• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Berakhirnya Perang Dingin pada penghujung dekade 1980-an, yang

ditandai dengan runtuhnya paham komunisme serta pembubaran Uni Soviet (US),

telah membawa perubahan-perubahan yang besar dan terjadi dengan sangat cepat

dalam sistem internasional.1 Perubahan yang menciptakan transformasi pada

sistem internasional ini menimbulkan harapan sekaligus tantangan yang baru.

Seperti dikatakan oleh Louis Armand bahwa, peradaban manusia di masa-masa

yang akan datang harus menghadapi tiga tantangan besar, antara lain: perang

nuklir, over populasi serta kebebasan dan juga Hak Asasi Manusia (HAM).2

Perang nuklir, menjadi salah satu dari tantangan besar yang disebutkan oleh Louis

Armand tersebut, dikarenakan paska perang dingin kepemilikan nuklir, serta

proliferasi nuklir masih ada pada negara-negara di dunia ini.

Berakhirnya perang Dingin tahun 1989 bukan merupakan jaminan

bebasnya dunia dari ancaman senjata nuklir, karena di dunia ini masih terdapat

tidak kurang dari 22.000 pucuk senjata nuklir, yang dimiliki oleh delapan negara

besar, berikut merupakan daftar kepemilikan nuklir dari 8 negara tersebut:3

      

1

Sistem internasional pada waktu perang dingin adalah bipolar dan pada pasca perang dingin menjadi multipolar. Bipolar adalah struktur Internasional yang terbangun akibat Perang Dingin, sedangkan multipolar adalah ketika beberapa kelompok atau beberapa negara memberikan

pengaruh terhadap struktur Internasional. 

2

Drs.T.May.Rudy, “Studi Strategis, Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang

Dingin”, 2001, hal 2  3

(2)

Data Penyebaran Senjata Nuklir, Januari 20104

Pengembangan Penggunaan nuklir Negara

Senjata Nuklir untuk selain senjata

Total

Tabel 1.1 (dalam satuan pucuk senjata nuklir)

Dengan diperlihatkannya data diatas, mengartikan bahwa ancaman nuklir

masih tetap nyata hingga saat ini. Karena dalam data tersebut banyaknya

negara-negara yang mempunyai senjata nuklir didunia ini, yang digunakan sebagai

senjata, maupun sebagai bukan senjata. Dalam hal ini nuklir yang digunakan

sebagai senjata yang biasanya dipakai oleh tentara-tentara pada negara maju

sebagai salah satu dari senjata konvensional yang daya ancamannya lebih tinggi

daripada senjata konvensional lainnya, akan lebih berbahaya daripada penggunaan

nuklir sebagai bahan bukan senjata, semisalnya sebagai bahan pengganti energi,

atau sering disebut sebagai pemakaian energi nuklir dengan tujuan damai.

Oleh karena itu, banyak bermunculan upaya-upaya Internasional maupun

regional dalam pembebasan dunia dari unsur senjata nuklir, karena perlucutan

senjata sebenarnya merupakan topik yang memiliki aspek sangat luas, tidak hanya

mencakup semua jenis persenjataan (nuklir, biologi, kimia ataupun konvensional),

      

4

Shannon N.Kile, “World Nuclear Forces “ dikutip dari http://www.sipri.org/yearbook/2010/08,

(3)

tetapi juga memiliki kaitan erat dengan berbagai aspek lain seperti politik,

ekonomi, serta pembangunan lingkungan hidup.

Upaya-upaya tersebut misalnya saja: berlakunya traktat Non-proliferasi

senjata nuklir (Nuclear Non-proliferation Treaty/ NPT) mulai 5 Maret 1970 dan

diperpanjang masa berlaku traktat NPT ini hingga waktu tak terbatas pada tahun

1995, traktat yang melarang percobaan senjata Nuklir (Comprehensive Nuclear

Test Ban Treaty / CTBT) tanggal 24 September 1996, larangan penggunaan sisa

bahan bakar nuklir dalam Fisille Material Cut-off treaty / FMCT, Konvensi

Senjata Biologi (Biological Weapon Convention / BWC) tanggal 10 April 1972,

Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapon Convention /CWC) pada tahun 1993.5

Sedangkan pada tingkat regional dengan munculnya gagasan pembentukan

kawasan-kawasan bebas senjata nuklir di berbagai kawasan dunia, seperti di

Amerika Latin, Pasifik Selatan, Afrika, Samudra Hindia, Atlantik Selatan, Timur

tengah, serta Asia Tenggara dengan ditandatanganinya Traktat Kawasan Bebas

Senjata Nuklir di Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon

Free Zone/ SEA-NWFZ) pada tahun 1995.6

Upaya-upaya Internasional maupun regional dalam pembebasan dunia dari

unsur senjata nuklir yang telah dipaparkan diatas, menunjukkan bahwa

upaya-upaya perlucutan senjata nuklir merupakan upaya-upaya yang realistis. Karena hal

tersebut menunjukkan penentangan dari masyarakat Internasional terhadap

      

5

Soefjan Tsauri dan Bambang S. Irawan, “Kepentingan Indonesia membentuk Badan Otorita

Naional Untuk Konvensi-Konvensi dan Traktat-Traktat di Bidang Perlucutan Senjata” dikutip dari http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=10&mnorutisi=3 diakses tanggal 22

November 2010. 

6

Dian Wirengjurit. 2002. Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan

(4)

keberadaan maupun proliferasi senjata nuklir. Khususnya, dalam pembentukan

Kawasan Bebas Senjata Nuklir (KBSN) di Amerika Latin, Pasifik Selatan, Afrika,

Samudra Hindia, Atlantik Selatan, Timur tengah, serta Asia Tenggara dapat

dilihat sebagai perwujudan sikap anti senjata nuklir negara di kawasan-kawasan

tersebut.

Bagi Indonesia sendiri, secara umum diakui dikenal aktif dalam

upaya-upaya perlucutan senjata nuklir, baik dalam kerangka PBB maupun di luar PBB.

