet

Uji keseragaman bobot tablet (Depkes RI 1995)

Keseragaman bobot tablet diukur dengan cara menimbang 20 tablet satu per satu, menghitung bobot rata-rata, kemudian membandingkan bobot tiap tablet dengan bobot rata-rata. Tablet yang memenuhi syarat bila tidak lebih dari 2 tablet yang beratnya menyimpang dari batas penyimpangan bobot rata-rata pada kolom A, serta tidak satu pun tablet yang beratnya menyimpang dari batas penyimpangan bobot rata-rata yang terdapat di kolom B. Batas penyimpangan bobot rata-rata dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Batas penyimpangan bobot rata-rata tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)

A B

25 mg atau kurang 15,00 30,00

26 mg sampai 150 mg 10,00 20,00

151 mg sampai 300 mg 7,50 15,00

Lebih dari 300 mg 5,00 10,00

Sumber : Menteri Kesehatan (1994) Kekerasan tablet (Depkes RI 1995)

Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat Hardness Tester. Tablet yang akan diuji diletakkan pada posisi vertikal diantara dua posisi logam penjepit dari alat pengukur kekerasan. Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat hardness tester (Erweka-Apparatebau) dengan meletakkan tablet pada secara vertikal pada alat lalu dengan menekan tombol start pada alat sehingga logam penjepit bergerak dan tablet pecah. Pengamatan nilai yang tertera pada alat ketika tablet hancur. Kekerasan tablet dinilai dengan satuan kg/cm2 atau Kp. Kekuatan tekan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg/cm2 (Lachman et al. 1994). Keregesan tablet (Depkes RI 1995)

Sebanyak 20 tablet yang sudah dibebas-debukan ditimbang, lalu itu dimasukkan ke dalam alat uji keregesan tablet. Alat diset dengan kecepatan 25 rpm selam 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibebaskan debukan kembali. Tablet yang sudah dibebas debukan ditimbang kembali guna mengetahui perbedaan berat sebelum dan sesudah uji. Menurut Departemen Kesehatan RI (1995), tablet yang baik memiliki keregesan <1%. Rumus perhitungan kekerasan tablet adalah sebagai berikut :

Keregesan tablet = W1– W2 x 100%

W1

Keterangan: W1 = Bobot tablet sebelum diuji W2 = Bobot tablet setelah diuji

Waktu larut (Lachman et al. 1994)

(25)

11

karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor empat, berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca dengan diameter 45 mm, lalu dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36°-38°C sebanyak lebih kurang 1000 mL dengan kedalaman tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur.

Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat di bawah permukaan air. Cara kerja metode ini yaitu sebanyak lima tablet dimasukkan ke dalam keranjang, lalu keranjang diturun-naikkan secara teratur 30 kali permenit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa kecuali fragmen berasal dari zat penyalut dan kecuali dinyatakan lain, apabila waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, maka dilakukan ulangan pengujian menggunakan tablet satu per satu, kemudian dlakukan pengulangan lagi menggunakan lima tablet dengan cakram penuntun.

Analisis stabilitas masa simpan sedian tablet

Pengukuran stabilitas masa simpan sedian tablet dalam penelitian ini hanya menggunakan formula yang telah memenuhi standar Depkes RI dalam pengujian karakteristik fisik tablet.

Pengukuran aktivitas air (aw) (Fardiaz et al. 1992)

Metode pengukuran aktivitas air menurut Fardiaz et al. (1992). Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Bahan masing-masing 1 g dimasukkan ke dalam dua desikator yang masing-masing berisi larutan jenuh KCrO4 (aw =

0,980) dan KCl; (aw = 0,842); 2). Desikator ditutup rapat dan dibiarkan selam tiga

jam, sampai keseimbangan antara bahan dengan larutan garam jenuh terjadi perubahan berat badan.

Perhitungan:

Aktivitas air bahan pangan dihitung dengan cara: aw = X2Y2 – X1Y1

Y2 - Y1

Di mana:

X1 = nilai aktivitas air larutan garam jenuh KCl (aw = 0,842)

X2 = nilai aktivitas air larutan garam jenuh KcrO4 (aw = 0,980)

Y1 = perubahan berat bahan pada esikator yang berisi larutan

garam jenuh KCl

Y2 = perubahan berat bahan pada esikator yang berisi larutan

garam jenuh KCrO4

Uji angka lempeng total (ALT) (Fardiaz 1992).

(26)

12

diinginkan. Total mikroorganisme yang dapat dihitung setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu 30°C, dimana jumlah koloni yang diterima 30 -300 koloni per cawan.

Pengujian aktivitas antioksidan (DPPH) (Molyneux 2004)

Ekstraksi dimulai dengan menghancurkan tablet terlebih dahulu sehingga mudah diekstrak. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan sampel dan pelarut 1:5 (b/v). Ekstraksi dilakukan selama 48 jam kemudian difiltrasi menggunakan kertas saring Whatman 42 untuk memisahkan sampel dan pelarut. Filtrat yang terkumpul dipisahkan antara pelarut dan ekstraknya menggunakan rotatory vacuum evaporator pada suhu 40°C lalu dikeringkan dengan freeze dryer.