Hal ini nampak pada keikutsertaan Indonesia dalam penandatanganan dari

beberapa konvensi maupun traktat perlucutan senjata, seperti traktat

Non-proliferasi senjata nuklir (Nuclear Non-proliferation Treaty/ NPT) tahun 1970,

Konvensi Senjata Biologi (Biological Weapon Convention / BWC) tahun 1972,

Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapon Convention /CWC) pada tahun 1993,

Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty / CTBT tahun 1996, Anti-personnel

Landmines / APL tahun 1997.7

Khususnya, dalam KBSN-AT Indonesia juga dikenal memiliki peranan

yang cukup besar dalam pembentukan kawasan ini. Hal tersebut nampak dalam

berbagai keaktifan Indonesia dalam upaya-upayanya menggagas pembentukan

kawasan ini di Asia Tenggara hingga kawasan ini terbentuk.

Indonesia pada tahun 1983 merupakan negara yang pertama mengenalkan

doktrin KBSN-AT ini sebagai bagian dari ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and

      

7

(5)

Neutrality) dimana KBSN-AT ini merupakan langkah awal dalam

mengimplementasikan ZOPFAN tersebut.8 Hal ini disampaikan Indonesia bahwa:

if put into effect, a NWFZ for Southeast Asia would have substance to the Kuala Lumpur Declaration of 1971 on ZOPFAN.9

Dalam deklarasi Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1971 itu

disepakatinya tentang pembentukan ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and

Neutrality) yang dinyatakan antara lain :

“That Indonesia Malaysia, the Philippines, Singapore and Thailand are determined to exert initially necessary efforts to secure the recognition o, and respect for, South East Asia as a Zone of Peace, Freedom and Neutrality; free from any form or manner of interference by outside Powers;

That South East Asian countries should make concerted efforts to broaden the areas of co-operation which would contribute to their strength, solidarity and closer relationship.”10

Dalam upaya-upaya pembentukan KBSN-AT ini juga sempat menjadi

tenggelam, kecuali bagi Indonesia dan Malaysia yang juga merupakan negara

penggagas ZOPFAN. Hal ini disebabkan karena konflik yang terjadi di Kamboja

telah mempengaruhi dan menjadi penghambat gagasan pembentukan KBSN-AT

ini. Tetapi karena kesungguhan dari Indonesia dalam upaya pembentukan

KBSN-AT ini, Indonesia juga memainkan peranan kunci dalam penyelesaian konflik

Kamboja ini secara diplomasi, dengan meredanya konflik Kamboja ini

menjadikan KBSN-AT ini dapat kembali menjadi wacana dalam pertemuan antar

negara-negara ASEAN.11 Gagasan pembentukan KBSN-AT yang dikenalkan

      

8

Leo Suryadinata, 1996, “Indonesia’s Foreign Policy Under Soeharto: Aspiring to International

Leadership”, Singapore: Times Academic Press. hal 71  9

Ibid. hal 70  10

Dian Wirengjurit. 2002. Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan

Perkembangannya, Bandung: P.T Alumni.hal 257  11

(6)

Indonesia ini merupakan langkah awal dari terbentuknya KBSN-AT yang

ditandatangani oleh seluruh negara-negara ASEAN pada tanggal 18 desember

1995. Dan Indonesia meratifikasi perjanjian ini pada tanggal 10 April 1997.

Paska penandatanganan traktat KBSN-AT ini, diadakan lagi pertemuan

pada tahun 1996 di Kuala Lumpur untuk meninjau kembali traktat KBSN-AT ini.

Hal ini dilakukan untuk menjelaskan hak-hak kedaulatan dan yuridiksi / hukum

bagi negara-negara anggota KBSN-AT dan negara-negara lain diluar kawasan

untuk menandatangani traktat KBSN-AT ini.12 Pada negara-negara diluar kawasan

seperti negara-negara nuklir (Perancis, Rusia, AS, dan Inggris minus Cina)13 juga

telah merumuskan naskah common respons mereka terhadap traktat Bangkok ini,

yang mana pada intinya ke empat negara tersebut menghendaki dirumuskannya

kembali berbagai aspek dalam protokol KBSN-AT tersebut. Hal ini disampaikan

oleh keempat negara nuklir kepada negara-negara anggota KBSN-AT pada

November 1999 di Bangkok, agar naskah tersebut diterima oleh negara-negara

ASEAN.14

Dan pada saat ini keikutsertaan Indonesia juga nampak pada dipilihnya

Indonesia menjadi ketua komisi dalam KBSN-AT ini periode tahun 2010 hingga

      

12

Pada traktat KBSN-AT ini Negara-negarra nuklir dapat menandatangani traktat KBSN-AT ini setiap saat, karena dalam hal ini Negara-negara anggota ASEAN juga menyadari bahwa akan diperlukan waktu yang sangat lama sebelum Negara-negara nuklir (perancis, Rusia, AS, Inggris, dan Cina) mau mengakui traktat ini.Ibid hal 289 

13

Cina telah mengindikasikan untuk mendukung naskah KBSN-AT ini, yang mana dia siap untuk menandatangani traktat ini di Beijing kepada Kedutaan Besar Singapura, yang saat itu menjadi

Chairman ASEAN Standing Committee. Ibid. hal 291 

14

(7)

saat ini.15 Dimana pada sebelum-belumnya Indonesia hanya menjadi anggota dari

komisi KBSN-AT tersebut.

Dengan latar belakang tersebut, memperlihatkan Indonesia memiliki peran

dalam upaya mewujudkan KBSN-AT ini di wilayah Asia Tenggara. Oleh karena

itu, dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peran Indonesia dalam Kawasan

Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ)” ini, penulis mencoba untuk mengangkat mengenai upaya penanggulangan ancaman keamana regional tentang isu

proliferasi nuklir di wilayah kawasan Asia Tenggara dengan melihat alasan

ataupun latar belakang dari peran Indonesia di KBSN-AT mulai dari awal

digagasnya ASEAN hingga saat ini ketika Indonesia dipilih menjadi ketua

KBSN-AT 2010.

1.2Rumusan Masalah

Sudut Pandang dari permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini

ialah peran dari Indonesia dalam upaya pembentukan Kawasan Bebas Senjata

Nuklir di Asia Tenggara. Dari penjelasan tersebut maka secara redaksional

permasalahan yang akan diangkat dalam tulisan ini ialah:

Mengapa Indonesia Berperan dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir

Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free

Zone/SEA-NWFZ)?

      

15

“RI dipilih menjadi ketua komisi SEANWFZ” dalam

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=13049&Itemid=68

(8)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa Indonesia ikut serta

berperan dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South

East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ) hingga tahun 2010.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang peran

Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara /

KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ) di Asia

Tenggara dari awal KBSN-AT ini digagas hingga saat ini, beserta alasan

maupun latar belakang keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan

KBSN-AT hingga saat ini.

1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan yang

luas dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan selanjutnya bisa menjadi

sumber informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya dalam kategori

masalah yang serupa.

1.5Kajian Pustaka

1.5.1 Penelitian Terdahulu

Dian Wirengjurit dalam bukunya yang berjudul Kawasan Damai dan

Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan Perkembangannya”

menginformasikan bahwa berakhirnya perang dingin tidak menjadikan dunia lebih

(9)

telah muncul. Dalam era perang dingin tidak kurang dari 50.000 hulu ledak nuklir

dimiliki oleh kedua negara adikuasa tersebut. Sejalan dengan itu, gagasan

pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir muncul di berbagai dunia. Gagasan

ini muncul sebagai wujud kekhawatiran negara-negara non-nuklir terhadap

kemungkinan pecahnya perang nuklir, penolakan keterlibatan mereka dalam

persaingan antarnegara adikuasa dan keinginan untuk menciptakan suatu kawasan

yang aman dan damai, begitu pula dengan Asia Tenggara yang menginginkan

kawasan damai bebas senjata nuklir sehingga muncullah gagasan KBSN-AT.16

Disamping itu, F.Andrea dalam jurnalnya yang berjudul “Peningkatan

Kerjasama Ekonomi dan Keamanan Regional” menjelaskan bahwa perjanjian

KBSN-AT itu mempunyai arti penting, sebab penandatanganan tersebut

berlangsung pada saat yang tepat, yaitu ketika masyarakat Internasional tengah

mendesakkan adanya larangan uji coba nuklir menyeluruh dan pengurangan serta

penghapusan semua senjata nuklir.17

Sedangkan, penelitian yang ingin digambarkan penulis tersebut berbeda

dengan kedua penelitian terdahulu diatas, dimana perbedaannya adalah: pada

buku karangan Dian Wirengjurit yang berjudul Kawasan Damai dan Bebas

Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan Perkembangannya”, beliau

menjelaskan secara general pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir / KBSN

      

16

Dian Wirengjurit. 2002. Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan

Perkembangannya, Bandung: P.T Alumni.hal 23  17

F.Andrea, “Peningkatan Kerjasama Ekonomi dan Keamanan Regional” dikutip dari

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=6&ved=0CCQQFjAF&url=http%3A%2F%2F jurnal.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F25296185193.pdf&rct=j&q=jurnal%20kawasan%20 bebas%20senjata%20nuklir%20asia%20tenggara&ei=uHLWTKeDJYPovQPr9rTpCQ&usg=AFQ

(10)

(Nuclear Weapon Free Zone/ NWFZ) yang terdapat di seluruh bagian dunia. Dan

pada jurnal yang ditulis F.Andrea dengan judul “Peningkatan Kerjasama

Ekonomi dan Keamanan Regional”, beliau lebih menekankan pada hasil

deklarasi Bangkok, dimana salah satu hasilnya adalah ditandatanganinya Traktat

KBSN-AT.

Dengan kedua penelitian terdahulu diatas, disini penulis ingin

menggambarkan alasan dari peran aktif keikutsertaan Indonesia dalam KBSN-AT

ini, dari awal upaya-upaya Indonesia menggagas pembentukan kawasan ini di

forum regional ASEAN hingga tahun 2010 ketika Indonesia terpilih menjadi

ketua komisi dalam KBSN-AT.

Karena dalam hal ini ASEAN masih tetap memiliki keinginan hidup

merdeka, damai, dan netral seperti yang tercetus dalam konsep ZOPFAN, dengan

pandangan ini, Indonesia yakin, konsep ZOPFAN masih relevan.18 Demikian pula

dengan pembentukan Kawasan bebas Senjata Nuklir, yang merupakan salah satu

komponen utama ZOPFAN. Dari konsep ZOPFAN dalam ASEAN sehingga

muncul gagasan KBSN di Asia Tenggara ini.

1.5.2 Landasan Konsep

Untuk membantu penulis dalam menggambarkan fenomena yang akan

dibahas, maka diperlukan suatu teori dan konsep19 sebagai kerangka pemikiran

      

18

Dian Wirengjurit , op.cit, hal vii  19

Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat suatu objek ataupun fenomena

tertentu. Konsep adalah sebuah kata yang melambangkan sebuah gagasan. Dan teori adalah bentuk

penjelasan paling umum yang memberithu kita mengapa sesuatu terjadi dan kapan sesuatu bisa

diduga akan terjadi. Dalam Mochtar Mas’ud, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan

(11)

yang akan membantu penulis untuk lebih fokus terhadap analisa tersebut. Teori

dan konsep yang menjadi pondasi penelitian ini merupakan bagian yang sangat

penting. Penjelasan teori dan konsep sangat diperlukan agar tidak terdapat

kebingungan dan kerancuan untuk membaca penelitian ini, adapun teori dan

konsep yang digunakan oleh penulis yakni:

1.5.2.1Konsep Comprehensive Security

Comprehensive Security (Total defence system), ini adalah konsep yang

pada dasarnya lebih menitikberatkan pembahasan masalah keamanan secara

comprehensive dan multidimensional (mencakup dimensi-dimensi bukan hanya

militer tetapi juga non militer) pada setiap forum dialog dengan isu multisentrik.

Dalam comprehensive security, juga mencakup semua level tidak hanya terbatas

pada level kawasan seperti konsep keamanan bersama maupun kerjasama

keamanan.20 Karena dalam comprehensive security ini, pembahasan isu-isu

tersebut dilakukan dengan cara perundingan-perundingan maupun dialog.

Misalnya, yakni: pada forum-forum dialog regional ARF dan KBSN-AT yang

dikembangkan oleh ASEAN. Dalam forum KBSN-AT ini juga merupakan

penyelesaian melalui tindakan preventif masalah nuklir yang dapat mengancam

kelangsungan suatu Negara baik secara militer, politik serta energy dan

lingkungan melalui cara berdialog antar Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara.