Serbuk tablet teripang keling (Holothuria atra) dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 200, 400, 600 dan 800 ppm. Larutan antioksidan pembanding vitamin C digunakan sebagai pembanding dan kontrol positif, dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut metanol dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Larutan DPPH yang akan digunakan dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut metanol dengan konsentrasi 1 mM. Proses pembuatan larutan DPPH 1 mM dilakukan dalam kondisi suhu rendah dan terlindung dari cahaya matahari.

Larutan ekstrak dan larutan antioksidan pembanding vitamin C yang telah dibuat, masing-masing diambil 4,5 mL dan direaksikan dengan 500 µL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi yang berbeda dan telah diberi label. Campuran diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 517 nm. Absorbansi dari larutan blanko juga diukur untuk melakukan perhitungan persen inhibisi. Larutan blanko dibuat dengan mereaksikan 4,5 mL pelarut metanol dengan 500 µL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi. Aktivitas antioksidan dari masing-masing contoh dan antioksidan pembanding Vitamin C dinyatakan dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Nilai konsentrasi contoh (ekstrak ataupun antioksidan pembanding Vitamin C) dan persen inhibisinya diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx, digunakan untuk mencari nilai IC50 (inhibitor

concentration 50%) dari masing-masing contoh dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50. Nilai IC50 menyatakan

(27)

13

Kromatografi lapis tipis (KLT) dan bioautografi antioksidan

Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam berupa plat yang terbuat dari silika, sedangkan fase gerak berupa larutan eluen yang digunakan. Plat KLT silika terlebih dahulu dioven pada suhu 105oC selama 10 menit untuk menghilangkan air yang terdapat pada plat. Pemilihan pelarut untuk fraksinasi dilakukan dengan mencoba beberapa kombinasi untuk mengembangkan spot ekstrak terpilih pada kromatografi lapis tipis (KLT). Kombinasi yang digunakan adalah eluen campuran dari sampel hasil ekstrak yang terbaik metanol yaitu aseton:metanol:n-heksana (1/2:1/4:1/4). Ekstrak sebanyak 0,02 g dilarutkan dalam 0,5 mL pelarutnya. Larutan ekstrak tersebut kemudian ditotolkan pada plat silika dengan panjang 10 cm lebar 1,5 cm. Kombinasi pelarut yang menghasilkan pengembangan spot terbaik digunakan sebagai eluen untuk memfraksinasi ekstrak dengan kromatografi lapis tipis.

Penotolan dilakukan pada jarak ±1 cm dari bawah plat KLT menggunakan pipa kapiler. Apabila noda telah kering, plat dengan panjang 10 cm dielusi dengan cara meletakkannya secara vertikal di dalam bejana pengembang atau gelas kaca. Gelas kaca ini berisi campuran eluen yang sesuai untuk senyawa yang akan dipisahkan. Plat KLT yang telah dimasukkan dalam gelas dibiarkan sampai terjadi pemisahan dengan atasnya ditutup. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan kepolaran senyawa dengan fase diam plat dan fase gerak yang digunakan. Proses elusi dihentikan bilamana eluen telah mencapai ¾ plat KLT. Noda-noda hasil pemisahan ini dapat diamati menggunakan lampu UV 254 nm.

Identifikasi senyawa golongan flavonoid, yaitu jika timbul warna kuning atau kuning-coklat setelah pemberian uap amoniak menunjukkan adanya flavonoid dalam ekstrak. Identifikasi senyawa golongan polifenol, yaitu jika timbul warna hitam setelah penyemprotan pereaksi FeCl3 10% menunjukkan

adanya senyawa polifenol dalam ekstrak. Identifikasi terpenoid/steroid, yaitu jika timbul warna ungu-merah atau ungu setelah penyemprotan pereaksi anisaldehid asam sulfat menunjukkan adanya terpenoid/steroid dalam ekstrak (Wagner 1996). Uji bioautografi dilakukan untuk mengetahui nilai Rf senyawa aktif antioksidan menggunakan kromatografi lapis tipis. Prosedur uji bioautografi adalah sebagai berikut: ekstrak tablet teripang keling yang dicampur dengan pelarutnya sebanyak 0,5 mg ditotolkan pada plat silika, lalu dikembangkan dengan fase gerak yang sesuai untuk pemisahan senyawa-senyawa yang terdapat dalam fraksi. Fase gerak yang digunakan adalah aseton:metanol:n-heksana. Plat KLT disemprot dengan larutan DPPH 1 mM. lalu didiamkan dan dikeringkan sebentar. Komponen aktif yang terdapat pada plat KLT ditunjukkan dengan adanya warna kuning / putih setelah penyemprotan dengan DPPH.