Konsep comprehensive security ini pertama kali diperkenalkan oleh

Jepang pada tahun 1970-an. Premis utama dari comprehensive security ini adalah

      

20

Yahya A.Muhaimin,2005, Masalah Pembinaan Pertahanan Indonesia, Tiara Wacana:

(12)

bahwa keamanan harus dimaknai dalam pengertian yang holistic (mencakup baik

ancaman militer maupun non militer), dalam konsep ini kekuatan militer saja tak

cukup untuk menjamin keamanan nasional, maka diperlukannya perluasan

kebijakan non militer seperti pendayagunaan sumber daya politik, ekonomi dan

diplomatic.21

Dalam pembentukan KBSN-AT ini negara-negara ASEAN pada umumnya

menyadari bahwa dasar untuk melaksanakannya adalah strategi ketahanan

nasional dan regional, yang dikenal dengan comprehensive security. Dalam

strategi semacam ini keamanan dapat tercipta melalui pembangunan nasional dan

regional yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ideology, politik, ekonomi,

social, budaya, ilmu pengetahuan dan tentunya pertahanan keamanan. Bagi

pemerintah Indonesia, ketahanan nasional dan ketahanan regional merupakan

jawaban paling penting dalam menghadapi tantangan-tantangan yang datang baik

dari dalam maupun luar. Oleh karena itu, ZOPFAN tetap merupakan dasar bagi

keamanan ASEAN dan sekaligus menjadi dasar bagi suatu strategi yang

berorientasi ke luar ASEAN.22

1.5.2.2Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional (national interest) sering dipakai sebagai dasar untuk

menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Menurut Morgenthau kepentingan

      

21

Heru Susetyo, Menuju keamanan comprehensive berperspektif keamanan manusia dalam

kebijakan keamanan nasional Indonesia, dikutip dari

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6108110.pdf tanggal akses 1 Desember 2010 

22

Mochtar Mas’ud, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”, Jakarta: PT

(13)

nasional ini dipandang sebagai kemampuan minimum negara-bangsa adalah

melindungi identitas fisik, politik dan cultural dari gangguan negara-bangsa lain,

lebih spesifiknya negara-bangsa harus bisa mempertahankan integritas

teritorialnya (yaitu identitas fisiknya), mempertahankan rezim

ekonomi-politiknya23 (yaitu identitas politiknya), serta memelihara norma-norma etnis,

religious, ,linguistik dan sejarahnya (yaitu identitas cultural).24

Keikutsertaan Indonesia dalam KBSN-AT nampak karena posisi rezim

ekonomi dan politiknya yang sangat dipandang saat itu, hingga Indonesia dijuluki

“the sleeping giant in southeast asia” pada masa orde baru, dimana saat itu

KBSN-AT dibentuk, Indonesia merupakan negara yang disegani oleh negara

disekitarnya, dimana Indonesia pada era perang dingin tersebut banyak ikut serta

dalam banyak organisasi Internasional seperti Gerakan non Blok, PBB, dan

upaya-upayanya dalam mempertahankan rezim politiknya saat itu termasuk

KBSN-AT. Dan keikutsertaan Indonesia dalam KBSN-AT hingga saat ini juga

merupakan salah satu upaya Indonesia dalam upayanya mengembalikan rezim

politiknya tersebut, serta untuk mempertahankan teritorialnya secara

comprehensive bersama Negara-negara ASEAN lainnya dari Negara-negara

nuklir lainnya agar wilayah Indonesia maupun Asia tenggara bebas dari Senjata

nuklir.

      

23

“Rejim” menurut Stephen D. Krasner merupakan “ sets of implicit or explicit principles, norms, rules, and decision making procedures around which actors ’expectation converge in a given area of international relations. Dalam Abdul Kadir Jailani, “Pembentukan kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara” hal 42 dikutip dari

http://eprints.ui.ac.id/31783/1/78416%2DT3327%2DPembentukan%20kawasan.%2DTOC.pdf ,

diakses tanggal 29 Januari 2011 

24

Mochtar Mas’ud, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”, Jakarta: PT

(14)

1.5.2.3Teori Peranan

Peranan (role) adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh

seseorang yang menduduki suatu posisi, dan setiap orang yang menduduki posisi

itu, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi itu dalam menjalankan

peranan politiknya.25 Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku politik

adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran yang kebetulan dipegang

oleh seorang aktor politik.

Peran dalam konteks politik adalah perilaku yang dilakukan oleh para

actor dalam menjalankan peran politik mereka, dan yang membentuk peranan

adalah harapan atau dugaan yang datang dari diri sendiri ataupun orang lain. Teori

ini juga berkaitan dengan peranan yang lain. Tujuannya adalah untuk menjelaskan

dan meramalkan perilaku politik.26

K.J. Holsti dalam bukunya politik Internasional : Kerangka untuk analisis

mengungkapkan tiga variabel penjelas mengenai konsep peran, diantaranya yaitu:

1. Beberapa kondisi ekstern, yang mencakup persepsi ancaman dan

perubahan penting dalam kondisi luar negeri.

2. Atribut nasional, yaitu berkaitan dengan kemampuan Negara (lemah atau

kuat) pendapat dan sikap umum; kebutuhan ekonomi dan komposisi etnis

Negara.

3. Atribut ideologis dan

sikap, yang mencakup kebijakan atau peran tradisional, pendapat dan sikap

      

25

Mochtar Mas’ud, 1994, “Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi”,

Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial UGM. Hal 44-45 

26

(15)

umum, urusan humaniter, prinsip ideologis, serta identifikasi kawasan

(kesesuaian nilai dengan negara lain)

Ketiga variabel diatas menurut K.J. Holsti dapat menguji penjelasan

mengenai tujuan, keputusan dan tindakan dalam FPA (Foreign Policy Analysis).27

Sedangkan, peran aktif Indonesia dalam pembentukan KBSN-AT ini

merupakan salah salah satu dari keputusan dan tindakan Politik Luar Negeri

Indonesia pasca perang Dingin. Peran aktif Indonesia dalam pembentukan

Kawasan ini dapat di analisa dengan 3 faktor yang dijelaskan oleh K.J Holsti.

Dimana kondisi ekstern paska perang dingin serta atribut ideologis Indonesia yang

tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan politik luar negeri Indonesia Bebas

aktif menjadi factor yang utama bagi Negara-negara ASEAN termasuk Indonesia

yang aktif dalam pembentukan kawasan ini serta peran Indonesia paska

pembentukan KBSN-AT ini..

1.6 Hipotesis

Peran Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara /

KBSN-AT atau juga dikenal sebagai Traktat Bangkok dari mulai awal digagasnya

hingga saat ini disebabkan karena adanya kepentingan nasional Indonesia dimana

sebagai counter dari adanya persepsi ancaman dari luar kawasan Indonesia juga

dalam wilayah Asia Tenggra. Kondisi keamanan tersebut menyangkut dengan

posisi strategis Indonesia sebagai wilayah yang strategis, dan banyak kepentingan

dari negara lain untuk menggunakan wilayah Indonesia sebagai jalur pelintasan

      

27

K.J. Holsti, 1983 “Politik Internasional: Kerangka untuk analisis”, Jakarta: Gelora Aksara. hal

(16)

kapal-kapal laut maupun kapal-kapal udara, disamping itu pada saat ini dimana

nuklir digunakan sebagai bahan pengganti energy hal ini menimbulkan

kekhawatiran pencemaran lingkungan. Kekahawatiran Indonesia dalam hal ini

adalah pembuangan limbah dari negara-negara pengguna energy nuklir ke dalam

wilayah Indonesia. Disamping itu, sebagai Negara yang pada perang dingin sering

disebut sebagai “the giant sleeping” Indonesia juga ingin berusaha untuk

mengembalikan identitas politiknya tersebut di dunia Internasional, sebagai

negara yang besar. Disamping itu kondisi eksternal lainnya yang mana semakin

banyaknya upaya-upaya dalam non-proliferasi nuklir ini muncul juga merupakan

landasan dari peran aktif Indonesia dalam pembentukan KBSN-AT hingga saat

ini, sesuai dengan politik luar negeri Indonesia bebas aktif dan berlandaskan pada

UUD 1945.

Karena, Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas Aktif yang berdasarkan

pada landasan konstitusi UUD 1945, dimana mewajibkan bangsa Indonesia dalam

ikut serta menegakkan perdamaian dunia, dengan turut serta aktif dalam usaha

menciptakan dunia yang bebas dari senjata-senjata pemusnah massal. Melalui

pembentukan KBSN-AT ini, Indonesia senantiasa dituntut untuk terus

berpartisipasi aktif dalam KBSN-AT ini.

(17)

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1.1 Batasan Materi

Adapun batasan penelitian sebagai penulis saya mencoba membatasi

skripsi ini dengan membahas pada isu keamanan yang disebabkan oleh nuklir,

yang terjadi pada penggagasan KBSN-AT oleh Indonesia hingga tahun 2010

ketika Indonesia terpilih menjadi ketua komisi KBSN-AT.

1.7.1.2 Batasan Waktu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan batasan waktu Deklarasi Kuala

Lumpur tanggal 27 November 1971 tentang pembentukan Zone of Peace,

Freedom and Neutrality / ZOPFAN hingga tahun 2010 ketika Indonesia terpilih

menjadi ketua komisi KBSN-AT. Untuk lebih jelasnya Nampak pada diagram

garis berikut ini:

1971 1989 1995 2010

(perang dingin) (paska perang dingin) (penandatanganan ( Ind. sbg ketua komisi)

Pra Penandatanganan traktat KBSN-AT) Paska Penandatanganan

Gambar 1.2 Batasan Waktu Penelitian

1.7.2 Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yang mengangkat

hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen

yang kemudian akan dihubungkan dan akan menjelaskan pengaruh antar kedua

variabel tersebut, dan kemudian mengukur sejauh mana kesinambungan antara

(18)

variabel independen yaitu Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara /

KBSN-AT. Kemudian melihat kesinambungan antara peran dari bangsa Indonesia dengan

kondisi KBSN-AT dengan melihat latar belakang dari keikutsertaan Indonesia

dari awal Indonesia menggagas upaya tersebut hingga tahun 2010.

1.7.3 Level Analisa

Unit analisa dalam penelitian ini berada dalam level negara yaitu peranan

Indonesia, sedangkan unit eksplanasinya berada pada level regional yaitu

Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia

Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ). Dengan diketahuinya level analisa pada

penelitian ini, maka penelitian ini bersifat induksionis karena unit analisanya lebih

rendah daripada unit eksplanasinya.

Hal ini Nampak pada tingkah laku politik luar negeri Indonesia dalam

peran aktifnya dalam KBSN-AT ini, yang mana Indonesia dianggap

mencerminkan upaya untuk menyesuaikan diri dengan system Internasional

ataupun keadaan Internasional pada saat paska perang dingin dengan

bergabungnya pada system regional yaitu KBSN-AT, yang merupakan bagian dari

implementasi tujuan ASEAN.

(19)

Teknik pengumpulan data dalam tulisan ini menggunakan metode

pengumpulan data yang bersifat studi pustaka terkait dengan topik permasalahan

yang diangkat untuk lebih mengakuratkan penelitian dari sisi keilmuan. Tekhnik

pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan penelusuran data

melalui berbagai literatur. Data-data dari studi pustaka diperoleh dari:

a. Buku-buku literature yang ada kaitannya dengan judul

b. Surat kabar, majalah dan artikel

c. Data (makalah, artikel, buku) yang terdapat dari situs internet

Adapun tempat untuk memperoleh data-data tersebut, antara lain:

a. Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Malang

b. Perpustakaan Jurusan Hubungan Internasional UMM

c. Perpustakaan Pusat Kota Malang

d. Situs Internet

Gambar 1.3 Fokus dan Lokus Penelitian Landasan Konsep: Konsep comprehensive

security, Konsep kepentingan Nasional, Teori Peranan, Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif.

Penelitian terdahulu

Locus

Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/ SEA-NWFZ)

Permasalahan

Mengapa Indonesia berperan dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ)?

Fokus

Peran Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/ SEA-NWFZ)

(20)

Pada alur skema diatas menjelaskan mengenai penelitian ini yang dimulai

dengan metode yang digunakan yaitu studi pustaka, sehingga di awal penelitian

penulis menyajikan penelitian-penelitian terdahulu yang juga mengangkat

penelitian serupa sehingga dapat menjadi tolak ukur penelitian ini, dilengkapi juga

dengan konsep dan teori yang relevan terhadap tema yang diangkat. Dengan

adanya konsep dan teori tersebut maka akan membantu penulis untuk menjawab

permasalahan yang ada yaitu mengapa Indonesia berperan dalam KBSN-AT.