Pengujian FTIR (fourier transform infrared) (Holme dan Peck 1993)

(28)

14

Analisis Data

Penentuan rendemen dan karakterisasi bahan baku dan serbuk teripang dianalisis secara deskriptif dengan perhitungan rendemen, analisis proksimat dan analisis residu logam berat.

Rancangan percobaan untuk menentukan beberapa formulasi terbaik menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor percobaan yaitu bahan baku (serbuk teripang utuh dan serbuk daging teripang) dan konsentrasi aspartam (0%, 0,5% dan 1%) dengan dua kali ulangan. Jika berpengaruh diuji lanjut dengan uji lanjut Duncan.

Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij+ €ijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan dari faktor – A (bahan baku) taraf ke-i, faktor B (kosentrasi aspartam) taraf ke –j dan ulangan ke-k

μ = nilai tengah umum

Ai = pengaruh faktor A ke- i (i = 1,2) Bi = pengaruh faktor B ke- j (j = 1,2,3)

ABij = pengaruh interaksi antara faktor A ke-i dan faktor B ke-j

€ijk = galat percobaan dari faktor-A taraf ke-i, faktor-B taraf ke-j dan ulangan ke k.

Jika berpengaruh diuji lanjut dengan uji lanjut Duncan.

Duncan = ⁄ √ Keterangan :

KTS = kuadrat tengah bebas dbs = derajat bebas sisa r = banyaknya ulangan

Penentuan formulasi tablet terpilih menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 faktor percobaan yaitu formula terpilih, suhu penyimpanan (30oC dan 50oC) dan lama penyimpanan (10 dan 20 hari) dengan dua kali ulangan. Jika berpengaruh nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan.

Yijkl = μ + Ai + Bj + Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk+ €ijkl

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan dari faktor – A (bahan baku) taraf ke-i, faktor B (suhu penyimpanan) taraf ke –j, faktor C (lama penyimpanan) taraf ke-k dan ulangan ke-l

μ = nilai tengah umum

Ai = pengaruh faktor A ke- i (i = 1,2) Bi = pengaruh faktor B ke- j (j = 1,2,3) Ck = pengaruh faktor B ke- j (j = 1,2)

ABij = pengaruh interaksi antara faktor A ke-i dan faktor B ke-j

ACik = pengaruh interaksi antara faktor A ke-i dan faktor C ke-k

(29)

15

€ijkl = galat percobaan dari faktor-A taraf ke-i, faktor-B taraf ke-j, faktor C ke-k

dan ulangan ke l.

Penentuan antioksidan dari tablet terpilih menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 ulangan. Jika berpengaruh diuji lanjut dengan uji lanjut Duncan.

Yij = μ + Ai + €ij Keterangan :

Yij = nilai pengamatan dari faktor A taraf ke-i

i = perlakuan (formula terpilih, formula kontrol dan produk komersial) j = ulangan (n=1,2)

μ = nilai tengah umum Ai = pengaruh faktor A ke- i

€ij = galat percobaan dari faktor A ke-i

Semua data dianalisis dengan menggunakan software SPSS 22.0 dan Microsoft EXCEL 2010.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Teripang Keling (Holothuria atra)

Teripang keling (Holothuria atra) yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang yang diperoleh dari perairan Kepulauan Seribu dengan bobot

tubuh 200–400 gram dan panjang tubuh 20–32 cm. Penelitian Dewi (2008) menyebutkan bahwa teripang dewasa mempunyai ciri-ciri antara lain

panjang tubuh antara 25-35 cm dengan bobot 200-500 g/ekor. Rata-rata usia teripang dewasa adalah 6,5-8 bulan. Secara lengkap bentuk teripang yang digunakan sebagai bahan baku disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Teripang keling yang digunakan dalam penelitian

Teripang keling memiliki penampang tubuh bulat panjang (silindris), berwarna hitam pekat dengan bagian dalam daging berwarna putih dan memiliki lubang anus yang bulat mengarah ke atas. Tentakel yang dapat dilihat pada teripang keling berjumlah 20. Permukaan tubuh memiliki tonjolan papila (duri lunak) yang membesar. Papila kecil dan tidak teratur ini tersusun pada permukaan

(30)

16

Rendemen teripang keling

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang keling utuh dan daging teripang keling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rendemen serbuk yang dihasilkan untuk teripang keling utuh sekitar 10,26% dan daging teripang keling 9,82%. Rendemen ini tergolong rendah disebabkan oleh tingginya kadar air teripang sekitar 80-90%. Hasil perhitungan rendemen teripang sebelum dan sesudah pengeringan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Randemen teripang keling Bahan

Sebelum pengeringan

(gram)

Setelah pengeringan

(gram)

Penepungan (gram)

Peresentase serbuk teripang (%) Teripang keling

utuh 750 78,19 76,97 10,26

Daging

teripang keling 460 47,48 45,18 9,82

Serbuk teripang utuh dan daging teripang yang dihasilkan berwarna berbeda. Serbuk teripang utuh berwarna hitam pekat sedangkan serbuk daging teripang berwarna coklat. Warna serbuk teripang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. a) Serbuk teripang keling utuh dan b) serbuk daging teripang keling Komposisi kimia teripang keling

Hasil analisis proksimat bahan baku menunjukkan bahwa sebagian besar kandungan teripang keling adalah air. Rata-rata komposisi kimia teripang menggalami peningkatan akibat adanya proses pengeringan. Menurut Muchtadi (2008), pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan padat dengan cara menguapkan sebagian besar air menggunakan energi panas sehingga tingkat kadar air setimbang dengan kondisi udara (atmosfer) normal atau tingkat kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologis enzimatis atau kimiawi. Hasil analisis proksimat teripang keling disajikan pada Tabel 4.

(31)

17

Tabel 4. Hasil analisis proksimat teripang keling

Bahan Air Teripang utuh 88,42±1,00 3,81±1,03 0,15±0,03 6,25±0,49 1,38±0,43 Daging teripang 89,39±0,01 1,49±0,30 0,16±0,12 8,38±0,04 0,59±0,40 Serbuk teripang utuh 12,24±0,03 15,02±0,13 1,04±0,02 60,71±0,26 11,00±0,38 Serbuk daging

teripang 11,02±0,36 14,71±0,18 0,89±0,37 63,38±0,28 10,01±0,47

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein serbuk teripang utuh lebih rendah dibandingkan serbuk daging teripang. Protein yang cukup besar

memberikan nilai gizi yang cukup baik. Kandungan protein yang tinggi pada

daging teripang dikarenakan pada tubuh teripang sebagian besar tersusun dari kolagen yang berada pada jaringan otot sebesar 70%. Protein teripang yang terdapat pada daging diketahui kaya akan glisin, asam glutamat dan arginin (Bordbar et al. 2011). Kandungan lemaknya mengandung asam lemak tidak jenuh

yang sangat diperlukan bagi kesehatan jantung. Senyawa yang terkandung dalam

teripang Holothuria scabra dan Holothuria lecospilota yaitu EPA dan DHA (Yahyavi et al. 2012) merupakan asam lemak tidak jenuh (Arlyza 2009) yang diduga mempunyai efek sebagai penurun kolesterol dan dapat diekstraksi dengan air (Fredalina et al. 1999).

Residu logam berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu logam berat yang yang terdapat dalam bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam ambang batas yang ditetapkan BSN (2009). Hasil analisis residu logam berat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Residu logam berat pada teripang keling

Jenis logam berat Teripang utuh (ppm)

Semua logam berat dapat menjadi bahan beracun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup, akan tetapi logam tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh makhluk hidup (Palar 2004). Darmono (2001) dan Effendi (2003) menyatakan bahwa di dalam tubuh makhluk hidup logam berat akan mengalami bioakumulasi sehingga kadarnya di dalam tubuh lebih besar dari pada lingkungan perairan. Hewan-hewan seperti kekerangan dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan.

(32)

18

sekitar mulut dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono 2001). Logam Pb mempunyai target utama yaitu menyerang organ darah dan syaraf, beberapa enzim yang terlibat dalam sintesis darah dihambat oleh Pb.

Logam kadmium (Cd) bersifat kumulatif dan logam ini juga sangat toksik bagi manusia karena logam ini dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan paru-paru, peningkatan tekanan darah dan menyebabkan kemandulan pada pria (Effendi 2003).

Nikel (Ni) merupakan salah satu kelompok logam berat. Logam ini bersifat mudah ditempa dan dibentuk serta berwarna mengkilat. Keracunan nikel (Ni) dapat menyebabkan gangguan syaraf, kerusakan hati, dan kerusakan paru-paru.

Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang merupakan unsur kerak bumi yang berjumlah besar yang kemungkinannya dapat mencemari air tanah dan air permukaan, maka arsen dapat pula ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Arsen tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan atau awan. Beberapa senyawa arsen tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen (Widowati 2008).

Secara keseluruhan masing-masing teripang utuh dan daging teripang mengandung residu logam berat Pb, Cd, Hg, Ni dan As dengan jumlah yang masih dalam batas aman menurut BSN (2009) untuk bahan baku pangan yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Formula Tablet Teripang Keling

Bentuk tablet teripang keling

Pengujian karakteristik tablet bertujuan untuk menentukan mutu dan kualitas tablet. Hasil formulasi tablet teripang keling merupakan hasil metode kempa langsung dengan 6 (enam) formulasi. Semua formulasi pada sediaan tablet ini menggunakan 25% serbuk teripang keling utuh dan daging teripang. Tablet yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tablet teripang keling hasil kempa langsung

Keterangan : A1: serbuk teripang utuh 25% dan aspartam 0%, A2: serbuk teripang utuh 25% dan aspartam 0,5%, A3: serbuk teripang utuh 25% dan aspartam 1%, B1: serbuk daging teripang 25% dan aspartam 0%, B2: serbuk daging teripang 25% dan aspartam 0,5%, B3: serbuk daging teripang 25% dan aspartam 1%.