Permasalahan tersebut akan dipaparkan dengan metode penelitian yaitu

eksplanatif, yang didukung dengan penelusuran data-data dibutuhkan dari

berbagai referensi yang didapatkan, kemudian data-data yang didapatkan

selanjutnya diolah dan dianalisa. Dari penelitian tersebut maka peneliti akan

menjadikan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT sebagai

Lokus yang akan diteliti, dan yang menjadi focus dalam penelitian ini ialah peran

Indonesia dalam KBSN-AT .

1.7.5 Metode Analisa Data

Analisis data yang digunakan penulis ialah analisis data kualitatif, cara

mengolah data kualitatif yang diperoleh dari studi pustaka serta hasil dari laporan

yang didapatkan. Sedangkan untuk metode analisis penelitian penulis

menggunakan metode deduktif.28 Metode deduktif digunakan sebagai penjelasan

dari teori/konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Jadi metode deduktif

digunakan oleh penulis untuk mendukung penggunaan teori dan konsep yang

      

28

Mochtar Mas’ud, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”, Jakarta: PT LP3S,

(21)

dipilih, melalui fakta-fakta yang didapatkan dalam penelitian. Analisis secara

kualitatif ini dioperasionalkan dengan menganalisis data yang berkaitan dengan

peranan dari Indonesia yang diberikan Indonesia terhadap KBSN-AT dengan

menggunakan teori Peranan, serta ditambah dengan konsep comprehensive

security.

1.7.6 Alur pemikiran

Untuk memperjelas posisi dari penelitian ini, maka digambarkan sebagai

berikut:

PBB

Isu proliferasi Nuklir IAEA

Traktat dasar Laut Traktat angkasa Luar NPT FMCT CWC START CTBT dsb ….

KBSN Amerika Latin KBSN Pasifik Selatan KBSN Asia Tenggara KBSN Afrika

Malaysia Singapura Indonesia Filipina Thailand Kamboja Vietnam Laos Brunai Myanmar

ASEAN ZOPFAN

Gambar 1.4 Posisi penelitian

Dan untuk mempermudah penelitian ini, maka dibentuk alur pemikiran

(22)

Peran Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ)

Tradisional (militer)

Konsep Comprehensive security Æ nuklir sbg ancaman non tradisional (politik&lingkungn)

Atribut ekstern Æ ancaman dan kondisi eksternal

Teori peranan (KJ. Holsti) Atribut nasional Posisi Indonesia

Atribut ideologis

Konsep kepentingan nasional

Politik Luar Negeri Bebas Aktif UUD’45 Gambar 1.5 Alur pemikiran Konsep

1.8 Struktur Penulisan

Dalam penelitian ini yang akan dilakukan disini, penulis akan mencoba

untuk menjabarkan beberapa bagian dalam bab skripsi, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

1.1Latar Belakang Masalah

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan Penelitian

1.4Manfaat Penelitian

1.5Kajian Pustaka

1.5.1 Penelitian Terdahulu

(23)

1.5.2.1 Konsep Comprehensive Security

1.5.2.2 Teori Peranan

1.5.2.3 Teori Politik Luar Negeri Bebas Aktif

1.6 Hipotesis

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1.1 Batasan Masalah

1.7.1.2 Batasan Waktu

1.7.2 Variabel penelitian

1.7.3 Level Analisa

1.7.4 Metode Pengumpulan Data

1.7.5 Metode Analisa Data

1.7.6 Alur Pemikiran

1.8.Struktur Penulisan

BAB II Gambaran Umum Tentang Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT

2.1Posisi KBSN-AT di PBB

2.2 Posisi KBSN-AT dengan Non-Proliferation Treaty / NPT

2.3 Posisi KBSN-AT di ASEAN

2.3.1 Posisi KBSN-AT dengan ZOPFAN

2.3.2 Posisi KBSN-AT dengan ASEAN Regional Forum /

ARF

2.3.3 Posisi KBSN-AT dengan ASEAN Security Community /

ASC

BAB III Kondisi Keamanan (dalam hal isu proliferasi nuklir) 3.1 Kondisi Keamanan Internasional

3.1.1 Kondisi Keamanan Internasional Pra Penandatanganan

Traktat KBSN-AT

3.1.2 Kondisi Keamanan Internasional Pasca

(24)

3.2 Kondisi Keamanan Asia Tenggara

3.2.1 Kondisi Keamanan Asia Tenggara Pra Penandatanganan

Traktat KBSN-AT

3.2.2 Kondisi Keamanan Asia Tenggara Pasca

Penandatanganan Traktat KBSN-AT

3.3 Kondisi keamanan Indonesia

3.3.1 Kondisi Keamanan Indonesia Pra Penandatanganan

Traktat KBSN-AT

3.3.2 Kondisi Keamanan Indonesia Pasca Penandatanganan

Traktat KBSN-AT

BAB IV Peran dan Posisi Indonesia Dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT

4.1Peran Indonesia dalam pembentukan KBSN-AT

4.1.1 Pembentukan KBSN-AT Pada saat Perang Dingin

4.1.2 Pembentukan KBSN-AT Pasca Perang Dingin

4.2Peran Indonesia dalam KBSN-AT Pasca Penandatanganan

traktat KBSN-AT

4.3Posisi Indonesia dalam KBSN-AT

BAB V Faktor-Faktor yang Menyebabkan Indonesia Berperan Dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT

5.1Persepsi ancaman proliferasi nuklir menurut Indonesia

5.1.1Persepsi Ancaman Proliferasi Nuklir pada Dimensi

Militer

5.1.2Persepsi Ancaman Proliferasi Nuklir pada Dimensi

Politik

5.1.3Persepsi Ancaman Proliferasi Nuklir pada Dimensi

Energi dan Lingkungan

5.2Landasan Konstitusional Indonesia

(25)

BAB VI Penutup 6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

(26)

(South East Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

FINA IKA RACHMAWATI NIM: 05260017

FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(27)

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peran Indonesia dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone / SEA-NWFZ)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Jumat Tanggal : 1 April 2011

Tempat : Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan penguji:

1. M.Syaprin Zahidi, S.IP ( )

2. M.Qobidl ‘Ainul Arif.,S.IP, M.A. ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si. ( )

(28)

Nama : Fina Ika Rachmawati

Tempat, tanggal lahir : Batu, 9 September 1987

NIM : 05260017

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

PERAN INDONESIA DALAM KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR ASIA TENGGARA / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone

/ SEA-NWFZ)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 13 April 2011

Yang Menyatakan

(29)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tidak terhingga atas anugrah pikiran yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Sholawat serta salam sselalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir jaman.