A1 A2 A3

B3 B2

(33)

19

Warna tablet pada formula yang menggunakan serbuk tepung teripang keling utuh (A1, A2 dan A3) ini tampak berwarna abu-abu sedangkan formula yang menggunakan serbuk daging teripang keling (B1, B2 dan B3) terlihat berwarna putih. Perbedaan dikarenakan bahan baku serbuk teripang yang digunakan memiliki warna yang berbeda. Formulasi A1, A2 dan A3 zat aktifnya menggunakan 25 % serbuk teripang utuh dan B1, B2 dan B3 menggunakan zat aktif 25 % serbuk daging teripang.

Serbuk teripang utuh yang berwarna hitam sangat mempengaruhi warna tablet. Warna hitam pada serbuk setelah dicampur dalam formulasi dapat memberikan warna abu-abu setelah tablet di cetak. Tablet dari serbuk daging teripang terlihat lebih putih dikarenakan warna dari sebuk tersebut memiliki warna yang sama pada daging teripang yaitu warna putih. Kulit teripang merupakan dinding tubuh yang terdiri dari kutikula yang merupakan lapisan pelindung yang tertutup kapur dan adanya duri-duri yang merupakan butir-buiir kapur mikroskopis yang tersebar pada lapisan epidermis (Fetcher 1969).

Komposisi kimia formulasi tablet teripang keling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein formulasi yang menggunakan serbuk daging teripang keling (B1, B2 dan B3) memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan formulasi yang menggunakan serbuk tepung teripang keling utuh (A1, A2 dan A3). Hal ini dikarenakan formulasi ini menggunakan serbuk daging teripang (tanpa kulit), sedangkan formulasi A1, A2 dan A3 menggunakan serbuk teripang utuh. Hasil analisis proksimat tablet teripang keling disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil proksimat tablet teripang keling Formulasi Air (% bb) Abu (% bb) Lemak

Subscribs yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

(34)

20

Penentuan Formulasi Terbaik Tablet Teripang Keling

Penentuan formulasi terpilih pada tablet dilakukan berdasarkan dua parameter, yaitu uji karakteristik fisik tablet (Departemen Kesehatan RI 1995) meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, keregesan tablet dan waktu hancur dan uji stabilitas masa simpan sediaan tablet yang meliputi aktivitas air dan angka lempeng total.

Karakteristik fisik tablet Keseragaman bobot

Keseragaman bobot merupakan parameter untuk mengetahui variasi bobot dari tablet yang dihasilkan. Bobot tablet yang seragam akan mengandung jumlah zat berkhasiat yang sama. Faktor utama yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu keseragaman pengisian die yang berkaitan erat dengan sifat alir massa tablet. Ansel (1989) menyatakan bahwa jumlah bahan yang diisikan ke dalam die yang akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisi ke dalam die harus disesuaikan dan alat harus diatur agar diperoleh berat yang diinginkan. Pengaturan alat untuk memperoleh berat yang diinginkan pada penelitian ini dilakukan selama proses pencetakan berjalan, baik secara manual maupun otomatis.

Bobot tablet teripang keling yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 800 mg. Nilai rataan bobot tablet teripang keling yang dihasilkan berkisar antara 802,75-806,00 mg (Gambar 6). Hasil uji statistik (Lampiran 7) menunjukkan, bahwa perlakuan pada formula tablet teripang keling tidak memberikan pengaruh terhadap keseragaman bobot tablet (P>0,05). Variasi bobot tablet yang dihasilkan dapat disebabkan oleh ukuran dan distribusi ukuran serbuk yang tidak tepat, aliran yang buruk, sehingga menyebabkan jumlah massa tablet yang masuk kedalam cetakan berbeda-beda. Ukuran serbuk yang lebih besar dari ukuran optimal untuk cetakan yang digunakan akan mempengaruhi variasi besarnya rongga antara serbuk saat pengisian die

Gambar 6. Nilai rataan keseragaman bobot tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ).

Subscribs yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

(35)

21

Keseragaman bobot untuk semua formulasi dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan pembuatan tablet dari Departemen Kesehatan RI. Syarat keseragaman bobot tablet menurut Depkes RI (1995) yaitu tablet dengan bobot lebih dari 800 mg, tidak boleh terdapat lebih dari dua tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi ±5% dari bobot rata-ratanya dan tidak boleh ada satupun tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi ± 10% dari bobot rata-ratanya.

Kekerasan tablet

Pengujian kekerasan tablet bertujuan untuk menentukan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik misalnya goncangan, kikisan dari keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah ukuran tablet, bobot tablet, tekanan pada pencetakan serta kemampuan ikat dari bahan pengikat (Lachman et al. 1994). Hasil uji kekerasan tablet disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Nilai rataan kekerasan tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ).

Subscribs yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

Hasil analisis statistik (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan bahan baku dan aspartam memberikan pengaruh nyata (p<0.05) terhadap kekerasan tetapi interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh (p>0.05). Bahan tambahan selain bahan pengikat yang berperan dalam kekerasan adalah bahan pengisi. Perlakuan aspartam dalam penelitian ini untuk mempengaruhi massa cetak tablet. Bahan aspartam sebagai pemanis tidak memberi pengaruh terhadap kualitas tablet, namun perbedaan kosentrasi aspartam memberi pengaruh terhadap kosentrasi bahan pengisi. Bahan pengisi dalam penelitian ini adalah laktosa dan manitol. Rachmawati (2011) menyebutkan bahwa perbandingan laktosa dan manitol (1:1) merupakan perbandingan optimum untuk massa cetak tablet. Bahan lain yang memberi pengaruh adalah jenis bahan pengikat yaitu L-HPC. Hal ini didukung dari penelitian Martodihardjo (1996) yang menyebutkan bahwa tablet dengan pengikat L-HPC memiliki kekerasan yang tinggi karena dapat berinteraksi dengan air dan membentuk gel yang akan membentuk ikatan kokoh serta merupakan

(36)

22

penghalang fisik lepasnya bahan aktif dari matrik secara cepat. Hasil kekerasan pada tablet teripang keling ini terlihat ada tiga formulasi yang tidak memenuhi standar yaitu formula A1, B1, dan B2. Syarat kekerasan tablet menurut Departemen Kesehatan RI (1995) untuk tablet 800 mg adalah 4 - 8 kg/cm2 atau 4 - 8 Kp (Kilo pound).

Keregesan tablet

Friabilitas atau keregesan tablet ini merupakan parameter lain untuk mengukur kekuatan tablet. Keregesan tablet (friability) adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Semakin tinggi keregesan tablet menunjukkan bahwa kualitas tablet semakin buruk (Lachman 1994). Keregesan tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekerasan tablet, jenis bahan pengikat, dan kadar air bahan yang digunakan. Nilai rata-rata keregesan tablet disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Persentase keregesan tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ).

Subscribs yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

Hasil analisis statistik (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perlakuan bahan baku dan aspartam tidak memberikan pengaruh nyata (p>0.05) terhadap nilai kegeresan tablet. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan pengikat L-HPC menunjukkan daya ikat yang baik sehingga menghasilkan tablet yang memiliki nilai keregesan yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), tablet yang baik memiliki nilai keregesan <1%. Hasil uji keregesan menunjukkan bahwa semua formulasi sesuai dengan syarat keregesan yaitu persentase kegeresan <1%.

Waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sediaan untuk pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Menurut ketentuan Kementrian Kesehatan (1994) waktu hancur tablet tidak bersalut tidak lebih dari 20 menit. Waktu hancur tablet disajikan pada Gambar 9.

(37)

23

Gambar 9 Perbandingan waktu hancur tablet (Formulasi menggunakan serbuk teripang utuh : Formula A1 , A2 , A3 , dan Formulasi menggunakan serbuk daging teripang: B1 , B2 , B3 ).

Subscribs yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

Hasil analisis statistik (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perlakuan bahan baku memberikan pengaruh nyata (p<0.05) terhadap waktu hancur tetapi konsentrasi aspartam dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata (p>0.05). Adanya pengaruh bahan baku dapat terlihat dari fisik antar bahan baku. Bahan baku dari teripang utuh memiliki bagian kulit yang lebih sulit larut di air dibandingkan dengan bahan baku dari daging teripang saja. Pengaruh aspartam tidak memberi pengaruh terhadap waktu hancur karena aspartam berfungsi sebagai pemanis yang tidak mempengaruhi kualitas tablet. Bahan tambahan yang berfungsi sebagai penghancur dalam penelitian ini adalah Ac-Di-Sol. Hal ini didukung oleh penelitian Rachmawati et al. (2011) yang menyebutkan bahwa Ac-Di-Sol sebagai penghancur super memberikan pengancuran tablet yang cepat ketika bersentuhan dengan media cair. Syarat waktu hancur tablet tidak bersalut berdasarkan Depkes RI tidak lebih dari 20 menit. Hasil waktu larut dalam penelitian pada Gambar 9 menunjukkan bahwa kisaran waktu larut tablet teripang adalah 3,32–4,52 menit, sehingga semua formulasi masih memenuhi persayaratan dari Depkes RI.

Hasil evaluasi pengujian karakteristik tablet yang terbaik adalah formulasi A2 (serbuk teripang utuh 25%, Ac-Di-Sol 2%, L-HPC 2%, Aspartam 0,5%, tersebut memenuhi semua persayaratan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995) yaitu keseragaman bobot, kekerasan, keregesan dan waktu larut. Stabilitas masa simpan tablet

Pengukuran stabilitas masa simpan sediaan tablet hanya dilakukan pada formula yang memenuhi standar dari Depkes RI. Pengukuran stabilitas masa simpan tablet dalam penelitian ini dilakukan selama 20 hari dengan dua suhu yang berbeda yaitu suhu 30°C dan 50°C.