Berangkat dari isu nuklir pada masa perang dingin yang memunculkan banyak upaya non-proliferasi nuklir didunia ini termasuk di kawasan Asia Tenggara, dengan digagasnya Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT (South East Asia Nuclear Weapon Free Zone / SEA-NWFZ). KBSN-AT beranggotakan seluruh Negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang mempunyai banyak peran dalam pembentukan KBSN-AT ini.

Pada umumnya, peran Indonesia dalam KBSN-AT memberikan ketertarikan sendiri bagi penulis untuk meneliti mengenai alasan dari peran Indoesia di KBSN-AT.

Pada dasarnya, sangat sedikit tulisan yang membahas mengenai Kawasan Bebas Senjata Nuklir yang ada di beberapa kawasan di dunia ini. Khususnya KBSN-AT serta peran Indonesia di kawasan ini.

Sehingga disini penulis menyadari masih menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kontribusi ide dan kritik yang bersifat konstruktif terhadap tulisan ini, sehingga tulisan ini dapat menjadi salah satu literature yang bermanfaat bagi pemmbaca untuk meningkatkan cakrawala pengetahuan dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang penulis terima selama menyusun skripsi sampai selesai.

Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada :

¾ Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan FISIP-UMM yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

(30)

Hikmah, Ibu Dyah Estu Kurniawati, M.Si, Bapak M.Syaprin Zahidi, S.IP, Bapak M.Qobidl ‘Ainul Arif., MA, Bapak Tonny Dian Effendy, Bapak yang telah banyak memberikan bekal semasa kami kuliah di FISIP-UMM.

¾ Seluruh staff dan karyawan FISIP-UMM yang telah banyak memberi bantuan-bantuannya sehingga memperlancar dalam penyusunan skripsi ini.

¾ Kedua orang tua, adik dan saudara penulis yang telah banyak membantu baik moril maupun materiil selama penulis kuliah hingga selesainya skripsi ini.

¾ Semua teman-teman yang telah banyak membantu di dalam penyusunan skripsi ini.

¾ Dan semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH S.W.T membalas semua kebaikan dari pihak-pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Akhirnya penulis berharap supaya skripsi ini dapat bermanfaat dan sebagai bahan rujukan bagi semua pihak yang membacanya. Amin.

Billahi Fii Sabiil Haq, fastabiqul Khairat

Malang, 13 April 2011 Penulis

(31)

Berita Acara ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Lembar Persembahan ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel dan Daftar Gambar... xiv

Daftar Lampiran ... xv

 

1.5.2.1 Konsep Comprehensive Security ... 11 

1.5.2.2 Konsep Kepentingan Nasional ... 12 

1.5.2.3 Teori Peranan ... 14 

1.6 Hipotesis... 15 

1.7 Metode Penelitian... 17 

1.8.Struktur Penulisan... 23 

BAB II Gambaran umum tentang Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT   2.1...Pos isi KBSN-AT di PBB ... 26

2.2 Posisi KBSN-AT dengan NPT... 30

(32)

3.1 Kondisi Keamanan Internasional

3.1.1 Kondisi Keamanan Internasional Pra Penandatanganan Traktat

KBSN-AT ... 41 3.1.2 Kondisi Keamanan Internasional Pasca Penandatanganan Traktat

KBSN-AT ... 47 3.2 Kondisi Keamanan Asia Tenggara

3.2.1 Kondisi Keamanan Asia Tenggara Pra Penandatanganan Traktat KBSN-AT ... 48 3.2.2 Kondisi Keamanan Asia Tenggara Pasca Penandatanganan Traktat

KBSN-AT ... 54 3.3 Kondisi keamanan Indonesia

3.3.1 Kondisi Keamanan Indonesia Pra Penandatanganan Traktat

KBSN-AT ... 57 3.3.2 Kondisi Keamanan Indonesia Pasca Penandatanganan Traktat

KBSN-AT ... 63

BAB IV Peran dan Posisi Indonesia Dalam Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia

Tenggara / KBSN-AT

4.1Peran Indonesia dalam pembentukan KBSN-AT

4.1.1 Pembentukan KBSN-AT Pada saat Perang Dingin... 65 4.1.2 Pembentukan KBSN-AT Pasca Perang Dingin... 73 4.2Peran Indonesia dalam KBSN-AT Pasca Penandatanganan traktat

KBSN-AT... 76 4.3Posisi Indonesia dalam KBSN-AT ... 83 BAB V Faktor-Faktor yang Menyebabkan Indonesia Berperan Dalam

Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara / KBSN-AT

5.1 Persepsi ancaman proliferasi nuklir menurut Indonesia... 86 5.1.1Persepsi Ancaman Proliferasi Nuklir pada Dimensi Militer ... 87 5.1.2Persepsi Ancaman Proliferasi Nuklir pada Dimensi Politik... 91 5.1.3Persepsi Ancaman Proliferasi Nuklir pada Dimensi Energi dan

Lingkungan... 95 5.2Landasan Konstitusional Indonesia ... 101 5.3Politik Luar Negeri bebas Aktif Indonesia ... 103 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 108

(33)
(34)

2. Batasan Waktu Penelitian... 19

3. Fokus dan Lokus Penelitian... 21

4. Posisi Penelitian... 23

5. Alur Pemikiran Konsep ... 23

6. Tabel peran Indonesia dalam pembentukan KBSN-AT pada era perang dingin ... 65

7. Tabel peran Indonesia dalam pembentukan KBSN-AT pasca perang dingin ... 73

(35)

1. The Bangkok Treaty (Treaty on The Southeast Asia

Nuclear-Weapon-Free-Zone) ... 117

2. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1997 tentang

Pengesahan Treaty on The Southeast Asia Nuclear-Weapon-Free-Zone

(36)

Amal. Ichlasul. dan Armaidy Armawi, “Sumbangan Ilmu Sosial terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional ” , Yogyakarta: GadjahMada University press, 1996

Anggoro. Kusnanto. 1996. “Senjata Nuklir, Doktrin Penangkalan dan Kerjasama Keamanan Pasca Perang Dingin”, dalam “Perkembangan Studi Hubungan internasional dan Tantangan Masa Depan”, Depok: PT. Dunia Pustaka Jaya.