Aktivitas air (aw)

(38)

24

Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroorganisme yang dinyatakan dengan aw, yaitu

jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Semakin rendah nihi aw maka pertumbuhan mikroorganisme

akan semakin terhambat. Berbagai mikroorganisme mempunyai aw minimum agar

dapat tumbuh dengan baik, misalnya aw bakteri: 0,90, aw khamir: 0,80 - 0,90,

aw kapang : 0,60 - 0,70 (Winarno 1994). Tabel 7 menunjukkan rata-rata

aktivitas air tablet selama penyimpanan.

Hasil analisis statistik (Lampiran 11) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata (p<0.05) terhadap aktivitas air. Pengukuran aktivitas air (aw) pada sampel tablet teripang yang disimpan pada

suhu 30°C dan 50°C menunjukkan terjadi peningkatan nilai aw selama masa

penyimpanan. Nilai aw pada tablet teripang formula A2 berkisar antara 0,65 - 0,7,

nilai aw tablet teripang formula A3 berkisar antara 0,65 - 0,7 dan kisaran nilai aw

pada formula B3 yaitu 0,66 - 0,71. Penyimpanan pada dua suhu yang berbeda tidak terlalu mempengaruhi nilai aw pada tablet teripang. Naiknya nilai aw selama

masa penyimpanan dapat dikarenakan oleh sifat bahan yang higroskopis sehingga kandungan air dalam bahan meningkat. Nilai aw yang tinggi akan berpengaruh

pada jumlah mikroba pada bahan. Hal ini berati jumlah air yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba untuk tumbuh banyak sehingga mikroba akan tumbuh dengan baik. Tablet A2, A3 dan B3 memiliki rentang aw yang ideal untuk

pertumbuhan kapang seperti kapang xerofilik dan khamir osmofilik. Rahayu dan Nurwitri (2012) menjelaskan bahwa kapang xerofilik dapat tumbuh sampai aw

0.65, dan khamir osmofilik dapat tumbuh sampai aw 0,60. . Labuza (1982)

menyatakan bahwa produk makanan kering masih aman untuk dikonsumsi bila memiliki nilai aw yang berkisar antara 0,7-0,75 serta bila nilai aw produk diatas

selang tersebut dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme berbahaya sehingga menyebabkan produk menjadi beracun.

(39)

25

jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tablet teripang yang telah disimpan selama 30 hari pada suhu 30°C dan 50°C. Hasil analisis statistik (Lampiran 12) menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh nyata (p<0.05) terhadap Angka lempeng total tablet teripang. Peningkatan mikroba paling tinggi terjadi pada penyimpanan pada suhu 50 °C. Peningkatan ini disebabkan selama penanganan produk telah terkontaminasi oleh mikroba yang tahan panas. Hal ini sesuai dengan penelitian Fardiaz (1989) yang menyebutkan bahwa ketahanan panas mikroorganisme cenderung meningkat ketika suhu inkubasi meningkat, khususnya mikroorganisme pembentuk spora.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (1994) menetapkan persyaratan obat tradisional dalam sediaan tablet memiliki angka lempeng total bakteri tidak lebih dari 104cfu/mL. Hal ini menunjukkan bahwa tablet teripang ini sampai hari ke 20 masih memenuhi persyaratan batas aman cemaran mikroba. Penyimpanan yang dilakukan selama 20 hari tidak menyebabkan kerusakan tablet teripang akibat mikroorganisme sehingga produk masih layak untuk dikonsumsi.

Antioksidan pada Formula Tablet Teripang

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau

mencegah proses oksidasi bila bereaksi dengan radikal bebas (Praptiwi et al. 2006). Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk

mengukur aktivitas antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Metode ini didasarkan pada penurunan serapan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dari senyawa antioksidan. Reaksi utama yang berlangsung adalah pembentukan radikal bebas R. dan bentuk reduksi DPPH. Keberadaan senyawa antioksidan akan mengubah warna larutan DPPH dari violet menjadi kuning. Pengukuran intensitas warna dari DPPH dilakukan dengan mengamati serapannya secara spektrofotometri.