“Buku putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008”, Departemen Pertahanan Republik Indonesia.

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong terhadap dinamika, Kondisi riil dan Masa Depan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Holsti. K.J. 1983. “Politik Internasional: Kerangka untuk analisis”, Jakarta: Gelora Aksara.

Khan. Saddruddin Aga. 1990. ”Non-Proliferation in a Disarmaming World, prospect for the 1990’s”, Geneva: Bellerive Foundation.

Mas’ud. Mochtar. 1994. “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”, Jakarta: PT LP3S.

Mas’ud. Mochtar. 1994. “Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi”, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial UGM.

Muhaimin. Yahya A.2005. “Masalah Pembinaan Pertahanan Indonesia”, Tiara Wacana: Yogyakarta.

Perwita. Anak Agung Banyu. 2006. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional“, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rudy. T.May. 2001. “Studi Strategis, Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin”.

(37)

Habib. A.Hasnan “Lingkungan Internasional dan Ketahanan Nasional

Mas’ud. Mochtar. “Politik Dunia Pasca Perang Dingin dan Dilema Keamanan di Asia Tenggara

Azra, Azyumardi, 2009, “soft diplomacy Indonesia”

Koran:

“PLTN Pilihan Sumber Energi Masa Depan” dikutip dalam Kompas 5 Desember 2006

Internet:

“Analisis dibalik Kunjungan obama ke Indonesia” dikutip dari

http://www.rimanews.com/read/20101108/5278/analisis-di-balik-kunjungan-presiden-obama-ke-indonesia tanggal 3 Februari 2011

“Ancaman Nuklir dan Menangani Bencana” dikutip dari http://theviewspaper.net/nuclear-threat-and-dealing-with-the-disaster/

diakses tanggal 30 Januari 2011

Andrea.F. “Peningkatan Kerjasama Ekonomi dan Keamanan Regional” dikutip dari

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=6&ved=0CCQQFjAF &url=http%3A%2F%2Fjurnal.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F252 96185193.pdf&rct=j&q=jurnal%20kawasan%20bebas%20senjata%20nukl ir%20asia%20tenggara&ei=uHLWTKeDJYPovQPr9rTpCQ&usg=AFQjC NFRxUGQyrKAYj11UYkcbW53U3uskA&cad=rja , diakses tanggal 7 November 2010.

Bab IV: Pengaruh Lingkungan Strategis” dalam

http://jowo.jw.lt/pustaka/dokumen/Dokumen_02/Postur%20Militer%20Ne gara%20Negara%20Asia%20Tenggara%20Bag%202_txt.txt diakses tanggal 11 Januari 2011

“Beban Ekologi Warisan Perang Dingin” dikutip dari

(38)

“Cegah Ancaman Nuklir di Indonesia” dikutip dari

http://www.greenpeace.org/seasia/id/prevent-the-nuclear-threat-in/ diakses tanggal 1 Februari 2011

“Delegasi Idonesia berhasil mengajukan rancangan Resolusi tentang KBSN-AT” dikutip dari http://missions.itu.int/~indonesi/news/ppmat2001.htm diakses tanggal 1 Februari 2011

Heryaman. Oman. “ Postur Militer Negara-Negara Asia Tenggara” dalam http://www.scribd.com/doc/5988157/Postur-Militer-Negaranegara-Asia-Tenggara diakses tanggal 5 Februari 2011

Indonesia’s role in ASEAN: the End o leadership” dikutip dari

http://www.highbeam.com/doc/1G1-55540658.html diakses tanggal 29 Januari 2011

Jailani. Abdul. “Pembentukan kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara” hal 42 dikutip dari

http://eprints.ui.ac.id/31783/1/78416%2DT3327%2DPembentukan%20ka wasan.%2DTOC.pdf , diakses tanggal 29 Januari 2011

Kile. Shannon N. “World Nuclear Forces “ dikutip dari http://www.sipri.org/yearbook/2010/08, diakses tanggal 31 Oktober 2010.

Obyek Inspeksi Bahan Nuklir dan Proteksi Fisik Bahan dan Fasilitas Nuklir” dikutip dari

http://ansn-indonesia.org/download.php?fid=280&filename=ins_Objek_Inspeksi_Safe guard.pdf&down=1 diakses tanggal 12 Desember 2010

Penjelasan atas undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1997 tentang Pengesahan Treaty on the southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone”, Dikutip dari http://www.dpr.go.id/uu/uu1997/UU_1997_9.pdf diakses tanggal 5 Desember 2010

Plan of Action ASEAN Security Community: Prospek dan Kendala” dikutip dari http://oseafas.wordpress.com/2010/06/25/plan-of-aaction-asean-security-community-prospek-kendala/ diakses tanggal 30 Januari 2011

Politik dan konflik di Asia Tenggara” dikutip dari

(39)

“Soenarso: tokoh dibalik layar” dikutip dari

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1993/10/02/MEM/mbm.19931 002.MEM4562.id.html diakses tanggal 1 Februari 2011

Speier. Richard H. “A Nuclear Nonproliferation: Treaty for Missiles?” dikutip dari http://www.fas.org/irp/threat/fp/b19ch3.htm diakses tanggal 12 Desember 2010

Susetyo. Heru. Menuju keamanan comprehensive berperspektif keamanan manusia dalam kebijakan keamanan nasional Indonesia, dikutip dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6108110.pdf tanggal akses 1 Desember 2010

Tsauri. Soefjan. dan Bambang S. Irawan, “Kepentingan Indonesia membentuk Badan Otorita Naional Untuk Konvensi-Konvensi dan Traktat-Traktat di

Bidang Perlucutan Senjata” dikutip dari

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=10&mnorutisi=3 diakses tanggal 22 November 2010.

Willricht. Mason. “The Yale Law Journal” dikutip dari

http://www.jstor.org/pss/794833 diakses tanggal 12 Desember 2010

Yani. Yanyan Mochamad. ”Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri: Teori dan Praksis”, dikutip dari

Gambar

Tabel 1.1 (dalam satuan pucuk senjata nuklir)
Gambar 1.3 Fokus dan Lokus Penelitian
Gambar 1.4 Posisi penelitian
Gambar 1.5 Alur pemikiran Konsep
+2

Referensi

Dokumen terkait