Parameter yang digunakan untuk uji penangkapan radikal DPPH adalah nilai IC50, yaitu konsentrasi ekstrak/fraksi uji yang dibutuhkan untuk menghambat 50%

radikal bebas DPPH. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi linier yang

menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak/fraksi uji dan persen penangkapan radikal (Rohman dan Riyanto 2006). Semakin rendah nilai IC50

(40)

26

2005). Metode DPPH dipilih karena sederhana, cepat dan mudah untuk screening aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa (Marxen et al. 2007), selain itu metode ini terbukti akurat, reliabel dan praktis (Prakash et al. 2001). Hasil pengujian antioksidan pada tablet dari teripang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai IC50 aktivitas antioksidan pada formula tablet teripang

Formula tablet Nilai IC50 (ppm)

Hasil aktivitas antioksidan pada formula A2 tablet teripang keling lebih tinggi dibandingkan formula lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan antara formula A2 dan A3. Komponen aktif yang terdapat dalam tablet teripang meliputi alkaloid, triterpenoid, steroid dan saponin. Hashimoto (1979) menyatakan senyawa toksik yang terdapat pada teripang dikenal sebagai saponin, yaitu merupakan senyawa yang komplek terdiri dari gula dan steroid atau terpenoid.

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas menyerupai sabun dan saponin adalah senyawa aktif yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan saponin juga dapat menghancurkan butir sel darah merah lewat reaksi hemolisis (Robinson 1995). Xiong et al. (2012) menyatakan bahwa saponin bersifat antioksidatif dan radikal scavenger dengan membentuk hidroperoxida sebagai senyawa antara dan dapat menyumbangkan hidrogen pada senyawa radikal DPPH sehingga mengakhiri reaksi rantai radikal.

Hasil penelitian membuktikan bahwa senyawa steroid pada teripang mempunyai aktivitas antibakteri pada teripang spesies Cucumaria frondosa (Haug el al. 2002), aktivitas antijamur pada teripang spesies Psolus patagonicus (Murray et al. 2001). Beberapa penelitian lainnya ditemukan senyawa yang terkandung dalam teripang antara lain lektin (Mojica et al. 2005), saponin/triterpen glikosid (Tian et al. 2005).

Antioksidan standar yang digunakan pada penelitian ini adalah vitamin C dengan nilai IC50 sebesar 3,36 ppm. Hasil pengujian aktivitas antioksidan

menunjukkan tablet dari teripang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat pada formulasi A2 dengan IC50 sebesar nilai 97,22 ppm. Menurut Molyneux (2004),

suatu bahan dengan nilai IC50 < 50 ppm merupakan antioksidan yang sangat kuat.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Bioautografi Antioksidan

Pemisahan atau fraksinasi senyawa menggunakan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk memisahkan senyawa yang ada pada ekstrak tablet teripang yang mempunyai aktivitas antioksidan terbaik yaitu ekstrak tablet teripang A2 dengan pelarut metanol dengan IC50 97,22 ppm. Aktivitas

(41)

27

KLT dan pengamatan dengan sinar UV 254 nm menghasilkan 5 fraksi yang disajikan pada Gambar 10.

.

Gambar 10 Hasil fraksinasi ekstrak tablet teripang keling menggunakan ektrak metanol tablet teripang keeling

Cara yang digunakan dalam identifikasi noda-noda yang terbentuk pada plat KLT dapat dilakukan dengan menggunakan lampu UV (Ultraviolet) dimana beberapa senyawa alam memancarkan cahaya tampak saat disinari dengan sinar UV atau mengabsorpsi sinar UV. Hal ini karena senyawa alam memiliki gugus kromofor yang khas dapat memberi atau membentuk warna. Panjang sinar UV yang digunakan adalah 254 nm.

Penampakan noda pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator flouresensi yang terdapat pada plat KLT. Panjang gelombang 254 nm digunakan untuk menampakkan eluen yang ditandai dengan munculnya bercak gelap (Hafiluddin 2011).

Hasil fraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis didapatkan 5 fraksi pada ekstrak metanol, dengan eluen terbaik yang dihasilkan aseton:metanol:n-heksana (1/2:1/4:1/4). Hasil pengecekan terhadap fraksi tersebut, diduga bahwa masing-masing fraksi telah menunjukkan adanya 1 spot dengan Rf yang berbeda. Hasil fraksinasi nilai Rf dari senyawa yang terdapat pada tablet teripang keling disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Nillai Rf hasil fraksinasi ektrak metanol dari tablet teripang keling

Fraksi Nilai Rf

Rf1 0,03

Rf2 0,77

Rf3 0,82

Rf4 0,87

Rf5 0,93

Hasil pengujian terhadap fraksi tersebut memberikan dugaan bahwa masing-masing fraksi telah menunjukkan adanya 1 spot dengan Rf yang berbeda. Pemisahan senyawa dengan eluen aseton:metanol:n-heksana menggunakan sinar UV 254 nm memiliki 5 spot dari hasil ektrak metanol. Angka Rf berkisar 0,001-1,0 (Kusumaningtyas et al. 2008).

Rf = 0,93 Rf = 0,87 Rf = 0,82

Gambar

Gambar 1  Diagram alir proses preparasi bahan baku  dan pembuatan  serbuk teripang keling
Tabel 1.  Formulasi tablet teripang keling (Holothuria atra).
Tablet teripang
Tabel 2 Batas penyimpangan bobot rata-rata tablet
+7

Referensi

Dokumen terkait